adab Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/adab Wed, 12 Jan 2022 03:26:40 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png adab Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/adab 32 32 6 Adab Dalam Meminjam Barang Pada Orang Lain https://dalamislam.com/akhlaq/adab-meminjam-barang Thu, 06 Jan 2022 03:57:24 +0000 https://dalamislam.com/?p=10319 Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia tentunya tidak lepas dari hubungan dengan orang-orang disekitarnya. Kita pasti memiliki orang-orang yang sangat dekat, melebihi saudara sendiri. Menurut Syekh Abu Bakar Jabir al Jaza’iri hukum pinjam meminjam atau ‘Ariyah adalah disyariatkan. Ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 2: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ […]

The post 6 Adab Dalam Meminjam Barang Pada Orang Lain appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia tentunya tidak lepas dari hubungan dengan orang-orang disekitarnya. Kita pasti memiliki orang-orang yang sangat dekat, melebihi saudara sendiri.

Menurut Syekh Abu Bakar Jabir al Jaza’iri hukum pinjam meminjam atau ‘Ariyah adalah disyariatkan. Ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Maidah ayat 2:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.

Diriwayatkan dalam hadits Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ

“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”.

Jika kita sudah akrab tetangga, rekan kerja, maupun teman-teman yang kita kenal, kita dapat menganggapnya sebagai sahabat.

Namun karena merasa dekat kita jadi terbiasa untuk meminjam barang milik mereka. Bisa berupa pakaian, alat-alat rumah tangga, peralatan masak, hingga kendaraan pribadi.

Meminjam Ribawi Diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu secara marfu’:

كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ مَنْفَعَةً فَهُوَ رِبًا

Artinya ; “Setiap pinjaman yang membawa manfaat keuntungan adalah riba.”

Meminjam barang pun ada etikanya. Karena bisa jadi orang yang kita pinjam sebal secara diam-diam. Biar sama-sama enak simak beberapa etika dasar saat meminjam barang orang lain:

1. Meminta Izin Secara Sopan, Bukan dengan Ancaman

Karena dia adalah sahabat mu kadangkala kamu lupa bagaimana cara meminjam barang miliknya secara sopan. Barang-barang seperti tas, baju, sepatu dan aksesoris miliknya kadang sudah menjadi hal milik bersama. Lebih parahnya lagi kamu tidak merasa perlu untuk meminta izin secara sopan.

Bahkan sampai mengancam tidak mau meminjamkan barang milikmu, jika ia enggan meminjamkannya. Atau kamu akan mengancam tidak menolongnya jika dia sedang dilanda kesulitan jika tidak dipinjami, lantas kamu tega menghakimi sahabatmu dengan sebutan pelit lalu marah-marah.

2. Tetap Prioritaskan Kebutuhan Sang Pemilik Barang

Jika kamu sedang membutuhkan barang milik sahabatmu. Pastikan ia tidak sedang membutuhkannya. Misalnya ketika kamu sedang meminjam sepatunya, karena sepatumu sedang rusak, pastikan dulu sahabatmu sedang tidak menggunakan sepatu tersebut. Banyak yang enggan menolak secara langsung ketika ada yang ingin meminjam barang miliknya. Demi menjaga langgengnya sebuah hubungan persahabatan.

Namun akibatnya diam-diam menjadi kesal. Apalagi ketika sang peminjam barang tidak peka. Sering memamerkan apa yang sedang ia pinjam tanpa memikirkan perasaan seseorang yang memiliki barang tersebut. Maka tetap prioritaskan kebutuhan sangat pemilik barang. Jika ia sedang memakai barang tersebut jangan paksa untuk meminjam darinya.

3. Mengembalikannya Tepat Waktu

Ketika sahabatmu sudah meminjamkan barang miliknya, jangan sampai lupa untuk mengembalikannya. Jangan menunggu sampai sang pemilik barang memintanya. Banyak orang yang segan untuk mengambil kembali barangnya, hanya karena menghargai perasaan sahabatnya.

Jadi sebagai peminjam barang kamu harus lebih aktif dan meminjam sesuai komitmen. Jika berjanji untuk mengembalikan barang tersebut sore hari, maka kembalikanlah tepat waktu sore hari. Agar sahabatmu tidak merasa kesal.

4. Meminjam Tapi Jangan Sampai Merugikan Sang Pemilik Barang

Ketika meminjam barang, jaga barang tersebut dan rawatlah seperti merawat barang milik sendiri. Jangan sampai merusaknya sehingga membuat sang pemilik barang merasa dirugikan. Misalnya ketika kamu meminjam kendaraan milik sahabatmu. Pastikan kamu tidak hanya menghabiskan bensin, dan enggan mengisinya kembali.

Isi bensin kendaraan milik sahabatmu tersebut. Kalau perlu dilebihkan, sehingga sahabatmu tak keberatan meminjamimu lain kali. Jika kendaraannya kotor, cucilah, dan kembalikan dalam keadaan bersih.

Atau ketika kamu sedang meminjam pakaian milik sahabatmu, jangan sampai pakaian tersebut robek. Kembalikan dalam keadaan bersih dan terlipat rapi. Perlakukan secara spesial barang pinjamanmu. Bertanggung jawab terhadap barang pinjaman akan sangat baik untuk menjaga hubungan persahabatan.

5. Jangan Menjadikan Barang Pinjaman Tersebut Sebagai Hak Milik

Kamu meminjam barang sahabatmu tapi lama mengembalikannya, hingga secara perlahan-lahan barang tersebut menjadi hal milikmu? Bisa saja sahabatmu sudah melupakan barang yang kamu pinjam. Walau bagaimanapun barang yang kamu pinjam tetap harus dikembalikan.

Kecuali jika sahabatmu memang sudah memberikannya kepadamu. Jangan sampai image mu jelek di mata sahabatmu karena sering meminjam dan tidak pernah dikembalikan.

6. Jangan Terlalu Sering Meminjam

Ini yang paling penting. Jangan terlalu mengandalkan sahabatmu dan berharap dapat terus meminjamkan barang miliknya. Usahakan untuk membeli sendiri barang-barang yang kamu perlukan. Jangan terlalu sering meminjam barang milik orang lain meskipun itu milik sahabatmu sendiri.

Jika kamu memang benar-benar membutuhkan barang tersebut, maka pinjamlah. Tapi jika kamu meminjam barang dengan alasan agar terlihat lebih keren itu merupakan perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Membeli sendiri barang yang kamu butuhkan akan terasa sangat nyaman jika dibandingkan dengan harus meminjam milik orang lain secara terus menerus.

Rukun Pinjam Meminjam

Rukun pinjam meminjam terbagi menjadi empat macam. Semua rukun memiliki syarat pinjam-meminjam dalam islam.

Orang yang meminjamkan disyaratkan:

  • Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi. Orang yang dipaksa atau anak kecil tidak sah meminjamkan
  • Barang yang dipinjam milik sendiri atau menjadi tanggung jawab orang yang meminjamkannya

Orang yang diberi pinjaman disyaratkan:

  • Berhak menerima kebaikan. Oleh karena itu, orang gila atau anak kecil tidak sahabatmu meminjam hanya mengambil manfaat dari barang yang dipinjam.
  • Barang bersifat kekal tidak habis setelah diambil manfaatnya. Oleh karena itu, makanan yang habis tidak sah bila dipinjamkan.

Hukum meminjamkan suatu barang ada tiga yaitu:

  • Sunnah dengan tujuan saling tolong menolong antar sesama.
  • Wajib misalnya meminjakan mukenah untuk shalat bagi orang yang membutuhkan.
  • Haram apabila meminjakan suatu barang untuk keperluan maksiat atau kejahatan.

The post 6 Adab Dalam Meminjam Barang Pada Orang Lain appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Adab Memberi Nasihat Dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/adab-memberi-nasihat Wed, 05 Jan 2022 09:10:48 +0000 https://dalamislam.com/?p=10316 Islam adalah agama sehat. Ada banyak dalil yang mengungkapkan bagaimana keutamaan memberi nasihat dan berbagi ilmu kepada orang lain. Pada dasarnya memang setiap orang berhak memberi nasihat. Akan tetapi, memberi nasihat juga tidak bisa sembarangan. Islam mengajarkan umat-Nya untuk selalu berperilaku sopan dan santun terhadap semua orang. Termasuk dalam cara menasihati orang lain. Tidak hanya […]

The post 7 Adab Memberi Nasihat Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam adalah agama sehat. Ada banyak dalil yang mengungkapkan bagaimana keutamaan memberi nasihat dan berbagi ilmu kepada orang lain. Pada dasarnya memang setiap orang berhak memberi nasihat. Akan tetapi, memberi nasihat juga tidak bisa sembarangan.

Islam mengajarkan umat-Nya untuk selalu berperilaku sopan dan santun terhadap semua orang. Termasuk dalam cara menasihati orang lain. Tidak hanya memiliki adab menerima tamu, islam juga memiliki adab menasihati dalam islam yang perlu ditaati. Seorang muslim memiliki kewajiban saat menasihati saudaranya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kewajiban seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.”Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ya Rasulullah?” Maka beliau menjawab, “Apabila kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya; apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya; apabila dia meminta nasihat kepadamu maka berilah nasihat kepadanya; apabila dia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah dia dengan bacaan yarhamukallah; apabila dia sakit maka jenguklah ia; dan apabila dia meninggal maka iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim).

Ada hadits yang mengungkapkan bagaimana keutamaan memberi nasihat dan berbagi ilmu kepada orang lain. Tak jarang bukan mendapatkan manfaatnya orang yang dinasihati justu merasakan sakit hati.

Lantas untuk mencegah hal ini perlu ada adah menasihati dalam islam. Ada etika dan aturan dalam memberi nasihat untuk istri, anak, saudara, ataupun orang lain. Dengan begitu nasihat yang disampaikan bisa sampai dan diterima dengan baik oleh orang lain. Berikut ini ada adab menasihati dalam islam yang perlu diketahui antara lain:

1. Niat untuk Mengingatkan

Adab menasihati dalam islam yang pertama adalah berniat untuk mengingatkan bukan untuk menunjukkan ke egoisan atau pamer.

“Sesungguhnya setiap menasihati itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR.Bukhori Muslim)

Sangat berbeda jiga seseorang memberi nasihat dengan maksud untuk memperbaiki saudara-saudara mu sebagai cara berdakwah yang baik menurut islam. Lebih baik dibandingkan untuk menunjukkan diri lebih benar, lebih taqwa dan lebih berilmu.

Jangan pernah memberikan nasihat dalam kondisi merasa diri lebih baik dari saudara kita karena itu termasuk kebanggaan dalam islam. Tidak ada manusia yang nyaman ketika diberi nasihat dalam posisi yang salah.

Beralih nasihat dapat memosisikan diri secara setara bahwa kita perlu untuk belajar. Dengan begitu nasihat yang diberikan akan lebih efektif.

2. Niat Menasihati Seperti yang Telah Disebutkan

Dalam laman Muslimah, niat ini untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya, “Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka (hakikat) hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Memberikan Nasihat Secara Privat

Banyak orang yang salah dalam memberikan nasihat dan merasa paling pintar. Adab menasihati menurut Imam Syafi’i yakni sebaiknya dilakukan dengan cara privat dan empat mata saja. Bahkan jika perlu rahasiakan waktu dan tempat ketika menasihati istri atau orang lain.

Imam Syafii dalam haditsnya berbunyi:

“Berilah aku nasihat ketika aku sendiri, dan jauhilah nasihat ditengah keramaian karena nasihat ditengah manusia adalah salah satu jenis caci maki yang tidak suka aku dengarkan.”

4. Menggunakan Bahasa Sopan dan Tidak Kasar

Adab menasihati lainnya yang juga perluas diperhatikan yakni dengan berbahasa sopan santun dan tidak kasar. Agar saat menasihati seseorang yang dinasihati tidak sakit hati dan lebih mudah didengar dan dimengerti. Seperti firman dibawah ini:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka katakanlah yang baik atau berdiam diri.” (HR Bukhari dan Muslim)

Meneriaki, memaki, merendahkan, atau memaksa tidak termasuk adab menasihati dalam islam. Meskipun ditujukan untuk kebaikan.

Bahkan Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk menasihati Fir’aun yang sombong dan melakukan kerusakan besar, keduanya diminta untuk berbicara lembut kepada pemimpin yang sangat sombong itu.

“Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam segala hal.” (HR.Bukhori Muslim)

5. Menasihati Sesuai Ilmu dan Kehendak Dimiliki

Adab menasihati dalam islam yang tak kalah penting adalah poin satu ini. Ada beberapa orang yang menasihati tanpa pengetahuan yang cukup.

Mereka hanya menasihati berdasarkan prasangka atau dugaan tanpa ada faktanya. Sebisa mungkin pastikan kita memberi nasihat sesuai dengan ilmu yang mumpuni dan telah kita pelajari serta dapat dipertanggungjawabkan.

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kami ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’ 36)

6. Bersabar Dalam Menasihati

Tidak ada alasan untuk berhenti memberi nasihat walupun nasihat yang disampaikan tidak pernah dihiraukan atau dilaksanakan. Bersabarlah bagian dari adab menasihati dalam islam yang harus kita perhatikan.

“Dan berperingatanlah karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz Dzaariyaat 55)

Jangan pernah bosan memberi nasihat dan peringatan, karena batu yang sekalipun berlubang jika terus menerus akan menetaskan air, apalagi hati manusia.

7. Menerima Dengan Keikhlasan

Sebagai seorang muslim wajib untuk menerima nasihat dengan lapang dada. Menerima nasihat dari orang lain merupakan tanda dari keikhlasan keimanan dan kebersihan hati.

