adab shalat Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/adab-shalat Thu, 22 Nov 2018 03:26:07 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png adab shalat Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/adab-shalat 32 32 12 Cara Agar Tidak Lupa Rakaat Shalat https://dalamislam.com/shalat/cara-agar-tidak-lupa-rakaat-shalat Thu, 22 Nov 2018 03:26:07 +0000 https://dalamislam.com/?p=4666 Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap umat Islam. Baik shalat wajib atau shalat fardhu dan shalat sunnat, harus dikerjakan dengan khusyuk agar shalat menjadi lebih afdhol. Namun terkadang ketika shalat, gangguan dari setan pun datang. Salah satunya adalah dengan membuat kita lupa pada jumlah rakaat shalat yang sedang dikerjakan. Hal […]

The post 12 Cara Agar Tidak Lupa Rakaat Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh setiap umat Islam. Baik shalat wajib atau shalat fardhu dan shalat sunnat, harus dikerjakan dengan khusyuk agar shalat menjadi lebih afdhol.

Namun terkadang ketika shalat, gangguan dari setan pun datang. Salah satunya adalah dengan membuat kita lupa pada jumlah rakaat shalat yang sedang dikerjakan. Hal ini sering terjadi pada siapa saja, terutama pada mereka yang tingkat keimanannya naik turun.

Meskipun begitu, kita tidak seharusnya khawatir karena ada berbagai cara untuk mengatasi hal ini. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengatasi masalah lupa rakaat saat shalat:

1. Membaca bacaan dengan agak keras

Dari Abu Qotadah, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ فِى الأُولَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ ، وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ ، وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ ، وَيُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى مَا لاَ يُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ ، وَهَكَذَا فِى الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِى الصُّبْحِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat Zhuhur pada dua raka’at pertama yaitu surat Al Fatihah dan dua surat. Sedangkan dalam dua rakaat terakhir, beliau membaca Al Fatihah dan beliau juga memperdengarkan pada kami ayat lainnya. Beliau biasa memperlama rakaat pertama dibanding rakaat kedua. Demikian pula dilakukan dalam shalat ‘Ashar dan shalat Shubuh.” (HR. Bukhari no. 776).

Baca juga:

2. Membaca bacaan ta’awudz

Suatu hari, Utsman bin Affan bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda, “Itulah setan yang disebut dengan khanzab, jikau engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR. Ahmad).

3. Meludah ke arah kiri

Sebagaimana hadits sebelumnya, dikatakan bahwa jika shalat telah diganggu oleh bisikan setan sehingga lupa bacaan dan rakaat shalat, maka hendaklah meludah ke arah kiri.

4. Mengambil rakaat yang paling sedikit

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian ragu dengan jumlah rakaat ketika shalat, pilih yang paling meyakinkan, dan selesaikan shalatnya, sampai salam. Kemudian lakukan sujud sahwi dua kali.” (HR. Bukhari & Muslim)

5. Melakukan dua sujud sebelum salam

Rasulullah pun pernah lupa rakaat shalat sehingga ia sering pula diingatkan oleh para sahabat. Namun beliau mengajarkan untuk melakukan dua sujud sebelum melakukan salam ketika lupa rakaat dalam shalat.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami salah satu shalat siang, Zhuhur atau Ashar. Ketika pada rakaat kedua, beliau salam. Lalu beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid. Sementara Di antara jamaah ada Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berkomentar.

Sementara jamaah yang punya urusan sudah keluar sambil mengatakan, ‘Shalatnya diqoshor.’ Hingga datag sahabat yang bergelar Dzul Yadain mendekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya,

‘Ya Rasulullah, apakah shalat diqashar ataukah anda lupa?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok ke kanan kirinya, ‘Betulkan apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain?’ Jawab mereka,

‘Betul, Ya Rasulullah. Anda shalat hanya dua rakaat.’ Lalu beliau nambahi dua rakaat lagi sampai salam. Lalu beliau sujud sahwi dua kali, dipisah dengan duduk sebentar. (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga:

Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengimami shalat Asar lalu beliau salam pada raka’at ketiga.

Setelah itu beliau pulang. Seorang sahabat bernama al-Khirbaq menyusul beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memanggil, ‘Ya Rasulullah!’ Lalu dia menyebutkan kejadian tadi.

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke tempat imam dan menanyakan, ‘Apakah benar yang dikatakan orang ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya benar’. Beliaupun menambahkan satu rakaat, hingga salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim)

6. Perbanyak istighfar

Istighfar dapat mencegah kita dari godaan setan yang terkutuk sehingga sebaiknya perbanyak istighfar setiap saat.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya hatiku lupa (tidak ingat kepada Allah) padahal sesungguhnya aku minta ampun kepadaNya dalam sehari 100x.” [HR. Muslim 4/2075]

7. Perbanyak dzikir

Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di watu pagi dan petang.” (Al-Ahzab: 41-42)

8. Rajin membaca Alquran

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an itu akan menjadi hujjah yang membelamu atau yang akan menuntutmu” (HR. Muslim no. 223).

Baca juga:

9. Menyegerakan shalat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam salah satu hadits qudsi:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai melainkan dengan apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya” (HR. Bukhari no. 6502).

10. Tidak makan berlebihan

Tahukah Anda bahwa makan dengan berlebihan dapat menyebabkan mudah lupa? Maka dari itu, sebaiknya makanlah dengan secukupnya sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Rasulullah.

Rasulullah bersabda, “Tidak ada tempat paling buruk yang diisi manusia selain perutnya, cukuplah seorang anak Adam makan beberapa suap makanan saja yang dapat mengokohkan tulang punggungnya.

Jika memang ia harus mengisi perutnya maka hendaknya ia memberikan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya“ (HR. Tirmidzi).

11. Tidak shalat dalam keadaan mengantuk

Kurang tidur dapat menyebabkan kurang fokus sehingga jadi mudah lupa, maka dari itu dianjurkan untuk tidur terlebih dahulu sebelum shalat jika sangat mengantuk.

Dari Anas radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

( إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاةِ فَلْيَنَمْ حَتَّى يَعْلَمَ مَا يَقْرَأُ ) رواه البخاري (الوضوء / 206)

Ketika salah seorang diantara kamu mengantuk dalam shalat, maka tidurlah agar dia mengetahui apa yang dibacanya.” HR. Bukhori, (Wudhu/206).

Baca juga:

12. Kuatkan niat

Hal paling penting agar tidak lupa rakaat dalam shalat adalah dengan menguatkan niat.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Itulah 12 cara agar tidak lupa rakaat dalam shalat. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita dan menambah pengetahuan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Aamiin.

The post 12 Cara Agar Tidak Lupa Rakaat Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Waktu Akhir Shalat Isya Menurut Islam https://dalamislam.com/shalat/waktu-akhir-shalat-isya-menurut-islam Fri, 21 Sep 2018 06:55:46 +0000 https://dalamislam.com/?p=4356 Setiap hari seorang muslim harus menunaikan shalat fardhu yang lima waktu. Lima waktu shalat fardhu atau shalat wajib tersebut telah ditetapkan dalam Islam yang meliputi Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Shubuh. Lima waktu ini bergulir sejak pagi hingga malam hari dan tentu saja shalat fardhu ini dikerjakan di sela aktivitas-aktivitas lainnya. Ketika seorang muslim hendak […]

The post Waktu Akhir Shalat Isya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap hari seorang muslim harus menunaikan shalat fardhu yang lima waktu. Lima waktu shalat fardhu atau shalat wajib tersebut telah ditetapkan dalam Islam yang meliputi Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Shubuh. Lima waktu ini bergulir sejak pagi hingga malam hari dan tentu saja shalat fardhu ini dikerjakan di sela aktivitas-aktivitas lainnya.

Ketika seorang muslim hendak melakukan shalat Zhuhur, ia mungkin saja sedang disibukkan aktivitas kerjanya, sehingga ia harus mengetahui pentingnya menjaga waktu dengan meluangkan waktu sejenak untuk menjalankan kewajiban shalat Zhuhur. Ada pun aktivitas lain yang juga mungkin bersinggungan dengan waktu shalat fardhu adalah waktu shalat Isya.

Waktu shalat Isya dapat bersinggungan dengan seseorang yang bekerja lembur atau orang yang hendak beristirahat selepas bekerja. Bisa saja orang lebih memilih melanjutkan pekerjaan atau segera beristirahat tanpa mempertimbangkan waktu shalat Isya. Bahkan tak jarang ditemukan, banyak orang yang memilih menunda pengerjaan shalat Isya karena waktunya yang panjang.

Panjangnya waktu shalat Isya dengan ini justru perlu mendapat perhatian seorang muslim karena tidak sepantasnya seseorang menyepelekan pengerjaan shalat, baik dari segi kekhusyuan maupun waktu shalat. Allah SWT telah berfirman,

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.” (QS. Maryam: 59)

Ayat ini menunjukkan bahaya bagi setiap muslim yang lalai terhadap shalatnya hanya karena lebih memilih menurutkan hawa nafsu dan kesibukannya daripada meraih keutamaan shalat lima waktu. Bahaya tersebut tidaklah main-main, yaitu berupa kesesatan yang akan Allah berikan.

Nah, artikel kali ini akan membahas mengenai waktu akhir shalat Isya. Nantinya, pembahasan ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai batas akhir pengerjaan shalat Isya.

Waktu Shalat Isya

Kita mengenal waktu shalat Isya sebagai waktu shalat terpanjang. Waktu shalat Isya terletak setelah shalat Maghrib hingga menjelang waktu Shubuh, sehingga seringkali ditemukan beberapa orang menunda pengerjaan shalat Isya karena kesibukan aktivitas atau terlena dengan lelapnya istirahat. Menyikapi fenomena ini, perlu adanya pemahaman mengenai waktu akhir shalat Isya.

Terdapat beberapa pendapat mengenai waktu akhir shalat Isya. Ada yang mengatakan hingga pertengahan malam, ada juga yang mengatakan hingga waktu Shubuh. Berikut penjelasan mengenai waktu akhir shalat Isya serta dalilnya.

  • Hingga Pertengahan Malam

Waktu akhir shalat Isya hingga pertengahan malam didasarkan pada hadits ‘Abdullah bin ‘Amr. Sabda Rasulullah SAW,

Waktu shalat Isya adalah hingga pertengahan malam.” (HR. Muslim no. 612)

  • Hingga Sepertiga Malam

Mengenai waktu akhir shalat Isya yang dinyatakan hingga sepertiga malam, terdapat hadits yang mengisahkan Jibril menjadi imam bagi Rasullah SAW saat mengerjakan shalat Isya. Hadits menyebutkan,

Beliau melaksanakan shalat Isya hingga sepertiga malam.”  (HR. Abu Daud no. 395 Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini shahih)

  • Hingga Menjelang Waktu Shubuh

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam mendirikan shalat ‘atamah (Isya) sampai berlalu malam dan penghuni mesjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Beliau bersabda, ‘sungguh ini adalah waktu shalat Isya yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku.” (HR. Muslim no. 683)

Merujuk hadits ini, Rasulullah SAW mengerjakan shalat Isya setelah ‘berlalu malam’. ‘Berlalu malam’ merupakan istilah untuk menyebut berlalunya sebagian malam atau melebihi pertengahan malam. Artinya shalat Isya dapat dikerjakan pada sepertiga malam hingga menjelang waktu sholat Shubuh.

Berdasarkan tiga hadits di atas yang memiliki kekuatan sanad yang baik, maka Ibnu Qudamah rahimullah  menarik kesimpulan mengenai batasan waktu shalat Isya sebagai berikut :

“Yang utama, insya Allah Ta’ala, waktu shalat Isya tidak diakhirkan dari sepertiga malam. Jika diakhirkan sampai pertengahan malam, itu boleh. Namun jika diakhirkan lebih dari pertengahan  malam, maka itu adalah waktu dhoruroh (waktu darurat). Yang dimaksudkan dengan waktu dhoruruoh adalah sebagaimana waktu dhoruroh dalam shalat Ashar.” (Al Mughni, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Dar ‘Alam Al Kutub Riyadh, 2/28 -29)

Dengan demikian, kita dapat memilih untuk meyakini pendapat mana yang akan dijadikan acuan mengenai batas waktu akhir shalat Isya dari dalil-dalil di atas. Namun, alangkah baiknya kita bersabar dalam mengerjakan shalat dengan berupaya mengerjakan shalat pada awal waktu. Wallahu ‘alam bisshawab.

