Dinasti Abbasiyah sebuah Dinasti peradaban Islam yang berjaya selama kurang lebih 5 abad. Dinasti ini telah banyak memberi hal yang bernilai positif bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan peradaban bagi agama Islam.
Dinasti ini merupakan dinasti kedua dari kerajaan Muslim. Setelah menggulingkan kekhalifahan Ummayah pada tahun 750 M dan runtuh oleh invasi Mongol pada tahun 1258 M. Nama dinasti ini diambil dari nama Paman Nabi Muhammad SAW yaitu Al-Abbas yang meninggal kurang lebih di tahun 653 dari Bani Hasyim suku Quraisy – Mekkah.
Di bawah pemerintahan Abbasiyah, kehalifahan memasuki babak baru. Kekhalifan ini memperluas wilayahnya ke timur, yang menyebabkan ibukota dipindahkan di Baghdad. Basis pengaruh kekaisaran berganti menjadi skala Internasional yang meybebakan semakin banyak negara luar yang percaya dengan kebangsaan Arab.
Karena banyak dukungan untuk Bani Abbasiyah datang dari para mualaf Persia , maka wajar bagi Bani Abbasiyah untuk mengambil alih sebagian besar tradisi pemerintahan Persia ( Sasania ). Dukungan oleh Muslim yang saleh juga membuat Abbasiyah mengakui secara terbuka embrionik hukum Islam dan untuk mengaku mendasarkan aturan mereka pada agama Islam.
Ada sekitar 37 khilafah yang telah memimpin Dinasti Abbasiyah, yang mana dari beberapa khilafah tersebut yang memang mempunyai kepedulian terhadap berkembang ilmu pengetahuan dan berkembangnya agama Islam. Kemajuan akluturasi dan asimilasi pada masyarakat menandakan bahwa kejayaan Dinasti Abbasiyah pada ilmu sosial budaya. Keadaan sosialnya yang majemuk tanda indikasi tumpang tindih dalam status sosial lah yang menjadikannya peradaban islam yang mengalami kemajuan dalam sosial dan budaya.
Antara tahun 750 dan 833 Abbasiyah mengangkat derajat dan kekuatan kekaisaran, mengenalkan perdagangan, industri, seni, dan ilmu pengetahuan, terutama selama pemerintahan al– Manṣūr , Hārn al -Rasyd , dan al-Maʾmūn . Namun, kekuatan temporal mereka mulai menurun ketika—al-Muʿtaṣim memperkenalkan Berber non-Muslim, Slavia, dan terutama tentara bayaran Turki ke dalam pasukan pribadinya.
Meskipun pasukan ini masuk Islam, basis persatuan kekaisaran melalui agama telah hilang, dan beberapa perwira tentara yang baru dengan cepat belajar mengendalikan kekhalifahan melalui pembunuhan terhadap khalifah mana pun yang tidak mau menyetujui tuntutan mereka.
Yang menjadi ciri majunya ilmu pengetahuan pada Dinasti ini dapat terlihat di berbagai peninggalan sejarah pada senin bangunan dan arsitektur nya, baik untuk bangunan, tempat ibadah yaitu masjid dan berbagai bangunan kota lainnya. Ada yang pernah mendengar tentang cendekiawan Abu Nawas? Ya, beliau adalah salah satu cendekiawan yang lahir pada Dinasti Abbasiyah. Selain Abu nawas, masih ada sejumlah cendekiawan sastra bahasa dan budayawan lainnya yang terlahir pada masa itu.
Karya sastra yang terlahir dari budayawan dari Dinasti tersebut masih dapat kita nikmati hingga saat ini. Sementara itu tokoh musik terkenal hingga saat ini adalah Yunus bin Sulaiman, Khalid bin Ahmad, Al farabi adalah orang-orang yang berjasa menciptakan teori music islam.
Sementara tokoh yang terkenal dalam bidang music yang sampai dengan saat ini karyanya masih dipakai adalah seorang yunus bin sulaiman, Khalil bin Ahmad, Al farabi yaitu orang-orang yang telah menciptakan teori music islam.
Sedangkan dalam bidang pendidikan juga dikembangkan sejak Dinasti ini. Pada awalnya, sangat susah mengembangkan dan memajukan bidang pendidikan, namun seiring berjalannya waktu seiring dengan gigihnya usaha dalam mengembangkan dan memajukan bidang ini, dapat kita temukan sejumlah peninggalan berupa lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkatan paling dasar hingga tertinggi.
Selain semua itu, terdapat peninggalan sejarah yang menjadi pertanda majunya berbagai bidang kehidupan yang ada di dinasti Abbasiyah. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bidang Politik dan Militer
Ada perbedaan karakter yang membedakan bidang ini antara dinasti Ummayah dengan dinasti Abbasiyah. Yang membedakannya adalah orientasi kebijakannya.
Orientasi kebijakan dari dinasti Ummayah dititik beratkan pada perluasan daerah kekuasaan sedangkan orientasi kebijakan dari dinasti Abbasiyah menitikberatkan pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban islam sehingga tujuan mereka lebih kepada agar peradaban islam lebih dikenal seluruh penjuru negeri.
Hal tersebut berhasil karena dinasti Abbasiyah dikenal sebagai masa emas peradaban agama Islam. Meski dalam upayanya mengembangkan peradaban islam tersebut tetap melakukan perluasan wilayah dengan melakukan pembaharuan sistem politik pemerintahan dan tatanan militer. Hal ini dikarenakan semua kebijakan militer dapat berjalan baik dan membentuk satuan militer, satuan militer terus dinamakan Diwanul Jundi.
Satuan inilah yang mengatur semua hal yang ada kaitannya dengan pertahanan dan keamanan. Pembentukan militer ini bukan tanpa alasan, dikarenakan banyaknya pemberontakan yang terjadi di beberapa wilayah.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan
Ada kebijakan politik dari Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non-Arab (Mawali), yang mempunyai tradisional intelektual dan budaya riset yang telah lama melingkupi mereka. Hal inilah yang menjadikan umat islam berhasil berkuasa dalam ilmu pengetahuan sains dan peradabam islam secara menyeluruh.
Pemerintahan Bani Abbasiyah memberikan fasilitas yakni materi dan tempat guna dapat meneruskan berbagai kajian ilmu pengetahuan melalui berbagai bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat. Dan ternyata kebijakan tersebut memberi dampak yang positif bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan sains yang memuliakan nama dinasti ini.
Oleh karena itu, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti dalam bidang Filsafat, filusuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi (185-260 H/ 801-873 M). Abu Nasr al-faraby, (258-339 H / 870-950 M) dan lain-lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Diantara sejarawan muslim pertama yang terkenal dan hidup pada Dinasti ini adalah Muhammad bin Ishaq (152 H / 768 M).