Adz-Dzahabi rahimahullah berkata:

“Tanda orang ikhlas itu adalah apabila diingatkan kesalahannya ia tidak merasa panas hatinya, tidak juga ngeyel. Justru ia mengakui kesalahannya dan mendoakannya, “Semoga Allah merahmati orang yang mengingatkan kesalahanku.” (Siyar Adz-Dzahabi)

The post 7 Adab Memberi Nasihat Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Menyembelih Hewan Kurban yang wajib dipahami https://dalamislam.com/landasan-agama/aqidah/adab-menyembelih-hewan-kurban Mon, 27 Jul 2020 02:13:03 +0000 https://dalamislam.com/?p=8765 Saat ini umat muslim akan segera merayakan hari raya besar, yaitu Hari raya Idul Adha pada 10 Dzulhijjah 1441 H, dimana jika dilihat di kalender masehi akan jatuh pada tanggal 31 Juli 2020 esok. Hari raya ini sangat ditunggu para umat muslim di dunia, apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini. Membantu mendatangkan sukacita kepada […]

The post Adab Menyembelih Hewan Kurban yang wajib dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Saat ini umat muslim akan segera merayakan hari raya besar, yaitu Hari raya Idul Adha pada 10 Dzulhijjah 1441 H, dimana jika dilihat di kalender masehi akan jatuh pada tanggal 31 Juli 2020 esok.

Hari raya ini sangat ditunggu para umat muslim di dunia, apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Membantu mendatangkan sukacita kepada para muslim yang membutuhkan, yaitu dengan membagikan daging qurban adalah hal yang paling dinantikan.

Dan jika diantara kamu saat ini ada yang ditugaskan untuk menjadi panitia Idul Adha di kampungmu, ada beberapa hal yang wajib untuk diperhatikan. Ada adab yang Rasulullah ajarkan untuk menyembelih hewan qurban.

Ada 2 tata cara dengan 2 jenis hewan yang berbeda yang Rasulullah ajarkan kepada umatnya saat menyembelih hewan qurban.

Dan sebagai umat yang mencintai Rasul, bukankah lebih indah jika kita mencontoh sunnah yang beliau ajarkan?

Berikut beberapa adab yang perlu diperhatikan saat menyembelih hewan kurban:

1. Hendaknya yang menyembelih adalah shohibul kurban sendiri, jika dia mampu

Jika tidak maka bisa diwakilkan orang lain, dan shohibul kurban disyariatkan untuk ikut menyaksikan (Bila Mampu, red).

2. Gunakan pisau yang setajam mungkin. Semakin tajam, semakin baik.

Ini berdasarkan hadis dari Syaddad bin Aus Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim).

3. Tidak mengasah pisau dihadapan hewan yang akan disembelih. Karena ini akan menyebabkan dia ketakutan sebelum disembelih

Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar Radhiyallaahu ‘anhuma,“Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah)

4. Menghadapkan hewan ke arah kiblat

Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyah: “Hewan yang hendak disembelih dihadapkan ke kiblat pada posisi tempat organ yang akan disembelih (lehernya) bukan wajahnya. Karena itulah arah untuk mendekatkan diri kepada Allah.” (Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:196).

Dengan demikian, cara yang tepat untuk menghadapkan hewan ke arah kiblat ketika menyembelih adalah dengan memosisikan kepala di Selatan, kaki di Barat, dan leher menghadap ke Barat.

5. Membaringkan hewan di atas lambung sebelah kiri

Imam An-Nawawi mengatakan “Terdapat beberapa hadis tentang membaringkan hewan (tidak disembelih dengan berdiri, pen.) dan kaum muslimin juga sepakat dengan hal ini.

Para ulama sepakat, bahwa cara membaringkan hewan yang benar adalah ke arah kiri. Karena ini akan memudahkan penyembelih untuk memotong hewan dengan tangan kanan dan memegangi leher dengan tangan kiri.” (Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:197)

7. Menginjakkan kaki di leher hewan

Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu, beliau mengatakan, ضحى رسول الله صلّى الله عليه وسلّم بكبشين أملحين، فرأيته واضعاً قدمه على صفاحهما يسمي ويكبر “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor domba.

Aku lihat beliau meletakkan meletakkan kaki beliau di leher hewan tersebut, kemudian membaca basmalah….” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bacaan ketika hendak menyembelih.

Beberapa saat sebelum menyembelih, harus membaca “Basmallah”. Ini hukumnya wajib, menurut pendapat yang kuat.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,

وَ لاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ الله عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ..

Artinya: “Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-An’am: 121)

8. Dianjurkan untuk membaca takbir (Allahu akbar) setelah membaca Basmallah

Dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu, Bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menyembelih dua ekor domba bertanduk,… beliau sembelih dengan tangannya, dan baca basmalah serta bertakbir…. (HR. Al Bukhari dan Muslim).

9. Pada saat menyembelih dianjurkan menyebut nama orang yang jadi tujuan dikurbankannya herwan tersebut

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallaahu ‘anhuma, “Bahwa suatu ketika didatangkan seekor domba. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih dengan tangan beliau.

Ketika menyembelih beliau mengucapkan, “Bismillaahi Wallaahu Akbar” ini kurban atas namaku dan atas nama orang yang tidak berkurban dari umatku.’” (HR. Abu Daud, At-Turmudzi dan disahihkan Al-Albani)

Setelah membaca: “Bismillaahi Allaahu Akbar” dibolehkan juga apabila disertai dengan bacaan berikut: “Hadza Minka wa Laka.” (HR. Abu Dawud, no. 2795)

Atau hadza minka wa laka ’anni atau ’an fulan (disebutkan nama shohibul kurban).

Jika yang menyembelih bukan shohibul kurban atau Berdoa agar Allah menerima kurbannya dengan doa, ”Allahumma taqabbal minni atau min fulan (disebutkan nama shohibul kurban).”

Catatan:
Bacaan takbir dan menyebut nama sohibul kurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Sehingga kurban tetap sah meskipun ketika menyembelih tidak membaca takbir dan menyebut nama sohibul kurban.

10. Disembelih dengan cepat untuk meringankan apa yang dialami hewan kurban

Sebagaimana hadits dari Syaddad bin Aus di atas.

11. Pastikan bahwa bagian tenggorokan, kerongkongan, dua urat leher (kanan-kiri) telah pasti terpotong

Syekh Abdul Aziz bin Baz menyebutkan bahwa “Penyembelihan yang sesuai syariat itu ada tiga keadaan.” (dinukil dari Salatul Idain karya Syekh Sa’id Al-Qohthoni):

  • Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat leher. Ini adalah keadaan yang terbaik.Jika terputus empat hal ini maka sembelihannya halal menurut semua ulama.
  • Terputusnya tenggorokan, kerongkongan, dan salah satu urat leher. Sembelihannya benar, halal, dan boleh dimakan, meskipun keadaan ini derajatnya di bawah kondisi yang pertama.
  • Terputusnya tenggorokan dan kerongkongan saja, tanpa dua urat leher. Status sembelihannya sah dan halal, menurut sebagian ulama, dan merupakan pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini.

Dalilnya adalah sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكل، ليس السن والظفر

“Selama mengalirkan darah dan telah disebut nama Allah maka makanlah. Asal tidak menggunakan gigi dan kuku.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

12. Sebagian ulama menganjurkan agar membiarkan kaki kanan bergerak, sehingga hewan lebih cepat meregang nyawa

Imam An-Nawawi mengatakan, “Dianjurkan untuk membaringkan sapi dan kambing ke arah kiri.

Demikian keterangan dari Al-Baghawi dan ulama Madzhab Syafi’i. Mereka mengatakan, “Kaki kanannya dibiarkan… (Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 8:408)

13. Tidak boleh mematahkan leher sebelum hewan benar-benar mati

Para ulama menegaskan, perbuatan semacam ini hukumnya dibenci. Karena akan semakin menambah rasa sakit hewan kurban.

Demikian pula menguliti binatang, memasukkannya ke dalam air panas dan semacamnya.

Semua ini tidak boleh dilakukan kecuali setelah dipastikan hewan itu benar-benar telah mati.

Dinyatakan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah, “Para ulama menegaskan makruhnya memutus kepala ketika menyembalih dengan sengaja.

Khalil bin Ishaq dalam Mukhtashar-nya untuk Fiqih Maliki, ketika menyebutkan hal-hal yang dimakruhkan pada saat menyembelih, beliau mengatakan,

وتعمد إبانة رأس

“Diantara yang makruh adalah secara sengaja memutus kepala.” (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 93893).

Pendapat yang kuat bahwa hewan yang putus kepalanya ketika disembelih hukumnya halal.

Imam Al-Mawardi –salah satu ulama Madzhab Syafi’i– mengatakan, “Diriwayatkan dari Imran bin Husain Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa beliau ditanya tentang menyembelih burung sampai putus lehernya…? Sahabat Imran menjawab, ‘boleh dimakan.”

Imam Syafi’i mengatakan:

فإذا ذبحها فقطع رأسها فهي ذكية

“Jika ada orang menyembelih, kemudian memutus kepalanya maka statusnya sembelihannya yang sah.” (Al-Hawi Al-Kabir, 15:224).

The post Adab Menyembelih Hewan Kurban yang wajib dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Penuntut Ilmu Dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/adab-penuntut-ilmu Sat, 26 Oct 2019 04:01:12 +0000 https://dalamislam.com/?p=7952 Ilmu merupakan bagian yang teramat penting dalam kehidupan manusia. Menuntut ilmu menjadi sebuah kewajiban setiap umat. Terutama ilmu agama yang akan menentukan kehidupan dan keyakinannya selama di dunia ini. Meskipun melelahkan, ada keutamaan berilmu dalam Islam yang perlu kita pahami. Ilmu agama yang dipelajari dengan baik dan benar, dapat memudahkan seseorang menuju surga-Nya. Sebagaimana yang […]

The post Adab Penuntut Ilmu Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ilmu merupakan bagian yang teramat penting dalam kehidupan manusia. Menuntut ilmu menjadi sebuah kewajiban setiap umat. Terutama ilmu agama yang akan menentukan kehidupan dan keyakinannya selama di dunia ini.

Meskipun melelahkan, ada keutamaan berilmu dalam Islam yang perlu kita pahami. Ilmu agama yang dipelajari dengan baik dan benar, dapat memudahkan seseorang menuju surga-Nya. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits berikut ini.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Agar tujuan ilmu yang dipelajari sampai pada si penuntut ilmu, maka penuntut ilmu tersebut harus memahami adab penuntut ilmu yang baik. Apa sajakah itu? Simak selengkapnya di bawah ini.

Meluruskan Niat Ikhlas untuk Mencari Ridho Allah

Ilmu yang baik adalah ilmu yang memberi kebaikan pada pemiliknya. Sementara ilmu yang buruk adalah ilmu yang memberikan mudharat bagi pemiliknya.

Sebelum menuntut ilmu, terlebih dahulu tanamkanlah niat yang lurus di dalam hati. Niatkan mencari ilmu dengan ikhlas hanya untuk menggapai ridho Allah subhanahu wa ta’ala.

Jika niat menuntut ilmu ditujukan untuk mencari gelar, jabatan dan kedudukan duniawi semata, maka ilmu tersebut akan membawa pada sifat-sifat yang buruk, seperti kesombongan, tamak dan kikir. Dan imbasnya akan membawa pelakunya pada perilaku yang keji, misalnya korupsi dan menindas kaum yang lemah. Sungguh suatu jenis amal yang sia-sia dalam Islam. Naudzubillah!

Anas bin Malik berkata,

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ يُبَاهِي بِهِ الْعُلَمَاءَ ، أَوْ يُمَارِي بِهِ السُّفَهَاءَ ، أَوْ يَصْرِفُ أَعْيُنَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، تَبَوَّأَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam Mustadroknya)

 لاَ تَعَلَّمَوْ ا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوْا بِهِ الْعُلَمَاءَ ، وَلاَ لِتُمَارُوْا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَجْتَرِثُوْابِهِ فِى الْمَجَالِسِ اَوْ لِتَصْرِفُوْا وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْكُمْ ، فَمَنْ فَعَلَ ذَالِكَ فَالنَّارَ فَالنَّارَ .

(الترمذى وابن ماجة)

“Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam mejelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka…neraka.” (HR. Al-Tirmidzi dan Ibn Majah)

Oleh karena itu, niatkanlah untuk mencari ridho Allah agar lebih taat pada-Nya. Jika niatnya agar menjadi seseorang yang lebih ahli sehingga bisa berbagi pada sesama, maka itu diperbolehkan selagi tidak ada mudharat di dalamnya.

Tujukan untuk Menghilangkan Kebodohan Diri Sendiri dan Orang Lain

Pada dasarnya seseorang dilahirkan dalam keadaan bodoh, tidak mengetahui sesuatu apapun. Dengan keridhaan-Nya, Allah memudahkan seseorang dalam menuntut ilmu untuk mengetahui berbagai hal tentang-Nya dan kehidupan dunia ini. Begitu mengerikannya bahaya kebodohan dalam Islam, jadi tujukanlah menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan diri sendiri dan orang lain.

تَعَلَّمُوْاالْعِلْمَ ، فّإِنَّ تَعَلُّمُهُ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَتَعْلِيْمَهُ لِمَن ْ لاَ يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَإِنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِى مَوْضِعِ الشَّرَفِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالْعِلْمُ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ . (الربيع)

“Tuntutlah ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)

Bersikap Sabar dalam Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu memang bukan sesuatu hal yang mudah. Butuh kesabaran di dalamnya karena setiap hal membutuhkan proses dan setiap proses butuh waktu. Bagi siapa yang konsisten dan sabar dalam belajar, maka insya Allah akan memperoleh hasil yang terbaik.

Dalam hadits riwayat Muslim, Abu Katsir berkata,

لاَ يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ

“Ilmu tidak diperoleh dengan badan yang bersantai-santai.” (HR. Muslim no. 612)

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (Al-Baqarah [2]:45)

“Bersemangatlah kalian kepada apa yang bermanfaat bagi kalian, mintalah pertolongan Allah dan jangan malas.” (HR. Bukhori & Muslim).

Begitu pentingnya bersabar dalam menuntut ilmu, maka pelajarilah doa untuk kesabaran dalam Islam.

Itulah beberapa adab penuntut ilmu dalam Islam. Teruslah bersemangat dalam mencari ilmu kebaikan dan tetap istiqomah dalam Islam. Insya Allah kita akan memperoleh banyak keberkahan dari Allah subhanahu wa ta’ala.

The post Adab Penuntut Ilmu Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Menuntut Ilmu Terhadap Guru Dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/adab-menuntut-ilmu-terhadap-guru Sat, 26 Oct 2019 03:59:20 +0000 https://dalamislam.com/?p=7969 Guru memiliki peran yang penting dalam kehidupan dunia ini. Seorang guru mengajarkan ilmu kepada muridnya dengan harapan bahwa ilmu tersebut akan tertanam dalam muridnya. Pekerjaan ini sungguh mulia, terlebih bila yang diajarkan ialah ilmu agama Islam. Dalam Islam, tidak hanya diajarkan tentang ilmu tauhid Islam, tetapi juga diajarkan tentang bagaimana kita bisa mengetahui yang hak […]

The post Adab Menuntut Ilmu Terhadap Guru Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Guru memiliki peran yang penting dalam kehidupan dunia ini. Seorang guru mengajarkan ilmu kepada muridnya dengan harapan bahwa ilmu tersebut akan tertanam dalam muridnya. Pekerjaan ini sungguh mulia, terlebih bila yang diajarkan ialah ilmu agama Islam.

Dalam Islam, tidak hanya diajarkan tentang ilmu tauhid Islam, tetapi juga diajarkan tentang bagaimana kita bisa mengetahui yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk. Oleh karena begitu pentingnya peran seorang guru, maka dalam Islam begitu dimuliakan.

Seorang murid harus bisa bersikap baik saat berhadapan dengan gurunya. Karena keridhaan guru pada muridnya mempengaruhi tingkat keberhasilan seorang murid dalam mempelajari ilmu yang diajarkan. Lalu bagaimanakah seharusnya adab menuntut ilmu terhadap guru?

Simak selengkapnya berikut ini!

Menghormati Guru

Guru bukan hanya seseorang yang mengajarkan kita ilmu, tetapi juga sebagai pengganti orang tua kita di tempat belajar. Maka, sudah sepantasnya kita menghormatinya sebagaimana kita menghormati orang yang lebih tua dari kita. Beberapa cara menghormati guru dalam Islam yakni dengan memperhatikan apa yang diucapkannya tanpa menyela atau memotong perkataannya, bersikap rendah diri dan tidak mengujinya dengan banyak pertanyaan yang tidak semestinya. Sebagaimana yang tertuang dalil di bawah ini.

Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Salam berkata, “Aku tidak pernah sekalipun mengetuk pintu rumah seorang dari guruku, karena Allah berfirman,

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Kalau sekiranya mereka sabar, sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik untuknya” (QS. Al Hujurat: 5).

Adab Duduk

Pada umumnya, seorang murid belajar dalam keadaan duduk. Dalam posisi duduk pun, ada adab yang perlu diperhatikan.

Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”

Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”

Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya”.

Dari dalil di atas, diketahui bahwa ada larangan duduk bersandar dalam Islam saat menuntut ilmu.

Adab Berbicara

Guru adalah orang yang telah mengajarkan kebaikan pada muridnya. Jadi, seorang murid harus bisa bersikap baik pula pada gurunya. Perhatikanlah etika berbicara dalam Islam pada orang tua, guru dan sesama.

Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Itulah beberapa adab menuntut ilmu terhadap guru dalam sudut pandang Islam. Semoga para pembaca semua dapat mengamalkannya dan memperoleh hikmat darinya. Serta menjadi pribadi yang senantiasa istiqomah dalam Islam. Aamiin.

The post Adab Menuntut Ilmu Terhadap Guru Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Berpakaian Dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/adab-berpakaian-dalam-kehidupan-sehari-hari Sat, 26 Oct 2019 03:57:30 +0000 https://dalamislam.com/?p=7970 Pakaian merupakan piranti yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian bukan hanya untuk melindungi tubuh, tetapi juga untuk menunjukkan sisi kepribadian seseorang. Dalam kehidupan ini, pakaian laki-laki dan perempuan berbeda. Baik dari segi bentuk, ukuran, warna dan style-nya. Islam merupakan agama yang mulia. Dalam Islam, ada batasan tertentu dalam berpakaian baik untuk laki-laki maupun perempuan. […]

The post Adab Berpakaian Dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pakaian merupakan piranti yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian bukan hanya untuk melindungi tubuh, tetapi juga untuk menunjukkan sisi kepribadian seseorang. Dalam kehidupan ini, pakaian laki-laki dan perempuan berbeda. Baik dari segi bentuk, ukuran, warna dan style-nya.

Islam merupakan agama yang mulia. Dalam Islam, ada batasan tertentu dalam berpakaian baik untuk laki-laki maupun perempuan. Batasan ini disebut aurat. Ketahuilah batas aurat perempuan dan batas aurat laki-laki dalam Islam.

Seperti halnya dalam berperilaku, dalam berpakaian pun harus memenuhi adab tertentu. Apa sajakah itu? Simak selengkapnya di bawah ini.

Sesuai dengan Ketentuan Syariat Islam

Islam menuntun umatnya agar mempelajari ilmu tauhid Islam sebagai dasar pembekalan dan penumbuhan keimanan dalam diri. Salah satu bentuk keimanan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala ialah takwa. Dan pakaian takwa itulah yang terbaik. Sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah berikut ini.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (QS. Al-A’raf: 26).

Apakah yang dimaksud dengan pakaian takwa?

Pakaian takwa ialah pakaian yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam sehingga dapat meningkatkan keimanan dan takwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Pakaian tersebut harus yang menutup aurat. Bagi laki-laki, batas auratnya dari pusar sampai lutut. Sedangkan, bagi perempuan batas auratnya ialah seluruh tubuh, kecuali muka dan kedua telapak tangan.

Selain itu, pakaian tersebut tidak boleh menerawang dan ketat sehingga menunjukkan lekuk tubuh. Apa gunanya berpakaian tertutup secara syar’i tapi masih memperlihatkan lekuk tubuh?

Jadi, sangat penting untuk teliti dalam membeli pakaian baik melalui toko konvensional maupun online shop. Ketauhilah hukum belanja online dalam Islam yang diperbolehkan.

Memiliki Nilai Estetika dan Nilai Medis

Nilai syar’i adalah hal yang wajib dalam memilih pakaian. Selain itu, hendaknya pakaian tersebut memiliki nilai estetika dan nilai medis. Nilai estetika ialah nilai seni yang menunjukkan kepatutan, keindahan dan kebaikan pada pemakainya.

