Shalat Taubat : Pengertian, Hukum dan Tata Cara Pelaksanaan

√ Islamic Base Pass quality & checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tujuan penciptaan manusia di muka bumi adalah semata-mata untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT serta melaksanakan misi khalifah fil ard sebagaimana hakikat penciptaan manusia dalam islam. Namun, dalam pelaksanaannya tentu tidak mungkin manusia bisa melakukannya dengan sempurna, tentu terdapat kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan.

Tidak ada manusia di dunia ini yang dalam hidupnya tidak memiliki kesalahan atau perbuatan yang buruk, baik itu disengaja ataupun tidak. Tentunya perilaku yang buruk dan mengandung dampak yang mudharat atau merugikan, apalagi terhadap orang banyak adalah perbuatan yang bisa jadi bernilai dosa di hadapan Allh SWT.

Adanya perbuatan manusia yang dapat membawakan kepada dampak-dampak kerusakan, kekeliruan, kerugian, tentunya mendorong manusia untuk dapat menghapus dosanya dengan amalan yang sholeh dan amalan yang baik. Jika tidak, Allah sudah menetapkan adanya balasan akhirat yang paling buruk yaitu neraka bagi mereka yang selalu berbuat kerusakan dan dosa.

Adanya perbuatan manusia yang keliru dan dapat membawakan dampak yang negatif, bukan berarti Tuhan tidak sayang dan membiarkan manusia keliru di jalan-nya. Namun, yang lebih terpenting adalah manusia bisa tetap taat, meminta ampunan, dan mahhfiroh dari Allah SWT. Adanya hal ini mendorong manusia untuk terus tetap menjalankan hidupnya untuk diuji dan diberikan misi keillaiahan yaitu menjadi khalifah fil ard. Sedangkan, fungsi agama tetap hadir untuk memberikan petunjuk yang benar dalam manusia menjalankan kehidupannya.

Perbuatan keliru yang dilakukan terhadap manusia, tentu akann mendorong kita untuk meminta maaf dan kembali menjalin hubungan baiknya. Terhadap Allah, tentunya juga harus meminta ampunan kembali. Sebagaiana Allah sampaikan bahwa Allah adalah Penerima Taubat dan Yang Maha Mengabulkan oda-doa manusia.

Untuk melakukan taubat, tentunya manusia harus segera datang kepada Allah dengan doa, shalat, evaluasi diri, dan meminta ampunan dengan sebenar-benarnya taubat. Untuk itu, berikut adalah mengenai shalat taubat  yang dilakukan orang-orang muslim karena telah melakukan kesalahan atau kekeliruan.

Pengertian Taubatan Nasuha

Secara pengertian, Taubatan Nasuha adalah proses taubat yang dilakukan secara bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad, niat, dan menyempurnakannya dengan usaha untuk memperbaiki diri. Jika taubat dilakukan tanpa usaha dan perbaikan diri, maka taubat yang dilakukan bukanlah taubatan nasuha. Ia hanya sekedar untuk meminta ampunan tapi usaha untuk menjauhi perbuatan dosanya tetap dilakukan.

Taubatan Nasuha, bukanlah hasil yang diraih dengan waktu singkat. Taubatan nasuha adalah proses, sehingga tidak ada hasil yang instan jika ingin melakukan taubatan nasuha. Proses memiliki tahapan-tahapan dan juga keistiqomahan untuk bisa melakukannya.

Untuk melakukan taubatan nasuha maka terdapat langkah-langkah yang harus manusia lakukan sebagai usaha membuktikan diri kepada Allah bahwa kita memang benar-benar ingin bertaubat dan menjauhi segala perbuatan keji dan munkar kembali.

Jika usaha dan berbagai tahapan belum dilakukan, maka tidak bisa digolongkan sebagai taubatan nasuha. Apalagi jika setelah bertaubat tidak jauh setelahnya kembali lagi melakukan kemaksiatan atau melakukan kembali kesalahan yang sama. Sesungguhnya, tidaklah dalam taubat yang bersungguh-sungguh.

Hal Pendukung untuk Melakukan Taubatan Nasuha

Taubatan Nasuha adalah proses, maka untuk melakukannya butuh hal-hal yang mendukung agar proses tersebut bisa konsisten dilakukan sepanjang hayat kita. Jika tidak mendukung, maka tentu proses taubatan nasuha akan sulit dilakukan secara istiqomah. Kita pun mengetahui bahwa manusia bisa saja salah dan terjebak kembali pada kekeliruan yang sama atau bisa jadi berbeda sama sekali.

  1. Lingkungan yang Sehat dan Islami

Lingkungan yang sehat dan islami adalah dimana kita dikelilingi oleh orang-orang yang shaleh dan shalehah. Di dalamnya terdapat amar ma’ruf nahi munkar yaitu saling mengingatkan kebaikan dan saling menasihati dalam kebaikan pula. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang senantiasa mengingatkan teman-teman atau orang sekiatarnya agar terhindar dari keburukan.

Di masa seperti sekarang ini ciri-ciri akhir zaman sudah semakin terlihat di sekeliling kita. Jika tidak ada kesadaran untuk bisa membentengi dan mengondisikan diri di lingkungan yang baik, sudah pasti akan mudah untuk diajak pada nilai-nilai yang keliru. untuk itu, butuh lingkungan sehat dan mengajak pada kebaikan.

Dengan berada di lingkungan yang sehat dan mendukung maka kita seperti dijaga dan dikondisikan dengan situasi yang sehat. Tidak selalu berarti lingkungan yang sehat tidak ada sama sekali orang-orang yang lepas dari dosa dan lepas dari kesahalan. Namun, dengan amar ma’ruf nahi munkar maka hal tersebut bisa diminimalisir. Dengan begitu kita pun terhindar dari putus asa untuk melakukan perubahan dalam diri karena terdapat bahaya putus asa dalam islam, terutama putus asa dalam meraih ridha Allah SWT.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS Al-Ashr : 1-3)

  1. Amalan Ibadah Lainnya

Memperbanyak amalan ibadah salah satunya adalah menguatkan keimanan, menguatkan langkah dna proses kita untuk bertaubat. Disadari bahwa tidak selalu setiap saat kita akan bertemu dengan lingkungan yang sehat dan islami, untuk itu diperlukan kekuatan dari dalam diri untuk senantiasa mengingat Allah dan melakukan amalan ibadah lainnya sebagai Alarm diri kita. Dengan mengingat Allah tentu kita akan merasa tentram dan menghilangkan penyebab hati gelisah menurut islam, yaitu akibat dosa-dosa yang menggunung dan lupa terhadap Allah SWT.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad : 28)

Pelaksanaan Shalat Taubat

Pelaksanaan shalat taubat tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan shalat lainnya. Di dalam pelaksanaan shalat taubat, yang berbeda hanyalah pada niatan dan hukum pelaksanaannya. Shalat taubat adalah salah satu shalat sunnah yang tidak wajib dikerjakan, namun jika dikerjakan tentu akan ada pahala kebaikan mengalir disana.

Shalat taubat adalah shalat yang dikerjakan dengan minimal 2 rakaat dan maksimal 6 rakaat. Untuk mengerjakan shalat taubat, sebaiknya dilakukan di malam hari setelah shalat isua atau saat menjelang shalat tahajud. Hal ini bisa mendukung manusia untuk proses shalat taubat yang tenang, khusuk, tidak banyak gangguan, dan dapat benar-benar ikhlas menghadap Allah SWT.

Waktu pelaksanaan taubat disarankan dilakukan saat setelah shalat isya atau di tengah malam, sebagaimana melaksanakan tahajud. Waktu-waktu itulah dirasa merupakan waktu yang bisa memancing kita untuk khusuk dan benar-benar menghayati shalat yang dilakukan.

Tidak menutup kemungkinan pula apabila shalat taubat dilakukan pada siang hari. Rasulullah pun tidak mentekniskan persoalan waktu shalat taubat secara rinci. Shalat taubat sangat bergantung kepada personal masing-masing. Kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat taubat. Artinya menyesuaikan kondisi dan kebutuhan masing-masing.

Pelaksanaan shalat taubat tentu tidak melihat dari jenis dosa atau apa dosa yang pernah dilakuan. Sudah pasti manusia pernah melakukan perbuatan dosa dan melanggar hukum yang berlaku yang telah Allah tetapkan. Untuk itu, baik itu dosa akibat berbuat zina, riba, atau yang lainnya, shalat taubat bisa dilakukan oleh siapapun, asalkan muslim.

Tata Aturan Shalat Taubat

Dalam melaksanakan shalat taubat, terdapat langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Secara umum, tata aturan pelaksanaan shalat taubat adalah sebagai berikut.

  1. Melakukan Niat – Shalat Taubat

Niat adalah pengawal dalam ibadah. Adanya niat menunjukkan kesungguhan dan keseriusan untuk melaksanakan ibadah tersebut. Termasuk dalam pelaksanaan niat shalat taubat, tentunya terdapat niat yang bisa dilafadzkan.

Niat sendiri beberapa ulam berpendapat tidak perlu untuk dilafadzkan pun juga tidak masalah, asalkan dalam hati dan kekuaran diri mengarahkan untuk melaksanakan ibadah tersebut. Untuk itu, bacaan niat bisa dilafadzkan dalam hati juga.

Bacaan niat tersebut, adalah sebagai berikut :

” Ushalli Sunnatat Taubati Rak’ataini Lillaahi Ta’aalaa, Allaahu Akbar ”.

Artinya,  ”Aku Niat Sholat Sunah Taubat dua Raka’at karena Alloh Ta’ala, Alloh Maha Besar ”’.

