Iman kepada qadha dan qadar adalah salah satu rukun iman yang berarti percaya dengan segenap hati bahwa apa yang telah terjadi, sedang terjadi, dan belum terjadi di seluruh alam merupakan ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala.
Qadha dan qadar sering disebut juga dengan takdir. Secara umum, ada dua macam takdir menurut pendapat sebagian ulama yaitu takdir mu’allaq dan takdir mubram.
- Takdir mu’allaq adalah takdir Allah subhanahu wa ta’ala yang berkaitan dengan usaha dan ikhtiar makhluk-Nya.
- Takdir mubram adalah takdir Allah subhanahu wa ta’ala yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari kejadiannya.
Namun, sebagian ulama juga berpendapat bahwa pembagian takdir menjadi takdir mu’allaq dan takdir mubram tidak aplikatif dan rancu karena saling dipertukarkan.
Agar tidak menimbulkan kerancuan, sebagian para ulama berpendapat bahwa takdir dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu sudut pandang Allah, sudut pandang malaikat, dan sudut pandang manusia.
1. Sudut pandang Allah subhanahu wa ta’ala
Berdasarkan sudut pandang Allah subhanahu wa ta’ala, hanya ada satu macam takdir yaitu takdir mubram (takdir umum atau takdir azali) yakni segala sesuatu yang telah ditentukan lima puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Allah menentukan berbagai ketentuan para makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” Beliau bersabda, “Dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air.”
HR. Muslim
Dari ‘Ubadah bin al-Shamit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam (pena). Kemudian Allah berfirman kepada pena tersebut, “Tulislah.” Pena bertanya, “Wahai Rabb, apa yang harus aku tulis?” Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu sampai datang hari kiamat.”
HR. Abu Daud
Semua takdir ini ditulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) dan hanya Allah yang mengetahuinya. Dalam surat Al-Hajj ayat 70 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman sebagai berikut.
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasannya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”
QS. Al-Hajj : 70
Contoh takdir yang mencakup semua makhluk sejak awal penciptaan hingga hari kiamat.
2. Sudut pandang malaikat
Berdasarkan sudut pandang malaikat, ada dua macam takdir yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq. Hal ini didasarkan atas pengetahuan malaikat serta takdir manusia yang tercatat di Lauh Mahfudz.
Adapun pengetahuan malaikat ini berasal dari apa yang malaikat catat terkait dengan rezeki, amal, ajal dan celaka dan bahagia manusia sebagaimana perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah seperti itu pula (empat puluh hari), kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula, kemudian Dia mengutus seorang Malaikat untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan (untuk menulis) dengan empat kalimat : untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya..”
HR. Bukhari Muslim
Terkait dengan hal ini, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan sebagai berikut.
“Penghapusan dan penetapan takdir itu adalah dalam perspektif apa yang diketahui para malaikat dan apa yang tercatat di Lauh Mahfudz (Ummul Kitab). Adapun dalam pengetahuan Allah, maka tidak ada penghapusan sama sekali. Pengetahuan Allah ini disebut takdir mubram, dan pengetahuan malaikat itu disebut takdir mu’allaq.”
Fath al-Bari, juz X, halaman 416
Contohnya, malaikat mencatat usaha keras si A yang merupakan orang miskin dalam mencari rezeki hingga membuatnya menjadi orang yang kaya raya.
3. Sudut pandang manusia
Berdasarkan sudut pandang manusia, hanya ada satu macam takdir yaitu takdir mu’allaq yakni takdir Allah subhanahu wa ta’ala yang masih dapat berubah selagi manusia berusaha dan berikhtiar.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 sebagai berikut.
“Bagi manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
QS. Ar-Ra’d : 11
Dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani sebagai berikut.
“Sesungguhnya yang telah diketahui Allah itu sama sekali tak berubah dan berganti. Yang bisa berubah dan berganti adalah perbuatan seseorang yang tampak bagi manusia dan yang tampak bagi para malaikat penjaga (Hafadhah) dan yang ditugasi berinteraksi dengan manusia (al-Muwakkilin). Maka dalam hal inilah terjadi penetapan dan penghapusan takdir, semisal tentang bertambahnya umur atau berkurangnya. Adapun dalam ilmu Allah, maka tidak ada penghapusan atau penetapan.”
Fath al-Bari, juz XI, halaman 488
Contohnya, si B mengetahui bahwa umur si C hanya 60 tahun (telah mubram) setelah mengetahui si C meninggal di usia 60 tahun.
Wallahu ‘alam.