Pakaian yang syar’i tapi lusuh dan kusam tentu tidak lebih baik dari pakaian yang syar’i sekaligus bersih dan cerah. Manusia pada dasarnya memiliki jiwa seni, maka tak heran jika seni memang menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai seni dalam berpakaian hendaknya disesuaikan nilai religius yang semestinya. Jadi, pahamilah hal-hal yang diperbolehkan dan larangan berpakaian dalam Islam.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menerangkan, “Kita dapati bahwa orang-orang begitu semangat sekali memperhatikan bersihnya pakaiannya yang nampak. Jika ada kotoran yang menempel di pakaiannya, maka ia akan mencucinya dengan air dan sabun sesuai kemampuannya. Namun untuk pakaian takwa, sedikit sekali yang mau memperhatikannya. Kalau pakaian batin tersebut kotor, tidak ada yang ambil peduli. Ingatlah, pakaian takwa itulah yang lebih baik. Itu menunjukkan seharusnya perhatian kita lebih tinggi pada pakaian takwa dibanding badan dan pakaian lahir yang nampak. Pakaian takwa itulah yang lebih penting.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 4: 266).

Sementara, yang dimaksud dengan nilai medis dalam berpakaian yaitu pakaian haruslah yang dapat melindungi tubuh dari panas, dingin, debu dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan kepada pemakainya. Pilihlah pakaian yang terbuat dari kain yang aman digunakan bagi tubuh. Saat ini banyak beredar pakaian dari kain yang cenderung asal dan rendah kualitasnya, sehingga saat dipakai akan terasa panas, sesak dan mungkin juga menimbulkan gatal-gatal.

Itulah ulasan mengenai adab berpakaian dalam kehidupan sehari-hari yang dapat Anda ketahui. Semoga kita semua dapat mengamalkannya sehingga meningkatlah sifat orang yang bertakwa dalam diri kita. Aamiin.

The post Adab Berpakaian Dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Memotong Kuku dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/adab-memotong-kuku Sat, 26 Oct 2019 03:51:16 +0000 https://dalamislam.com/?p=8016 Kuku adalah bagian tubuh yang bersifat lunak dan mudah tumbuh kembali. Oleh karena itu, ketika sudah mencapai panjang tertentu, kita dianjurkan untuk memotong kuku jari tangan maupun kaki. Membiarkan dengan sengaja kuku panjang dalam Islam sama halnya dengan membiarkannya menjadi sarang kotoran sebab kuku merupakan bagian terluar tubuh yang berinteraksi langsung dengan lingkungan luar. Sehingga […]

The post Adab Memotong Kuku dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kuku adalah bagian tubuh yang bersifat lunak dan mudah tumbuh kembali. Oleh karena itu, ketika sudah mencapai panjang tertentu, kita dianjurkan untuk memotong kuku jari tangan maupun kaki. Membiarkan dengan sengaja kuku panjang dalam Islam sama halnya dengan membiarkannya menjadi sarang kotoran sebab kuku merupakan bagian terluar tubuh yang berinteraksi langsung dengan lingkungan luar. Sehingga rentan terkena berbagai macam kotoran.

Dalam Islam, kita tidak bisa memotong kuku secara sembarangan. Ada adab tertentu yang semestinya kita perhatikan sebelumnya. Misalnya, waktu yang dilarang untuk memotong kuku bagi yang hendak berkurban saat Idul Adha. Jadi, pahamilah hukum potong kuku sebelum kurban.

Lalu, apa sajakah adab memotong kuku dalam Islam?

Simak selengkapnya berikut ini!

Keutamaan Memotong Kuku dalam Islam

Anjuran atau hukum memotong kuku dalam Islam ini diulas dalam beberapa dalil.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 258)

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

وأما التوقيت في تقليم الاظفار فهو معتبر بطولها: فمتى طالت قلمها ويختلف ذلك باختلاف الاشخاص والاحوال: وكذا الضابط في قص الشارب ونتف الابط وحلق العانة:

“Adapun batasan waktu memotong kuku, maka dilihat dari panjangnya kuku tersebut. Ketika telah panjang, maka dipotong. Ini berbeda satu orang dan lainnya, juga dilihat dari kondisi. Hal ini jugalah yang jadi standar dalam menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak dan mencabut bulu kemaluan.” (Al Majmu’, 1: 158).

Cara Memotong Kuku

Sebelum mulai memotong kuku, persiapkan terlebih dahulu peralatannya yakni alat pemotong kuku atau gunting. Sebaiknya menggunakan alat pemotong kuku yang didesain khusus sehingga lebih aman dan mudah.

Sunnahnya dengan mengikuti cara yang terdapat dalam Kitab Almajmu, yaitu:

ويستحب ان يبدأ باليد اليمني ثم اليسرى ثم الرجل اليمني ثم اليسرى

“Disunahkan untuk memulai dari tangan kanan kemudian tangan kiri, dari kaki kanan kemudian kaki kiri.”

Menurut Imam Nawawi, sunnah dalam memotong kuku dimulai dari tangan kanan yakni jari telunjuk, tengah, manis, kelingking dan jempol. Lalu dilanjutkan jari tangan kiri, mulai dari jari kelingking, manis, tengah, telunjuk dan jempol.

Berikutnya kuku jari kaki, sunnahnya dimulai dari jari kelingking sebelah kanan sampai ke jempol. Kemudian kuku jari kaki kiri dimulai dari jempol sampai jari kelingking.

Hal tersebut tertuang dalam Kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar mengatakan;

وَلَمْ يَثْبُتْ فِي تَرْتِيبِ الْأَصَابِعِ عِنْدَ الْقَصِّ شَيْءٌ مِنَ الْأَحَادِيثِ لَكِنْ جَزَمَ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ بِأَنَّهُ يُسْتَحَبُّ الْبَدْاَءةُ بِمُسَبِّحَةِ الْيُمْنَي ثُمَّ بِالْوُسْطَى ثُمَّ الْبِنْصِرِ ثُمَّ الْخِنْصِرِ ثُمَّ الْإِبْهَامِ وَفِي الْيُسْرَى بِالْبَدْاَءةِ بِخِنْصِرِهَا ثُمَّ بِالْبِنْصِرِ إِلَى  الْإِبْهَامِ وَيُبْدَأُ فِي الرِّجْلَيْنِ بِخِنْصِرِ الْيُمْنَى إِلَى الْإِبْهَامِ وَفِي الْيُسْرَى بِإِبْهَامِهَا إِلَى الْخِنْصِرِ

“Tidak ada satu pun hadis yang menjelaskan tentang tertib memotong kuku. Akan tetapi Imam Nawawi menegaskan dalam kitab Syarh Muslim, bahwa disunahkan untuk memulai dari jari telunjuk tangan kanan, tengah, manis, kelingking, dan jempol. Untuk jari tangan sebelah kiri dimulai dari jari kelingking, manis, sampai jempol. Untuk kaki dimulai dari jari kelingking sebelah kanan sampai ke jempol, dan kaki sebelah kiri dimulai dari jempol sampai jari kelingking.”

