Shalat Dhuha – Keutamaan, Waktu dan Jumlah Rakaat dan Tata Cara Shalat

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Salah satu shalat sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam untuk dikerjakan adalah sholat dhuha, yaitu sholat sunnah yang dikerjakan diwaktu matahari telah naik kurang lebih tujuh hasta hingga menjelang waktu dhuhur. Kata Dhuha secara bahasa berasal dari kata Ad- Dhahwu (الضَّحْوُ) yang artinya adalah siang hari yang mulai memanas.(Baca : Sholat Syuruq Bagi Wanita)

Sedangkan menurut ahli fiqih dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, dhuha itu artinya :

ما بين ارتفاع الشمس إلى زوالها

Artinya:

Waktu ketika matahari mulai meninggi sampai datangnya zawal (tergelincirnya matahari).”

Abu Hurrairah Radhiallahu ‘Anhu pernah berkata :

أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Artinya:

Kekasihku telah mewasiatkan aku tiga hal agar aku jangan tinggalkan sampai mati. 1. Puasa tiga hari setiap bulan. 2. Shalat dhuha.3. Shalat witir sebelum tidur.”  (HR. Bukhari, Muslim,  Abu Daud, Ad Darimi)

Keutamaan Shalat Dhuha

Shalat dhuha merupakan suatu bentuk ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Dan dengan melaksanakannya maka Allah SWT akan memberikan kemudahan jalan, terutama dalam memperoleh rizki. selain itu, Keutamaan Shalat Dhuha yang sangat luar biasa, adalah sebagai berikut :

1. Shalat dhuha merupakan suatu bentuk sedekah

Dari Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

يصبح على كل سلامي من أحدكم صدقة. فكل تسبيحة صدقة. وكل تحميدة صدقة. وكل تهليلة صدقة. وكل تكبيرة صدقة. وأمر بالمعروف صدقة. ونهي عن المنكر صدقة. ويجزئ، من ذلك، ركعتان يركعهما من الضحى

Artinya:

Hendaknya di antara kalian bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah,  setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap bacaan takbir adalah sedekah, beramar ma’ruf adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan itu semua sudah tercukupi dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim, Al Baihaqi, Ibnu Khuzaimah)

Buraidah Radhiallahu ‘Anhu, bahwasannya Rosulullah sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

في الإنسان ستون وثلاث مائة مفصل عليه أن يتصدق عن كل مفصل منه بصدقة قالوا ومن يطيق ذلك يا رسول الله قال النخاعة تراها في المسجد فتدفنها أو الشيء تنحيه عن الطريق فإن لم تجد فركعتا الضحى

Artinya:

Dalam tubuh manusia terdapat 360 tulang. Ia diharuskan bersedekah untk tiap ruas tulang itu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang mampu melakukan itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dahal yang ada di masjid lalu ditutupnya dengan tanah, atau menyingkirkan gangguan dari jalan, atau sekali pun tidak mampu maka shalatlah dua rakaat pada waktu dhuha  .”  (HR. Ibnu Hibban, Abu Dawud, dan Ahmad)

Wajib di baca :

2. Shalat dhuha merupakan ibadahnya orang-orang yang bertaubat

Rasulullah  shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

صلاة الأوِّاِبين إذا رَمَضَت الفِصال من الضُحَي

Artinya:

 “Shalatnya orang yang bertaubat adalah saat anak unta terbakar (oleh panas matahari) di waktu pagi.“ (HR. Muslim)

لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين

Artinya:

 Hanya orang yang bertaubat yang memelihara shalat dhuha karena shalat dhuha adalah shalatnya orang-orang yang bertobat.” (HR. Ibnu Khuzaiman dan Hakim)

Baca juga :

3. Shalat Dhuha merupakan shalat yang dapat menghilangkan segala keburukan

Rasulullah  shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

مَنْ صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي دَهْرِهِ مَرَّةً وَاحِدَةً يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ إحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ عَشْرَ مَرَّاتٍ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَإِذَا تَشَهَّدَ سَلَّمَ وَاسْتَغْفَرَ سَبْعِينَ مَرَّةً وَسَبَّحَ سَبْعِينَ مَرَّةً سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ دَفَعَ اللَّهُ عَنْهُ شَرَّ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ وَشَرَّ أَهْلِ الْأَرْضِ وَشَرَّ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ

Artinya:

Barangsiapa yang melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat pada hari Jum’at satu kali membaca Al-Fatihah 10 kali, Surah An-Nas 10 kali, Surah Al-Falaq 10 kali, Surah Al-Ikhlas 10 kali, Surah Al-Kafirun 10 kali, ayat Kursi 10 kali dalam setiap rakaat, kemudian ketika membaca tasyahud / tahiyat dan mengucapkan salam dan istighfar 70 kali bertasbih 70 kali, maka Allah akan menghindarkan dia dari keburukan penduduk langit dan keburukan penduduk bumi dan keburukan manusia dan jin.” (Hadits riwayat Asbahani)

