Musibah belakangan ini menjadi topik yang sering dibicarakan. Banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan musibah pandemi yang belum mereda terus menjadi perbincangan sejumlah kalangan.
Ada yang mengaitkan semua musibah itu dengan kelalaian manusia. Namun ada juga yang mengaitkannya pada unsur agama. Apapun penyebabnya, musibah adalah peristiwa yang banyak tidak diharapkan manusia. Meskipun begitu, ada salah satu sahabat Nabi Umar bin Khattab mempunyai pesan mulia saat terjadi musibah.
Islam selalu menjadi agama solutif bagi siapa saja dan bagaimanapun kondisinya. Bahkan saat terjadi musibah, Islam mempunyai cara untuk selalu berpikiran jernih dan berhusnudzon pada Sang Maha Pencipta. Tidak heran memang, jika Islam disebut sebagai agama yang indah; agama yang terus menjaga seluruh alam dari kerusakan.
Beberapa dalil Al qur’an dan Hadits mengelompokkan musibah dalam tiga dimensi.
Pertama, hukuman atas pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh makhluk-Nya. Contoh dari dimensi ini adalah musibah yang ditimpakan pada umat Nabi Nuh yang semuanya ditenggelamkan. Kemudian musibah yang ditimpakan pada umat Nabi Luth sebagai pelaku sodomi.
Kedua, sebagai penghapus dosa-dosa selama di dunia. Dimensi ini merupakan keringanan yang diberikan Tuhan kepada makhluk-Nya. Dimana ketika siksa diberlakukan di akhirat nantinya, hukuman akan terasa berat. Maka hukuman di dunia adalah bentuk kemurahan dari kepahitan hukuman akhirat.
Ketiga, sebagai ujian untuk meningkatkan derajat hamba di mata Tuhan. Setiap makhluk akan menerima ujian sesuai kadar kemampuannya. Dan ujian ini bisa berupa macam-macam; ada ujian kenikmatan dan ada ujian kesengsaraan. Maka musibah bisa digolongkan sebagai ujian kesengsaraan. Dengan berlakunya musibah sebagai ujian, bisa dipastikan jika fungsinya juga bisa diartikan untuk meningkatkan derajat.
Mengetahui dimensi musibah seperti itu, rasanya musibah yang diberikan Tuhan tidaklah dimaksudkan untuk keburukan. Allah memberikan musibah telah diperhitungkan untuk makhluk yang dicintainya. Tidak mungkin jika Sang Kholik bertindak buruk pada sesuatu yang dicintainya. Dalam ungkapan lain, shahabat Nabi Umar bin Khattab menyampaikan pesan yang sangat bijak terkait datangnya musibah.
Umar bin Khattab pernah berkata tatkala datang musibah kepadanya. “Tidaklah musibah ini besar selama tidak menimpa agamaku. Namun jika musibah itu menimpa agamaku, maka akan kuanggap sebagai musibah besar karena dapat merugikan orang di dunia maupun di akhirat nantinya. Kemudian, musibah ini tidaklah terlalu besar bagiku karena masih ada musibah yang lebih besar. Dibalik musibah yang aku alami, masih ada musibah lain yang lebih besar menanti.”
Terakhir, dari musibah yang aku alami Allah memberi diriku kesempatan untuk bersabar dan mengintrospeksi diri. Dua hal ini yang akan terus menjadi pengaman agar tidak terjerumus dalam laku kemaksiatan. Mereka pelindung atas segala sesuatu yang menimpaku. Menuntun diriku agar tidak terpancing ke dalam hal-hal yang menyalahi aturan-Nya.
Maka bisa dipahami, jika musibah datang menimpa umat manusia, maka pikiran harus diarahkan ke dalam prasangka yang baik. Seberat apapun musibah yang dialami, pasti ada maksud tersembunyi Allah di dalamnya. Semoga kita bisa tabah dan sabar dalam menghadapi semua musibah.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…