  1. Membaca Surat Al Fatihah

Sebagaimana shalat pada umumnya, bacaan surat Al Fatihah adalah bacaan surat yang wajib untuk dibaca saat shalat. Begitupun ketika melaksanakan shalat sunnah, maka bacaan surat Al Fatihah menjadi bacaan yang wajib pula untuk dibaca.

Selain dari bacaan secara lafadznya, ketika shalat taubat, idealnya kita mampu menghayati dan mereningi makna bacaan dari surat Al Fatihah. Di dalamnya terdapat doa yang memohonkan pada Allah agar kita masuk pada golongan orang-orang yang shaleh dan beriman kepadanya, yaitu orang-orang yang diridhoi Allah.

Untuk itu, akan menjadi kurang bermakna jika bacaan shalat hanya sekedar menjadi gugur kewajiban atau formalitas belaka. Alangkah baiknya jika membacanya diiringi pula oleh makna dan arti yang dalam saat melaksanakan shalat.

  1. Membaca Surat Al Kafirun

Surat Al Kafirun adalah salah satu surat yang disarankan untuk dibaca saat shalat taubat. Hal ini mengingatkan sekaligus menjauhi kita dari perbuatan selayaknya orang-orang kafir atau orang-orang yang senantiasa menduakan Allah, atau berbuat syirik. Ada banyak sekali manfaat beriman kepada Allah SWT dan manfaat tawaqal, diantaranya adalah adanya optimisme untuk mendapatkan masa depan akhirat yang lebih baik dan juga selalu terdorong untuk melakukan kebaikan daripada keburukan. Selain itu juga menghadirkan keikhlasan dalam hati karena hanya menggantungkan diri kepada Allah semata.

Ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT, biasanya mereka hanya melakukan kebaikan dan ibadah karena untuk mendapatkan pujian atau pengakuan saja. Sedangkan orang-orang yang benar benar beriman akan hanya bertujuan untuk mendapatkan keridhoan Allah semata.

Untuk itu, sebagaimana dengan membaca surat Al Fatihah, maka membaca surat Al Kafirun pun juga menjadi suatu yang harus terdapat makna dan dipahami isinya.

  1. Membaca Doa Setelah Shalat Taubat

Doa adalah hal yang mendekatkan diri kita kepada Allah sekaligus membuat kita sungguh-sungguh meminta kepada Allah. Tanpa doa, jarang sekali manusia mengingat Allah apalagi benar-benar memohon dan menjadikan Allah sebagai tempat bergantung yang sebenar-benarnya. Untuk itu, berdoa dan berdzikir setelah shalat taubat adalah sesuatu yang sangat untuk dianjurkan dilakukan.

Doa dan Dzikir bukan hanya sebatas aspek ritual belaka dalam islam, melainkan juga bentuk diri kita untuk menghindari sifat sombong dalam islam. Doa dan dzikir adalah bagian dari kerendahan diri kita dihadapan Allah SWT sebagai bentuk keberimanan dan ketaqwaan diri kita. Tanpa doa, tentu kita tidak akan memohon kepada Allah SWT, padahal Allah memberikan perintah untuk memohon dan meminta kepada-Nya kapan dan apapun.

Bentuk keimanan kepada Allah bukan hanya sekedar yakin Rukun Iman dan Rukun Islam semata, melainkan juga selalu menggantungkan hidup dan segala-galanya hanya kepada aturan Allah SWT semata.

Shalat Taubat Tidak Hanya Sekali Saja

Banyak orang berpikir bahwa shalat taubat dilakukan hanya sekali saja lalu kemudian selesai dan merasa diampuni dosanya oleh Allah SWT. Shalat taubat bukanlah penebus dosa yang mampu mengubahnya menjadi pahala secepat mungkin. Shalat Taubat adalah proses kita menuju evaluasi, perenungan diri, muhasabah, dan kesadaran untuk segera berubah memperbaiki diri.

Shalat dan berdoa memang ibadah yang dilakukan dan dapat meringankan ketika kita menghadapi musibah dalam islam. Namun, tidak berarti kita hanya melakukannya saat sedang menghadapi musibah dan sebagai cara menghilangkan stress dalam islam atau sebagai cara agar hati tenang dalam islam saja,melainkan juga bentuk ketundukan dan ketaatan kita kepada perintah Allah SWT baik dalam ritual ataupun sosial.

Shalat taubat tidak hanya dilakukan sekali saat setelah melakukan dosa. Justru, shalat taubat sejatinya harus sering dilakukan oleh manusia, sebagai bentuk kesadaran dan ketakutan akan dosa yang telah diperbuatnya . Untuk itu, shalat taubat bisa dilakukan kapan saja dan tentu dengan kesadaran bahwa kita manusia yang lemah dan tidak berdaya, serta banyak memiliki dosa yang ingin meminta ampun dan bertaubat kepada Allah SWT.

fbWhatsappTwitterLinkedIn