Sejarah Puasa Daud – Puasa yang Disukai Allah SWT

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Yang dimaksud dengan puasa Daud adalah salah satu amalan Nabi Daud yang mendatangakan pahala yakni berpuasa satu hari dan berbuka satu hari.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan bahwa puasa Daud merupakan salah satu dari macam-macam puasa sunnah yang disukai Allah.

Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Puasa yang lebih disukai Allah ialah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah ialah shalat Daud. Beliau tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya. Beliau berpuasa satu hari, lalu berbuka satu hari.” (HR. Bukhari Muslim)

Dari hadits di atas, puasa Daud yakni berpuasa satu hari dan berbuka satu hari sangat disukai oleh Allah SWT. Puasa seperti ini merupakan salah satu wujud keutamaan puasa Daud.

Bagaimanakah sejarah puasa Daud?

Nabi Daud ‘alaihis salam adalah seorang raja di Yerusalem. Suatu hari, Nabi Daud duduk di mihrabnya. Di tempat itulah beliau biasa shalat dan beribadah.

Ketika Nabi Daud memasuki kamarnya, beliau memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan siapapun pun masuk ke kamar untuk menemuinya.

Tiba-tiba, beliau dikejutkan dengan hadirnya dua orang laki-laki yang berdiri di hadapannya. Seingat Beliau,  para pengawalnya telah diperintahkan untuk tidak mengizinkan siapapun pun masuk ke kamar.

Nabi Daud pun merasa takut kepada mereka berdua. Kemudian, Beliau  bertanya kepada mereka, “Siapakah kalian berdua?”

Salah seorang laki-laki itu berkata, “Janganlah takut, wahai Tuanku. Aku dan laki-laki ini berselisih pendapat. Kami datang kepadamu agar kamu memutuskan dengan cara yang benar.”

Nabi Daud pun bertanya, “Apa masalahnya?”

Laki-laki yang pertama berkata, “Saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan kambing betina, sedangkan aku hanya mempunyai satu. Ia telah mengambilnya dariku.”

“”Berikanlah kepadaku!” lalu ia mengambilnya dariku,” lanjut laki-laki yang pertama.

Tanpa mendengar argumentasi dari pihak yang lain, Nabi Daud berkata,

“Sesungguhnya dia telah berbuat zhalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya, dari kebanyakan orang-orang yang berserakan itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman.”

Setelah berkata demikian, tiba-tiba kedua orang laki-laki itu menghilang. Akhirnya, beliau pun menyadari bahwa kedua orang laki-laki itu sejatinya malaikat yang diutus Allah SWT untuk memberinya pelajaran.

Pelajaran yang dimaksud adalah sebagai pemimpin, hendaklah beliau tidak mengambil keputusan hukum di antara dua orang yang berselisih kecuali setelah mendengar semua perkataan dari kedua belah pihak.

Allah berfirman dalam surat Shaad ayat 26 sebagai berikut.

“Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (QS. Shaad : 26)

Nabi Daud pun kemudian tunduk, bersujud, dan ruku’ kepada Allah SWT dan meminta ampun kepada-Nya hingga akhir hayatnya.

Kisah ini diceritakan dalam surat Shaad ayat 21-25 sebagai berikut.

“Dan apakah telah sampai kepadamu berita orang-orang yang berselisih ketika mereka memanjat dinding mihrab? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu dia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut! (Kami) berdua sedang berselisih, sebagian dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara kami secara adil dan janganlah menyimpang dari kebenaran serta tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku  ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu dia berkata, “Serahkanlah (kambingmu) itu kepadaku! Dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan. Dia (Daud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan Daud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat. Lalu Kami mengampuni (kesalahannya) itu. Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (QS. Shaad : 21-25)

Dalam Tafsir Al Qur’an Hidayatul Insan dijelaskan bahwa kesalahan yang telah dilakukan Nabi Daud tersebut tidak perlu disebutkan. Karena itu, kesalahan Nabi Daud tidak perlu dicari-cari.

Dari kisah di atas, Nabi Daud menyadari kekeliruannya dan beliau kembali menyembah Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya hingga akhir hayatnya.

Nabi Daud pun berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan dengan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sebaik-baik puasa adalah puasanya Daud. Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur dengan tujuh puluh suara; beliau melakukan shalat di tengah malam dan menangis di dalamnya, dan karena tangisannya segala sesuatu pun ikut menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan orang yang menderita.”

Tafsir Al Qur’an Hidayatul Insan menjelaskan bahwa hikmah dari kisah tersebut antara lain kelembutan Allah pada Nabi Daud, tobat yang dilakukan Nabi Daud, dan kembalinya Nabi Daud ke jalan-Nya.

Hikmah lainnya adalah tingginya kedudukan Nabi Daud di sisi Allah dan keadaan Nabi Daud yang menjadi lebih baik setelah bertobat kepada Allah.

fbWhatsappTwitterLinkedIn