Baca juga :

4. Allah SWT akan mencukupkan kebutuhannya di sore hari

Dengan mengamalkan shalat dhuha, maka Allah akan mencukupkan kebutuhan pada sore hari itu. Hal ini sesuai dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi berikut ini :

قال الله عزوجل: ابن آدم لا تعجزن عن أربع ركعات في أول النهار أكفك آخره

Artinya:

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Wahai Anak Adam, jangan sekali-kali kamu malas mengerjakan empat rakaat pada awal siang (shalat dhuha), nanti akan Aku cukupi kebutuhanmu pada akhirnya (sore hari).”

Baca juga :

5. Shalat dhuha merupakan wasiat dari Rasulullah

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata :

أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ : صَوْمِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Artinya:

 Kekasihku (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara agar jangan aku tinggalkan hingga mati; Puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur dalam keadaan sudah melakukan shalat Witir.” (HR. Bukhari dan Muslim).(Baca juga : Mawaris Dalam Islam)

6. Shalat Dhuha menjanjikan pahala Haji dan umrah

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya:

 “Siapa yang shalat Fajar berjamaah, kemudian duduk untuk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka baginya bagaikan pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Tirmizi)

Wajib baca :

7. Shalat Dhuha menjanjikan perlindungan dari Allah SWT

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Darda dan Abu Dzar radhiallahu anhu, bahwasannya Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda yang artinya

Allah Azza wa Jalla telah berfirman, “Wahai anak Adam shalatlah empat rakaat di awal hari, Aku akan lindungi engkau hingga akhirnya.”

8. Shalat Dhuha menjanjikan ampunan dosa

Bagi yang menjalankan shalat dhuha akan diampuni segala dosa-dosanya, meskipun dosa-dosanya sebanyak buih yang ada dilautan. Ini sesuai dengan hadist Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam yang artinya

Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam juga bersabda

Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat salatnya setelah salat shubuh karena melakukan iktikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat salat dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.” (HR Abu Daud)

Baca juga :

9. Mendatangkan keuntungan (ghanimah)

Bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah berkata

Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib)

10. Janji surga bagi yang melaksanakan shalat dhuha

Sebagaimana sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang artinya

Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani)

Selain itu, bagi mereka yang istiqomah dalam menjalankan ibadah sunnah tersebut maka Allah SWT menjanjikan untuk memasukkannya ke surga melalui pintu khusus. Ini berdasarkan pada sebuah hadist yang artinya

Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).

Baca juga :

Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha

Di atas telah dijelaskan bahwa shalat dhuha dilaksanakan mulai matahari telah naik kurang lebih tujuh hasta hingga menjelang waktu dhuhur. Akan tetapi terdapat perbedaan pendapat dari para ulama terkait dengan Tata Cara Shalat Dhuha. Perbedaan pendapat tersebut diantaranya adalah :

  • Menurut riwayat An Nawawi dalam kitab Ar-Raudhah menyatakan bahwa sebagian dari ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa waktu dimulainya shalat dhuha adalah tepat setelah terbitnya matahari. Akan tetapi mereka menganjurkan untuk menundanya sampai matahari setinggi tombak.(Baca juga : Tata Cara Shalat Idul Fitri)
  • Ar Rofi’i dan Ibn Rif’ah menyatakan bahwa sebagian ulama syafi’iyah lainnya berpendapat bahwa shalat Dhuha dimulai ketika matahari sudah setinggi kurang lebih satu tombak.(Baca juga : Tata Cara Sholat Sunah Rawatib)

Dalam menentukan ukuran matahari setinggi satu tombak juga terdapat perbedaan, yaitu :

  • Dalam Mausu’ah Fiqhiyah Muyassarah, Imam Al-Albani menyatakan bahwa “Satu tombak adalah 2 meter menurut standar ukuran sekarang.”(Baca juga : Tata Cara Shalat Jamak)
  • Dan sebagian ulama lainnya menyatakan bahwa posisi matahari setinggi satu tombak adalah kurang lebih 15 menit setelah terbit. Hitungan ini berdasarkan hitungan waktu.(Baca : Tata Cara Shalat Tahajud)

Lalu kapankah waktu yang paling Afdhal untuk melaksanakan sholat dhuha?

