At-Tin adalah surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dan merupakan surah ke-95 dalam urutan penulisan Al-Quran. Nama masjid ini berasal dari At-Tin. Bagaimana kiah masjid ini bisa dibangun? Simak penjelasannya di bawah ini.
Sejarah Pendirian masjid At-Tin
Masjid At-Tin adalah masjid yang identik dengan almarhum Ibu Negara Republik Indonesia yaitu Ibu Tien Soeharto dan masjid ini pun mengambil nama yang sama dengan nama beliau.
Masjid At-Tin adalah salah satu di antara dua masjid megah di kawasan TMII (Taman Mini Indah Indonesia). Masjid At-Tin dibangun pada bulan April 1997 dan dibuka secara resmi pada tanggal 26 November 1999.
Berdirinya Masjid At-Tin tidak bisa dilepaskan dari peran dan jasa Ibu Tien selama mendampingi Pak Harto sebagai presiden RI ke-2. Pengelolaan masjid ini juga berada di bawah Yayasan Ibu Tien Soeharto. Oleh karena itu, nama At-Tin dibangun sebagai doa dan wujud rasa cinta yang tulus dari anak kepada ibunda atau cucu kepada neneknya.
Masjid At-Tin dibangun atas gagasan dari Ibu Tien Soeharto. Ide pembangunan masjid ini muncul pada tahun 1999. Pada saat itu, Ibu Tien berangkat naik haji dan berdoa agar suaminya, yakni Presiden Soeharto segera membangun masjid.
Masjid At-Tin mulai dibangun setahun setelah Ibu Tien kembali kepangkuan-Nya terlebih dahulu sebelum Masjid At-Tin selesai.
Kisah Ibu Tien Pendamping Mantan Presiden Soeharto
Di masa Orde Baru, TMII menjadi tempat kebanggan rezim. Ibu Tien atau Siti Hartinah, yang dinikahi Pak Harto 26 Desember 1947 adalah seorang yang berasal dari kelaurga priyayi keturunan Mangkunegara Solo.
Di zaman kolonial dan zaman pra-Islam di Indonesia, anak perempuan priyayi akan rendah derajatnya jika menikahi laki-laki dari rakyat jelata. Namun, ketika Ibu Tien menikahi Pak Harto, zaman sudah berubah. Indonesia sudah merdeka dan tetanan feodalisme agak terganggu.
Menikahi Ibu Tien membuat Psk Harto menjadi dipandang dikalangan masyarakat karena Pak harto dulu adalah anak jelata. Pada tahun 1947, pangkat Pak Harto hampir Letnan Kolonel. Ibu Tien berada dalam penyelamatan karir Pak Harto tahun 1959.
Ibu Tien juga berjuang melobi Gatot Subroto yan ketika itu adalah wakit kepala staf angkatan darat yang membuat Pak Harto tidak dipecat, hanya disekolahkan ke Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD). Pak Harto diberi jabatan yang menurut sebagian pihak tidak prestisius, yakni komandan pasukan cadangan.
Kisah Pak Harto memanglah berlaku dengan semboyan “di balik laki-laki sukses ada perempuan hebat.”Setelah Soeharto jadi presiden, Ibu Tien menjadi Ibu Negara. Perannya begitu penting bagi Pak Harto.
Ibu Tien adalah perempuan yang cukup berkuasa di samping suaminya yang menjadi presiden. Hi
Asal Usul Nama Majid At-Tin
Selaim mengambil nama dari mendiang Ibu Tien, nama At-Tin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran wahyu ke-27 yang diterima Nabi Muhammad SAW. Surah At-Tin memiliki makna buah yang manus, enak dan penuh gizi. Buah ini dipercaya memiliki banyak khasiat baik yang belum matang atau sesudahnya.
Arsitektur Masjid At-Tin
Masjid At-Tin dirancang oleh pasangan arsitek anak dan ayah yakni Fauzan Noe’man dan Ahmad Noeman. Keduanya adalah seorang arsitek handal dan menghasilkan rancangan unik dengan memadukan berbagai seni bina bangunan masjid dunia dan nusantara.
Masjid At-Tin memiliki bangunan megah modern yang indah dengan struktur utama bangunan masjid At-Tin dibangun layaknya sebuah masjid megah Usmaniah di Turki. Dengan kubah tunggal berukuran raksasa di atap masjid, masjid ini terkesah megah seperti bangunan masjid di Eropa.
Atap masjid dilengkapi dengan empat menara tinggi di empat penjuru ditambah dengan satu menara tunggal yang lebih tinggi terpisah dari bangunan utama.
Masjid At-Tin meski dirancang menyerupai masjid di Eropa, tetap tidak meninggalkan kekhasan nusantara yang dicirikan dengan atap masjid berbentuk limas atau joglo yang dimunculkan pada bentuk ornamen di seluruh dinding masjid.
Ornamen berbentuk atap limas terebut sekaligus membentuk anak panah yang menghadap ke langit. Mencoloknya lekukan, konstruksi dan ornamen yang berbentuk anak panah paa tiap bagian masjid ini memberikan gambaran bahwa rancangan bangun Masjid At-Tin didesain se-minimal mungkin.
Hal tersebut bertujuann untuk mengekspos elemen estetis terputus dengan mengedepankan gerakan geometris yang terus tersambung seperti yang tergambar dalam sudut masing-masing anak panah yang saling berhubungan.
Bentuk anak panah ini memiliki makna agar umat manusia tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat Allah SWT yang terlukis seperti bentuk anak panah mulai dari titik awal hingga titik akhir.
Interios Masjid At-Tin tidak menggunakan lampu gantung tunggal dalam ukuran besar yang menggantung di bawah kubah utamanya. Lampu gantung dirancang sendiri dengan menjuntai berjejer di bawah kubah utama.
Masjid Yang Tidak Pernah Sepi Jamaah
Meskipun kondisi covid-19, Masjid At-Tin selalu kedatangan jamaah dengan protokol kesehatan yang ketat. Masjid At-Tin tidak memiliki jamaah yang tetap, kebanyakan pendatang yang sekadar berkunjung dan menunaikan shalat.
Masjid At-Tin dibangun di atas lahan seluas 70 ribu meter persegi dan dirancang untuk dapat menampung hingga lebih dari 10 ribu jamaah dengan perincian 9000 jamaah di dalam masjid dan 1850 jamaah di luar masjid sekitar selasar dan plaza.