The post Waktu Akhir Shalat Isya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Waktu Terlarang Untuk Shalat https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/waktu-terlarang-untuk-shalat Wed, 19 Sep 2018 02:17:37 +0000 https://dalamislam.com/?p=4347 Shalat adalah kewajiban setiap umat islam. Namun ada beberapa waktu yang terlarang untuk melaksanakan shalat. Ada lima waktu terlarang untuk shalat yang butuh dipahami supaya kita tidak melakukan shalat di sembarang waktu. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لاَ صَلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ […]

The post Waktu Terlarang Untuk Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat adalah kewajiban setiap umat islam. Namun ada beberapa waktu yang terlarang untuk melaksanakan shalat. Ada lima waktu terlarang untuk shalat yang butuh dipahami supaya kita tidak melakukan shalat di sembarang waktu.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ ، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيبَ الشَّمْسُ

Tidak ada shalat setelah shalat Shubuh sampai matahari meninggi dan tidak ada shalat setelah shalat ‘Ashar sampai matahari tenggelam.” (HR. Bukhari, no. 586 dan Muslim, no. 827)

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

ثَلاَثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّىَ فِيهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتَّى تَمِيلَ الشَّمْسُ وَحِينَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ

“Ada tiga waktu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk shalat atau untuk menguburkan orang yang mati di antara kami yaitu: (1) ketika matahari terbit (menyembur) sampai meninggi, (2) ketika matahari di atas kepala hingga tergelincir ke barat, (3) ketika matahari  akan tenggelam hingga tenggelam sempurna.”  (HR. Muslim, no. 831)

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Para ulama sepakat untuk shalat yang tidak punya sebab tidak boleh dilakukan di waktu terlarang tersebut. Para ulama sepakat masih boleh mengerjakan shalat wajib yang ada’an (yang masih dikerjakan di waktunya, pen.) di waktu tersebut.

Para ulama berselisih pendapat mengenai shalat sunnah yang punya sebab apakah boleh dilakukan di waktu tersebut seperti shalat tahiyatul masjid, sujud tilawah dan sujud syukur, shalat ‘ied, shalat kusuf (gerhana), shalat jenazah dan mengqadha shalat yang luput. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa shalat yang masih punya sebab tadi masih boleh dikerjakan di waktu terlarang.

Di antara dalil ulama Syafi’iyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengqadha shalat sunnah Zhuhur setelah shalat ‘Ashar.

Berarti mengqadha shalat sunnah yang luput, shalat yang masih ada waktunya, shalat wajib yang diqadha masih boleh dikerjakan di waktu terlarang, termasuk juga untuk shalat jenazah.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 100)

Berikut ini beberapa waktu terlarang untuk melakukan shalat:

  1. Dari shalat Shubuh hingga matahari terbit.

Setelah waktu shubuh tidak ada shalat sunnah sampai waktu yang dibolehkan, yakni setelah matahari terbit dan agak meninggi. Shalat sudah boleh dikerjakan pada waktu 10 menit setelah terbit.

  1. Dari matahari terbit hingga matahari meninggi (kira-kira 15 menit setelah matahari terbit).

Yakni waktu ketika secara kasat mata matahari terlihat sedang proses terbit di ufuk timur.

  1. Ketika matahari di atas kepala tidak condong ke timur atau ke barat hingga matahari tergelincir ke barat.

Waktu ini adalah ketika matahari posisinya sedang tepat berada di atas langit atau di tengah cakrawala.

  1. Dari shalat Ashar hingga mulai tenggelam.

Tidak ada shalat sunnah setelah dikerjakannya shalat Ashar. Shalat disini adalah shalat Asharnya seseorang yang ia kerjakan, bukan shalat Ashar yang dikerjakan berjama’ah di masjid.

  1. Dari matahari mulai tenggelam hingga tenggelam sempurna.

Waktu ini adalah ketika langit di sore hari menguning hingga matahari sempurna terbenam, yakni masuknya waktu maghrib.

Dari kesimpulan Imam Nawawi di atas, waktu terlarang untuk shalat hanya berlaku untuk shalat sunnah mutlak yang tidak punya sebab, sedangkan yang punya sebab masih dibolehkan

The post Waktu Terlarang Untuk Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Waktu Shalat Dhuha yang Baik Menurut Islam https://dalamislam.com/shalat/waktu-shalat-dhuha-yang-baik-menurut-islam Sat, 15 Sep 2018 06:46:30 +0000 https://dalamislam.com/?p=4302 Manusia merupakan mahluk yang diciptakan dengan dua sisi, yaitu sisi baik dan sisi buruk. Manusia dalam Islam hakikatnya diciptakan untuk beribadah pada Allah SWT sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Ada berbagai jenis ibadah yang dapat dilaksanakan manusia setiap harinya mulai dari kategori ibadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan sama sekali hingga kategori ibadah sunnah, […]

The post Waktu Shalat Dhuha yang Baik Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Manusia merupakan mahluk yang diciptakan dengan dua sisi, yaitu sisi baik dan sisi buruk. Manusia dalam Islam hakikatnya diciptakan untuk beribadah pada Allah SWT sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.

Ada berbagai jenis ibadah yang dapat dilaksanakan manusia setiap harinya mulai dari kategori ibadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan sama sekali hingga kategori ibadah sunnah, yaitu kategori ibadah yang dianjurkan untuk dikerjakan untuk menambah pahala dan menutup kekurangan dari ibadah wajib. Terkait ibadah sunnah, Islam memberikan banyak pilihan ibadah yang dapat dikerjakan, salah satunya ialah shalat dhuha.

Pengertian Shalat Dhuha

Shalat dhuha merupakan salah satu dari macam-macam shalat sunnah yang dapat dikerjakan seorang muslim setiap hari pada waktu dhuha. Jumlah rakaat yang dikerjakan minimal dua rakaat. Keutamaan shalat dhuha di antaranya membuka pintu rizki Allah melalui do’a setelah sholat dhuha dan menjaga seorang muslim dari kemunkaran. Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothifaniy, Rasulullah SAW bersabda,

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, jangankah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5:286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451. Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shahih)

Hadits ini dapat memiliki dua kandungan. Penulis ‘Aunul Ma’bud – Al’Azhim Abadi – menyatakan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat dhuha akan menyelamatkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan shalat dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118).

Adapun At Thibiy menyebutkan, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).

Hadits di atas menyebutkan shalat dhuha dilaksanakan di awal siang. Keterangan waktu tersebut tentu saja masih bermakna luas, sehingga artikel kali ini akan membahas mengenai ketentuan waktu shalat dhuha yang baik.

Waktu Shalat Dhuha

Waktu dhuha dimulai setelah matahari meninggi hingga dekat waktu zawal  (tergelincirnya matahari ke barat) atau berkisar sejak 12 menit setelah matahari terbit hingga 10 menit menjelang zhuhur. Dengan demikian, terdapat dua waktu pelaksanaan shalat dhuha yakni awal waktu dan akhir waktu.

  1. Awal Waktu

Terkait pelaksanaan di awal waktu, seorang muslim harus berhati-hati agar shalat dhuha yang dikerjakan tidak jatuh pada waktu yang dilarang untuk pelaksanaan shalat. Dari ‘Amr bin ‘Abasah, Rasulullah SAW bersabda,

Kerjakanlah shalat shubuh kemudian tinggalkan shalat hingga matahari terbit sampai matahari meninggi. Ketika matahari terbit, ia terbit di antara dua tanduk setan, saat itu orang-orang kafir sedang bersujud.” (HR. Muslim no. 832)

Oleh karena itu, shalat dhuha yang dikerjakan di awal waktu hendaknya mengambil 15 menit setelah matahari terbit guna menghindari pelaksanaan shalat pada waktu yang dilarang.

  1. Akhir Waktu

Waktu shalat dhuha yang baik adalah dikerjakan pada akhir waktu, yaitu  dekat dengan waktu zawal. Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang melaksanakan shalat dhuha, lantas ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama.” Rasulullah SAW bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (shalat dhuha) yaitu ketika anak unta merasakan terik matahari.” (HR. Muslim no. 478)

Hadits ini jelas menyatakan bahwa waktu shalat dhuha yang baik terletak pada akhir waktu yaitu sekitar 10 menit menjelang zhuhur.

Demikianlah penjelasan mengenai ketentuan waktu shalat dhuha yang baik. Semoga Allah senantiasa membimbing kita meraih keutamaan sholat dhuha pada waktu terbaiknya.

