alquran Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/alquran Wed, 28 Jul 2021 00:25:40 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png alquran Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/alquran 32 32 Perbedaan Alkitab Dan Al-Quran yang Wajib dipahami https://dalamislam.com/landasan-agama/perbedaan-alkitab-dan-al-quran Wed, 28 Jul 2021 00:25:39 +0000 https://dalamislam.com/?p=9816 Perbedaan antara alkitab Dan Al-Quran juga menjelaskan perbedaan antara agama kristen Dan islam karena kedua buku ini adalah dasar Dari kedua agama.kedua itu adalah tulisan suci dari masing-masing agama. Alkitab adalah kumpulan kitab suci Dari Yudaisme Dan Kristen.buku tertua yang masih ada sejak abad ke-4. Namun umat Islam percaya bahwa Al-Quran diturunkan Dari tuhan kepada […]

The post Perbedaan Alkitab Dan Al-Quran yang Wajib dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Perbedaan antara alkitab Dan Al-Quran juga menjelaskan perbedaan antara agama kristen Dan islam karena kedua buku ini adalah dasar Dari kedua agama.kedua itu adalah tulisan suci dari masing-masing agama.

Alkitab adalah kumpulan kitab suci Dari Yudaisme Dan Kristen.buku tertua yang masih ada sejak abad ke-4.

Namun umat Islam percaya bahwa Al-Quran diturunkan Dari tuhan kepada nabi muhammad melalui malaikat Gabriel dari 610 hingga 632 masehi.

Alkitab

Alkitab disusun selama 13 abad. Alkitab diatur secara kronologis, alkitab dianggap memiliki banyak penulis. Alkitab secara keseluruhan tidak disebutkan sekali pun dalam alkitab. Alkitab diyakini telah dibangun Dari aslinya yang hilang. Manuscript lengkap tertua dari alkitab ibrani berasal Dari abad pertengahan.

Alkitab berkata bahwa yesus adalah Allah dalam daging. Yesus disalibkan menurut kitab, berkata bahwa yesus Bangkit dari kematian.

Yesus adalah putra allah menurut alkitab. alkitab menjamin keselamatan karena anugrah.

Alkitab adalah orange yang berdosa yang jatuh alkitab mengatakan bahwa para music adalah orang kristen. Banyak mukjizat yang dicatat menurut alkitab.

Al-Quran

Al-Quran diturunkan hanya selama 23 tahun. Nabi muhammad menerima wahyu pertamanya di gua hira. Setelah itu dia menerima sisa wahyu selama 23 tahun. Quran diatur secara kronologis.

Al-Quran dianggap hanya memiliki satu penulis. Disebutkan secara keseluruhan sering dalam quran, kata Quran muncul sekitar 70 kali dalam Quran itu sendiri.

Al -Quran mengatakan bahwa yesus bukanlah tuhan. Menurut al-Quran yesus tidak disalibkan.

Al-Quran mengatakan bahwa yesus tidak bangkit dari kematian Dan yesus bukanlah putra allah. Al-Quran mengatakan bahwa keselamatan dimungkinkan dengan ikhlas untuk bekerja.

Iblis bukanlah malaikat yang jatuh tetapi jin yang yang jatuh. Al-Quran mengatakan bahwa manusia bukanlah berdosa tetapi baik pada dasarnya.

The post Perbedaan Alkitab Dan Al-Quran yang Wajib dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Keutamaan Hafal Al-Qur’an dalam Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/keutamaan-hafal-al-quran Thu, 02 Apr 2020 04:39:56 +0000 https://dalamislam.com/?p=8345 Banyak muslim yang kini berbondong-bondong menghafal Al-Qur’an. Pemandangan murajaah (mengulang hafalan) di berbagai mesjid dan berbagai lembaga tahfidz dan pesantren menjadi pemandangan yang jamak saat ini. Semakin banyak muslim yang sadar keutamaan menghafal Al-Qur’an. Agar Anda tambah termotivasi, berikut ini beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an yang harus Anda ingat. Tapi sebelumnya, simaklah himbauan berikut ini 1. […]

The post 7 Keutamaan Hafal Al-Qur’an dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Banyak muslim yang kini berbondong-bondong menghafal Al-Qur’an. Pemandangan murajaah (mengulang hafalan) di berbagai mesjid dan berbagai lembaga tahfidz dan pesantren menjadi pemandangan yang jamak saat ini.

Semakin banyak muslim yang sadar keutamaan menghafal Al-Qur’an. Agar Anda tambah termotivasi, berikut ini beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an yang harus Anda ingat. Tapi sebelumnya, simaklah himbauan berikut ini

1. Digelari sebagai Keluarga Al-Quran

Penghafal Al-Qur’an digelari sebagai sahabat/ keluarga Al qur’an, dalam bahasa arab dikenal sebagai shahibul Qur’an. Namun apakah semua penghafal Al Qur’an termasuk dalam kategori tersebut? Simaklah hadits tersebut.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله

hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah

maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).

2. Diutamakan Sebagai Imam Shalat

Seseorang yang akan menjadi imam shalat, diutamakan adalah orang yang menetap di wilayah tersebut sebagaimana hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

وَلا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ , وَلا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلا بِإِذْنِهِ

“Janganlah seorang maju menjadi imam shalat di tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya” (HR. Muslim no. 673).

Selain orang yang mukim, maka sebaiknya diutamakan orang yang alim, paling banyak hafalan Al-Qur’annya, bahkan jika orang ini bukanlah imam ratib/ tetap. Akan tetapi, penunjukan hafidz yang tidak mukim sebagai imam harus seizin imam tetap.

Dari Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنْ كَانُوا فِى الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ … وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِى سُلْطَانِهِ…

Yang paling berhak jadi imam adalah yang paling banyak hafalan al-Quran-nya. Jika dalam hafalan quran mereka sama, maka didahulukan yang paling paham dengan sunnah… dan seseorang tidak boleh menjadi imam di wilayah orang lain. (HR. Ahmad 17526, Muslim 1564, dan yang lainnya)

Dalam Hadits Riwayat Bukhari no. 660 pun disebutkan,

Dari Ibnu Umar, beliau bercerita, ketika para muhajirin pertama tiba di Quba, sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menjadi imam mereka shalat adalah Salim mantan budak Abu Hudzaifah. Dan beliau adalah orang paling banyak hafalan qurannya. (HR. Bukhari 660)

3. Diutamakan Sebagai Pemimpin

Dilansir dari Konsultasi Syariah, simaklah kisah berikut ini. Kisah ini menunjukkan keutamaan penghafal Al-Qur’an sebagai pemimpin jika Ia sanggup mengembannya, walau Ia adalah mantan budak sekalipun.

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah, beliau menunjuk Nafi’ bin Abdul Harits untuk menjadi gubernur di Mekah.

Suatu ketika, Umar bertemu Nafi’ di daerah Asfan.

“Siapa yang menggantikanmu di Mekah?” tanya Umar.

“Ibnu Abza.” Jawab Nafi’.

“Siapa Ibnu Abza?” tanya Umar.

“Salah satu mantan budak di Mekah.” Jawab Nafi’.

“Mantan budak kamu jadikan sebagai pemimpin?” tanya Umar.

“Dia hafal al-Quran, dan paham tentang ilmu faraid.” Jawab Nafi’.

Kemudian Umar mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

“Sesungguhnya Allah mengangkat sebagian kaum berkat kitab ini (al-Quran), dan Allah menghinakan kaum yang lain, juga karena al-Quran.” (HR. Ahmad 237 & Muslim 1934)

4. Diutamakan Ketika Wafatnya

Tak hanya dalam urusan dunia, dalam urusan akhirat pun, seorang penghafal Al-Qur’an akan didahulukan. Saat pengurusan jenazah dalam sebuah kematian massal seperti perang, disunnahkan untuk mendahulukan pengurusan jenazah orang yang paling banyak hafalannya.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan dua jenazah uhud dalam satu kain kafan. Setiap hendak memakamkan, beliau tanya, “Siapa yang paling banyak hafalan qurannya?”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memposisikan yang paling banyak hafalannya di posisi paling dekat dengan lahat. Lalu beliau bersabda,

أَنَا شَهِيدٌ عَلَى هَؤُلاَءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Saya akan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari kiamat. (HR. Bukhari 1343 & Turmudzi 1053)

5. Diangkat Kedudukannya Sesuai Banyak Hafalannya di Dunia

Di akhirat, seorang penghafal Al-Qur’an akan diangkat kedudukannya sesuai banyak hafalannya di dunia. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi,

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Ditawarkan kepada penghafal al-Quran, “Baca dan naiklah ke tingkat berikutnya. Baca dengan tartil sebagaimana dulu kamu mentartilkan al-Quran ketika di dunia. Karena kedudukanmu di surga setingkat dengan banyaknya ayat yang kamu hafal.” (HR. Abu Daud 1466, Turmudzi 3162 dan dishahihkan al-Albani)

6. Dimintai Syafaat Langsung oleh Al- Qur’an

Salah satu kehormatan nan tak terhingga bagi seorang hafidz adalah Al-Qur’an sendiri yang memintakan syafaat langsung untuknya.

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat. (HR. Muslim 1910).

7. Dimahkotai di Akhirat, untuk Dirinya dan Orangtuanya

Keutamaan yang diperoleh seorang hafidz tak hanya diperoleh dirinya, tapi juga keluarganya sebagaimana dijelaskan dua hadits berikut ini.

Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن

Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).

Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يجيء القرآن يوم القيامة كالرجل الشاحب يقول لصاحبه : هل تعرفني ؟ أنا الذي كنتُ أُسهر ليلك وأظمئ هواجرك… ويوضع على رأسه تاج الوقار ، ويُكسى والداه حلَّتين لا تقوم لهما الدنيا وما فيها ، فيقولان : يا رب أنى لنا هذا ؟ فيقال لهما : بتعليم ولدكما القرآن

Al-Quran akan datang pada hari kiamat seperti orang yang wajahnya cerah. Lalu bertanya kepada penghafalnya, “Kamu kenal saya? Sayalah membuat kamu bergadangan tidak tidur di malam hari, yang membuat kamu kehausan di siang harimu… ” kemudian diletakkan mahkota kehormatan di kepalanya, dan kedua orang tuanya diberi pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia seisinya. Lalu orang tuanya menanyakan, “Ya Allah, dari mana kami bisa diberi pakaian seperti ini?” kemudian dijawab, “Karena anakmu belajar al-Quran.” (HR. Thabrani dalam al-Ausath 6/51, dan dishahihkan al-Albani).

Demikian berbagai keutamaan hafal Al-Qur’an bagi setiap muslim. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menghafalnya.

The post 7 Keutamaan Hafal Al-Qur’an dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
3 Perbedaan Bahasa Arab dan Bahasa Al-Qur’an yang Perlu diketahui https://dalamislam.com/info-islami/perbedaan-bahasa-arab-dan-bahasa-al-quran Tue, 31 Mar 2020 02:57:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=8408 Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, namun siapapun yang mempelajari bahasa arab akan menyatakan bahwa bahasa Al-Qur’an tidak berasal dari bumi. Nilai sastra Al-Qur’an begitu tinggi, hingga tak ada satupun ahli sastra yang mampu menirunya. Berikut perbedaan bahasa Arab dan bahasa Alquran. 1. Berdasarkan Pemilihan Bahasanya Sebuah usaha gagal pernah terjadi pada zaman Musailamah Al Kadzab, […]

The post 3 Perbedaan Bahasa Arab dan Bahasa Al-Qur’an yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, namun siapapun yang mempelajari bahasa arab akan menyatakan bahwa bahasa Al-Qur’an tidak berasal dari bumi.

Nilai sastra Al-Qur’an begitu tinggi, hingga tak ada satupun ahli sastra yang mampu menirunya. Berikut perbedaan bahasa Arab dan bahasa Alquran.

1. Berdasarkan Pemilihan Bahasanya

Sebuah usaha gagal pernah terjadi pada zaman Musailamah Al Kadzab, seorang nabi palsu yang hadir setelah wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Salah satu ayat populer yang dibuat Musailamah dan pengikutnya adalah sebagai berikut,

“Yâ wabr, yâ wabr, innamâ anti udzunâni wa shadr, wa sa’irûki hafru naqr” (Wahai kelinci/hiraks, wahai hiraks/kelinci, sungguh kau hanya memiliki dua telinga dan satu dada. Selebihnya kau pembuat galian dan lubang).”

Ayat ini justru terlihat konyol dan tak bermakna. Hal ini diterangkan Allah dalam tantangan yang tersurat pada QS Al-Baqarah ayat 23-24.


وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 23).

فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَلَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوۡا النَّارَ الَّتِىۡ وَقُوۡدُهَا النَّاسُ وَالۡحِجَارَةُ  ۖۚ اُعِدَّتۡ لِلۡكٰفِرِيۡنَ24.

Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Tantangan ini semakin dipertegas dalam QS. Al-Isra ayat 88.


أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: “Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu”, Katakanlah : “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (Q.S. Huud [11]: 13).

Al-Qur’an, sastra dan percakapan manusia biasa dalam bahasa Arab memiliki perbedaan yang jelas, salah satunya di pemilihan bahasa.

2. Berdasarkan Jenisnya

Ada tiga jenis Bahasa Arab: amiyah, fusha, dan bahasa Al-Qur’an. Berikut penjelasannya.

  • Bahasa ‘Amiyah

Bahasa ‘amiyah adalah bahasa yang umum digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Bahasa ini bisa mengalami perbedaan sesuai dengan wilayah tempatnya diucapkan.

Bahasa ‘amiyah cenderung simpel, biasanya memiliki bentuk ucapan yang lebih ringan dan tak terlalu mematuhi pakem tata bahasa, dan bentuk tertulis yang mengikuti pakem namun masih bisa dinikmati seluruh pembicara bahasa Arab.

  • Bahasa Fusha

Bahasa fusha bisa dikatakan bahasa formal atau sastrawi. Bahasa ini jarang digunakan sehari-hari karena rasa formalnya.

Bahasa fusha biasanya mengikuti pakem tata bahasa dengan ketat.

  • Bahasa Al-Qur’an

Banyak dalil yang menegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab, walaupun banyak orang yang meyakini bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasanya sendiri.

Misalnya Firman Allah dalam QS Thaha ayat 113 dan Asy-Syuara ayat 192-195 di bawah ini.

Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka. (QS. Thaha: 113)

Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin, ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. As-Syu’ara: 192-195)

Bahasa Arab yang digunakan dalam Al-Qur’an adalah bahasa yang sangat tinggi.

3. Berdasarkan Cara membaca

Selain itu, bahasa Al-Qur’an juga memiliki aturan baca tertentu. Pada bagian selanjutnya akan dibahas tentang perbedaan bahasa Al-Qur’an dibandingkan dengan salah satu tipe bahasa Arab, fusha.

Salah satu beda yang mendasar adalah adanya hukum bacaan tajwid (cara baca) yang harus dipahami untuk memperbagus bacaan Al-Qur’an.

Tajwid mengandung cara baca yang harus dipatuhi agar kita dapat membaca Al-Qur’an sebagaimana Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dan meminimalisir salah baca.

Apa saja tajwid yang membedakan bahasa Arab Fusha dan Al-Qur’an?

  • Penggunaan ghunnah/ dengung (bunyi -ng samar yang berpusat pada hidung. Dalam Al-Qur’an, bunyi ghunnah diatur hanya dua harakat, sementara pada bahasa fusha tidak ada.
  • Mad (tanda panjang) dalam Al-Qur’an memiliki aturan panjang baca: 2 harakat, 2,5 harakat, 4 harakat hingga 6 harakat. Sementara dalam bahasa fusha biasanya hanya dua harakat.
  • Karena dua aturan di atas, Al-Qur’an menjadi enak dibaca dengan Tartil berirama. Bahasa fusha tentu saja tidak dibaca dengan irama. Hal ini menjadikan Al-Qur’an tak hanya indah dari segi substansi dan tatanan, tapi juga dari segi estetika.

The post 3 Perbedaan Bahasa Arab dan Bahasa Al-Qur’an yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Al-Anfal (Rampasan Perang) https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/al-anfal Sun, 01 Sep 2019 07:13:44 +0000 https://dalamislam.com/?p=7770 يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَنْفَالِۗ قُلِ الْاَنْفَالُ لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖوَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗٓ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ yas`alụnaka ‘anil-anfāl, qulil-anfālu lillāhi war-rasụl, fattaqullāha wa aṣliḥụ żāta bainikum wa aṭī’ullāha wa rasụlahū ing kuntum mu`minīn 1. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut […]

The post Al-Anfal (Rampasan Perang) appeared first on DalamIslam.com.

]]>
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَنْفَالِۗ قُلِ الْاَنْفَالُ لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖوَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗٓ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

yas`alụnaka ‘anil-anfāl, qulil-anfālu lillāhi war-rasụl, fattaqullāha wa aṣliḥụ żāta bainikum wa aṭī’ullāha wa rasụlahū ing kuntum mu`minīn

1. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.”

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ

innamal-mu`minụnallażīna iżā żukirallāhu wajilat qulụbuhum wa iżā tuliyat ‘alaihim āyātuhụ zādat-hum īmānaw wa ‘alā rabbihim yatawakkalụn

2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,

الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗ

allażīna yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn

3. (Yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ

ulā`ika humul-mu`minụna ḥaqqā, lahum darajātun ‘inda rabbihim wa magfiratuw wa rizqung karīm

4. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.

كَمَآ اَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْۢ بَيْتِكَ بِالْحَقِّۖ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ لَكٰرِهُوْنَ

kamā akhrajaka rabbuka mim baitika bil-ḥaqqi wa inna farīqam minal-mu`minīna lakārihụn

5. Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, meskipun sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,

يُجَادِلُوْنَكَ فِى الْحَقِّ بَعْدَمَا تَبَيَّنَ كَاَنَّمَا يُسَاقُوْنَ اِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُوْنَ ۗ

yujādilụnaka fil-ḥaqqi ba’da mā tabayyana ka`annamā yusāqụna ilal-mauti wa hum yanẓurụn

6. Mereka membantahmu (Muhammad) tentang kebenaran setelah nyata (bahwa mereka pasti menang), seakan-akan mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab kematian itu).

وَاِذْ يَعِدُكُمُ اللّٰهُ اِحْدَى الطَّاۤىِٕفَتَيْنِ اَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّوْنَ اَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُوْنُ لَكُمْ وَيُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمٰتِهٖ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكٰفِرِيْنَۙ

wa iż ya’idukumullāhu iḥdaṭ-ṭā`ifataini annahā lakum wa tawaddụna anna gaira żātisy-syaukati takụnu lakum wa yurīdullāhu ay yuḥiqqal-ḥaqqa bikalimātihī wa yaqṭa’a dābiral-kāfirīn

7. Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah untukmu. Tetapi Allah hendak membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya,

لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُوْنَۚ

liyuḥiqqal-ḥaqqa wa yubṭilal-bāṭila walau karihal-mujrimụn

8. Agar Allah memperkuat yang hak (Islam) dan menghilangkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.

اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ

iż tastagīṡụna rabbakum fastajāba lakum annī mumiddukum bi`alfim minal-malā`ikati murdifīn

9. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشْرٰى وَلِتَطْمَىِٕنَّ بِهٖ قُلُوْبُكُمْۗ وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

wa mā ja’alahullāhu illā busyrā wa litaṭma`inna bihī qulụbukum, wa man-naṣru illā min ‘indillāh, innallāha ‘azīzun ḥakīm

10. Dan tidaklah Allah menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

اِذْ يُغَشِّيْكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْاَقْدَامَۗ

iż yugasysyīkumun-nu’āsa amanatam min-hu wa yunazzilu ‘alaikum minas-samā`i mā`al liyuṭahhirakum bihī wa yuż-hiba ‘angkum rijzasy-syaiṭāni wa liyarbiṭa ‘alā qulụbikum wa yuṡabbita bihil-aqdām

11. (Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian).

اِذْ يُوْحِيْ رَبُّكَ اِلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ اَنِّيْ مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ سَاُلْقِيْ فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوْا فَوْقَ الْاَعْنَاقِ وَاضْرِبُوْا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍۗ

iż yụḥī rabbuka ilal-malā`ikati annī ma’akum fa ṡabbitullażīna āmanụ, sa`ulqī fī qulụbillażīna kafarur-ru’ba faḍribụ fauqal-a’nāqi waḍribụ min-hum kulla banān

12. (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” Kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka.

ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ شَاۤقُّوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗۚ وَمَنْ يُّشَاقِقِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

żālika bi`annahum syāqqullāha wa rasụlah, wa may yusyāqiqillāha wa rasụlahụ fa innallāha syadīdul-‘iqāb

13. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, sungguh, Allah sangat keras siksa-Nya.

ذٰلِكُمْ فَذُوْقُوْهُ وَاَنَّ لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابَ النَّارِ

żālikum fa żụqụhu wa anna lil-kāfirīna ‘ażāban-nār

14. Demikianlah (hukuman dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang kafir ada (lagi) azab neraka.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوْهُمُ الْاَدْبَارَۚ

yā ayyuhallażīna āmanū iżā laqītumullażīna kafarụ zaḥfan fa lā tuwallụhumul-adbār

15. Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur).

