Kisah Hanzhalah Bin Amir, Sahabat Rasulullah yang Jenazahnya Dimandikan Malaikat

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa sallam Kita kenal dikelilingi dengan sahabat-sahabat yang luar biasa. Dimana para sahabat tersebut hidup dan menjalani kisah perjuangan masing-masing dalam membela Islam. Salah satu dari jajaran sahabat yang luar biasa hebat itu, ada nama Hanzhalah Bin Amir. Seorang pemuda pemberani yang kisahnya dipenuhi dengan semangat yang tinggi. Selanjutnya, mari simak kisah Hanzhalah Bin Amir ini.

Kala itu perang tengah berkecamuk di Madinah. Pasukan muslimin menjaga pos-pos tertentu di Madinah dan bersiap apabila Pasukan Abu Sofyan mendekat dan bisa menyerang kapan saja. Hanzhalah Bin Amir, mengetahui bahwasanya esok paginya akan menghadapi pasukan musuh dalam perang Uhud, malam harinya melakukan prosesi pernikahan.

Sebuah keputusan yang terlampau tenang untuk meminang seorang Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul. Padahal dipagi harinya dia akan membela kaum muslimin bertarung melawan kaum Kafir Quraisy. Memiliki niat untuk membahagiakan Jamilah, Hanzhalah Bin Amir meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bermalam bersama isteri yang baru ia nikahi.

Hanzhalah sendiri tidak tau apakah keputusannya untuk menemani Isterinya itu merupakan awal atau akhir. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pun pada akhirnya memberinya izin kepada Hanzhalah untuk menginap malam itu bersama pengantin yang baru ia nikahi.

Panggilan Perang Hanzhalah bin Amir

Layaknya pasanganpengantin baru. Hanzhalah dan Jamilah pun menghabiskan malam berdua. Mencurahkansegala macam rasa cinta dan suka dalam dekapan mesra yang meluap luap dari kakike ujung kepala. Malam itu adalah malam yang sempurna, Hanzhalah bin Amirmerasa bahagia karena berhasil menikahi seorang yang dicintainya.

Baca juga :

Hingga pada suatu titik dikala fajar, panggilan berperang menggema di seluruh langit Madinah. Terdengar sayup-sayup seorang yang berseru dan mengumandangkan panggilan perang. Suara itu semakin keras dan semakin keras. Tidak ada lagi yang bisa mengelak dari fakta bahwa Pasukan Abu Sofyan sudah berbaris diluar kota Madinah dan bersiap untuk menyerang.

Saat suara tersebutsampai ke telinga Hanzhalah. Tanpa berpikir dua kali,  Hanzhalah langsung melepas dekapan dari sangistri. Mengambil Zirah dan Pedangnya, dia lalu keluar dan berjalan menuju jalanJihadnya. Jamilah yang menyadari suaminya menerima panggilan Jihad, pun dengantergesa-gesa langsung ikut keluar dari rumahnya. Sembari menatap punggung suamiyang dinikahinya beberapa jam yang lalu, dia pun mendoakan kepada Allah jalanyang terbaik untuknya.

Berperang Dalam Keadaan Junub

Serangan yang tiba-tiba, dan seruan yang membuat Hanzhalah tidak ingat mandi wajib. Lantas tidak mengakibatkan Hanzhalah hilang semangat. Dengan keadaan Junub (selesai berhubungan badan dengan sang istri) dia pun segera bergabung dengan Pasukan Rasulullah. Dalam perang yang lebih kita kenal dengan perang Uhud tersebut, Rasulullah mengkomandokan untuk bertahan sebisa mungkin.

Menghalau segala serangan sembari mengarahkan panah-panah untuk menghujani pasukan Abu Sofyan. Pada serangan gelombang pertama, pasukan muslimin berhasil menggagalkan serangan pasukan musuh, namun sayangnya, para pasukan pemanah tidak menghiraukan amanah Rasulullah untuk tetap berada di pos masing-masing.

Pasukan pemanah tersebut dengan sengaja turun dari perbukitan dan ikut mengumpulkan harta rampasan perang dari para pasukan Kafir Abu Sofyan yang sudah mati. Hal ini mengakibatkan turunnya penjagaan dan berkurangnya pengawasan beberapa sektor. Hingga pada akhirnya, kaum muslimin tidak menyadari serangan lanjutan yang datang dari arah belakang.

Tidak butuh waktu lama hingga pada akhirnya pasukan muslimin terpojok. Serangan tak terduga itu tidak bisa diantisipasi hingga pada akhirnya mengakibatkan banyaknya korban yang berjatuhan di kubu kaum muslimin. Meskipun begitu, kaum muslimin yang tersisa bertahan sekuat tenaga. Mencoba sebisa mungkin melindungi Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak terbunuh.

Baca juga :

Bahkan dalam pertahanan tersebut, sosok wanita seperti Nuzaibah Binti Ka’ab juga ikut ambil bagian dalam melindungi Rasulullah. Disisi lain, Hanzhalah Bin Amir mengamuk sejadi-jadinya, dia menebas dan menumpas banyak sekali kaum kafir Quraisy. Para sahabatnya yang gugur seakan memberi semangat untuknya agar bisa menghabisi Abu Sofyan dan pasukannya.

Disela kecamuk medan peperangan itulah, pandangan mata Hanzhalah Bin Amir bertemu dengan mata Abu Sofyan. Tidak selang beberapa lama hingga pada akhirnya mereka terlibat pertarungan satu lawan satu. Abu Sofyan yang kala itu menunggangi kudanya sesegera mungkin maju menerjang, namun Hanzhalah dengan lihai berlari dan menebas kaki kuda Abu Sofyan dengan pedangnya, membuat Abu Sofyan jatuh dan tersungkur ke tanah.

Melihat kesempatan tersebut, Hanzhalah pun segera mendekati Abu Sofyan yang tidak berkutik dan bersiap mengibaskan pedangnya. Abu Sofyan menyadarinya, dia tau bahwa kini dia sudah tidak bisa berkutik saat kilauan pedang berdarah milik Hanzhalah sudah mengincar dirinya. Tidak ada yang dilakukan Abu Sofyan selain minta tolong.

Beruntung untuk Abu Sofyan kala itu, pasalnya salah satu pasukannya, Syadad Bin Al-Aswad mendengar teriakan komandannya dan dengan segera mendekat. Hanzhalah mematung karena yang ia tau saat itu hanyalah rasa sakit yang terasa dari tengkuknya. Dia berhasil dilukai oleh Syadad Bin Al-Aswad. Hanzhalah tersungkur ke tanah.

Tidak berhenti sampai disitu, sekerumunan orang kafir Quraisy yang ada di sekitar langsung menghantam Hanzhalah yang lemas di tanah dengan pedang-pedang dan belati mereka. Dalam kondisi luka yang sudah parah, Hanzhalah masih dilempari bertubi-tubi dengan anak panah dan tombak. Hingga pada akhirnya Hanzhalah tidak bergerak lagi. Jasadnya terbujur. Hanzhalah Bin Amir meninggal.

Jasad Hanzhalah bin Amir Pasca Perang Uhud

Dalam perang tersebut, kaum muslimin mengalami kekalahan. Entah berapa banyak korban yang berjatuhan. Saat darah sudah menyatu dengan tanah, dan suara gesekan pedang berganti dengan suara angin semilir, para sahabat mulai mencari dan menghitung-hitung berapa banyak korban yang gugur. Dikala mengurus banyaknya jasad yang berguguran, mereka menyadari tubuh Hanzhalah yang terbujur di satu sudut bekas medang perang.

Saat para sahabat memperhatikan, itulah saat dimanatubuh Hanzhalah terangkat, kemudian muncullah air yang menetes dan mengguyurkeseluruhan jasad Hanzhalah. Tubuh tersebut terbolak balik seakan ada yangmemandikannya. Tidak ada yang tau apa yang terjadi, hingga pada akhirnyaRasulullah salallahu ‘alaihi wa sallammenjelaskan :

Baca juga :

“Sungguh Aku melihat bahwasanya Malaikat memandikan Hanzhalah bin Amir RA antara langit dan bumi dengan air awan dalam bejana terbaut dari perak”

..

Sungguh luar biasa. Dikarenakan dedikasi dan cintanya kepada Islam. Hanzhalah bin Amir rela meninggalkan isteri yang baru saja dinikahinya untuk berangkat berjihad. Dalam keadaan Junub (belum mandi besar) karena dimalam hari menemani isterinya, Hanzhalah tetap berdiri di medan perang dengan gagah berani. Hingga pada akhirnya, dikematiannya, para Malaikatlah yang menunaikan kewajiban Hanzhalah dengan memandikan jasadnya. Subhanallah.

Kisah Hanzhalah Bin Amir diatas menyadarkan kepada Kita, bahwasannya berjalan di jalan Allah ayalnya merupakan sesuatu yang lebih mulia dibandingkan kenikmatan dunia. Dan di setiap perjuangan tersebut, maka akan berimbas baik kepada kita pada akhirnya. Tentu saja kisah perjuangan Hanzhalah bin Amir merupakan satu dari sekian kisah para sahabat Nabi yang berjuang di jalan Islam.

Kita tentu saja harus menghargai dan menghormati Hanzhalah sebagai satu dari sekian sahabat yang ikut berjuang di jalan Allah untuk memuliakan Islam. Demikian kisah Hanzhalah Bin Amir, sahabat Rasulullah yang dimandikan Malaikat. Semoga Hanzhalah bin Amir dapat dipertemukan kembali kepada perempuan yang dicintainya di surga. Amin

Hamsa,

fbWhatsappTwitterLinkedIn