Iman, amal saleh, kebenaran dan kesabaran adalah hal terpenting dalam hidup ini. Keempat hal itu menjadi modal pokok seseorang untuk memperoleh keberuntungan hidup di dunia dan akhirat.
Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam QS. Al-Ashr ayat satu sampai empat. Bahwasanya seluruh manusia dalam keadaan merugi kecuali orang-orang yang memiliki keempat hal di atas. Adapun hal yang akan dibahas pada tulisan ini yakni kesabaran.
Mengingat, kesabaran adalah bagian terpenting dalam keimanan seseorang. Imam Ibnu Qayyim Al Jauzi berpendapat “Kesabaran dalam stuktur keimanan seseorang, layaknya posisi kepala pada bagian tubuh. Apabila tubuh tersebut kehilangan kepalanya, maka hilang pula kehidupannya.”
Maka siapapun yang hilang kesabarannya, seolah-olah menjadi sebab hilangnya pula iman dalam dirinya. Sebab hilangnya kesabaran akan memicu munculnya pengingkaran atas ketentuan takdir Allah.
Dari Abdullah bin Mas’ud (w. 28 H), bahwasanya Nabi Muhammad Saw. bersabda,
الصَّبْرُ نِصْفُ الْإِيمَانِ : وَالْيَقِينُ الْإِيمَانُ
“Kesabaran dalam separuh dari keimanan. Adapun keyakinan adalah seluruh dari keimanan.” (HR. Imam Thabrani no. 8544)
Abdullah bin Abbas berpendapat, kesabaran di dalam Al-Qur’an ada tiga, bentuk kesabaran yakni bersabar atas melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah, bersabar dari meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan Allah, dan bersabar dalam menghadapi musibah.
Kesabaran dalam mengerjakan kewajiban dari Allah baginya tiga ratus derajat, kesabaran dalam meninggalkan yang diharamkan Allah mendapatkan enam ratus derajat, dan kesabaran atas suatu musibah ketika awal goncangan mendapatkan pahala sembilan ratus.
Allah SWT berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya : Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (Qs. Az Zumar [39]: 10)
Pada hakikatnya musibah yang menimpa seorang yang beriman adalah ujian kenaikan tingkat menuju derajat yang mulia di sisi-Nya. Oleh karenanya, diperintahkan bagi orang yang tertimpa musibah supaya bersabar pada awal saat datangnya musibah dan memohon pertolongan-Nya untuk menghadapi musibahnya.
Hendaknya bagi orang yang tertimpa musibah ia harus bersabar, mengingat, begitu besar pahala yang Allah berikan kepada orang-orang yang bersabar. Namun, seseorang dilarang berdoa agar diberi musibah supaya ia dapat bersabar dengan musibah tersebut, hal itu sebagaimana hadits berikut:
Dari Sahabat Mu’adz bin Jabal RA, Nabi Muhammad SAW mendengar seseorang berdoa “Duhai Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang sempurna.” Mendengar doa itu, Nabi Muhammad Saw. bertanya “Apakah kenikmatan yang sempurna itu?”
Orang tersebut menjawab, “Itu adalah doa yang saya panjatkan dan aku berharap kebaikan karenanya”. Nabi Muhammad SAW bersabda “Sesungguhnya diantara kenikmatan yang sempurna itu ialah surga dan selamat dari neraka”.
Dan Nabi Muhammad SAW mendengar seseorang berucap dalam doanya “Yaa Dzal Jalaali Wal Ikram (Duhai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan)”, Nabi Muhammad SAW bersabda “Sungguh telah dikabulkan doamu, maka mintalah”.
Dan Nabi Muhammad SAW mendengar seseorang berdoa “Duhai Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kesabaran”, mendengar doa itu Nabi Muhammad SAW bersabda “Engkau telah memohon musibah kepada Allah, maka mintalah keselamatan”.
(Riwayat Imam Tirmidzi no. 3527)
Nabi Muhammad SAW menegur sahabat tersebut, karena ia memohon kesabaran sebelum datangnya musibah, maka seolah-olah ia berdoa, “Duhai Tuhanku, berilah aku musibah supaya aku dapat bersabar atas musibah itu.”
Hal itu dilarang oleh Nabi Muhammad SAW, mengapa? Karena Nabi Muhammad SAW selalu menginginkan umatnya agar selalu selamat dari berbagai macam bala musibah.
Adapun doa yang dianjurkan dalam memohon kesabaran sebagaimana yang diajarkan Al Qur’an Al Baqarah ayat 250 dan Al A’raf ayat 126 yakni:
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
“Duhai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami”.
Kedua ayat itu menjelaskan doa orang-orang mulia yang telah dihadapkan pada suatu musibah.
Al Baqarah ayat 250 menjelaskan tentang doa Thalut beserta pasukannya ketika berhadapan dengan raja Jalut dan tentaranya, dan menyaksikan betapa banyaknya jumlah musuh dan perlengkapan perang yang demikian sempurna.
Adapun Al A’raf ayat 126 menjelaskan tentang doa para penyihir Fir’aun yang telah beriman kepada Allah Swt. dan ketika itu Fir’aun hendak menyiksa mereka sebab keimanan mereka kepada Allah Swt.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah bersabar di awal terjadinya musibah merupakan perkara yang dianjurkan, sebab pahala yang teramat besar akan Allah anugerahkan kepadanya. Akan tetapi kita dilarang untuk meminta musibah agar kita dapat bersabar atau memperoleh pahala bersabar sebab musibah tersebut. Wallahu a’lam.