Ummu Salamah adalah sosok wanita cerdas istri Rasulullah SAW yang senantiasa mendampinginya. Dengan sikap-sikapnya yang patut dipuji, simaklah penjelasan mengenai kisah Ummu Salamah di bawah ini.
Biografi Ummu Salamah
Ummu Salamah binti Abu Salamah adalah seorang hindun binti Abi Umayah Hudzaifah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhhzum Al-Quraisyiyyah. Ibunya bernama Atikah binti Amir binti Amir bin Rabiah bin Malik bin Khuzaimah bin Alqamah bin Farras.
Ayahnya bernama Suhail yang dijuluki dengan Zadur Rakib (yang pembekal kafilah) karena termasuk bangsa Arab yang terkenal dengan kedermawanannya. Kederawanannya terlihat dari ketika Ayahnya tidak keberatan menanggung akomodasi perjalanan jika ada rombongan yang tidak membawa bekal.
Ummu Salamah lahir pada tahun 28 sebelum hijriah atau 596 M. Ummu salamah memiliki dua sudara laki-laki yakni Abdullah bin Umayyah dan Zuhair adalah seorang putra dari bibi Rasulullah SAW, Atikah binti Abdul Muthalib.
Ummu Salamah menikah dengan Abdullah bin Abdul Aad bin Hilal bin Abdullah bin Amr bin Makhzum serta memiliki lima anak bernama :
- Salamah
- Amr
- Durrah
- Zainab
- Ummu Kultsum.
Setelah ditinggal wafat oleh suaminya, Abdullah bin Abdul Aad bin Hilal bin Abdullah, Ummu Salamah bimbang siapa yang mesti menggantikan suaminya.
Beberapa waktu setelah masa iddahnya selesai, Abu bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khatab datang melamarnya, namun usaha mereka ditolak oleh Ummu Salamah.
Datang Rasulullah SAW melamar, namun lagi Ummu Salamah tidak langung menerimanya meskipun lamaran yang Rasulullah berikan membuatnya sangat tersanjung.
Ummu Salamah mengatakan terlebih dahulu bahwa ia adalah wanita yang pencemburu, umurnya tidak lagi muda dan sudah memiliki seorang anak.
Rasulullah SAW menjawab, bahwa Rasul meminta dan berdoa kepaa Allah SWT untuk menghilangkan sifat dan rasa kecemburuan yang dimiliki Ummu Salamah. Kemudian mengenai umur, Rasulullah SAW juga memiliki masalah yang sama mengenai umurnya yang tidak lagi muda.
Dan terakhir mengenai anak, Rasulullah SAW menjawab bahwa anak Ummu Salamah adalah anaknya juga. Maka setelah menjawab pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW diterima oleh Ummu Salamah.
Ummu Salamah menikah dengan nabi Muhammad. Pernikahan mereka terjadi pada bulan syawal tahun 4 Hijriyah. Rasul memuliakan Ummu Salamah dengan mengunjunginya pertama kali selepas shalat ashar, sebelum mengunjungi istri yang lainnya.
Ketika itu, Ummu Salamah turut dalam menyaksikan perang khibar dan berkata kepada beberapa wanita, “Semoga Allah juga mewajibkan pada kita (kau wanita) berjihad sebagaimana yang telah diwajibkan bagi para pria. Sehingga kita juga mempunyai kesempatan untuk mendapat pahala seperti yang mereka dapatkan.”
Kemudian turunlah surah An-Nisaa : 32
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebgian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu.”
Sepeninggal Rasulullah, Ummu Salamah senantiasa memperhatikan urusan kaum muslimin dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Ummu Salamah selalu ikut serta dengan menggunakan kecerdasannya dalam setiap persoalan untuk menjaga umat dan mencegah kaum muslimin dari penyimpangan, terlebih lagi terhadap para penguasa dari para khalifah maupun para pejabat.
Ummu Salamah Sebagai Figur Wanita Shalihah
- Memiliki Sifat Wira’i
Al-Wara Al-MAsyru adalah menjauhkan diri dari sesuatu yang ditakutkan akibatnya yaitu menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak diketahui keharaman atau diragukan keharamannya. Meninggalkan sesuatu tersebut, tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar dari pada melakukannya.
Ummu Salamah termasuk wanita yang memiliki sifat Wira’i dan takut kepada Allah SWT.
- Tekun Mempelajari Agama
Ummu Salamah adalah wanita yang tekun mempelajari masalah keagamaan dan selalu bertanya kepada Rasul tentang sesuatu yag masih tidak diketahuinya. Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah tentang hukum mengurai rambut ketika mandi besar dan Rasulullah memberitahu Ummu Salamah bahwa tidak harus menguraikan rambutnya, akan tetapi cukup menyiramnya dengan tiga kali siraman.
Kemudian menyiram air dengan rata ke seluruh badan. Hadits ini diriwayatkan Ummu Salamah.
- Menjalankan Ibadah Karena Ridho Allah SWT
Ummu Salamah selalu melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Ummu Salamah menyebut tempat ibadah adalah tempat tinggalnya sendiri seperti di negeri Habasyah.
- Tidak Mengubah Pemberian Dari Allah SWT
Ummu Salamah selalu berupaya mengajarkan kepada kaum wanita tentang segala sesuatu yang diyakininya dapat memberi kontribusi positif dalam kehidupan sekarang dan kehidupan setelah meninggal dunia.
Ummu Salamah bertanya pada Rasulullah mengenai seseorang yang eruah bentuknya, lalu Rasulullah menjawab “Tidak ada satupun yang boleh mengubah rupa. Ia tetap memiliki keturunan, namun tidak baik akibatnya.”
Oleh karena itulah Ummu Salamah sangat takut atas laknat Allah SWT dan selalu bersyukur dengan apa yang Allah beri.
- Wanita Sederhana
Ummu Salamah adalah wanita sederhana dengan hidupnya dan berharap Allah meridhai segala apa yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dilihat dari rumahnya yangg sederhana.
- Taat Suami
Ummu Salamah adalah sosok yang taat kepada suaminya, Rasulullah. Di antara bukti ketaatan Ummu Salamah terhadap Rasulullah SAW hingga ketika Rasul dalam keadaan shalat adalah Ummu Salamah ikut terjada menemani Nabi Muhammad agar tetap melayani dan memenuhi kebutuhan beliau.
- Mendidik Anak Dengan Ajaran Agama Islam
Ummu Salamah mendidik anak-anaknya dalam ajaran agama Islam oleh sebab itu anak-anak Ummu Salamah hidup dalam suasana keimanan yang penuh dengan ilmu dan pengetahuan tersebut.
- Merawat Anak Dengan Penuh Kasih Sayang
Ummu membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Hal tersebut dapat terbukti dari beberapa sikapnya, yakni :
- Penolakan Ummu Salamah untuk menikah kembali sepeninggal Abu Salamah demi anak-anaknya dan pada akhirnya ia menikah kembali dengan Rasulullah
- Kepeduliannya mendidik anak-anak di rumah Rasul.
- Usaha Ummu Salamah mendidik sendiri.
- Infaq Ummu Salamah dalam mendidik anaknya.
Meninggalnya Ummu Salamah
Ummu Salamah diberkati umur panjang serta orang yang mengetahui pembunuhan Hussein bin Ali, sehingga membuatnya pingsan karena sangat bersedih. Tidak selang lama setelah peristiwa tersebut, pada bulan Dzulqaidah tahun 59 Hijriyah, Ummu Salamah meninggal dunia dalam usia 84 tahun di Madinah.
Ada yang mengatakan Ummu Salamah meninggal pada usia ke-81 tahun. Ada pula riwayat lain yang menyebutkan Ummu Salamah meninggal dalam usia 61 tahun. jenazahnya disaksikan oleh Abu Hurairah yang ikut melakukan shalat jenazah di Baqi.