Sejarah Buku Iqro: Latar Belakang dan Perkembangannya

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
iqro

Buku Iqro atau lengkapnya berjudul Buku Iqro : Cara Cepat Belajar Membaca Al Qur’an adalah sebuah buku yang digunakan untuk mempelajari dan melafalkan huruf Hijaiyah dengan benar.

Buku ini merupakan media pembelajaran membaca Al Qur’an yang diperuntukkan bagi anak-anak TK hingga sekolah dasar, baik di pesantren, surau, masjid, atau di rumah sekalipun.

Latar Belakang

Mempelajari, membaca, dan mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim dan harus dilakukan sejak dini.

Untuk bisa membaca Al Qur’an, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai huruf Hijaiyah dan melafalkannya dengan benar.

Salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk mempelajari dan melafalkan huruf Hijaiyah dengan benar adalah buku iqro.

Buku iqro yang dimaksud adalah buku yang berjudul Buku Iqro : Cara Cepat Belajar Membaca Al Qur’an yang ditulis oleh As’ad Humam dan Team Tadarus AMM. Buku ini dirilis pertama kali pada tahun 1990-an.

Meskipun baru dirilis tahun 90an, sejatinya gagasan perlunya media pembelajaran untuk mempelajari dan melafalkan huruf Hijaiyah dengan benar telah ada pada tahun 50an.

Ketika itu, di Yogyakarta ada sebuah kelompok belajar untuk mempelajari Al Qur’an dengan menggunakan metode tradisonal yang lebih menekankan pada hubungan antara guru dan murid secara langsung .

Adapun media pembelajaran yang digunakan dalam metode tradisonal adalah buku Qa’idah Baghdadiyyah ma’a Juz ‘amma. Karena itulah metode tradisonal disebut juga dengan metode Baghdadi.

Buku ini menggunakan teknik mengeja setiap huruf dan harakat dalam bahasa Indonesia sebelum melafalkannya secara utuh.

Menggunakan metode tradisional yang lebih menekankan hubungan antara guru dan murid secara ketat ternyata memberikan tantangan tersendiri di mata seorang ulama sekaligus pedagang bernama As’ad Humam.

Tahun 1973, beliau kemudian melakukan serangkaian diskusi dengan anggota kelompok dan mencoba teknik pengajaran membaca Al Qur’an sekaligus media pembelajaran yang baru.

Hal ini disebabkan semakin meningkatnya generasi muda yang tak mampu membaca Al Qur’an, lembaga pendidikan yang ada saat itu tidak mampu meredam peningkatan yang terjadi, dan metode lama harus disempurnakan.

Kemudian dikembangkan sebuah teknik yang tetap menitikberatkan pada hubungan antara guru dan murid namun guru hanya memberikan sedikit instruksi. Kemudian, guru mendengarkan bacaan siswa secara pasif.

Sedikitnya instruksi guru disebabkan adanya media pembelajaran yang digunakan yakni buku iqro yang terdiri dari enam jilid. Masing-masing buku mengenalkan huruf Arab atau Hijaiyah dengan tingkat kesulitan dari rendah hingga tinggi.

Selain itu, hukum bacaan tajwid, aturan waqaf, saktah, dan hukum bacaan Al Qur’an lainnya juga disajikan dengan jelas dan mudah dipahami.

Dalam buku tersebut juga telah tercantum instruksi belajar, baik di awal pelajaran maupun di tengah-tengah pelajaran. Instruksi yang terdapat di dalam buku memudahkan murid untuk bisa belajar mandiri.

Metode pembelajaran membaca Al Qur’an dengan menggunakan buku iqro ini ternyata sangat diapresiasi masyarakat. Hingga akhirnya Dinas Agama D.I Yogyakarta memberi penghargaan di tahun 1988.

Tahun 90an, buku ini kemudian dirilis dan dijual ke seluruh pelosok negeri. Mulai menjamurnya TPA atau Taman Pendidikan Al Qur’an membuat buku ini laku keras.

Perkembangannya Saat Ini

Sejak saat itu, penggunaan buku iqro sebagai media pembelajaran dalam mempelajari Al Qur’an mulai diterapkan di berbagai TPA, pesantren, langgar, surau, masjid, sekolah, atau homeschooling.

Buku iqro yang dikenal memberikan kemudahan bagi murid untuk meningkatkan kecepatan dalam belajar membaca Al Qur’an ternyata tidak hanya beredar di Indonesia.

Tercatat, Malaysia juga menggunakan buku ini sebagai media pembelajaran bagi murid dalam belajar membaca Al Qur’an. Bahkan di tahun 1994, Malaysia mewajibkan penggunaan buku ini di sekolah dasar.

fbWhatsappTwitterLinkedIn