The post Waktu Shalat Dhuha yang Baik Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Adab Menghadiri Shalat Jumat dan Dalilnya https://dalamislam.com/info-islami/adab-menghadiri-shalat-jumat Tue, 28 Aug 2018 06:22:27 +0000 https://dalamislam.com/?p=4145 Hukum shalat Jumat bagi laki-laki adalah wajib. Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah yang disukai oleh Allah yang menggantikan shalat fardhu yakni shalat dzuhur di siang hari bagi yang melaksanakannya. Namun ada beberapa adab dalam menghadiri shalat Jumat yang sebaiknya diikuti. Berikut adalah 10 adab menghadiri shalat Jumat agar lebih berkah: 1. Mandi wajib Nabi […]

The post 10 Adab Menghadiri Shalat Jumat dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum shalat Jumat bagi laki-laki adalah wajib. Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah yang disukai oleh Allah yang menggantikan shalat fardhu yakni shalat dzuhur di siang hari bagi yang melaksanakannya. Namun ada beberapa adab dalam menghadiri shalat Jumat yang sebaiknya diikuti. Berikut adalah 10 adab menghadiri shalat Jumat agar lebih berkah:

1. Mandi wajib

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang dari kalian ingin mendatangi (shalat) Jum’at, maka hendaklah dia mandi.” “Mandi hari Jum’at itu wajib atas setiap orang yang baligh,” [HR Muslim, no. 844 dari Abdullah bin Mas’ud].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, “Ketika Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu berkhuthbah di hadapan manusia pada hari Jum’at, seketika Utsman bin Affan masuk (masjid), karena itu Umar Radhiyallahu ‘anhu kemudian berkata,”Apakah gerangan yang menyebabkan orang-orang terlambat (datang) setelah panggilan (adzan)?”

Utsman Radhiyallahu ‘anhu menjawab,”Wahai, Amirul Mukminin. Aku tidak lebih sedang berwudhu ketika aku mendengar panggilan (adzan), kemudian saya datang.” Umar berkata,”Cuma berwudhu? Tidakkah engkau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Jika salah seorang dari kalian mendatangi (shalat) Jum’at, maka hendaklah dia mandi?’.”[HR Muslim, no. 845]

Baca juga :

2. Memakai pakaian bagus

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa mandi pada hari Jum’at, memakai pakaiannya yang terbagus dan memakai wewangian jika punya, kemudian mendatangi (shalat) Jum’at tanpa melangkahi orang-orang (yang sedang duduk), kemudian shalat (sunnah mutlak) sekuat kemampuan (yang Allah berikan padanya), kemudian diam seksama apabila imamnya datang (untuk berkhuthbah) sampai selesai shalatnya, maka itu menjadi penghapus dosa-dosa antara hari Jum’at tersebut dengan Jum’at yang sebelumnya.” [HR Muslim, no. 846, dari Abu Sa’id Al Khudri]

3. Memakai wangi-wangian

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang mandi dan bersuci semampunya pada hari Jum’at, dan menggosok (badannya) dengan minyak (zaitun atau semisalnya) atau memakai wewangian dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid) dan tidak memisahkan antara dua orang (melangkahi orang-orang yang sedang duduk), kemudian mengerjakan shalat sesuai kesanggupannya [Yakni shalat sunnat mutlak sebelum datangnya imam, bukan shalat sunnah qabliyah (rawatib) Jum’at.

Dan yang ada hanya shalat sunnah (rawatib) ba’diyah (setelah) Jum’at dua raka’at, atau empat raka’at atau maksimal enam raka’at], kemudian diam seksama bila imam berkhuthbah, melainkan akan diampuni dosanya antara hari Jum’at tersebut dengan Jum’at yang lain (sebelumnya).” [HR Al-Bukhari, no. 843]

4. Berjalan menuju mesjid dengan tenang

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika kalian mendengar iqamat, maka berjalanlah menuju shalat dengan tenang dan perlahan-lahan (tidak terburu-buru).” [HR Abu Dawud, no. 343. Lihat Shahih Al Jami’, no. 6066.]