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

Artinya

Shalat para Awwabin adalah ketika anak onta mulai kepanasan.” (HR. Muslim)

Jadi dari hadist di atas  bisa diketahui bahwa waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat dhuha adalah ketika matahari sudah mulai panas atau menjelang berakhirnya waktu dhuha. Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam An-Nawawi juga menyatakan bahwa :

قَالَ أَصْحَابنَا : هُوَ أَفْضَل وَقْت صَلَاة الضُّحَى ، وَإِنْ كَانَتْ تَجُوز مِنْ طُلُوع الشَّمْس إِلَى الزَّوَال

Artinya

Sahabat-sahabat kami (syafi’iyah) telah berkata: ‘Itu adalah waktu yang paling utama untuk shalat dhuha, dan boleh saja melakukannya dari terbitnya matahari hingga tergelincirnya matahari.”

Dan untuk menentukan waktu berakhirnya sholat dhuha, Rosulullah sholallahu Alaihi Wassalam pernah berkata “Salat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari).” (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi)

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Dhuha

Adapun tata cara pelaksanaan sholah sunnah dhuha adalah sama seperti pelaksanaan sholat-sholat sunnah yang lainnya, yaitu dalam dua raka’at satu kali salam.

Ummu Hani’ Radhiallahu ‘Anha berkata :

أن النبي صلى الله عليه وسلم صلى سبحة الضحى ثماني ركعات يسلم من كل ركعتين

Artinya

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan shalat dhuha sebanyak delapan rakaat, dan dia salam setiap dua rakaat.” (HR. Abu Daud)

Sholat dhuha diutamakan untuk dikerjakan sendiri-sendiri. Akan tetapi para ulama membolehkan sekali-sekali untuk melakukannya secara berjamaah, hukumnya tidak makruh dan juga tidak disunnahkan. Ini sesuai dengan hadist berikut :

Ibnu Abbas berkata :

بِتُّ عِنْدَ خَالَتِيْ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّى مِنَ الَّيْلِ فَقُمْتُ اُصَلِّى مَعَهُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَأَخَذَ بِرَأْسِيْ فَاَقَامَنِيْ عَنْ يَمِيْنِهِ

Artinya

“aku tidur dirumah bibiku, kemudian Nabi SAW sholat malam (tahajud), lalu aku berdiri sholat bersamanya disebelah kiri beliau, maka beliau memegang kepalaku dan menempatkan aku disebelah kanannya.”

  • Niat Sholat Dhuha

أُصَلِّي سُنَّةَ الضُحَي رَكْعَتَين ِللهِ تَعَاليَ

       “USHALLI SUNNATAD DUHA ROK’ATAINI LILLAHI TA’ALA.”

Artinya “Saya niat shalat dhuha dua rakaat karena Allah.”

  • Bacaan dalam sholat dhuha

Sebuah hadist menyatakan :

صلوا ركعتي الضحى بسورتيها : (والشمس وضحاها) ، و (الضحى

Artinya

Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.

Sedangkan dalam Nihayatul Muhtaj disebutkan bahwa yang lebih utama membaca surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas karena surat Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Alquran dan Al-Kafirun setara dengan seperempat Alquran.

Lalu dari kedua pendapat tersebut di atas, manakah yang seharusnya diikuti?

Para ulama telah sepakat bahwa hadist yang menganjurkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu adalah hadis dhaif atau hadist palsu. Tidak ada anjuran yang mengkhususkan bacaan-bacaan tertentu dalam melaksanakan shalat dhuha, baik pada rakaat pertama, rakaat kedua, maupun do’a setelah shalat dhuha. Dan hadis palsu tidak selayaknya dijadikan pegangan untuk mengkhususkan bacaan-bacaan tertentu dalam melaksanakan shalat dhuha, karena hadis palsu bukanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Terkait dengan hal tersebut, dalam Qowa’id Ma’rifatil Bida’ Hal. 52 terdapat sebuah kaidah terkait masalah ibadah yang penting untuk diketahui, yang menyatakan bahwa “Membatasi setiap ibadah yang sifatnya mutlak dengan tata cara tertentu –misalnya waktu, tempat, bacaan, jumlah, dan yang lainnya- tanpa ada keterangan dalil yang shahih termasuk salah satu bentuk bid’ah.”

Dalam Majmu’ Fatawa dan Maqalat Ibn Bazz, As Syaikh Ibn Baz rahimahullah menyatakan bahwa “Adapun yang sesuai sunah, engkau membaca surat yang mudah menurutmu setelah membaca Al Fatihah. Dalam bacaan tersebut tidak ada batasan tertentu, karena yang wajib hanya Al Fatihah sedangkan tambahannya adalah sunah. Maka jika setelah Al Fatihah engkau membaca surat As Syamsi, Al Lail, Ad dhuha, Al Insyirah, dan surat-surat yang lainnya, ini adalah satu hal yang baik.”