Waktu Memotong Kuku

Hukum memelihara kuku panjang dalam Islam ialah tidak boleh lebih dari 40 hari. Sebagaimana yang terdapat dalam dalil di bawah ini.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

وُقِّتَ لَنَا فِى قَصِّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمِ الأَظْفَارِ وَنَتْفِ الإِبْطِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ أَنْ لاَ نَتْرُكَ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Kami diberi batasan dalam memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketika, mencukur bulu kemaluan, yaitu itu semua tidak dibiarkan lebih dari 40 malam.” (HR. Muslim no. 258). Yang dimaksud hadits ini adalah jangan sampai kuku dan rambut-rambut atau bulu-bulu yang disebut dalam hadits dibiarkan panjang lebih dari 40 hari (Lihat Syarh Shahih Muslim, 3: 133).

  • Memotong kuku sebelum mengerjakan shalat Jum’at

“Adapun menurut Imam asy-Syafi’e dan ulama-ulama asy-Syafi’eyah, sunah memotong kuku itu sebelum mengerjakan sembahyang Juma’at, sebagaimana disunatkan mandi, bersiwak, memakai wewangian, berpakaian rapi sebelum pergi ke masjid untuk mengerjakan shalat Juma’at,” (Hadis riwayat Muslim)

Itulah beberapa adab memotong kuku dalam Islam. Semoga kita semua dapat mengamalkannya sesuai dengan ketentuan dalam Islam. Sehingga bertambah keimanan dalam diri karena menjaga keutamaan kebersihan dalam Islam. Aamiin insya Allah.

The post Adab Memotong Kuku dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Anak Terhadap Orang Tua dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-anak-terhadap-orang-tua Sat, 26 Oct 2019 03:49:24 +0000 https://dalamislam.com/?p=8005 Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan anugerah dan kebahagian tersendiri. Di saat begitu banyak pasangan suami istri yang belum mendapatkan seorang anak meski telah berusaha keras. Bersyukurlah Anda yang telah dikaruniai momongan. Ketika sudah memiliki seorang anak atau bahkan lebih, maka sudah menjadi kewajiban bagi orang tuanya untuk membesarkan dan mendidiknya hingga siap untuk […]

The post Adab Anak Terhadap Orang Tua dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan anugerah dan kebahagian tersendiri. Di saat begitu banyak pasangan suami istri yang belum mendapatkan seorang anak meski telah berusaha keras. Bersyukurlah Anda yang telah dikaruniai momongan.

Ketika sudah memiliki seorang anak atau bahkan lebih, maka sudah menjadi kewajiban bagi orang tuanya untuk membesarkan dan mendidiknya hingga siap untuk hidup mandiri.

Selain ilmu tentang agama, seperti macam-macam ilmu tauhid, seorang anak juga harus diajarkan tentang etika dan adab dalam kehidupan sehari-hari. Satu diantaranya ialah adab anak terhadap orang tuanya.

Apa sajakah itu? Simak selengkapnya berikut ini!

Orang tua adalah orang pertama yang akan dikenal oleh anak. Jasa orang tua terhadap anak begitu besar. Jadi sudah seharusnya seorang anak tau bagaimana caranya berbakti kepada ayah dan ibunya. Sebagaimana yang tertuang dalam dalil berbakti kepada orang tua berikut ini.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya.” (QS. Al-Isra : 23)

Memandang Orang Tua dengan Pandangan yang Baik dan Tidak Tajam

Seorang anak haruslah menghormati dan menyayangi kedua orang tuanya. Salah satunya dengan menjaga pandangan dan perkataannya di hadapan orang tua. Merendahkan suara dan tidak memandang tajam merupakan suatu bentuk akhlak dalam Islam yang mulia. Sebagaimana yang diuraikan dalam dalil berikut ini.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra : 24)

وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له

jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah.” (HR. Al Bukhari 2731)

Tidak Memotong Perkataan Orang Tua

Memotong perkataan orang tua adalah suatu perbuatan yang tidak baik. Hal ini juga berlaku pada orang lain, baik yang lebih muda, seumuran atau yang lebih tua. Maka adab terhadap orang yang selanjutnya ialah memberikan kesempatan orang tua untuk menyelesaikan apa yang ingin diucapkannya tanpa memotong atau mendahului perkataannya.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu,

كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ، فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ

Kami pernah bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam di Jummar, kemudian Nabi bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim 2811)

Tidak Duduk Saat di Hadapan Orang Tua yang Berdiri

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:

اشتكى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه, فالتفتَ إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما سلَّمَ قال: إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم قعودٌ. فلا تفعلوا. ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودًا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).

Dalam Islam, hendaknya kita bisa menyelisihi budaya kaum non muslim. Seperti yang tertuang dalam dalil di atas.

Itulah beberapa adab anak terhadap orang tua yang mestinya dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat Islam yang baik, hendaknya kita terus meningkatkan usaha dalam melaksanakan macam-macam amal shaleh sehingga bertambah rasa cinta terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.

The post Adab Anak Terhadap Orang Tua dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Adab Bergaul dengan Lawan Jenis dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-bergaul-dengan-lawan-jenis Mon, 21 Oct 2019 09:11:58 +0000 https://dalamislam.com/?p=8031 Dalam Islam, interaksi antara laki-laki dan wanita memiliki cara khusus yang harus dipatuhi. Sebagaimana kita ketahui, berinteraksi dengan lawan jenis tidak bisa dilakukan dengan sembarangan karena Allah sendiri telah mengaturnya dalam Al Quran dan diperjelas kembali melalui Hadits. Berikut ini adalah beberapa adab bergaul dengan lawan jenis yang perlu diketahui: 1. Menutup aurat Bagi seorang […]

The post 7 Adab Bergaul dengan Lawan Jenis dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam Islam, interaksi antara laki-laki dan wanita memiliki cara khusus yang harus dipatuhi. Sebagaimana kita ketahui, berinteraksi dengan lawan jenis tidak bisa dilakukan dengan sembarangan karena Allah sendiri telah mengaturnya dalam Al Quran dan diperjelas kembali melalui Hadits. Berikut ini adalah beberapa adab bergaul dengan lawan jenis yang perlu diketahui:

1. Menutup aurat

Bagi seorang wanita yang ingin melakukan komunikasi dengan pria yang bukan mahramnya, maka hendaknya ia selalu menjaga auratnya tetap tertutup. Jangan sampai menggunakan pakaian yang menarik perhatian hingga menimbulkan bisikan setan apalagi terjerumus ke dalam syahwat. Sebagaimana Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

2. Dilarang berduaan

Tidak ada larangan untuk bergaul dengan lawan jenis, namun membutuhkan lebih banyak kewaspadaan dan kehati-hatian dalam melakukannya. Hal ini demi mencegah terjadinya fitnah apalagi terjerumusnya keduanya dalam dosa besar. Salah satu adab yang perlu dipatuhi adalah tidak berduaan. Ketika keduanya hanya berduaan, maka setan akan sangat mudah untuk menggoda dan membisikkan berbagai macam godaan dosa yang terlihat indah. Bahkan meskipun seorang yang alim, hendaknya tetap menghindari kontak seperti ini.

Baca juga:

Dari Umar bin Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiapa yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya, maka dia adalah seorang mukmin.” (HR. Ahmad)

3. Menundukkan pandangan

Baik laki-laki maupun wanita, sebaiknya ketika melakukan komunikasi saling menundukkan pandangan. Hal ini dikarenakan dalam pandangan terdapat godaan untuk melakukan zina dengan diperlihatkannya keindahan dan kenikmatan yang sebenarnya menjebak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,  

“Telah ditentukan bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti mengerjakannya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memukul, zina kaki adalah berjalan, serta zina hati adalah bernafsu dan berangan-angan, yang semuanya dibuktikan atau tidak dibuktikan oleh kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga:

4. Tidak menyentuh

Interaksi antara lawan jenis diperbolehkan dalam Islam, selama masih dalam batas yang diperbolehkan dalam Islam. Salah satunya adalah dilarang bersentuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang diucapkan Rasulullah dahulu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ

Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

5. Tidak berdandan

Dalam Islam, seorang wanita hanya diperbolehkan untuk berdandan di hadapan suaminya saja. Begitu pula ketika bergaul dengan lawan jenis. Wanita yang dengan sengaja berdandan bahkan menggunakan wewangian untuk memikat laki-laki merupakan wanita yang sangat rendah dalam Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.” (HR. An Nasa’i no. 5129, Abu Daud no. 4173, Tirmidzi no. 2786 dan Ahmad 4: 414. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Sanad hadits ini hasan kata Al Hafizh Abu Thohir)

Baca juga:

6. Menjaga batas intensitas komunikasi

Ingatlah bahwa bergaul dengan lawan jenis memiliki banyak resiko, terutama fitnah dan zina. Maka dari itu, jagalah agar tidak terlalu sering melakukan komunikasi dengan lawan jenis agar tidak terjadi hal yang membuat kita terjerumus dalam dosa. Terlalu berlebihan dalam berkomunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman hingga menimbulkan fitnah.

Rasulullah pernah memberikan peringatan pada kita semua,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no.7122)

7. Tidak bercampur baur

Adab dalam bergaul dengan lawan jenis yang lain adalah tidak bercampur baur. Hendaknya kita memisahkan diri dari lawan jenis ketika melakukan komunikasi. Sebagaimana yang dilakukan para sahabat ketika bertanya pada istri-istri Rasulullah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)

Baca juga:

Itulah beberapa adab bergaul dengan lawan jenis yang perlu diketahui. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga kita dapat menjaga diri kita dengan membangun keimanan yang kuat di tengah terpaan godaan dunia. Aamiin.

The post 7 Adab Bergaul dengan Lawan Jenis dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Adab Dalam Berdoa Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-dalam-berdoa Mon, 21 Oct 2019 08:31:00 +0000 https://dalamislam.com/?p=8043 Doa adalah ruhnya ibadah. Hanya dengan doa, kita dapat menunjukkan kerendahan diri kita pada Allah SWT. Melalui doalah kita meminta segala sesuatu yang diinginkan. Namun berdoa juga harus mengikuti adabnya. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berdoa yang harus diperhatikan. 1. Memuji Allah Berdoa adalah meminta, maka seharusnya kita memuji-muji yang akan memberikan sebelum kita […]

The post 8 Adab Dalam Berdoa Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Doa adalah ruhnya ibadah. Hanya dengan doa, kita dapat menunjukkan kerendahan diri kita pada Allah SWT. Melalui doalah kita meminta segala sesuatu yang diinginkan. Namun berdoa juga harus mengikuti adabnya. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berdoa yang harus diperhatikan.

1. Memuji Allah

Berdoa adalah meminta, maka seharusnya kita memuji-muji yang akan memberikan sebelum kita memintanya. Maka mulailah doa dengan pujian kepada Allah SWT.

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: بَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ، فَقَالَ رَسُوْلَُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّيْ إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِاللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ قَالَ ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ.

Dari Fadhalah bin ‘Ubad Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan duduk-duduk, masuklah seorang laki-laki. Orang itu kemudian melaksanakan shalat dan berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah (dosaku) dan berikanlah rahmat-Mu kepadaku.’ Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau telah tergesa-gesa, wahai orang yang tengah berdo’a. Apabila engkau telah selesai melaksanakan shalat lalu engkau duduk berdo’a, maka (terlebih dahulu) pujilah Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo’alah.’ Kemudian datang orang lain, setelah melakukan shalat dia berdo’a dengan terlebih dahulu mengucapkan puji-pujian dan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, ‘Wahai orang yang tengah berdo’a, berdo’alah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan do’amu.’” (Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3476) dan Abu Dawud (no. 1481). Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam Shahiihul Jaami’ (no. 3988))

Baca juga:

2. Berdoa di waktu mustajab

Berdoalah di waktu yang paling baik atau mustajab, yakni di sepertiga malam terakhir, ketika berpuasa, hari Jumat, dan hari Arafah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ينزل الله تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من يدعونى فأستجب له، من يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له

Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)

3. Menghadap kiblat

Ketika berdoa, hendaknya menghadap ke arah kiblat. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasul setiap kali beliau berdoa.

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)

Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan)

4. Bersuara lembut

Jika kita meminta pada orang saja harus dengan suara yang lembut dan penuh kerendahan diri, apalagi jika kita meminta dengan Allah SWT. Tentu kita harus bersuara penuh kelembutan sebagaimana Allah perintahkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)

Baca juga:

5. Penuh harap

Selanjutnya kita juga harus berdoa dengan penuh harapan dan rasa takut jika dosa kita terlalu banyak hingga menghalangi terkabulnya doa. Rasa takut tersebut akan menumbuhkan rasa rendah diri di hadapan Allah SWT.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

6. Yakin

Ingatlah bahwa Allah adalah yang kita sangkakan, maka yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Yakinlah bahwa kuasa Allah selalu mampu mengabulkan apapun doa dan keinginan kita.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-mu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a.” [Al-Baqarah/2: 186]

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)

Baca juga:

7. Bersungguh-sungguh

Bukti kesungguhan seorang hamba adalah dengan tidak putus berdoa. Ia akan selalu berdoa tanpa henti dan tidak akan mengeluh. Maka berdoalah tanpa pernah berhenti dan mengeluh karena Allah juga ingin melihat usaha kita dalam meminta.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ وَلاَيَقُوْلَنَّ اللّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.

‘Apabila salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau sudi, maka kabulkanlah do’aku ini,’ karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.”

8. Jauhi harta dan makanan haram

Salah satu penghalang doa adalah harta dan makanan yang haram, maka jauhilah agar doa kita dikabulkan Allah SWT.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim)

Baca juga:

Itulah 8 adab dalam berdoa yang perlu diketahui. Dengan berdoa sesuai adabnya, maka mudah-mudahan Allah akan mengabulkan doa kita dengan cepat. Aamiin.

The post 8 Adab Dalam Berdoa Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>