Baca juga:

5. Datang lebih awal

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ راح في الساعة الأولى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً

“Siapa yang berangkat Jum’at di awal waktu, maka ia seperti berqurban dengan unta. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kedua, maka ia seperti berqurban dengan sapi. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu ketiga, maka ia seperti berqurban dengan kambing gibas yang bertanduk. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu keempat, maka ia seperti berqurban dengan ayam. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kelima, maka ia seperti berqurban dengan telur.” (HR. Bukhari, no. 881; Muslim, no. 850)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bila datang hari Jum’at, maka para malaikat (berdiri) di setiap pintu masjid mencatat yang datang pertama dan berikutnya. Kemudian bila imam duduk (di atas mimbar) mereka menutup lembaran-lembaran catatan tersebut, dan hadir mendengarkan peringatan (khuthbah).” [HR Al-Bukhari, no. 30309 ; Muslim, no. 850]

5. Shalat tahiyatul mesjid

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Jika seorang dari kalian masuk masjid, maka shalatlah dua raka’at sebelum ia duduk.” [HR Al-Bukhari, no.433 ; Muslim, no. 714]

“Jika seorang dari kalian datang (untuk) pada hari Jum’at sementara imam sedang berkhuthbah, maka shalatlh dua raka’at, dan ringankanlah shalatnya tersebut.”[HR Al-Bukhari, no. 1113 ; Muslim, no. 875, dan ini lafadznya]

6. Mendekatkan diri dengan imam saat berkhutbah

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Hadirilah khutbah dan mendekatlah kepada imam (khatib), karena seseorang yang terus menjauh (dari imam), sehingga dia akan diakhirkan (masuk) ke dalam surga meskipun ia (akan) memasukinya.” [HR Abu Dawud, no. 1108; Ahmad, V/11. Lihat Shahih Al Jami’, no.200]

7. Tidak menekuk lutut saat mendengar khutbah

Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy), ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.” (HR. Tirmidzi, no. 514; Abu Daud, no. 1110. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Shalihin membawakan hadits di atas dengan menyatakan dalam judul bab,

كَرَاهَةُ الاِحْتِبَاءِ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ لِأَنَّهُ يَجْلِبُ النَّوْم فَيَفُوْت اِسْتِمَاع الخُطْبَة وَيَخَافُ اِنْتِقَاض الوُضُوْء

“Dimakruhkan memeluk lutut pada hari Jumat saat khatib berkhutbah karena dapat menyebabkan tertidur sehingga terluput dari mendengarkan khutbah dan khawatir pula seperti itu dapat membatalkan wudhu.”

Baca juga:

8. Tidak berbicara saat khutbah berlangsung

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika kamu berkata kepada temanmu “diam” ketika imam berkhutbah, maka kamu telah berbuat sia-sia (yakni rusak pahala Jum’atnya).” [HR Al-Bukhari, no. 892 ; Muslim, no. 851]

Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً وَالَّذِى يَقُولُ لَهُ أَنْصِتْ لَيْسَ لَهُ جُمُعَةٌ

Barangsiapa yang berbicara pada saat imam khutbah Jum’at, maka ia seperti keledai yang memikul lembaran-lembaran (artinya: ibadahnya sia-sia, tidak ada manfaat, pen). Siapa yang diperintahkan untuk diam (lalu tidak diam), maka tidak ada Jum’at baginya (artinya: ibadah Jum’atnya tidak sempurna, pen).” (HR. Ahmad 1: 230. Hadits ini dho’if kata Syaikh Al Albani)

Dari Salman Al Farisi, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى

“Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” (HR. Bukhari no. 883)

9. Memperbanyak shalawat

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at” -sampai sabdanya- “Maka perbanyaklah shalawat atasku pada hari ini, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku.” (Perawi) berkata, (Para sahabat) bertanya,”Wahai, Rasulullah.

Bagaimana shalawat kami akan disampaikan kepadamu, padahal engkau telah menjadi tanah?” Rasulullah menjawab,”Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi (memakan) jasad para nabi.” [HR Abu Dawud, no. 1047 dan 1531. Dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud]

Baca juga:

10. Memperbanyak doa

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits yang telah lalu, “(Siang) hari Jum’at itu dua belas jam. Tidaklah didapati seorang hamba muslim pada jam-jam ini meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya. Maka carilah pada akahir saat-saat tersebut setelah Ashar.”

Itulah 10 adab menghadiri shalat Jumat. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

The post 10 Adab Menghadiri Shalat Jumat dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>