  • Bacaan Do’a setelah sholat Dhuha

Setelah melaksanakan sholat dhuha, disunnahkan untuk membaca do’a sebagai berikut :

اللَّهُمَّ إنَّ الضُّحَى ضَحَاؤُك وَالْبَهَا بَهَاؤُك وَالْجَمَالُ جَمَالُك وَالْقُوَّةُ قُوَّتُك وَالْقُدْرَةُ قُدْرَتُك وَالْعِصْمَةُ عِصْمَتُك اللَّهُمَّ إنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضَحَائِكَ وَبِهَائِك وَجَمَالِك وَقُوَّتِك وَقُدْرَتِك آتِنِي مَا آتَيْت عِبَادَك الصَّالِحِينَ

“ALLAHUMMA INNAD DUHA DUHA’UKA WAL BAHA’A BAHAUKA WALJAMALA JAMALUKA WALQUWWATA QUWWATUKA WALQUDROTA QUTROTUKA WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMMA INKANA RIZKI FISSAMA’I FA ANZILHU WAINKANA FIL ARDI FA AKHRIJHU WA INKANA MU’SIRAN FA YASSIRHU WA INKANA HARAMAN FATAHHIRHU WAINKANA BAIDAN FAQARRIBHU BIHAQQI DHUHAIKA WA BAHA’IKA WA JAMALIKA WAQUWWATIKA WA QUDRATIKA ATINI MA ATAITA IBADAKAS SALIHIN.”

Artinya

Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh.”

  • Dzikir setelah sholat Dhuha

Setelah melaksanakan sholat dhuha dianjurkan untuk membaca dzikir :

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَ تُبْ عَلَيَّ إِ نَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُوْرَ

“ROBBIGH FIRLY WATUB ‘ALAYYA INNAKA ANTAT-TAWWAABUL GHOFUR.”

Artinya

Ya Robbi, Ampunilah aku dan terimalah taubatku, Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan ampunan.”

Bacaan dzikir tersebut di atas hendaknya dibaca sebanyak 100 kali.

Jumlah Raka’at Sholat Dhuha

Jumlah raka’at sholat dhuha yang paling sedikit adalah 2 raka’at. Akan tetapi terdapat perbedaan pendapat tentang jumlah raka’at terbanyak dalam sholat sunnah tersebut.

  1. Dalam kitab Al- Majmuk; Imam An-Nawawi menyatakan bahwa jumlah raka’at yang paling banyak dari sholat dhuha adalah delapan raka’at. Pendapat ini didukung oleh madzab Maliki, syafi’i, dan Hambali. Hal ini berdasarkan pada sebuah hadist yang berasal dari Abu Dzar :

أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل بيتها يوم فتح مكة وصلى ثماني ركعات، فلم أر صلاة قط أخف منها؛ غير أنه يتم الركوع والسجود

Artinya

Nabi Muhammad pada hari pembebasan Makkah (fathu Makkah) masuk ke rumahnya dan shalat delapan rakaat. Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan (lebih cepat) dari itu. Akan tetapi beliau tetap menyempurnakan ruku’ dan sujud.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Dalam kitab Ar-Raudhah; menyatakan bahwa 12 raka’at adalah jumlah raka’at sholat dhuha yang paling banyak. Pendapat ini didukung oleh Madzab Pendapat ini berdasarkan dari sebuah hadist yang berasal dari Anas radhiallahu’anhu :

من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة

Artinya Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. ( HR. Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib)

3. Dalam Al-Hawi lil fataawa; As- Suyuthi menguatkan pendapat bahwa sholat dhuha tidak memiliki batasan dalam jumlah raka’atnya. As- suyuthi menyatakan bahwa “Tidak terdapat hadis yang membatasi shalat dhuha dengan rakaat tertentu, sedangkan pendapat sebagian ulama bahwasanya jumlah maksimal 12 rakaat adalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya.” Di dalam kitab tersebut, As-Suyuthi juga mencantumkan beberapa pendapat dari para ulama syafi’iyah serta para ulama malikiyah, yaitu :

  • Dari Al-Hafidz Al-’Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi bahwa

Saya tidak mengetahui seorangpun sahabat maupun tabi’in yang membatasi shalat dhuha dengan 12 rakaat. Demikian pula, saya tidak mengetahui seorangpun ulama madzhab kami (syafi’iyah) – yang membatasi jumlah rakaat dhuha – yang ada hanyalah pendapat yang disebutkan oleh Ar-Ruyani dan diikuti oleh Ar-Rafi’i dan ulama yang menukil perkataannya.”

  • Dari para ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al-Muwattha’ Imam Malik. Beliau mengatakan,

“Shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya.”

Aisyah Radhiallahu ‘Anha pernah ditanya :

أ كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي الضحى؟ فقالت نعم أربع ركعات ويزيد ما شاء الله

Artinya

Apakah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan shalat dhuha?” Beliau menjawab: “Ya, empat rakaat dan ditambahnya menurut kehendak Allah.” (HR. Ibnu Majah, Muslim, dan Ahmad)

fbWhatsappTwitterLinkedIn