Sejarah Wakaf Dalam Al-Quran

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dalam keseharian kita mengenal istilah wakaf. Misalnya saja tanah wakaf, masjid wakaf atau lainnya yang kemudian diperuntukkan bagi kepentingan umum. Namun, apakah Anda memahami betul apakah makna dari wakaf itu sendiri? Sejarah wakaf dalam Al-Quran pun akan dibahas dalam artikel berikut ini.

Yuk, simak ulasannya berikut ini!

Pengertian Wakaf

Wakaf merupakan sebuah kata yang diambil dari Bahasa Arab (Waqafa), yang memiliki arti menahan atau berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri. Menurut Kamus Istilah Fikih, wakaf ialah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan yang memberi manfaat bagi masyarakat (Mujieb, 2002 : 414).

Dalam arti lain, wakaf adalah menyerahkan kepemilikan suatu harta benda kepada perorangan maupun kelompok untuk digunakan sebagai fasilitas publik yang sesuai dengan syari’at Islam.

Baca juga:

Tujuan Wakaf

Seseorang yang berniat melakukan wakaf insya Allah akan meraih limpahan keberkahan jika diniatkan karena dan untuk mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits berikut ini.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah (2): 261)

Sejarah Wakaf

Menurut sejarah wakaf dalam Al-Quran, wakaf untuk kali pertama terjadi pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, tepatnya pada waktu beliau hijrah ke Madinah bersama dengan kaum Muhajirin. Wakaf tersebut dilaksanakan oleh umat Islam, yakni membangun Masjid Quba. Wakaf ini kemudian dinamakan Wakaf keagamaan.

Enam bulan kemudian setelah pembangunan Masjid Quba, umat Islam kembali berwakaf dengan membangun Masjid Nabawi.

Tidak sampai di situ saja, pada masa tersebut juga terjadi Wakaf derma (filantropis). Wakaf ini diberikan oleh Mukhairiq, selepas beliau tiada, beliau mewakafkan hartanya yang berupa tujuh bidang kebun buah-buahan yang terdapat di Madinah kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pada tahun 626 M.

Kemudian Rasulullah SAW mengambil alih pengelolaan kebun tersebut dan mengambil manfaatnya untuk diberikan kepada fakir miskin. Hal inipun diteruskan oleh para sahabat Rasul dan Khalifah Umar bin Khattab.

Setelah Rasulullah SAW wafat, pada tahun 635-645 M Khalifah Umar bin Khattab memberikan wakaf keluarga dan membuat dokumen tertulis atasnya di Khaibar. Kegiatan ini turut dihadiri oleh para sahabat beliau. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini.

Baca juga:

Dari Ibnu Umar ra, berkata : “Bahwa sahabat Umar ra, memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar ra, menghadap Rasulullah SAW untuk meminta petunjuk, Umar berkata : “Hai Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum mendapat harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?”

Rasulullah SAW. bersabda: “Bila engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata :”Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, Ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta.” (HR.Muslim)

Itulah awal sejarah wakaf dalam Al-Quran menurut yang tertulis dalam Al-Qur’an. Wakaf telah menyebar ke berbagai penjuru dunia seiring dengan perkembangan populasi umat Islam. Sampai saat ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk mewakafkan hartanya demi meraih keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga kita termasuk salah satu di dalamnya, aamiin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn