akhlak mulia Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/akhlak-mulia Mon, 06 May 2019 23:41:18 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png akhlak mulia Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/akhlak-mulia 32 32 14 Akhlak Istri Rasulullah yang Wajib Ditiru Muslimah https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/akhlak-istri-rasulullah Mon, 06 May 2019 23:40:57 +0000 https://dalamislam.com/?p=6780 Selain Rasulullah SAW memiliki cara-cara untuk membahagiakan istri seperti Cara Rasulullah Menyayangi Istri dan Cara Rasulullah Marah Kepada Istri, Istri Rasulullah juga melakukan hal demikian kepada sumai. Istri Rasulullah adalah seorang perempuan yang sangat dimuliakan oleh Rasulullah SAW, seperti pada sabda Rasulullah SAW : “Orang yang mulia dari kalangan laki-laki adalah banyak, akan tetapi wanita yang […]

The post 14 Akhlak Istri Rasulullah yang Wajib Ditiru Muslimah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Selain Rasulullah SAW memiliki cara-cara untuk membahagiakan istri seperti Cara Rasulullah Menyayangi Istri dan Cara Rasulullah Marah Kepada Istri, Istri Rasulullah juga melakukan hal demikian kepada sumai. Istri Rasulullah adalah seorang perempuan yang sangat dimuliakan oleh Rasulullah SAW, seperti pada sabda Rasulullah SAW :

Orang yang mulia dari kalangan laki-laki adalah banyak, akan tetapi wanita yang paling mulia adalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun dan keutamaan seorang Istri Rasulullah diatas wanita tersebut adalah seperti keutamaan tsarid atas segala makanan” (HR. Bukhari : 5/2067 dan Muslim : 2431)

Berikut adalah 14 Akhlak Istri Rasulullah yang Wajib Ditiru Muslimah :

1. Sangat taat kepada suami

Sikap Aisyah istri Rasulullah kepada Rasulullah SAW yang patut diteladani adalah termasuk istri yang taat kepada suami. Kebiasaan Aisyah istri Rasulullah saat di rumah adalah beliau selalu melaksanakan pekerjaan rumah tangga setiap paginya. Tanpa ada rasa mengeluh kepada Rasulullah SAW, Aisyah istri Rasulullah selalu berusaha mengerjakan pekerjaan rumah tangganya dengan baik dan tekun.

2. Istri yang keras kepala tetapi adil

Aisyah istri Rasulullah adalah termasuk wanita yang sangat keras kepala, pencemburu, susah mengalah tetapi beliau sangat adil. Gabungan dari beberapa sifat ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki akhlak tinggi dan perilaku baik. Salah satu peristiwa yang menujukkan bahwa sifat keras kepala beliau adalah saat Aisyah istri Rasulullah berpegang teguh dengan pendirian beliau ketika difitnah dan kemudian Allah menurunkan ayat yang membebaskan beliau dari tuduhan fitnah tersebut.

3. Setia kepada Rasulullah SAW

Sikap yang ditujukkan berikutnya kepada Rasulullah SAW sebagai kunci rumah tangga bahagia adalah sifat setia. Ketika itu Nabi SAW memberikan Aisyah istri Rasulullah sebuah pilihan, apakah beliau ingin tetap bersama Rasulullah dengan kehidupan yang sederhana atau bercerai dan mendapatkan dunia.

Maka jawaban Aisyah istri Rasulullah adalah beliau memilih tetap bersama Rasulullah SAW apapun kondisinya sehingga hal ini yang membuat istri-Aisyah istri Rasulullah SAW yang lain mengikuti pilihan Aisyah istri Rasulullah.

4. Sabar menjaga suaminya saat sakit

Saat Rasulullah SAW sedang sakit, beliau memilih rumah Aisyah istri Rasulullah untuk menetap hingga beliau meninggal. Sebagai seorang istri sudah tentu Aisyah istri Rasulullah menjaga Rasulullah SAW dengan baik dan merawatnya hingga sembuh. Hingga pada suatu ketika, Rasulullah SAW meninggal di pangkuan Aisyah istri Rasulullah.

Abu Wafa’ Ibnu Aqil mengatakan, “Lihat Rasulullah SAW memilih tinggal di rumah Aisyah istri Rasulullah saat sedang sakit dan memilih bapak Aisyah istri Rasulullah untuk menggantikan beliau mengimami manusia, namun masih saja orang-orang Rafidhah melupakan keutaman agung tersebut”

5. Selalu tenang ketika marah

Aisyah istri Rasulullah adalah salah satu wanita yang patut disanjung sebagai Kriteria Calon Istri yang Baik Menurut Islam dan tentunya harus menjadi contoh muslimah lainnya. Beliau memiliki hati yang lembut, penuh cinta, hangat dan setia kepada suaminya. Selain itu, Aisyah istri Rasulullah selalu menebarkan kedamaian, kasih sayang dan cinta sekalipun saat Aisyah istri Rasulullah sedang marah kepada Rasulullah SAW. Rasulullah mengatakan kepada Aisyah istri Rasulullah, “Sungguh aku mengetahui marah dan lapangmu saat kamu tenang”

6. Saling berbagi ilmu dengan suami

Selain hatinya yang lembut, Aisyah istri Rasulullah adalah sosok wanita cerdas. Beliau selalu membagikan ilmunya dengan Rasulullah SAW. Bahkan ribuan hadits Rasulullah yang membicarakan seputar hukum, wahyu, perilaku dan lainnya banyak bersumber dari Aisyah istri Rasulullah sendiri. Urwah bin Zubair pernah mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang pun yang pandai tentang ilmu fiqih, kedokteran dan orasi melebihi Aisyah istri Rasulullah.” Kecerdasam Aisyah istri Rasulullah adalah bagaikan spons yang mampu menyerap ilmu dari Rasulullah SAW dan para sahabat.

7. Istri yang memiliki keteguhan jiwa

Aisyah istri Rasulullah juga merupakan istri yang memiliki sikap quwwah atau keteguhan jiwa yang sangat besar dalam membela kebenaran. Hal ini bisa kita lihat saat masyarakat berani mempertanyakan kesucian Aisyah istri Rasulullah saat beliau pulang dari Perang Bani Musthaliq.

Hal ini sempat menggoyahkan kepercayaan Rasulullah kepada Aisyah istri Rasulullah, namun sikap Aisyah istri Rasulullah kepada suaminya adalah tetap berpegang teguh dengan kebenaran. Allah SWT kemudian membenarkan kesucian Aisyah istri Rasulullah dalam Al-Quran surah An-Nur ayat 12. Aisyah istri Rasulullah berkata,

“Sesungguhnya sesuatu yang menimpaku lebih hina bila sampai Allah SWT berfirman tentangku melalui wahyu yang akan dibaca” (HR. Bukhari 4141). Sikap keteguhan Aisyah istri Rasulullah inilah yang kemudian kembali memperkuat kepercayaan Rasulullah SAW terhadap beliau.

8. Sering manja dan pencemburu

Ummul Mu’minin Aisyah istri Rasulullah adalah salah satu istri Nabi Muhammad SAW yang memiliki sifat manja dan pencemburu kepada suami. Bukan karena beliau satu-satunya yang dinikahi Rasulullah SAW ketika masih belia, namun karena Rasulullah SAW juga suka jika istrinya bersikap manja dan suka mencemburui beliau.

9. Sikap keibuan kepada suami

Selain memiliki sifat manja dan pencemburu, Aisyah istri Rasulullah adalah sosok istri yang memiliki sifat keibuan. Maka tidak heran, walaupun dinikahi Rasulullah SAW di usia yang masih sangat belia, namun Aisyah istri Rasulullah menjadi tempat yang nyaman dan dekapan yang hangat bagi suaminya.

Selain sifat keibuan ini diberikan Aisyah istri Rasulullah kepada Rasulullah, beliau juga sering mengasuh, mendidik dan mengajar ilmu Allah kepada anak-anak kecil di sekitar rumah beliau. Beliau adalah salah satu rujukan para sahabat terkemuka dan sumber dari berbagai persoalan bidang ilmu pengetahuan, agama, Al-Quran dan As-Sunnah.

10. Cintanya tulus dan mendalam

Selain kecerdasan Aisyah istri Rasulullah yang begitu luar biasa, sikap beliau sebagai seorang istri kepada Rasulullah SAW juga tidak dapat dikesampingkan. Beliau memiliki cinta yang tulus dan begitu mendalam kepada Rasulullah SAW. Cinta yang kuat ini kemudian beliau wujudkan dengan selalu mengikuti dan menerapkan sunnah-sunnah yang dikerjakan oleh Nabi dalam kehidupan beliau seperti misalnya Tips Sehat Ala RasulullahAmalan Rasulullah Sebelum Tidur dan sunnah yang lainnya. Bahkan beliau juga mengajak seluruh umat Islam untuk mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah SAW.

11. Tidak pernah menentang suami

Aisyah istri Rasulullah adalah sosok istri yang tidak pernah sekalipun menentang perintah Rasulullah SAW selama sembilan tahun beliau mereka membiduk rumah tangga. Seperti halnya ketika ada sesuatu yang menganggu perasaan Rasulullah SAW, maka dengan menggunakan isyarat saja, Aisyah istri Rasulullah pasti langsung menghindari dan menyingkirkannya.

12. Wanita Shidiq Diantara Mukmin Wanita

Dimasa hidupnya Khadijah istri Rasulullah dikenal sebagai seorang wanita yang begitu jujur (Shidiq). Bahkan dari kejujuran yang dimilikinya, ia mendapatkan sanjungan yang luar biasa dari Rasulullah SAW hingga Beliau tidak pernah sedikit pun melupakan apa yang telah diperbuat Khadijah istri Rasulullah semasa hidupnya. Dan hal ini yang selalu diceritakan Baginda Rasul kepada para sahabat-sahabatnya.

13. Memberikan Keturunan Kepada Nabi SAW

Dari istri-istri Rasulullah SAW hanya Khadijah istri Rasulullah dan Maria Al-Qibtiyalah yang memberikan keturunan kepadanya. Namun dari keturunan Khadijah istri Rasulullahlah anak-anak Rasulullah terus tumbuh hingga dewasa. Dan yang berasal dari keturunan Maria Al-Qibtiyah hanya seorang putra yang bernama Ibrahim dan ia wafat sewaktu masih kecil.

Sedangkan dari Khadijah istri Rasulullah, Rasulullah mendapatkan 2 putra dan 4 putri yang mana 2 diantara putra Rasulullah dan Khadijah istri Rasulullah juga meninggal di waktu kecilnya. Dan lainnya adalah Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah, dan Fatimah dan keempatnya menjadi pembela agama Allah SWT.

14. Menemani Hari Hari Sulit Rasulullah dan Memiliki iman yang tangguh

Khadijah istri Rasulullah adalah seorang wanita yang sabar dalam membantu Rasulullah saat menerima wahyu pertama di gua Hira, menguatkan dan memberikan ketenangan ketika Rasulullah mendapatkan mimpi yang memberatkan dan juga shalat bersama Rasulullah ketika islam masih di syariatkan secara sembunyi sembunyi. Khadijah istri Rasulullah selalu setia dan menemani Rasulullah dalam menjalani hari hari sulit walaupun beliau adalah seorang wanita dari keluarga berada dan terhormat. Khadijah istri Rasulullah menerima Rasulullah apa adanya dan tidak pernah mengeluh. Disini keutamaan iman dalam islam sangat diperlihatkan oleh Khadijah istri Rasulullah.

Tahukah kamu sosok yang aku ceritakan kepadamu yang aku lihat dalam mimpi, dia itu Jibril. Ia memberitahukan kepadaku bahwa dia diutus Rabbku kepadaku. Khadijah istri Rasulullah berkata : bergembiralah, demi Allah, Allah akan selalu memperlakukan padamu dengan baik. maka dari itu terimalah apa yang datang kepadamu dari Allah, karena itu adalah kebenaran”. (HR Muslim).

Ketika Rasulullah kembali dari gua Hira, beliau berada dalam keadaan takut dan cemas dan berkata pada Khadijah istri Rasulullah “Selimutilah saya.. selimutilah saya..” (HR Muslim).

Khadijah istri Rasulullah lalu memberikan kekuatan dan ketenangan pada Rasulullah dengan rasa iman nya yang tangguh kepada Allah “Allah tidaklah akan menghinakan kamu selamanya, sesungguhnya anda benar benar orang yang suka menyambung tali persaudaraan, menghormati para tamu, menanggung orang orangg yang membutuhkan, berusha memenuhi kebutuhan orang orang yang tidak mampu, dan membantu orang orang yang ditimpa musibah”. (HR Muslim).

Hal yang dilakukan Khadijah istri Rasulullah tersebut tidak akan bisa dilakukan oleh orang yang memiliki iman yang lemah. Karena keteguhan iman nya, Khadijah istri Rasulullah selalu yakin bahwa setiap petunjuk yang diberikan Allah ialah benar adanya.

Demikian sikap Istri Rasulullah kepada Rasulullah yang banyak diliputi cinta, kasih sayang dan kesetiaan meskipun saat itu kondisi finansial mereka sedang sulit. Tetapi kondisi sulit ini kemudian dapat menumbuhkan keikhlasan dan rasa sayang, memperdalam rasa cinta dan kesetiaan.

Subhanallah, begitu indah kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW bersama Istri Rasulullah. Selain daripada itu kita juga dapat meningkatkan pengetahuan islami kita mengenai Hukum Membuang Kucing Dalam Islam, Adab Bertamu dalam Islam, Hukum Berjabat Tangan Bukan Muhrim Dalam Islam, Cara Meningkatkan Kesabaran dalam Islam, Larangan Minuman Keras Dalam Islam, Hukum Mengeluarkan Air Mani dengan Sengaja, Wanita Karir dalam Pandangan Islam, Amalan Penghapus Doza Zina, Dosa yang Tak Terampuni dan semoga bermanfaat.

The post 14 Akhlak Istri Rasulullah yang Wajib Ditiru Muslimah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
4 Golongan Sifat Orang Yang Tak Tersentuh Api Neraka https://dalamislam.com/info-islami/sifat-orang-yang-tak-tersentuh-api-neraka Tue, 19 Mar 2019 14:28:48 +0000 https://dalamislam.com/?p=5873 Sebagai muslim, sudah selayaknya kita meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki akhlak yang mulia karena orang yang berakhlak mulia derajatnya sama dengan orang yang berpuasa dan mendirikan shalat malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang berakhlah mulia sama derajatnya dengan orang yang berpuasa dan mendirikan shalat.” (HR. Ahmad) Rasulullah shallallahu […]

The post 4 Golongan Sifat Orang Yang Tak Tersentuh Api Neraka appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sebagai muslim, sudah selayaknya kita meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki akhlak yang mulia karena orang yang berakhlak mulia derajatnya sama dengan orang yang berpuasa dan mendirikan shalat malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya orang yang berakhlah mulia sama derajatnya dengan orang yang berpuasa dan mendirikan shalat.” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.”

Diharamkan Api Neraka Bagi Seorang Mukmin Berakhlak Mulia

Orang mukmin yang berakhlak mulia umumnya memiliki beberapa sifat-sifat di antaranya adalah tidak melaknat dan mencaci maki, tidak pula mengadu domba dan menceritakan kejelekan orang lain, bersikap lemah lembut dan santun, sabar, dan suka mempermudah. Bahkan orang-orang yang memiliki sifat-sifat lemah lembut, tenang, suka mempermudah urusan, ramah, dan selalu ramah ketika bertemu saudaranya sesama muslim diharamkan baginya api neraka.

Baca juga:

Dari Abdillah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Maukah kamu aku tunjukkan orang yang diharamkan neraka baginya?’ Para sahabat menjawab : Tentu saja, wahai Rasulullah!’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ‘(Haram tersentuh api neraka orang yang) Hayyin, Layyin, Qarib, Sahl!’ “(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al-Albani)

Dengan demikian, ada beberapa sifat orang yang tak tersentuh api neraka berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut.

Sifat Orang yang Tak Tersentuh Api Neraka

1. Hayyin

Yang dimaksud dengan hayyin adalah orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir dan batin. Orang-orang yang memiliki sifat seperti ini cenderung teduh jiwanya, tidak mudah memaki orang lain, dan tidak mudah melaknat orang lain. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Ada seorang laki-laki yang meminta wasiat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : Wasiatilah saya!” Beliau bersabda : “Janganlah kamu marah!” Lelaki itu mengulanginya lagi, tetapi beliau tetap menjawab : “Janganlah kamu marah!” (HR. Bukhari)

Baca juga:

2. Layyin

Sifat kedua adalah layyin yaitu sifat yang dimiliki oleh orang yang lembut dan santun, tutur kata maupun perbuatan selalu baik dan selalu menginginkan kebaikan untuk sesama manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan kepada kaum muslim untuk senantiasa bersikap lembah lembut dan santun kepada orang lain karena sifat ini termasuk salah satu tanda orang yang berakhlak mulia atau berbudi pekerti yang baik.

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu bukan seorang yang kotor – baik kata-katanya atau tindakannya – dan tidak pula seorang yang bersengaja hendak berbuat kekotoran – baik kata-katanya atau tindakannya”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk dalam golongan orang-orang yang terpilih di antara engkau semua adalah orang yang terbaik budi pekertinya.” (Muttafaq ‘alaih)

Baca juga :

3. Qarib

Adapun yang dimaksud dengan Qarib adalah orang yang supel dan cepat dekat dengan siapa saja. Umumnya, orang memiliki sifat Qarib mudah akrab dengan orang lain, ramah, enak diajak bicara, murah senyum saat bertemu, tidak sinis atau galak terhadap orang lain. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada saya : Jangnlah sekali-kali meremehkan perbuatan baik, walaupun menyambut saudaramu dengan muka ceria.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga :

4. Sahl

Dan sifat orang yang tak tersentuh api neraka yang keempat adalah Shal. Yang dimaksud dengan Shal adalah orang yang selalu memudahkan urusan orang lain atau sesama. Orang-orang seperti biasanya tidak ingin mempersulit orang lain serta siap sedia emberikan solusi bagi setiap permasalahan yang ada jika diminta.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Permudahlah dan jangan kalian mempersulit, gembirakan dan jangan kalian menakut-nakuti!” (HR. Muslim)

Baca juga:

Demikianlah ulasan singkat tentang sifat orang yang tak tersentuh api neraka. Semoga bermanfaat.

The post 4 Golongan Sifat Orang Yang Tak Tersentuh Api Neraka appeared first on DalamIslam.com.

]]>
15 Pentingnya Beradab dengan Orang yang Lebih Tua https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/pentingnya-beradab-dengan-orang-yang-lebih-tua Tue, 26 Feb 2019 04:51:00 +0000 https://dalamislam.com/?p=5631 Beradab dengan orang yang lebih tua adalah sikap atau salah satu cara untuk memberi penilaian, menghormati, penentuan atau memandang penting yang juga terdapat dalam sumber syariat islam. Sikap beradab dengan orang yang lebih tua juga harus dimiliki pada setiap manusia agar terciptanya keserasian dan kerukunan hidup antar manusia sehingga terwujudlah kehidupan yang saling menghargai dengan […]

The post 15 Pentingnya Beradab dengan Orang yang Lebih Tua appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Beradab dengan orang yang lebih tua adalah sikap atau salah satu cara untuk memberi penilaian, menghormati, penentuan atau memandang penting yang juga terdapat dalam sumber syariat islam. Sikap beradab dengan orang yang lebih tua juga harus dimiliki pada setiap manusia agar terciptanya keserasian dan kerukunan hidup antar manusia sehingga terwujudlah kehidupan yang saling menghargai dengan orang yang lebih tua satu sama lain. Beradab dengan orang yang lebih tua juga dapat berarti menghormati keberadaan, harkat dan martabat.

Dalam agama Islam, orang tua merupakan orang yang sangat penting kedudukannya yakni tetap terdapat kewajiban orang tua terhadap anak yang sudah menikah. Bahkan, Nabi Muhammad SAW menyebutkan ibu sebanyak tiga kali diikuti dengan ayah sebagai orang-orang utama yang harus kita hormati. Berikut 15 Pentingnya Beradab dengan Orang yang Lebih Tua.

1. Tanda orang beriman

Banyak sekali ayat di dalam Al Quran sebagai dasar hukum islam yang menyebutkan bahwa semua orang beriman dan bertakwa harus beradab dengan orang tua. selain memerintahkan umat Islam untuk senantiasa patuh untuk beribadah pada Allah, Al Quran juga menegaskan umatnya untuk melaksanakan kewajibannya untuk berbakti dan beradab pada orang tua.

2. Untuk membalas jasa

Sebagai seorang anak yang memiliki kedudukan anak dalam hukum islam, mungkin merupakan hal yang mustahil untuk bisa membayar atau membalas jasa orang tua kita. Maka, menjadi anak yang berbakti dan beradab pada orang tua bisa menjadi salah satu cara untuk kita berusaha membalas jasa mereka.

3. Merupakan perintah Allah

Seperti yang telah tertulis di surat Al Isra’ di salah satu ayatnya tentang dalil berbakti kepada orang tua,

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’

dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kaish sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al Isra’/17: 23-24)

Dari ayat di atas, maka kita mengetahui bahwa beradab pada orang tua merupakan salah satu kewajiban kita sebagai orang Islam. Beradab pada orang tua bisa berarti apapun yang kita lakukan adalah dalam restu orang tua. Sebaiknya di setiap kegiatan yang akan kita lakukan, kita meminta restu orang tua kita. Seperti yang disebutkan dalam hadis, ‘Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua’ (HR. Baihaqi).

4. Amalan yang dicintai Allah

Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW diceritakan, ‘Aku bertanya kepada Nabi saw, “Amalan apakah yang paling dicintaiolehh Allah SWT? Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “emudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR Bukhari).

Sayangnya, banyak di antara kita yang menyepelekan orang tua. Kita terlalu fokus untuk mengejar cita-cita dan sibuk dengan urusan pribadi kita sendiri sehingga melupakan kewajiban kita untuk beradab pada orang tua. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika mulai saat ini kita mulai belajar untuk mengubah diri kita dan lebih beradab pada orang tua

5. Menjadikan kasih sayang

Seorang anak harus menjaga agar pandangannya teduh dan patuh pada orang tua. Orang tua merupakan orang yang paling penting di hidup kita, maka kita harus memandang mereka dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat.

Seperti yang tersurat dalam hadis Al Musawwir bin Makhramah ra., ‘jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah.’ (HR. Al Bukhari 2731). Maka, dari dalil tersebut kita bisa mengetahui bahwa tidak memandang tajam merupakan suatu bentuk pengagungan atau penghormatan, yang juga akan sangat layak kita berikan kepada orang tua kita juga.

6. Membuat hati tentram

Seperti yang telah disebutkan di surat al Isra’ ayat 23 dan 24 di atas, kita diperintahkan berkata baik pada orang tua dan dilarang membentak mereka. Sesungguhnya sedikit saja ucapan ‘ah’ kepada orang tua akan membuat hati mereka terluka. Maka, sebaiknya kita menjaga jangan sampai ada sedikit saja kata-kata yang buruk keluar dari mulut kita saat bericara pada orang tua. Gunakan kata-kata yang lembut dan sopan yang akan menentramkan hati mereka.

7. Menjadikan sifat sabar

Sebagai anak, seringkali kita melupakan hal ini. Ego dan emosi yang cenderung berlebihan di diri kita sebagai anak muda sering mengalahkan akal dan kasih sayang kita kepada orang tua. Hal ini membuat kita sering khilaf untuk membantah dan membentak orang tua. Maka, sebisa mungkin kita jaga emosi kita dan selalu bersabar agar bisa menjaga perkataan serta ucapan kita saat berbicara dengan orang tua.

8. Mendapat ridha

Berdasarkan pada hadis Abdullah ibnu Umar, ‘dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a, dia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “Keridhoan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. (HR. st-Tirmidzi, hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim).

Dari hadist di atas, maka kita harus untuk meminta ridha orang tua dahulu sebelum melakukan urusan apapun. Hendaknya kita meminta izin dan memohon doa restu untuk setiap keperluan dan keputusan yang akan kita lakukan. Selain doa orang tua sangat mustajab untuk diijabah oleh Allah, dengan mendapatkan restu orang tua hati kita pun akan lebih tenang dan tentram. Dengan demikian, urusan yang kita lakukan bisa lebih mudah dan lebih lancar.

9. Sebagai hal yang utama

Sebaiknya kita tidak mendahulukan diri kita sendiri daripada orang tua jika hal itu berurusan dengan dunia. Misalnya, untuk sekedar makan, minum, atau perkara duniawi lain akan lebih baik jika kita mendahulukan orang tua kita.

Hal ini bisa kita petik dari hadits dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan Rasulullah SAW mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu besar. Kemudian, mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan yang pernah mereka lakukan.

Salah satu dari tiga orang itu berkata,

Ya Allah sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka. Aku selalu dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku dapati orang tuaku sudah tidur.

Lalu aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu kepada mereka. Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah meronta-ronta di kakiku karena kelaparan.

Dan demikianlah terus keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa melihat langit darinya”.

10. Hidup lebih terarah

Orang tua kita pasti memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada kita. Selain itu, kita semua pasti yakin bahwa orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk diri kita. Maka, tidak ada salahnya jika kita mengikuti keinginan dan saran orang tua kita,

selama hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama. Mengikuti keinginan dan saran orang tua akan membuat orang tua merasa dihargai dan dihormati oleh kita. Selain itu, kita pun bisa lebih terarah dan yakin bahwa apa yang kita jalani adalah yang terbaik.

11. Menjaga nama baik

Menjaga nama baik orang tua merupakan salah satu cara yang menunjukkan bahwa kita beradab mereka. Maka, hendaknya kita selalu berbuat baik kepada siapa pun di sekitar kita. Hal ini tentu akan membantu untuk menjaga nama baik orang tua dan menjauhkan mereka dari fitnah dunia.

12. Sebagai pandangan hidup

Beradab pada orang tua orang yang lebih tua merupakan salah satu pandangan hidup manusia, terutama untuk masyarakat Indonesia. Di Indonesia, beradab pada orang yang lebih tua menjadi suatu kebiasaan (tata krama) dalam kehidupan sehari- hari yang dilakukan oleh semua masyarakat, baik laki- laki maupun perempuan. Kebiasaan ini merupakan suatu kebiasaan yang baik, karena memang seharusnya orang yang lebih muda beradab pada orang tua dan beradab pada orang yang lebih tua.

13. Memberikan kehidupan yang nyaman dan bahagia

Dengan beradab pada orang yang lebih tua, akan memberikan kesan yang baik untuk orang yang lebih tua maupun orang yang lebih muda. Dan, akan terjalin suatu hubungan yang harmonis diantara kedua belah pihak tersebut, sehingga keduanya dapat merasa nyaman dan bahagia.

14. Dekat dengan pintu surga

Bila engkau ingin membuka pintu-pintu surga, hormatilah kedua orang tuamu. Sebaliknya, bila ingin membuka pintu-pintu neraka maka kedurhakaan kepada orang tua adalah kendaraan yang paling cepat menuju ke tempat jahanam itu.

Bahkan, siksanya pun disegerakan tanpa harus menunggu kiamat. Rasulullah bersabda, “Semua dosa akan ditangguhkan Allah sampai hari kiamat, kecuali durhaka kepada orang tua. Maka, sesungguhnya Allah akan menyegerakan kepada pelakunya di dunia sebelum meninggal.” (HR Hakim).

15. Ajaran budi pekerti

Ajaran budi pekerti paling awal adalah pelajaran untuk bersikap santun dan menghormati orang yang lebihtua. Rasulullah bersabda, ”Bukanlah pengikutku, mereka yang tidak hormat pada yang tua dan sayang pada yang kecil.”

Demikian yang dapat disampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

The post 15 Pentingnya Beradab dengan Orang yang Lebih Tua appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Shalat Tahiyyatul Masjid https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/hukum-shalat-tahiyyatul-masjid Thu, 12 Jul 2018 10:08:51 +0000 https://dalamislam.com/?p=3828 Masjid dan mushala adalah tempat ibadah untuk umat muslim dimana selayaknya memiliki kesopanan, adab, dan sopan santun sesuai syariat dalam islam ketika memasukinya. Sebagai umat muslim, tentunya kita semua pernah mengunjungi masjid ya sobat? entah itu ketika menjalankan shalat atau ketika menghadiri acara tertentu seperti acara pengajian atau kajian islami. Masjid ibarat rumah Allah, tempat […]

The post Hukum Shalat Tahiyyatul Masjid appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Masjid dan mushala adalah tempat ibadah untuk umat muslim dimana selayaknya memiliki kesopanan, adab, dan sopan santun sesuai syariat dalam islam ketika memasukinya. Sebagai umat muslim, tentunya kita semua pernah mengunjungi masjid ya sobat? entah itu ketika menjalankan shalat atau ketika menghadiri acara tertentu seperti acara pengajian atau kajian islami.

Masjid ibarat rumah Allah, tempat berdoa dan menjalankan ibadah shalat yang terbaik dimana memakmurkan masjid merupakan sebuah amalan yang bernilai besar di mata Allah, sebagaimana ketika berkunjung ke rumah orang, tentunya kita akan melakukan penghormatan atau setidaknya salam dan menjaga sikap ketika berada di tempat tersebut, begitu pula yang harus dilakukan ketika berada di masjid.

Nah sobat, apa sajakah yang selama sudah sobat lakukan selama di masjid untuk menghormati dan mengagungkan rumah Allah? apakah hanya sekedar mengunjunginya untuk shalat jamaah saja dan acara tertentu saja serta tak pernah terfikirkan hal lainnya? jika sobat termasuk dalam golongan demikian, ada baiknya mulai sekarang mengubah pandangan dan mulai untuk lebih banyak melakukan sesuatu untuk mengagungkan masjib sekaligus menambah amal ibadah.

Hal itu salah satunya bisa dilakukan dengan menjalankan shalat tahiyyatul masjid beserta tata cara shalat tahiyatul masjid yang benar, pernahkah sobat mendengar sebelumnya? atau mungkin sudah oernah dan rutin melaksanakannya? apapun itu kebiasaan dan pemahaman yang sobat miliki, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai Hukum Shalat Tahiyyatul Masjid secara lengkap. Yuk simak uraiannya berikut.

Sebelum membahas pada intinya, penulis akan menguraikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Shalat Tahiyyatul Masjid  dan keutamaan shalat tahiyatul masjid,sebab tentunya diantara kita ada yang belum memahaminya sama sekali, sehingga ketika sesudah memahami pengertian dan tata caranya akan lebih mudah untuk mempelajari dan memahami mengenai hukumnya.

Yang dimaksud dengan shalat Tahiyyat masjid (Tahiyatul Masjid) ialah termasuk macam macam shalat sunnah yakni shalat yang dimaksudkan untuk penghormatan terhadap masjid sebagai rumah Allah (rumah untuk beribadah kepada Allah) yang biasa dikerjakan orang-orang yang masuk masjid untuk mengerjakan shalat berjamaah, baik siang maupun malam ataupun kapan saja setiap masuk masjid disunnahkan untuk shalat tahiyyat masjid.

Dalam menjalankannya sendiri dilakukan dengan dua rakaat disertai dengan bacaan sebagaimana shalat wajib pada umumnya, niat menjalankannya ialah Usholli Sunnata Tahiyyatal Masjidi Rok’ataini Lillaahi Ta’aala. Alaahu Akbaru. Artinya : “Saya berniat shalat Tahiyyat Masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala. Allahu Akbar”.

Setelah selesai, juga dianjurkan untuk membaca doa sebab manfaat doa dalam islam memberikan ketenangan dan pahala, Allaahumma Sholli Wasallim ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihi Wa Shohbihi Ajma’in. Allaahumma Robbanaa Aatina Fiid Dun-Yaa ‘Adzaaban Naari. Wal Hamdu Lillaahi Robbil ‘Aalamiina. Artinya : “Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad teriring keluarga, sahabat beliau semuanya. Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat nanti, serta peliharalah kami dari azab neraka. Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam”.

Nah sobat, sekarang sobat sudah paham bukan apa itu shalat tahiyyatul masjid? shalat ini dapat sobat lakukan ketika memasuki masjid sebelum menjalankan shalat atau apapun, tentunya dalam keadaan suci dan sesuai dengan adab shalat, sobat bisa melakukannya kapanpun ketika memasuki masjid atau mushala sehingga selama beribadah akan lebih tenang dan berkah.

Hukum Shalat Tahiyyatul Masjid

Selanjutnya tentu kita harus memahami apakah shalat tahiyyatul masjid wajib dilakukan siapa saja yang memasuki masjid walaupun niatnya bukan untuk shalat jamaah? mislanya untuk pengajian dsb. Hukum dalam menjalankannya adalah sunnah ya sobat, jika melakukannya mendapat pahala, jika tidak maka sobat tidak berdosa, namun tentunya akan lebih baik jika dilaksanakan.

Dan shalat tahiyyatul masjid dilaksanakan dalam ketentuan apapun, tidak hanya ketika shalat jamaah saja, misalnya ketika menghadiri acara pengajian di dalam masjid dan sobat ketika memasukinya ingin shalat tahiyyatul masjid tidaklah masalah, sebab niatnya ingin memberi pengagungan kepada Allah. Hal ini dijelaskan dalam berbagai sumber syariat islam berikut :

1. Ibadah Sunnah

Tahiyyatul Masjid adalah shalat yang dilakukan sebanyak dua Roka’at, dan dikerjakan oleh seseorang ketika masuk ke masjid. Adapun hukumnya termasuk sunnah berdasarkan konsensus karena hal itu merupakan hak setiap orang yang akan masuk ke masjid, sebagaimana dalil-dalil yang telah disebutkan.” (Fathul Bari: 2/407).

Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan ya sobat, shalat tahiyyatul masjid hukunya sunnah dan boleh dilakukan siapa saja ketika memasuki masjid atau mushala, shalat dilakukan sebanyak 2 rekaat dengan bacaan sesuai shalat wajib atau sesuai shalat pada umumnya.

2. Dapat Dilakukan Setiap Saat

Shalat tahiyatul masjid disyariatkan pada setiap saat, ketika seseorang masuk masjid dan bermaksud duduk di dalamnya. Ini merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’i & Ahmad bin Hambal, yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Baz, & Ibnu Al-Utsaimin –rahimahumullah. “Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk.” (HR. Al-Bukhari no. 537 & Muslim no. 714). Shalat tahiyyatul masjid boleh dilaksanakan karena keperluan apapun walaupun hanya sekedar ingin duduk atau berdiam diri, tidak harus ketika ingin shalat berjamaah.

3. Anjuran Rasulullah

Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jum’at, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah, dia pun duduk. Maka beliau langsung bertanya padanya, “Wahai Sulaik, bangun dan shalatlah dua raka’at, kerjakanlah dengan ringan.” Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum’at, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka hendaklah dia shalat dua raka’at, dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan.” (HR. Al-Bukhari no. 49 dan Muslim no. 875)

Nah sobat, shalat tahiyyatul masjid ini ternyata juga menjadi kebiasaan Rasulullah dan beliau menganjurkan pada umat islam di kala itu untuk melakukannya, tentunya sebagai pengikut ajaran islam kita juga harus mulai coba menerapkannya ya sobat? sehingga dapat menjadi tambahan bekal amal ibadah kita untuk akherat yang kekal nanti.

“Seorang laki-laki dari penduduk Nejd yang rambutnya berdiri datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kami mendengar gumaman suaranya, namun kami tidak dapat memahami sesuatu yang dia ucapkan hingga dia dekat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ternyata dia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,‘Islam adalah shalat lima waktu siang dan malam.‘ Dia bertanya lagi, ‘Apakah saya masih mempunyai kewajiban selain-Nya? ‘ Beliau menjawab, ‘Tidak, kecuali kamu melakukan shalat sunnah.” (HR. Bukhari (46), Muslim (11/76))

4. Mendapat Perlindungan Allah

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dimana satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (di depan),

sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi, Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi?”Adapun salah seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya.”(HR. Bukhari (66) Muslim (2176)).

Nah sobat, hikmah lain dri shalat tahiyyatul masjid adalah mendapatkan perlindungan Allah, memang Allah itu adalah maha penyayang kepada setiap hambanNya dimana Ia melindunginya hambaNya setiap saat tanpa diminta dan tanpa henti, bukan berarti jika tidak melaksanakan shalat tahiyyatul masjid akan menjadi orang yang jauh dari perlindungan dsb.

Namun tentunya perlindungan yang didapat akan lebih dan lebih lagi sebab sejak awal dimulai dengan niat yang baik, sehingga sepanjang shalat atau melakukan kegiatan di dalam masjid InsyaAllah jauh dari godaan syetan dan mendapat rasa khusyu’ yang lebih banyak, tentunya hal ini juga akan berdampak baik bagi kita sendiri sekaligus lebih mendekatkan hati kepada Allah.

Shalat tahiyyatul masjid memang sejatinya dilaksanakan walaupun bukan ibadah yang wajib, hal itu akan menjadikan kebiasaan pada diri sendiri untuk mencintai masjid dan terasa lebih nikmat ketika beribadah di dalamnya sebab kita sebagai umat muslim tentu amat baik jika sering mengunjungi masjid dan beribadah disana, tidak hanya mengunjungi segala tempat yang berhubungan dengan duniawi saja dan mengunjungi rumah Allah sekedarnya.

Semoga bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua ya sobat, tentunya setiap langkah kita selalu menginginkan untuk memperbaiki diri menjadi hamba Allah yang lebih baik di mataNya.Baiklah, sampai disini yang bisa penulis sampaikan mengenai artikel kali ini, tentunya penulis berharap apa yang penulis sampaikan bisa menjadi wawasan yang bermanfaat dan menjadi jalan untuk lebih memperbaiki diri agar jauh dari jalan yang sesat. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga berkah.

The post Hukum Shalat Tahiyyatul Masjid appeared first on DalamIslam.com.

]]>
15 Keutamaan Infaq Ramadhan Beserta Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/keutamaan-infaq-ramadhan Fri, 04 May 2018 03:24:55 +0000 https://dalamislam.com/?p=3477 Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam dan diberikan kepada seseorang yang membutuhkan yang telah diatur dalam syariat. Infaq ialah perbuatan yang mulia sebab menunjukkan kepedulian dan wujud berbagi pada orang lain. orang yang sering menginfaqkan hartanya di jalan Allah menunjukkan bahwa orang tersebut dermawan dan baik […]

The post 15 Keutamaan Infaq Ramadhan Beserta Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk satu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam dan diberikan kepada seseorang yang membutuhkan yang telah diatur dalam syariat. Infaq ialah perbuatan yang mulia sebab menunjukkan kepedulian dan wujud berbagi pada orang lain. orang yang sering menginfaqkan hartanya di jalan Allah menunjukkan bahwa orang tersebut dermawan dan baik hatinya.

Di bulan ramadhan banyak orang memperbanyak niat dengan niat berbagi kebahagiaan dan memberi keberkahan pada sesama. Ternyata bukan hanya itu saja yang akan didapatkan ketika melakukan infaq di bulan ramadhan, melainkan keutamaan lain yang lebih besar. Apa saja? Simak lengkapnya dalam uraian berikut, 15 keutamaan infaq di bulan Ramadhan.

1. Bertepatan dengan Bulan Mulia

Keutamaan infaq yang dilakukan di bulan ramadhan ialah mendapat pahala yang berganda sebab bertepatan dengan waktu yang mulia dimana amalan dilipatkan gandakan pahalanya, sebagaimana kita memahami bahwa infaq ialah perbuatan yang mulia yang menunjukkan kasih sayang terhadap sesama dan wujud orang yang dermawan yakni memperbanyak infaq untuk mendapat kebaikan dan mendapat keistimewaan ramadhan bagi umat muslim.

Dilakukan pada bulan lain pun memiliki keutamaan dan pahala yang besar, terlebih jika dilakukan di bulan ramadhan, tentu kebaikan yang didapat dari Allah lebih besar lagi, namun tentunya juga dengan syarat dilakukan sepenuh hati semata karena Allah, bukan karena duniawi atau karena ingi dipuji manusia lain atau karena pamer. cara menghindari riya menurut islam dapat dilakukan dengan infaq secara sembunyi agar tidak diketahui orang dan menimbulkan rasa bangga atau sombong.

2. Mendapat Rahmat dari Allah

Allah amat dermawan kepada hamba-hambbaNya di bulan Ramadlan dengan memberikan pahala berlipat ganda di setiap amalan, dengan memberikan kepada mereka rahmat yang besar, ampunan dan perlindungan dari api Neraka, dan sebagainya. Allah merahmati hamba-hambaNya yang kasih sayang kepada sesama manusia yang diwujudkan dengan berinfaq sesuai kemampuan dan dengan hati yang ikhlas. keutamaan ikhlas dalam islam memang akan mendapatkan rahmat yang berlebih dari Allah.

3. Sebab Masuk Surga

Sesungguhnya di dalam surga terdapat kamar-kamar yang luarnya terlihat dari dalamnya, dan dalamnya terlihat dari luarnya.” Seorang arab badui berdiri dan berkata, “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Untuk orang yang …, memberi makan, …” (HR At Tirmidzi). Hadist tersebut ialah tentang rumah di surga yang amat indah yang telah disapkan untuk orang orang yang berinfaq di bulan ramadhan, misalnya dengan memberi makan pada orang lain. keutamaan memberi makan orang yang berpuasa dapat dijalankan dengan cara infaq.

4. Menghapus Dosa Dosa

Orang yang berpuasa tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan sebab kadang amsih ada hati yang berdebu di dalam diri, maka infaq di bulan ramadhan dapat menutupi kekurangan dan kesalahan tersebut, oleh karena itu sebaiknya infaq di Ramadlan sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kata-kata yang kotor sehingga amal ibadah kebaikan diterima Allah dan dosa dosa diampuni dengan melantunkan doa pengampunan dosa dalam islam.

5. Upaya Memperbaiki Diri

Imam Asy Syafi’i, beliau berkata, “Aku suka bila seseorang meningkatkan kedermawanan di bulan Ramadlan karena mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, juga karena kebutuhan manusia kepada perkara yang memperbaiki kemashlatan mereka, dan karena banyak manusia yang disibukkan dengan berpuasa dari mencari nafkah”.

Merupakan hal yang biasa jika orang menyibukkan diri dengan mencari sesuatu untuk kebutuhan dirinya sendiri, namun tentu akan lebih mulia jika ada orang yang membagikan rezekinya tersebut dengan mengamalkan kepada orang lain sehingga ia tidak hanya sibuk dengan diri sendiri namun juga sibuk berbuat baik untuk bekal di akherat.

6. Amalan yang Dicintai Allah

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744). Infaq sama saja dengan akhlak mulia dan hal itu amat dicintai Allah sebab Allah menyukai hambanNya yang membantu sesama.

7. Ciri Orang Mukmin

“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033). ciri orang mukmin ialah orang yang mandiri dan pekerja keras yakni mencari rejeki yang halal dan ketika mendapat rezeki ia menyadari bahwa itu adalah titipan Allah yang di dalamnya ada hal untuk orang lain sehingga ia berinfaq dengan ikhlas.

8. Kedudukan Hamba yang Terbaik

Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”).

Infaq di bulan ramadhan mendapat keutamaan salah satu hamba yang terbaik sebab jarang sekali orang yang mau membantu orang lain dengan ikhlas terlebih jika yang dibantu tidak ada hubungan persaudaraan dengannya, infa akan meruntuhkan kesombongan dan meningkatkan rasa iman karena menyadari bahwa semua rezeki datangnya dari Allah dan kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah pula.

9. Menyempurnakan Rangkaian Ibadah Ramadhan

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614). Ibadha ramadhan tentu bukan hanya puasa saja, melakukan infaq akan menyempurnakan rangkaian ibadah sehingga mendapat pahala yang sempurna dan membersihkan diri dari dosa atau maksiat.

10. Mendapat Syafaat di Hari Akhir

“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421). Keutamaan infaq di bulan ramadhan ialah kelak ia akan mendapat syafaat di hari akhir sehingga ia terlindung dari bahaya atau kesusahan di hari kiamat.

11. Menambah Keberkahan Harta

Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588). Infq di bulan ramadhan tidak akan mengurangi harta, namun akan menambah berkah dari harta yang dimiliki sehingga harta nya sedikit atau banyak kebutuhannya akan tetap selalu tercukupi.

12. Pahala Berlipat Ganda

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18). Pahala ganda jelas akan didapatkan oleh orang yang melakukan infaq di bulan ramadhan sebab bertepatan dengan bulan yang mulia.

13. Disediakan Pintu Surga

Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027). Pintu surga sudah tersedia bagi orang yang melakukan infaq di bulan ramadhan.

Tentu hal itu adalah keutamaan yang luar biasa dan tak boleh dilewatkan. Allah tidak menilai dari sedikit atau dari banyak harta yang diinfaq kan namun Allah menilai dari keikhlasan akan memberikan harta tersebut dan hanya Allah yang bisa menilainya seberapa jauh keikhlasan dari hamba tersebut dalam melakukan infaq.

14. Jauh dari Siksa Kubur

“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873). Infaq akan menerangi kubur, kubur orang yang infaq di bulan ramadhan akan jau dari kegelapan dan jauh dari sempit. Sebab itu hendaknya banyak melakukan infaq di bulan ramadhan sehingga nantinya jauh dari siksa kubur yang menyakitkan.

15. Memiliki Hati yang Lapang dan Tenang

“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya.

Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443). Hadist tersebut ialah gambaran dari orang yang suka berinfaq dan orang yang memiliki sifat pelit. Jelas bahwa keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.

Orang yang suka berinfaq di bulam ramadhan ia seolah di akherat nanti memiliki baju yang longgar dan indah sehingga baju tersebut nyaman ia gunakan untuk apa saja sebagaimana ia memberi kebahagiaan dan pertolongan pada orang lain, sebaliknya orang yang pelit akan dipakaikan baju yang ketat hingga terasa sakit ketika ia memakainya dan sungguh terasa menyiksa baginya.

Demikian artikel kali ini, semoga bisa menjadi wawasan islami yang bermanfaat untuk anda dan menjadi motivasi untuk selalu menjadi mukmin yang lebih baik lagi. Jangan lupa selalu membaca artikel di website kami agar selalu memiliki ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan agama sehari hari. terima kasih. Salam hangat dari penulis.

The post 15 Keutamaan Infaq Ramadhan Beserta Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
18 Cara Nabi Muhammad Mendidik Anak Patut Ditiru https://dalamislam.com/info-islami/cara-nabi-muhammad-mendidik-anak Mon, 16 Oct 2017 03:45:31 +0000 https://dalamislam.com/?p=2174 Anak adalah karunia dari Allah Ta’ala. Sebagai orang tua sudah seharusnya kita menjaga anak dengan sebaik mungkin. Memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Serta memberikan pendidikan untuk bekal masa depannya agar si anak bisa menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlakul karimah. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberikan contoh yang baik dalam […]

The post 18 Cara Nabi Muhammad Mendidik Anak Patut Ditiru appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Anak adalah karunia dari Allah Ta’ala. Sebagai orang tua sudah seharusnya kita menjaga anak dengan sebaik mungkin. Memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Serta memberikan pendidikan untuk bekal masa depannya agar si anak bisa menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlakul karimah.

Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberikan contoh yang baik dalam mendidik anak. Beliau dikenal penyayang dan penyabar. Tidak suka membentak anak. Namun juga tegas dalam urusan agama.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah Shallallau ‘Alaihi Wasallam berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”  (HR.Tirmidzi).

Nah, berikut beberapa cara Rasulullah mendidik anak perempuan dan laki-laki yang wajib kita contoh.

  1. Tidak mengekang anak bermain

Dalam mendidik anak, Rasulullah tidak selalu mengekang. Beliau suka melihat anak bermain. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:  “Pada suatu hari aku melayani Rasulullah. Setelah tugasku selesai, aku berkata dalam hati, ‘Rasulullah pasti sedang istirahat siang.’ Akhirnya, aku keluar ke tempat anak-anak bermain. Aku menyaksikan mereka sedang bermain. Tidak lama kemudian, Rasulullah datang seraya mengucapkan salam kepada anak-anak yang sedang bermain. Beliau lalu memanggil dan menyuruhku untuk suatu keperluan. Aku pun segera pergi untuk menunaikannya, sedangkan beliau duduk dibawah sebuah pohon hingga aku kembali.” (HR. Ahmad).

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah shallallahu ‘alaihi wa salam masuk dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari).

2. Mengajarkan ilmu tauhid

Ilmu tauhid adalah ilmu tentang ketuhanan. Ilmu ini sangat penting untuk diajarkan kepada anak semenjak dini. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, beliu mengajarkan anak-anaknya untuk mengucapkan Lailaha illaallah yang mana berarti tidak ada Tuhan selain Allah. Dan Allah itu Maha Esa.

Dijelaskan dari Ibn Abbas, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah. Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman)

  1. Mengajarkan ilmu agama

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan ilmu agama kepada anak semenjak dini. Sebab jika anak tidak dididik agama sejak kecil maka bisa saja ia terpengaruh pergaulan dan menjadi salah langka.Ilmu agama yang diajarkan oleh Rasul kepada anaknya tentu sangat luas. Dan itu diajarkan secara bertahap tidak serta-merta.

  1. Mengejarkan tata cara sholat

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad).

  1. Mengajarkan ibadah puasa

Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah sahabat rasul. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak kami. Kami buatkan untuk mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

  1. Mengajarkan bacaan doa-doa harian

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga kerap melatih kepada anak-anaknya untuk rutin membaca doa harian. Misalnya doa bercermin, doa keluar-masuk toilet, doa sebelum dan sesudah makan, doa keluar rumah dan sebagainya. Ini penting agar diri kita senantiasa dijaga oleh Allah Ta’ala dan terlindungi dari bahaya.

  1. Mengajarkan anak untuk berbakti kepada orang tua

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengajarkan kepada anak-anaknya tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Sebab Anak durhaka dalam islam adalah perbuatan dosa besar.

Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).

  1. Berlaku adil kepada anak perempuan dan laki-laki

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Bukan berarti anak laki-laki derajatnya lebih tinggi dari perempaun ataupun sebaliknya. Dalam suatu hadist dijelaskan:

Dari Nu’man bin Basyir, beliau pernah datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu.”  Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari).

  1. Mendidik anak dengan akhlak mulia

Kebaikan seseorang dinilai dari 2 hal yakni agama dan akhlaknya. Sedangkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang akhlaknya paling baik di muka bumi ini. Beliau diutus untuk memperbaiki perilaku manusia. Dan maka itu, beliau selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anaknya, tentang akhlak Dalam Islam,cara meningkatkan akhlak, hubungan akhlak dengan iman dalam islam , serta hubungan akhlak dengan iman islam dan ihsan. 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

  1. Mengajarkan cara berpakaian yang sesuai syariat agama

Bagi anak perempuan, Rasul juga memberikan pendidikan tentang bagaimana menjadi muslimah yang baik dengan cara berpakaian secara islami. Yakni mengenakan pakaian longgar dan berjilbab syar’i.

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh merek. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ahzab:59).

Diriwayatkan dari Aisyah ra: bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah SAW dengan kondisi ia berpakaian pendek, aka berpalinglah Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud)

  1. Mengajarkan batasan pergaulan antara perempuan dan laki-laki

Cara Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mendidik anak juga meliputi pergaulan. Beliau mengajarkan tentang batasan-batasan berteman antara laki-laki dan perempuan, tentang pentingnya menjaga pandangan, tentang besarnya dosa zina dan sebagainya.

  1. Mengajarkan pekerjaan rumah tangga untuk anak perempuan

Untuk mendidik anak perempuan, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan perihal pekerjaan rumah. Seperti memasak, mencuci pakaian dan bersih-bersih rumah. Ini juga penting dalam islam. Sebab bagaimanapun juga kodrat wanita dalam islam adalah menjadi istri bukan mencari nafkah untuk keluarga.

  1. Mengajari adzan untuk anak laki-laki

Abu Mahdzurah bercerita: Aku bersama 10 orang  remaja berangkat bersama Rasulullah dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah adalah orang paling kami benci. Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau memerintahkan,‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.

Kemudian selesai azan, Rasulullah bersabda‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya: Tentu engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah waktu itu mengusapnya. (HR. Ahmad, Musnadul Makkiyah).

  1. Menganyomi dengan baik

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengayomi anak-anaknya. Khususnya anak perempuan. Sebab perempuan cenderung lemah dan membutuhkan perlindungan. Mengayomi disini berarti memberikan perhatian, menjaga dan merawat dengan baik hingga anak tumbuh dewasa.

Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim).

  1. Bersikap lemah lembut terhadap anak

Walaupun Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah pemimpin umat muslim. Namun beliau tidak pernah sombong ataupun bersikap semena-mena terhadap keluarganya. Beliau justru menunjukkan akhlak yang baik dan lemah lembut. Kepada anak-anaknya, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sering memanggil mereka dengan sebutan yang indah, menggendong dan mengusap kepala mereka.

Aqra’ bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, “Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka.” Nabi pun memandangnya dan berkata, “Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi.

  1. Mencintai dan bergantung pada Allah

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nak, aku akan memberimu beberapa pelajaran: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas memeliharamu. Peliharalah Allah, niscaya kamu akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andaikata manusia bersatu-padu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu, kecuali mereka telah ditakdirkan oleh Allah untukmu.”

  1. Tidak memisahkan anak dan ibunya

Abu Ayyub lalu mengatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi).

  1. Memberikan hadiah

Rasulullah pernah membariskan Abdulullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu barisan, kemudian beliau bersabda: “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini. Mereka pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.” (Majmu’uz Zawaid).

Demikianlah beberapa cara Nabi Muhammad mendidik anak-anaknya. Semoga kita bisa mencontoh beliau, sebab beliau adalah sebaiknya-baiknya suri tauladan di muka bumi. Amin ya Rabbal Alamin.

The post 18 Cara Nabi Muhammad Mendidik Anak Patut Ditiru appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Cara Rasullullah Mendidik Anak Perempuan https://dalamislam.com/info-islami/cara-rasullullah-mendidik-anak-perempuan Thu, 13 Jul 2017 08:24:58 +0000 http://dalamislam.com/?p=1741 Pada dasarnya, memiliki anak perempuan atau laki-laki itu sama saja. Semuanya adalah karunia dari Allah SWT. Dan masing-masing juga mempunyai kelebihan tersendiri. Untuk Kamu yang melahirkan anak perempuan jangan bersedih. Jangan menganggap bahwa perempuan itu lemah. Sebaliknya, anak perempuan justru menjadi anugerah terindah dan bisa menjadi penolong bagi orang tuanya. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadist […]

The post 10 Cara Rasullullah Mendidik Anak Perempuan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pada dasarnya, memiliki anak perempuan atau laki-laki itu sama saja. Semuanya adalah karunia dari Allah SWT. Dan masing-masing juga mempunyai kelebihan tersendiri. Untuk Kamu yang melahirkan anak perempuan jangan bersedih. Jangan menganggap bahwa perempuan itu lemah. Sebaliknya, anak perempuan justru menjadi anugerah terindah dan bisa menjadi penolong bagi orang tuanya. Sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadist shahih:

“Barang siapa diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, kelak mereka akan menjadi penghalang dari api neraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ada banyak keutamaan yang dimiliki oleh perempuan. Seorang perempuan yang masih kecil bisa menjadi penyelamat orang tuanya di akhirat kelak. Ketika perempuan sudah menikah dan menjadi ibu, maka surga dibawah telapak kakinya. Oleh itu, kita tidak boleh meremehkan perempuan. Namun demikian, rasul juga mengatakan bahwa penduduk neraka terbanyak adalah perempuan. Sebab memang sifat perempuan yang mudah terjerumus ke dalam hal-hal buruk. Nah, untuk menghasilkan generasi perempuan yang sholehah, hendaklah orang tua mendidik anak-anak perempuannya dengan benar sesuai syariat agama. Berikut ini cara rasulullah mendidik anak perempuan yang bisa kita teladani dan kita contoh. (baca: Cara mendidik anak dalam islam)

Baca juga:

  1. Mengajarkan ilmu Tauhid (konsep ketuhanan)

Dasar dari agama islam adalah ilmu tauhid, yakni konsep tentang ketuhanan. Maka itu, hal pertama yang wajib orang tua ajarkan kepada anak perempuannya yakni tentang Allah. Bahwa Allah itu Tuhan yang menciptakan manusia, dan Allah itu Maha Esa. Ajarkan anak untuk mengucapkan Lailaha illaallah. Caranya dengan mengulang-ngulang terus bacaan syahadat tersebut, setiap hari hingga anak mulai familiar mendengarkannya. Lama-kelamaan anak pasti akan ikut mengucapkannya. Setelah itu, Anda bisa menambahkan kosakata baru yakni Muhammad Darrasullullah, Muhammad adalah rasul utusan Allah SWT.

Dijelaskan dari Ibn Abbas, Rasullullah SAW bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah. Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman)

Baca juga:

  1. Mengajarkan doa-doa harian

Setelah menanamkan ilmu ketauhidan, anak juga perlu diajarkan tentang doa-doa harian. Misalnya doa sebelum dan sesudah makan. Doa tidur, doa bercermin, doa keluar rumah, masuk kamar mandi dan sebagainya. Ajarkan pula kalimat Bismillah kepada anak saat ia hendak melakukan sesuatu. Kemudian ketika urusan itu selesai, berikan contoh untuk mengucapkan Alhamdulillah. Tak lupa juga, ajari anak mengucapkan insyaAllah ketika hendak menjalin janji. Dengan demikian, anak akan terbiasa dan mempraktekkannya hingga dewasa.

  1. Mengajarkan ilmu agama (Solat, Puasa, Mengaji)

Jangan menunggu dewasa untuk belajar agama. Sebaiknya kita mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak semenjak dini. Bahkan saat usianya masih balita, orang tua harus mulai menanamkan nilai-nilai agama. Misalnya saja dengan mengajari anak membaca Al-Quran. Anda bisa menyekolahkan anak di TPQ atau madrasah mengaji ketika usianya menginjak 2-3 tahun.

Sedangkan untuk solat dan puasa, walaupun kewajibannya dilakukan saat anak baligh, namun alangkah baiknya kita ajarkan sejak kecil. Kita bisa memulai mengajarinya tentang kiblat, tata cara berwudhu dan gerakan solat saat usianya menginjak 4-7 tahun. Sedangkan untuk belajar berpuasa bisa dimulai ketika usia 7 tahun. Tidak perlu puasa maghrib dulu, cukup semampuny. Misal dimulai dari puasa dhuhur, kemudian lanjut ke ashar hingga seterusnya.

Perintah  untuk mengajari solat dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad) 

Sedangkan perintah mendidik anak-anak untuk berpuasa dicontohkan oleh Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah sahabat rasul. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak kami. Kami buatkan untuk mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Baca juga:

  1. Mengajarkan berperilaku sopan dan berbakti pada orang tua

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” (Q.S Luqman : 14)

Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada anak-anaknya tentang tata cara berperilaku yang baik kepada kedua orang tua. Sebab hal itulah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Bagaimana anak bersikap kepada bapak ibunya haruslah sopan, bertutur kata lembut, menunjukkan wajah ceria dan patuh kepada perintahnya. (baca: Keutamaan berbakti kepada orang tuaAnak durhaka dalam islam)

Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:“Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 725)

Baca juga:

  1. Mengajarkan akhlak mulia

Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Rasulullah SAW merupakan manusia yang memiliki akhlak paling terpuji. Dan tetunya menjadi tuntunan atau contoh bagi umat islam. Rasul juga kerapkali mengajarkan kepada anak-anaknya tentang cara berperilaku yang baik kepada sesama manusia. Biasanya hal ini diajarkan oleh rasul lewat kisah-kisah nabi dan penyampaian ayat-ayat Al-Quran.

Baca juga:

  1. Mengajarkan cara pergaulan dan adab-adab yang baik

Seorang anak perempuan juga harus diberikan bekal pendidikan tentang tata cara bergaul semenjak kecil. Baiknya orang tua menjelaskan tentang batasan-batasan bergaul dengan lelaki. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh rasul, beliau mengajari anak perempuannya untuk tidur terpisah dengan anak laki-laki semenjak usia si anak mencapai 10 tahun. Beliau juga memberikan penjelasan tentang pentingnya perempuan untuk menjaga pandangannya, dan berpenampilan agar tidak menyerupai laki-laki.

Di samping itu, tak lupa berikan contoh kepada anak untuk beradab yang baik dan sesuai syariat agama. Mulai dari adab berpakaian, adab makan, adab berbicara dengan orang lain, adab berpakaian, adab tidur dan sebagainya. Dengan demikian ajaran-ajaran tersebut akan tertanam di pikiran anak hingga ia dewasa kelak.

Baca juga:

  1. Mengajarkan Tata cara berpakaian yang islami (menutup aurat)

Diriwayatkan dari Aisyah ra: bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah SAW dengan kondisi ia berpakaian pendek, aka berpalinglah Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud)

Hadist diatas secara gamblang menjelaskan bahwa rasul mengajarkan kepada umatnya yang perempuan, termasuk anak-anaknya untuk berpakaian secara islami. Yakni menutup aurat. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al-Quran:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh merek. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ahzab:59)

Baca juga:

  1. Mengajarkan pekerjaan rumah tangga

Sejatinya kodrat setiap perempuan saat dewasa adalah menjadi seorang istri. Dan istri yang baik adalah mereka yang mampu menjalankan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, merawat anak, membersihkan rumah dan sejenisnya. Maka itu, semenjak kecil anak harus dibiasakan dengan pekerjaan rumah. Sedikit demi sedikit, seperti mulai mengajarinya menyapu lantai. Dengan demikian, saat ia telah dipinang oleh laki-laki, ia siap menjalani kewajibannya.

Baca juga:

  1. Memberikan pendidikan umum dan pemahaman tentang fiqih wanita

“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim 2631)

Hadist diatas menjelasakan bahwa orang tua wajib mengayomi anak perempuannya. Menganyomi dapat diartikan memberikan pendidikan yang layak, baik itu pendidikan agama ataupun umum (seperti ilmu bahasa, matematika, sains, atau sosial). Walaupun pada akhirnya seorang perempuan ‘bekerja’ di dapur atau menjadi ibu rumah tangga, tapi perempuan juga berhak memperoleh pendidikan bagus. Sebab perempuan adalah tiang-nya negara. Apabila perempuan tersebut bagus pendidikannya  dalam ilmu agama dan ilmu umum) maka ia juga bisa membentuk generasi rabbani yang cerdas. (baca: Kedudukan Wanita Dalam IslamCara menjadi wanita baik)

Anda juga tidak perlu ragu untuk memberikan pendidikan tentang permasalahan kewanitaan kepada buah hati sejak ia berusia 8 tahunan. Hal ini sangat penting. Tujuannya agar anak tidak memperoleh informasi yang salah dari pihak lain. Orang tua boleh mengajarkan tentang masalah haid, pernikahan atau lainnya. Bersikaplah terbuka kepada anak namun tetap juga tidak melebihi batas usianya.

Baca juga:

  1. Bersikap lemah lembut kepada anak perempuan

Rasulullah juga memberikan contoh kepada kita untuk bersikap lemah lembut kepada anak-anak perempuan. Tidak apa-apa membiarkan anak bermain boneka atau mainan lainnya di dalam rumah, selama itu tidak menyalahi syariat agama. Beliau juga sering menggendong anak perempuannya, mengusap kepalanya, memanggilnya dengan lembut, dan medoakan mereka. Janganlah berbuat kasar kepada anak perempuan, terlebih lagi memukulnya. Perbuatan tersebut hanya akan membuat anak semakin membangkak. Jika memang anak melakukan kesalahan sebaiknya berikan nasehat secara baik-baik.

Baca juga:

Demikianlah beberapa cara rasulullah mendidik anak perempuan. Semoga kita bisa mengaplikasikan cara-cara diatas dan berhasil mendidik mereka menjadi generasi yang mengamalkan rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, serta dapat menjalani dengan benar Hubungan Akhlak dengan Iman.

The post 10 Cara Rasullullah Mendidik Anak Perempuan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/pamer-dalam-islam Mon, 19 Jun 2017 04:21:22 +0000 http://dalamislam.com/?p=1698 Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk Riya. Pamer dalam Islam tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu seperti apakah riya dan bagaimana jika dilakukan di dalam islam. Apakah riya sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum […]

The post Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk Riya. Pamer dalam Islam tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu seperti apakah riya dan bagaimana jika dilakukan di dalam islam. Apakah riya sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.

Pengertian dan Unsur Riya (Pamer)

Perbuatan pamer tentunya memiliki motif yang berbeda-beda. pamer sendiri memiliki dosa yang beratnya tidak sama masing-masingnya. Berikut adalah tujuan daripada berbuat riya biasanya adalah:

  • Tidak ada tujuan untuk mencari pahala, hanya untuk mencari pengakuan orang lain (misalnya : shalat saat ada yang melihat).
  • Tujuan mencari pahala yang sangat lemah, mencari pahala tapi hanya sedikit.
  • Tujuan mencari pahala sekaligus riya (berimbang).
  • Tujuan ibadah yaitu, penglihatan orang yang yang menjadi penguat dan pendorong mengerjakan amalan. Ada atau tidaknya orang tidak akan berpengaruh terhadap amalan yang dilakukannya.

Point ke empat adalah tentu suatu perilaku yang diharapkan ada pada umat islam. Tidak ada jaminan seseorang beribadah tanpa riya kecuali dirinya dan Allah sendiri yang menilai dan Maha Mengetahui. Untuk itu, maka penting kiranya sebelum melakukan ibadah kita mengecek terlebih dahulu niat yang ada dalam diri kita.

baca juga:

Selain tujuan tersebut, ada juga pamer dengan berbagai tujuan yang berbeda-beda. Diantaranya adalah:

  1. Tujuan Untuk Bisa Berbuat Maksiat

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan agar kita bisa berbuat maksiat. Misalnya saja adalah menghadiri suatu acara majelis ilmu demi untuk dapat maksiat mata yaitu melihat gadis-gadis cantik. Atau misalnya lagi menampakkan suatu kebaikan atau kesalihan demi disasksikan orang banyak dan mendapatkan kedudukan tertentu. Melakukan kebaikan agar tidak dibilang zhalim atau berdosa oleh orang-orang yang melihat. Misalnya korupsi, namun menampakkan suka sedekah.

Tentu saja untuk bisa menilai seperti ini, hanya Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Menilai. Tujuan seperti ini tidak akan bisa dideteksi secara sempurna oleh manusia pada orang lain. Tentu orang tersebut, malaikat, dan juga Allah yang Maha Mengetahui segala-galanya.

  1. Tujuan Untuk Mendapatkan Bagian Dunia yang Diperbolehkan

Pamer dengan tujuan seperti ini adalah riya yang berorientasi agar mereka mendapatkan keuntungan atau kebahagiaan tertentu dari kehidupan dunia. Misalnya saja mendapatkan harta, wanita, atau kedudukan dari perilaku riya tersebut. Mereka menjalankan amalan kebaikan bukan karena memang tulus untuk menjalankan perintah Allah, melainkan untuk mendapatkan sesuatu untuk kehidupan dirinya yang mengaburkan amalan-amalan shalihnya.

  1. Tujuan Untuk Bisa Dipandangan oleh Orang Khusus

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan untuk mendapatkan penghargaan, pandangan, dan juga kekhususan dari orang lain. Tentu saja untuk tujuan seperti ini tidak diperbolehkan dan juga tidak dikehendaki oleh Allah. Maka itu jauhkan dari hal tersebut.

Baca juga info islami lainnya:

Bahaya Berperilaku Riya (Pamer)

Perilaku riya bukan tidak mendatangkan pada mudharat. Perilaku ini tentu saja bertentangan dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam. Tentu saja ada bahaya-bahaya yang terjadi jika perilaku riya ini dilakukan oleh kita,khususnya sebagai seorang muslim. Berikut adalah bahaya riya, jika dilakukan.

  1. Membatalkan Amalan

 “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS Al Baqarah :264)

Dengan berbuat riya, hal ini akan membatalkan amalan kita atau menghilangkan amalan-amalan kebaikan kita. Hal ini dikarenakan niat kita bukan dilakukan karena keikhlasan pada Allah, melainkan untuk mendapatkan pujian, menyakiti hati orang lain, atau bahkan membuatnya menjadi sesuatu yang dibangga-banggakan. Tentu saja, hal ini harus dijauhi agar amalan kita tetap terjaga keikhlasannya dan pahalanya tidak menguap begitu saja.

Untuk berbuat baik dan melakukan hal kebaikan memang tidaklah mudah. Ada tantangan dan hambatan yang harus dilalui.

  1. Mendatangkan Murka Allah

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Lukman : 18)

Bagi mereka yang riya, tentunya mereka sebagaimana orang-orang yang sombong dan angkuh. Tentu Allah murka dan tidak menyukai orang-orang tersebut. Jangan sampai kita kehilangan Rahmat dan Kecintaan dari Allah hanya karena kita tidak benar-benar tulus dan ikhlas untuk menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Karena, tanpa Rahmat dari Allah tentunya manusia akan kehilangan nikmat yang banyak.

  1. Orang yang Celaka

 “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun :4-7)

Di surat Al-Mauun dijelaskan bahwa ada orang-orang yang celaka yaitu karena mereka lalai dan riya terhadap shalatnya. Mereka shalat dan melakukan ibadah hanya karena ada orang lain yang melihatnya. Tentu celakalah orang-orang seperti orang tersebut.

Jangan lupa baca:

Cara Menghindari Riya Menurut Islam

Agar kita terhindar dan terjauh dari bahaya riya, maka berikut adalah hal-hal yang harus kita lakukan. Jangan sampai ibadah kita rusak, amalan kita musnah, dan pahala kita hancur gara-gara kita riya dalam berbuat amalan.

  1. Bermujahadah atau Bersungguh-Sungguh dalam Ibadah

Setiap kali ibadah kita akan dihadiri oleh rasa riya, maka segera jauhkan keinginan tersebut dan hadirkanlah motivasi keakhiratan, ketauhidan, agar keinginan tersebut tidak hadir dalam ibadah kita. Jangan sampai riya tersebut hadir saat sebelum, saat ibadah, atau setelahnya. Jauhilah rasa tersebut agar tidak sampai pada kemurkaan Allah.

  1. Menghilangkan Penyebab Riya

Menghilangkan akar penyebab riya diantaranya adalah menjauhi segala sanjungan. Kita serahkan dan kembalikan sanjungan tersebut kepada Allah SWT. Jangan biarkan sanjungan tersebut membuat kita sombong dan memamerkannya kepada orang lain. Jangan sampai tertipu dengan sanjungan karena hal itu bisa membakar pahala kita.

  1. Memahami Tujuan Hidup

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyat : 56)

Allah sudah menetapkan kita hidup di dunia adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Menjadikan Allah sebagia tempat bergantung dan hanya Allah yang paling berkuasa atas diri manusia. Untuk itu, tidak mungkin kita menyombongkan diri dan melakukan riya karena hal tersebut bertentangan dengan tujuan hidup kita. Tentu fungsi agama , menginginkan manusia sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

  1. Memahami Nilai Dunia

Mengingat kembali bahwa dunia ini adalah sementara, maka kebahagiaan kita yang sejati adalah di akhirat. Tentu tidak berguna jika kita mengharapkan pujian, pujaan, dan kebangaan dari orang lain. Sejatinya manusia adalah makhluk lemah, dan tempat kembali kita adalah di akhirat. Maka pikirkanlah ibadah kita untuk akhirat.

baca juga info islam lainnya:

Sifat pamer sangatlah tidak disukai oleh Allah SWT. Begitu pula dengan Rasulullah SAW yang amat sangat tidak menganjurkan umatnya untuk tetap bersikap rendah hati terhadap semua makhluk. Sehingga tidak ada timbul perselisihan dan rasa iri yang menyebabkan renggangnya silaturahmi antar umat Rasullullah SAW.

The post Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Tips Menjadi Wanita Shalehah Menurut Al-Quran https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/tips-menjadi-wanita-shalehah Fri, 27 Jan 2017 09:23:06 +0000 http://dalamislam.com/?p=1343 Setiap wanita muslimah yang beriman tentu saja menginginkan dirinya menjadi wanita yang shalehah. Dalam sebuah hadist Rasulullah mengatakan bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalehah. Tentu saja perhiasan dunia begitu indah dan mengilaukan, akan tetapi wanita yang shalehah adalah perhiasan terbaik yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Wanita shalehah adalah wanita beriman yang […]

The post 5 Tips Menjadi Wanita Shalehah Menurut Al-Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap wanita muslimah yang beriman tentu saja menginginkan dirinya menjadi wanita yang shalehah. Dalam sebuah hadist Rasulullah mengatakan bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalehah. Tentu saja perhiasan dunia begitu indah dan mengilaukan, akan tetapi wanita yang shalehah adalah perhiasan terbaik yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Wanita shalehah adalah wanita beriman yang taat kepada Allah dan melakukan terbaik dalam hidupnya sesuai tuntunan islam. Bukan hanya baik secara ruhani melainkan juga mampu memberikan banyak manfaat kepada umat. Bukan hanya sekedar cantik secara fisik, namun juga cantik secara ruhani, cerdas, dan banyak memberikan manfaat.

Untuk menjadi wanita shalehah tentu saja bukanlah perkara yang mudah, harus benar-benar berproses bahkan sampai akhir hidup nanti. Berikut adalah 5 tips agar dapat menjadi wanita yang shalehah, berdasarkan ayat-ayat Al-Quran.

Memperdalam Ilmu

Ilmu adalah dasar dari iman. Hukum Menuntut Ilmu  dalam islam pun juga adalah wajib. Ilmu Pendidikan Islam tentu juga adalah hal yang penting untuk digali oleh seorang wanita.

Ketika iman tidak disertai oleh ilmu yang benar, tentu saja iman itu akan mudah rapuh dan mudah terombang ambing. Orang yang hanya sekedar percaya namun tidak pernah memupuk imanya dengan pengetahuan, tentu seperti tanaman yang kuat namun tidak pernah diberikan pupuk dan dipelihara dengan baik. Tentu saja lambat laun akan mudah untuk rusak dan hancur.

Ilmu sendiri bukan hanya sekedar ilmu mengenai aspek ibadah kepada Allah melainkan ilmu-ilmu lainnya yang juga bermanfaat untuk bisa memberikan manfaat kepada orang banyak. Tentu saja untuk menjadi wanita shalehah maka diperlukan ilmu yang banyak dan tentu ilmu yang benar untuk diimpelmentasikan dengan benar.

Di dalam Al-Quran dijelaskan dalam ayat-ayat berikut ini.

  1. Ilmu Adalah Awal dari Iman

“dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus” (QS AL Hajj : 54)

Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang meyakini Al-Quran dan tentu saja meyakini Allah adalah orang yang benar-benar berilmu pengetahuan. Sebagaimana orang-orang berilmu adalah orang-orang yang bisa menggunakan akalnya secara benar untuk menangkap kebenaran.

Kebenaran yang ditangkap oleh Akal pasti akan menemukan bahwa Allah adalah Penguasa dari segala alam raya ini dan juga akan membuktikan kebenaran Al-Quran. Orang-orang yang menggunakan hawa nafsu tidak akan pernah bisa menemukan kebanaran Allah dan Al-Quran. Hal ini dikarenakan Islam dan Ilmu Pengetahuan tidak dapat dipisahkan.

  1. Dengan Ilmu Mengetahui Benar dan Salah

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al Isra : 36)

Kelak di akhirat, Allah meminta pertanggungjawaban kita. Tanpa ilmu yang benar dan pengamalan yang benar, tentu saja manusia tidak akan mampu untuk mempertanggungjawbakan hal tersebut. Wanita shalehah adalah wanita yang mampu mencari ilmu sebanyak-banyaknya untuk diamalkan dengan benar dan sebagai bekal untuk mempertanggungjawbakan kelak di akhirat.

Berkumpul Bersama Orang-Orang Shaleh

Untuk menjadi wanita shalehah maka kita bisa berkumpul juga dengan prang-orang yang shaleh. Orang-orang yang shaleh tentu akan mampu memberikan pengondisian kepada kita, sehingga kita pun akan ikut pada kebiasaan yang baik.

Untuk itu, dimanapun dan apapun kondisi kita, maka hendaklah wanita juga memiliki teman-teman atau kelompok yang baik dan shalehah atau memiliki niat untuk menjadi shalehah agar juga terkondisikan dengan baik.

Orang-orang yang shalehah adalah yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan menasehati dalam kebenaran. Hal ini disampaikan dalam ayat Al-Quran.

“Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. “ (QS Al Ashr : 1-3)

Memulai Kebaikan dari Hal Yang Kecil

Untuk bisa menjadi wanita shalehah tentu tidak perlu kita melakukan suatu kebaikan dari yang paling sulit atau hal besar yang ingin kita lakukan. Kebaikan yang kita mulai bisa kita lakukan dari hal kecil. Amalan kecil jika dilakukan terus menerus dan konsistensi yang baik, tentu akan menjadi hal yang besar.

Kebaikan yang kecil namun bermakna tentu saja akan mendatangkan kebaikan juga pada diri kita. Kebaikan tersebut contohnya adalah :

  • Memberikan Salam dan Doa Kepada Orang-orang yang ada di sekitar kita
  • Memberikan sedekah dari penghasilan kita, di luar dari yang wajib semampu yang dimiliki
  • Membantu kesulitan orang di sekitar atau tetangga
  • Saling memberi rezeki, tidak perlu besar (membagi makanan, masakan, atau rezeki yang didapat)
  • Tidak membalas kejahatan orang lain namun mendoakannya, dan lain sebagainya
  • Menjaga pandangan (Cara Menjaga Pandangan Menurut Islam dan Cara Menjaga Pandangan Mata )

Memulai dari yang kecil bukan berarti kita tidak melaksanakan hal besar. Akan tetapi kita mencoba bertahap dan memulai dari apa yang bisa kita lakukan dengan mudah. Tentu saja dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat, niat yang lurus akan membuat kita lebih mudah untuk bergerak.

Meningkatkan Kualitas Diri Untuk Kebermanfaatan

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al Qashshash : 77)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kita diperintahkan kepada Allah untuk selalu mencari karunia-Nya dan juga dimanfaatkan untuk kebahagiaan di akhirat. Tentu proses tersebut tidak akan melupakan kebahagiaan dan kebutuhan diri kita juga di dunia. Kebaikan di akhirat tentu saja akan diperoleh dengan proses di dunia.

Wanita yang shalehah harus terus mencoba melakukan peningkatan kualitas diri untuk dapat mencapai karunia Allah di muka bumi untuk bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, bukan justru untuk dimanfaatkan sendiri atau bersifat individualistis. Peningkatan kualitas diri bisa di bidang apapun dan hal apapun yang bermanfaat, asalkan tidak melanggar syariah dari Allah SWT.

Memberikan manfaat pada orang lain juga termasuk dalam bagian Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama.

Tidak Menunda Untuk Berubah

“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”  (QS An-Nisa : 146)

Menjadi wanita shalehah bukanlah proses dari sehari atau dua hari saja melainkan proses yang panjang dan membutuhkan usaha yang kuat. Untuk itu, untuk menjadi wanita shalehah harus dimulai saat ini juga tanpa menunda-nundanya. Menunda-nunda untuk menjadi wanita shalehah, akan menjadikan kita tidak akan pernah berubah.

Wanita shalehah bukan proses instant melainkan membutuhkan proses yang istiqomah. Untuk itu, kesabaran dan keikhlasan dibutuhkan dalam proses menjadi wanita shalehah. Selain itu, wanita yang ingin menjadi shalehah tentu harus menguatkan dirinya agar selalu dalam hidup yang penah dengan Rukun Iman, Rukun Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan,  dan Hati Nurani Menurut Islam.

The post 5 Tips Menjadi Wanita Shalehah Menurut Al-Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan https://dalamislam.com/akhlaq/hubungan-akhlak-dengan-iman-dan-ihsan Thu, 17 Nov 2016 06:06:16 +0000 http://dalamislam.com/?p=1123 Akhlak dan iman mungkin memiliki definisi dan korelasi yang berbeda namun keduanya memiliki korelasi atau hubungan satu sama lain. Akhlak disebutkan sebagai buah dari keimanan seseorang kepada Allah SWT, malaikat (baca hikmah beriman kepada malaikat), kitab, rasul, hari akhir serta qadha dan qadhar (baca fungsi iman kepada kitab Allah dan hikmah beriman kepada hari akhir). Setiap […]

The post Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Akhlak dan iman mungkin memiliki definisi dan korelasi yang berbeda namun keduanya memiliki korelasi atau hubungan satu sama lain. Akhlak disebutkan sebagai buah dari keimanan seseorang kepada Allah SWT, malaikat (baca hikmah beriman kepada malaikat), kitab, rasul, hari akhir serta qadha dan qadhar (baca fungsi iman kepada kitab Allah dan hikmah beriman kepada hari akhir).

Setiap manusia khususnya muslim yang beriman hendaknya memiliki akhlak yang baik karena pada dasarnya Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.  Demikian juga dengan pendapat para ulama yang menyatakan bahwa iman seseorang harus tergambar pada perilaku dan sifat seseorang kepada Allah SWT dan kepada orang lain. Lalu apakah sebenarnya inti dari hubungan akhlak dengan iman seorang muslim? Untuk lebih jelasnya simak uraian berikut ini. (baca manfaat beriman kepada Allah SWT dan fungsi iman kepada Allah SWT). Berikut adalah penjelasan mengenai Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan ihsan :

Definisi Iman dan Akhlak

Iman dan akhlak adalah dua hal yang memiliki kedudukan penting dalam islam dan memiliki pengertian yang berbeda. Meskipun ada perbedaan definisi diantara keduanya, iman dan akhlak sama-sama penting dan memiliki korelasi satu sama lain.

  • Pengertian Iman

Iman secara bahasa artinya percaya atau mempercayai. Sedangkan menurut istilah iman adalah mempercayai dalam hati, mengucapkan dengan lisan serta membuktikannya dengan perbuatan. Jadi seorang muslim yang beriman hendaknya mempercayai dalam hatinya, mengucapkannya secara lisan bahwa ia mengimani rukun iman dalam islam dan membuktikannya dengan perbuatan yakni dengan ibadah dan hal-hal lainnya sesuai dengan syariat islam yang berlaku. Dalam suatu hadits disebutkan bahwa iman tidaklah hanya mempercayai dengan hati dan mengucapkannya dengan lisan, ,melainkan juga dengan melakukan perbuatan atau yang dikenal sebagai ibadah. Rasul bersabda

Saya memerintahkan kalian untuk beriman kepada Allah semata. Tahukah kalian apa itu beriman kepada Allah semata? Yaitu persaksian bahwa tiada sembahan yang berhak disembah selain Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, menjalankan puasa ramadhan, dan kalian menyerahkan seperlima dari ghanimah kalian. (HR Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas)

  • Pengertian Akhlak

Secara etimologi atau bahasa, akhlak atau “al Khulk” berarti perangai, tabiat, sifat atau budi pekerti seseorang.   Menurut pendapat beberapa ulama, akhlak adalah sesuatu yang telah terpahat dalam jiwa seseorang sehingga mempengaruhi sifat dan tingkah lakunya yang dilakukan secara spontan dan tidak terpikirkan terlebih dahulu. Akhlak dalam islam terdiri dari dua kategori yakni akhlak terpuji atau akhlakuk karimah dan akhlak tercela atau akhlakuk mazmumah.

Seorang muslim hendaknya memiliki akhlak yang mulia dan senantiasa bisa menjauhkan dirinya dari akhlak atau perbuatan tercela. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa akhlak yang baik akan memiliki timbangan yang sangat berat diakhirat kelak (baca cara meningkatkan akhlak terpuji). Rasul SAW bersabda

Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan  Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” ( HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Hubungan Iman dan Akhlak

Ada hubungan yang erat antara akhlak dan iman dalam islam dan hubungan diantara keduanya harus diketahui oleh setiap muslim. Hubungan antara iman dan akhlak antara lain sebagai berikut :

  • Akhlak menyempurnakan Iman

Iman dan akhlak adalah dua hal yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Seseorang belum dikatakan benar-benar beriman jika ia belum memiliki akhlak yang baik misalnya saja jika seseorang yang beriman dan banyak beribadah namun ia sering menyakiti hati orang lain atau bersikap sombong maupun ujub dan berbuat buruk maka imannya belum dikatakan sempurna sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini

      أكْمَلُ المُؤمِنِينَ إيمَاناً أحْسَنُهُمْ خُلُقاً

“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka akhlaknya.” (HR Tirmidzi)

Dalam hadits lainnya juga disebutkan bahwa siapapun muslim yang beriman kepada Allah SWT dan apa yang tercantum dalam rukun iman haruslah memiliki akhlak yang baik. Rasul bersabda

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بالله وَاليَومِ الآخرِ ، فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ وَاليَومِ الآخِرِ ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ وَاليَومِ الآخِرِ ، فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَسْكُتْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih)

  • Iman mendorong  ihsan

Seseorang yang beriman juga akan selalu berdoa agar ia tetap diberi kesabaran dan agar selalu bisa istiqomah dalam kebenaran atau dengan kata lain agar selalu bisa menjaga akhlaknya. Denagn kata lain iman akan membuat seseorang sennatiasa ada dalam jalan islam dan berperilaku baik atau yang dikenal dengan istilah ihsan. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT berikut (baca cara agar tetap istiqomah dijalan Allah)

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (14) قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15) الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ(18)

 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: “Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur”.  (QS. Âli ‘Imrân/3: 14-17).

  • Akhlak terpuji setara dengan puasa dan shalat malam

Akhlak dan iman merupakan dua hal yang sejalan dan seseorang yang memiliki akhlak mulia memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi dalam islam bahkan disamakan dengan orang yang gemar berpuasa dan shalat malam, meskipun demikian tidaklah berarti bahwa seseorang dapat meninggalkan puasa atau shalat malam jika ia telah memiliki akhlak atau budi pekerti yang baik (baca puasa ramadhan dan fadhilahnya dan shalat malam sebelum tidur). Dari Aisyah ra., ia berkata :

Saya mendengar Rasulullah saw. Barsabda: “Sesungguhnya orang mukmin dengan budi pekerti yang baik, dapat mengejar  derajat orang yang selalu berpuasa dan selalu salat malam.:  (H.R. Abu Daud

Jadi bisa disimpulkan bahwa iman dan akhlak tidak bisa dipisahkan. Jika seorang muslim benar-benar beriman maka iapun harus memiliki akhlak yang baik dan belum sempurna imannya jika belum memiliki akhlak yang baik tersebut atau belum berbuat ihsan atau berbuat baik. Wallahu A’lam bisshawab. (baca juga hubungan akhlak dengan tasawuf dalam islam)

The post Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan appeared first on DalamIslam.com.

]]>