Hukum Mempelajari Tafsir dalam Islam dan Dalilnya

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Al Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam. Bukan hanya sekedar kitab suci, tapi juga merupakan mukjizat bagi umat paling terbaik di dunia ini. Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang mana memiliki kosakata paling banyak dan terbaik di dunia.

Dalam mempelajari Al-Qur’an, kita juga biasanya akan disarankan untuk mempelajari tafsir. Tafsir memiliki makna menyingkap sesuatu yang tertutup.

Hukum Mempelajari Tafsir Dalam Islam

Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan fi ‘Ulumul Qur`an mendefinisikan tafsir sebagai berikut.

علم يعرف به فهم كتاب الله المنزل على نبيه محمد صلى الله عليه وسلم وبيان معانيه واستخراج أحكامه وحكمه.

“Ilmu yang dengannya dapat diiketahui (kandungan) Kitabullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dapat diketahui penjelasan makna-maknanya serta bisa dikeluarkan hukum dan hikmah yang terkandung didalamnya” (Al-Burhan fi ‘Ulumul Qur`an, hal. 22).

Bagaimana sebenarnya hukum mempelajari tafsir dalam Islam? Tafsir memang sangat dianjurkan dalam Islam demi mendapatkan ilmu yang lebih bermanfaat dan pengetahuan yang lebih dalam mempelajari Al-Qur’an. Tafsir merupakan salah satu bagian penting dalam mempelajari Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT,

وَلاَ يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) syubhat, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya” (QS. Al-Furqan: 33).

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Miftah Daris Sa’adah: 1/86 mengatakan,

وهو أن شرف العلم تابع لشرف معلومه

“Bahwa kemuliaan sebuah ilmu mengikuti kemuliaan materi yang dipelajari dalam ilmu tersebut.”

Baca juga:

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda,

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya” (HR. Imam Al-Bukhari).

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah setelah membawakan hadits di atas, lalu menjelaskan,

وتعلم القرآن وتعليمه يتناول تعلم حروفه وتعليمها، وتعلم معانيه وتعليمها

Mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya mencakup: (1) mempelajari dan mengajarkan huruf-hurufnya, dan (2) mempelajari dan mengajarkan makna-maknanya,

وهو أشرف قسمي تعلمه وتعليمه , فإن المعنى هو المقصود، واللفظ وسيلة إليه.

“Yang terakhir inilah (no.2) merupakan jenis mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya yang paling mulia, karena makna Al-Qur`an itulah yang menjadi tujuan yang dimaksud, sedangkan lafadz Al-Qur`an  adalah sarana untuk mencapai maknanya.”

 فتعلم المعنى وتعليمه تعلم الغاية وتعليمها

“Maka  mempelajari dan mengajarkan makna-maknanya (hakekatnya) adalah mempelajari dan mengajarkan sebuah tujuan.”

وتعلم اللفظ المجرد وتعليمه  تعلم الوسائل وتعليمها

“sedangkan mempelajari dan mengajarkan lafadz semata (hakekatnya) adalah mempelajari dan mengajarkan sebuah sarana.

 وبينهما كما بين الغايات والوسائل

“Dan (perbandingan) diantara keduanya seperti perbandingan antara tujuan dan sarana.” (Miftah Daris Sa’adah : 1/280,Ibnul Qoyyim rahimahullah)

Baca juga:

Tafsir Membantu Orang yang Mempelajari Al-Quran

Tafsir akan mencegah seseorang tersesat atau salah paham dalam mengartikan isi Al-Qur’an itu sendiri sehingga sangat perlu dipelajari ilmu tafsir dalam mempelajari Al-Qur’an.

Imam Ath-Thabari rahimahullah menyebutkan dalam kitab Tafsirnya,

“Amr bin Qais Al-Mula`i dari Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata,

تضمن الله لمن قرأ القرآن، واتبع ما فيه أن لا يضل في الدنيا ولا يشقى في الآخرة ، ثم تلا هذه الآية

“Allah menjamin barangsiapa yang membaca Al-Qur`an dan mengikuti ajaran yang terkandung didalamnya, maka ia akan tidak sesat di dunia dan tidak sengsara di akhirat, lalu Ibnu Abbas membaca ayat berikut ini.

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

Lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (QS. Thaha: 123).

Allah berfirman,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an bahkan hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

يقول تعالى آمرا بتدبر القرآن وتفهمه، وناهيا عن الإعراض عنه، فقال: {أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها} أي: بل على قلوب أقفالها ، فهي مطبقة لا يخلص إليها  شيء من معانيه

“Allah Ta’ala berfirman, memerintahkan (hamba-Nya) untuk mentadaburi dan memahami Al-Qur`an dan melarangnya berpaling darinya, dengan berfirman,{أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها},yaitu bahkan hati mereka terkunci, maka hati tersebut tertutup, tidak ada satu makna Al-Qur`an pun yang masuk ke dalam hatinya” (Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah, jilid.4 hal. 459).

Baca juga:

Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,

أن الله تعالى وبخ أولئك الذين لا يتدبرون القرآن، وأشار إلى أن ذلك من الإقفال على قلوبهم، وعدم وصول الخير إليها

“Bahwa Allah Ta’ala mencela orang-orang yang tidak mentadaburi Al-Qur`an,dan mengisyaratkan bahwa hal itu termasuk bentuk dari penguncian hati mereka serta tidak bisa sampainya kebaikan kepada hati mereka” (Ushulun fit Tafsir, Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin, hal.23)

Dengan mempelajari tafsir, maka kita akan lebih mudah memahami isi Al Qur’an.

Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

فالقرآن الكريم نزل لأمور ثلاثة: التعبد بتلاوته، وفهم معانيه والعمل به

“Al-Qur`an itu diturunkan untuk tiga tujuan: beribadah dengan membacanya, memahami maknanya dan mengamalkannya”

Al-Ashbahani rahimahullah juga mengatakan:

و أما من جهة شدة الحاجة فلأن كل كمال ديني أو دنيوي عاجلي أو آجلي مفتقر إلى العلوم الشرعية و المعارف الدينية و هي متوقفة على العلم بكتاب الله تعالى.

“Adapun ditinjau dari kebutuhan (manusia) yang sangat (terhadap Tafsir Al-Qur`an), maka hal ini karena seluruh kesempurnaan agama atau dunia, baik yang disegerakan ataupun diakhirkan, membutuhkan kepada ilmu Syar’i dan pengetahuan agama, sedangkan semua itu terkait erat dengan pengetahuan tentang Kitabullah Ta’ala.”

Baca juga:

Tak hanya itu saja, Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah juga menegaskan,

إني لأعجب ممن قرأ القرآن ولم يعلم تأويله كيف يلتذ بقراءته؟

“Sesungguhnya saya benar-benar heran kepada orang yang membaca Al-Qur`an, namun ia tidak mengetahui tafsirnya, maka bagaimana ia bisa merasakan kelezatan bacaannya?” (Mu’jamul Adibba`: 8/63, dinukil dari Muhadharat fi ‘Ulumil Qur`an).

Itulah hukum mempelajari tafsir dalam Islam. Begitu pentingnya tafsir dalam mempelajari Al-Qur’an akan sangat membantu memahami isi Al-Qur’an. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn