Kisah Wafatnya Sayyidah Ruqayyah di Bulan Ramadhan Tanpa Kehadiran Rasulullah

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tidak ada bulan yang begitu dirindukan selain bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan. Namun di bulan Ramadhan juga terdapat banyak peristiwa penting dalam sejarah agama Islam. Salah satunya adalah kematian dari Ruqayyah binti Muhammad. Berikut kisah wafatnya sayyidah Ruqayyah di bulan Ramadhan yang menarik untuk disimak.

Ruqayyah adalah putri kedua dari Rasulullah saw dengan Khadijah. Ruqayyah lahir pada tahun 20 sebelum Hijriah dan 7 tahun sebelum Rasul mendapatkan kenabiannya. Ketika Ruqayyah lahir, umur Rasul adalah 33 tahun.

Kisah Cinta Ruqayyah

Ruqayyah pertama kali dinikahkan dengan sepupunya, Utbah bin Abu Lahab. Walaupun Khadijah, sang ibu tidak begitu menyukai pernikahan ini, namun ia hanya berharap putrinya tidak terpengaruh dengan perilaku buruk mertuanya, Ummu Jamil binti Harb. Ketika Rasul mendapatkan kenabiannya, maka Ruqayyah pun ikut memeluk Islam. Namun sayangnya, sang suami, Utbah tidak ikut memeluk Islam.

Baca Juga :

Kedua mertuanya justru memfitnah dan mencelakakan Rasulullah. Hingga akhirnya turunlah Surah Al Lahab untuk Abu Lahab.

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS Al-Lahab: 1-5)

Setelah turunnya surah ini, Abu Lahab semakin murka pada Rasulullah saw. Ia pun kemudian memerintahkan anaknya untuk menceraikan Ruqayyah. Ruqayyah yang belum pernah disentuh oleh Utbah pun akhirnya berpisah.

Ternyata setelah lepas dari Utbah, Allah telah memilihkan jodoh yang begitu mulia bagi Ruqayyah. Ia adalah Usman bin Affan. Pemuda Quraisy yang begitu bermartabat dan berasal dari keluarga yang terhormat. Usman bin Affan pun ternyata telah menaruh hati sejak lama pada Ruqayyah, hanya saja terhambat akibat pernikahan Ruqayyah dengan Utbah. Maka dari itu, begitu kabar perceraian Ruqayyah terdengar, ia langsung mendatangi Rasulullah untuk meminang Ruqayyah.

Keduanya pun menikah. Namun sejak hari itu, penyiksaan terhadap kaum Muslim semakin bertambah buruk. Rasulullah pun meminta Ruqayyah dan Usman bin Affan hijrah ke negeri Habasyah yang dipimpin oleh raja yang bijaksana. Bersama dengan muhajirin lainnya, Usman dan Ruqayyah pun hijrah ke Habasyah. Disana keduanya hidup dalam damai.

Baca juga :

Anas bin Malik meriwayatkan, Utsman bin Affan keluar bersama istrinya, Ruqayyah, putri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Telah lama Rasulullah SAW tidak pernah mendengar kabar anak menantunya itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata,

Wahai Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama istrinya.”

Nabi SAW bertanya, “Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat?”

Wanita itu menjawab, “Dia telah membawa istrinya ke atas seekor keledai yang berjalan perlahan, sementara ia memegang kendalinya.”

Maka Rasulullah SAW bersabda, “Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa istrinya sesudah Luth AS.”

Tak lama kemudian, tibalah berita gembira bahwa kondisi Mekah sudah aman. Ruqayyah dan Usman pun segera kembali ke Mekah, namun ternyata kondisi yang dilihat tidaklah seperti apa yang didengar. Pembantaian terhadap umat Muslim justru semakin parah sehingga mereka tidak berani masuk ke Mekah pada siang hari. Alhasil, mereka menunggu hingga malam barulah masuk ke dalam rumah masing-masing.

Baca juga :

Ruqayyah pun melepas kerinduan bersama keluarganya. Sayangnya kepulangannya tidak disambut oleh sang ibu karena beliau telah wafat. Ruqayyah pun menangis sejadi-jadinya. Namun Rasulullah berhasil menenangkan Ruqayyah kembali.

Melihat begitu kejamnya penyerangan terhadap kaum Muslim, maka Rasul kembali memerintahkan untuk hijrah ke Madinah. Maka Ruqayyah pun menjadi wanita yang melakukan dua kali hijrah. Ruqayyah dan Usman juga membawa putra mereka, Abdullah bin Usman.

Kematian Ruqayyah

Mereka pun tiba di Madinah dengan selamat. Kehidupan yang aman dan damai kembali dirasakan. Namun sayangnya kehidupan damai itu tidak lama dirasakan oleh Ruqayyah. Ia harus kehilangan putra kesayangannya, Abdullah akibat demam tinggi. Ruqayyah yang baru saja berduka akibat kehilangan ibunya harus kembali merasakan kehilangan putranya.

Kali ini, rasa duka itu semakin menghabiskan badan Ruqayyah. Ia pun jatuh sakit dan demam tinggi. Di saat ia jatuh sakit, Rasul pun memberi perintah untuk melakukan perang Badar. Usman pun segera mempersiapkan diri untuk berperang, namun ia justru diperintahkan oleh Rasul untuk menemani sang istri yang sedang sakit.

Namun ternyata itu adalah hari terakhir Ruqayyah. Ia menghembuskan nafas terakhirnya tepat di samping sang suami pada bulan Ramadhan tahun 2 Hijriah. Usman hanya bisa menangis di balik tirai air matanya. Ruqayyah pun dimakamkan tanpa kehadiran sang ayah, Rasulullah Aaw. Sekembalinya dari perang Badar, Rasul bersama Fatimah menangis di samping makam Ruqayyah.

Demikianlah kisah wafatnya sayyidah Ruqayyah di bulan Ramadhan tanpa adanya kehadiran Rasulullah mengantar kepergiannya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn