Kisah Nabi Musa dan Sebuah Batu Ajaib yang Membawa Lari Bajunya

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kisah tauladan para Nabi terkadang membawa kita ke sebuah perjalanan yang penuh dengan mukjizat, para Nabiyullah memang sepantasnya menjadi contoh untuk seluruh umat Islam dan keturunan-keturunannya agar setiap kehidupan yang telah terlewat bisa dijadikan cermin dalam memilah antara baik dan buruk. Seperti dalam kisah nabi Musa dan sebuah batu ajaib yang membawa lari bajunya berikut ini.

Tak ayal pula dalam kehidupan Nabi Musa. Terlepas dari setiap perjuangan beliau dalam melawan kekufuran Fir’aun dan seluruh pasukannya, nyatanya ada lagi sepenggal kisah beliau yang dapat dijadikan sebuah tauladan dan diserap segala macam pesan moralnya.

kisah nabi Musa dan sebuah batu ajaib yang membawa lari bajunya adalah kisah tatkala beliau mandi. Alkisah disebutkan, meskipun dekat, Nabi Musa tidak pernah yang namanya mandi bersama para lelaki Bani Israil. Beliau lebih suka mandi sendiri. Berbeda dengan lelaki Bani Israil yang sering berbagi tempat mandi yang sama, Nabi Musa lebih memilih tempat ataupun waktu yang berbeda dibanding mereka.

Bani Israil pun tidak pernah tau alasan kenapa Nabi Musa tidak suka berbagi tempat mandi, hingga pada akhirnya muncul fikiran-fikiran dan obrolan dimana kaum lelaki Bani Israil mengira Nabi Musa memiliki penyakit di kemaluan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Dahulu Bani Isra’il biasa mandi dalam keadaan telanjang sehingga mereka pun bisa melihat aurat temannya satu sama lain. Adapun Musa ‘alaihis salam mandi dalam keadaan sendiri. Maka mereka pun berkomentar, ‘Demi Allah, tidak ada yang mencegah Musa untuk mandi bersama-sama dengan kita melainkan pasti karena kemaluannya bengkak (mengidap kelainan).’”

Nabi menceritakan, “Maka suatu saat Musa berangkat untuk mandi, lalu dia letakkan pakaiannya di atas sebongkah batu. Tiba-tiba batu itu berlari membawa pergi bajunya.” 

Baca juga :

Nabi berkata, “Maka Musa pun mengejar larinya batu itu seraya berteriak, ‘Hai batu, kembalikan pakaianku! Hai batu, kembalikan pakaianku!’. Sampai akhirnya Bani Isra’il bisa melihat aurat Musa kemudian mereka berkomentar, ‘Demi Allah, ternyata tidak ada -kelainan- apa-apa pada diri Musa’. Maka berhentilah batu itu sampai orang-orang memandanginya.” 

Nabi berkata, “Kemudian Musa pun mengambil pakaiannya dan mendaratkan pukulan -tongkat-nya kepada batu tersebut.” Abu Hurairah berkata, “Demi Allah, di atas batu itu terdapat enam atau tujuh bekas pukulan -tongkat- Musa.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [3/146])

Pada kenyataannya, setelah Bani Israil melihat kemaluan Nabi Musa, tidak ada bukti yang mendukung apa yang mereka utarakan benar. Dan itu pada akhirnya adalah prasangka yang tidak ada dasarnya.

Lantas apa yang membuat cerita dalam kisah nabi Musa dan sebuah batu ajaib yang membawa lari bajunya ini begitu penting? Apakah ada hal yang bisa dipelajari dari kisah Nabi Musa yang sedang mandi? Jawabannya adalah Iya. Tentu saja jika kita uraikan intisari dari kisah tersebut, ada hal yang bisa menjadi tauladan yang bisa kita ambil.

Dibawah ini, mari kita jabarkan ke dalam beberapa poin.

1. Hendaklah kita menjaga aurat untuk diri sendiri

Menjaga aurat adalah yang palingutama. Pasalnya terlepas dari segala macam keakraban, Nabi Musa nyatanyamasih menjaga sifat malunya. Dan setiap lelaki pun sudah haknya punya privasidalam beberapa hal yang menurutnya memang harus ia simpan sendiri.

Bahkan Rasulullah sendiri pernah bersabda dalam Hadist yang lain :

“Iman itu terdiri dari tujuh puluh sekian cabang, sedangkan rasa malu adalah salah satu cabang penting keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Itulah kenapa, memiliki rasa malu bukan merupakan suatu kekurangan, namun bisa dikategorikan sebagai sebagian dari Iman, tergantung dari sifat malu tersebut.

2. Larangan Menyimpulkan Sesuatu Tanpa Ada Dasarnya

Baca juga :

 Lelaki Bani Israil membicarakansesuatu tentang Nabi Musa perihal hal yang buruk, namun pada kenyataannyamereka pun tidak memiliki bukti atas apa yang mereka katakan. Hingga padaakhirnya, saat mereka diberi kesempatan melihat secara langsung, segala ucapanmereka nyatanya tidak benar.

Bahkan meluruskan yang ada, Allah berfirman dalam QS, Al-Ahzaab ayat 69 :


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ ءَاذَوْا۟ مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ ٱللَّهُ مِمَّا قَالُوا۟ ۚ وَكَانَ عِندَ ٱللَّهِ وَجِيهًا


“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihakannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan dia adalah orang yang mempunyai kedudukan di sisi Allah.” (QS. Al-Ahzab: 69)

Penting bagi kita untuk membuktikan dulu kebenaran sebuah informasi sebelum mempercayainya. Pasalnya, apabila informasi yang kita terima salah, namun kita membenarkan, itu menandakan bahwasanya kita termasuk golongan orang yang tidak berpendirian dan hanya ikut-ikutan saja. Berdosalah kita apabila kita terus membenarkan sesuatu yang salah.

3. Membalas perbuatan buruk itu boleh, namun tergantung dari kadar perbuatannya

Dalam kisahnya, diceritakan bahwa Nabi Musa mendaratkan beberapa pukulan kepada batu yang membawa lari bajunya. Sebab, dikarenakan hal tersebut, kemaluannya pun terlihat oleh para lelaki Bani Israil. Meskipun kejadian itu meluruskan segala jenis prasangka, namun tetap saja Nabi Musa nyatanya tetap menerima rasa malu.

Baca juga :

Kita boleh menyerap intisari dari perbuatan Nabi Musa dengan mengatakanbahwa, perbuatan buruk pada dasarnya boleh dibalas, asal kita benar-benar pahamtentang batasan dari perbuatan tersebut. Dan karena manusia diberikan sifatsabar yang berbeda-beda, kita tidak bisa membandingkan kadar kesabaran satusama lain. Namun yang harus digaris bawahi adalah, setiap kehormatan diri harusdijaga dan kita berhak membelanya.

Kisah nabi Musa dan sebuah batu ajaib yang membawa lari bajunya ini merupakan satu dari jutaan penggalan kisah para Nabi yang dapat kita ambil hikmahnya. Adapun segala macam kejadian yang dibuktikan dengan Hadist shahih Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai pengingat kita agar kita tetap berserah diri kepada Allah dan terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Demikianlah kisah nabi Musa dan sebuah batu ajaib yang membawa lari bajunya . Semoga kisah diatas dapat menjadi cerminan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dan juga pengingat dalam menghadapi segala niatan buruk yang datang dari hati. InsyaAllah.

Hamsa,

fbWhatsappTwitterLinkedIn