وَمَنْ يُّوَلِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ دُبُرَهٗٓ اِلَّا مُتَحَرِّفًا لِّقِتَالٍ اَوْ مُتَحَيِّزًا اِلٰى فِئَةٍ فَقَدْ بَاۤءَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَمَأْوٰىهُ جَهَنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

wa may yuwallihim yauma`iżin duburahū illā mutaḥarrifal liqitālin au mutaḥayyizan ilā fi`atin fa qad bā`a bigaḍabim minallāhi wa ma`wāhu jahannam, wa bi`sal-maṣīr

16. Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali.

فَلَمْ تَقْتُلُوْهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ قَتَلَهُمْۖ وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُ بَلَاۤءً حَسَنًاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

fa lam taqtulụhum wa lākinnallāha qatalahum wa mā ramaita iż ramaita wa lākinnallāha ramā, wa liyubliyal-mu`minīna min-hu balā`an ḥasanā, innallāha samī’un ‘alīm

17. Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

ذٰلِكُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ مُوْهِنُ كَيْدِ الْكٰفِرِيْنَ

żālikum wa annallāha mụhinu kaidil-kāfirīn

18. Demikianlah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sungguh, Allah melemahkan tipu daya orang-orang kafir.

اِنْ تَسْتَفْتِحُوْا فَقَدْ جَاۤءَكُمُ الْفَتْحُۚ وَاِنْ تَنْتَهُوْا فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَعُوْدُوْا نَعُدْۚ وَلَنْ تُغْنِيَ عَنْكُمْ فِئَتُكُمْ شَيْـًٔا وَّلَوْ كَثُرَتْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَ

in tastaftiḥụ fa qad jā`akumul-fat-ḥ, wa in tantahụ fa huwa khairul lakum, wa in ta’ụdụ na’ud, wa lan tugniya ‘angkum fi`atukum syai`aw walau kaṡurat wa annallāha ma’al-mu`minīn

19. Jika kamu meminta keputusan, maka sesungguhnya keputusan telah datang kepadamu; dan jika kamu berhenti (memusuhi Rasul), maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika kamu kembali, niscaya Kami kembali (memberi pertolongan); dan pasukanmu tidak akan dapat menolak sesuatu bahaya sedikit pun darimu, biarpun dia jumlahnya (pasukan) banyak. Sungguh, Allah beserta orang-orang beriman.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَاَنْتُمْ تَسْمَعُوْنَ

yā ayyuhallażīna āmanū aṭī’ullāha wa rasụlahụ wa lā tawallau ‘an-hu wa antum tasma’ụn

20. Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ قَالُوْا سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَۚ

wa lā takụnụ kallażīna qālụ sami’nā wa hum lā yasma’ụn

21. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) yang berkata, “Kami mendengarkan,” padahal mereka tidak mendengarkan (karena hati mereka mengingkarinya).

۞ اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ

inna syarrad-dawābbi ‘indallāhiṣ-ṣummul-bukmullażīna lā ya’qilụn

22. Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti.

وَلَوْ عَلِمَ اللّٰهُ فِيْهِمْ خَيْرًا لَّاَسْمَعَهُمْۗ وَلَوْ اَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَّهُمْ مُّعْرِضُوْنَ

walau ‘alimallāhu fīhim khairal la`asma’ahum, walau asma’ahum latawallaw wa hum mu’riḍụn

23. Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka berpaling, sedang mereka memalingkan diri.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

yā ayyuhallażīna āmanustajībụ lillāhi wa lir-rasụli iżā da’ākum limā yuḥyīkum, wa’lamū annallāha yaḥụlu bainal-mar`i wa qalbihī wa annahū ilaihi tuḥsyarụn

24. Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

wattaqụ fitnatal lā tuṣībannallażīna ẓalamụ mingkum khāṣṣah, wa’lamū annallāha syadīdul-‘iqāb

25. Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.

وَاذْكُرُوْٓا اِذْ اَنْتُمْ قَلِيْلٌ مُّسْتَضْعَفُوْنَ فِى الْاَرْضِ تَخَافُوْنَ اَنْ يَّتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَاٰوٰىكُمْ وَاَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهٖ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

ważkurū iż antum qalīlum mustaḍ’afụna fil-arḍi takhāfụna ay yatakhaṭṭafakumun-nāsu fa āwākum wa ayyadakum binaṣrihī wa razaqakum minaṭ-ṭayyibāti la’allakum tasykurụn

26. Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

yā ayyuhallażīna āmanụ lā takhụnullāha war-rasụla wa takhụnū amānātikum wa antum ta’lamụn

27. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

wa’lamū annamā amwālukum wa aulādukum fitnatuw wa annallāha ‘indahū ajrun ‘aẓīm

28. Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ

yā ayyuhallażīna āmanū in tattaqullāha yaj’al lakum furqānaw wa yukaffir ‘angkum sayyi`ātikum wa yagfir lakum, wallāhu żul-faḍlil-‘aẓīm

29. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar.

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ

wa iż yamkuru bikallażīna kafarụ liyuṡbitụka au yaqtulụka au yukhrijụk, wa yamkurụna wa yamkurullāh, wallāhu khairul-mākirīn

30. Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.

وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا قَالُوْا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاۤءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هٰذَآ ۙاِنْ هٰذَآ اِلَّآ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ

wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā qālụ qad sami’nā lau nasyā`u laqulnā miṡla hāżā in hāżā illā asāṭīrul-awwalīn

31. Dan apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat seperti ini), jika kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini. (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.”

وَاِذْ قَالُوا اللهم اِنْ كَانَ هٰذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَاَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ اَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ

wa iż qālullāhumma ing kāna hāżā huwal-ḥaqqa min ‘indika fa amṭir ‘alainā ḥijāratam minas-samā`i awi`tinā bi’ażābin alīm

32. Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

wa mā kānallāhu liyu’ażżibahum wa anta fīhim, wa mā kānallāhu mu’ażżibahum wa hum yastagfirụn

33. Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.

وَمَا لَهُمْ اَلَّا يُعَذِّبَهُمُ اللّٰهُ وَهُمْ يَصُدُّوْنَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوْٓا اَوْلِيَاۤءَهٗۗ اِنْ اَوْلِيَاۤؤُهٗٓ اِلَّا الْمُتَّقُوْنَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

wa mā lahum allā yu’ażżibahumullāhu wa hum yaṣuddụna ‘anil-masjidil-ḥarāmi wa mā kānū auliyā`ah, in auliyā`uhū illal-muttaqụna wa lākinna akṡarahum lā ya’lamụn

34. Dan mengapa Allah tidak menghukum mereka padahal mereka menghalang-halangi (orang) untuk (mendatangi) Masjidilharam dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang yang berhak menguasai(nya), hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ اِلَّا مُكَاۤءً وَّتَصْدِيَةًۗ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ

wa mā kāna ṣalātuhum ‘indal-baiti illā mukā`aw wa taṣdiyah, fa żụqul-‘ażāba bimā kuntum takfurụn

35. Dan salat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗفَسَيُنْفِقُوْنَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُوْنَ ەۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى جَهَنَّمَ يُحْشَرُوْنَۙ

innallażīna kafarụ yunfiqụna amwālahum liyaṣuddụ ‘an sabīlillāh, fa sayunfiqụnahā ṡumma takụnu ‘alaihim ḥasratan ṡumma yuglabụn, wallażīna kafarū ilā jahannama yuḥsyarụn

36. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan,

لِيَمِيْزَ اللّٰهُ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيْثَ بَعْضَهٗ عَلٰى بَعْضٍ فَيَرْكُمَهٗ جَمِيْعًا فَيَجْعَلَهٗ فِيْ جَهَنَّمَۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

liyamīzallāhul-khabīṡa minaṭ-ṭayyibi wa yaj’alal-khabīṡa ba’ḍahụ ‘alā ba’ḍin fa yarkumahụ jamī’an fa yaj’alahụ fī jahannam, ulā`ika humul-khāsirụnagar

37. Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

قُلْ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّنْتَهُوْا يُغْفَرْ لَهُمْ مَّا قَدْ سَلَفَۚ وَاِنْ يَّعُوْدُوْا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّتُ الْاَوَّلِيْنَ

qul lillażīna kafarū iy yantahụ yugfar lahum mā qad salaf, wa iy ya’ụdụ fa qad maḍat sunnatul-awwalīn

38. Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu (Abu Sufyan dan kawan-kawannya), “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi) sungguh, berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu (dibinasakan).”

وَقَاتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهٗ لِلّٰهِۚ فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

wa qātilụhum ḥattā lā takụna fitnatuw wa yakụnad-dīnu kulluhụ lillāh, fa inintahau fa innallāha bimā ya’malụna baṣīr

39. Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَوْلٰىكُمْ ۗنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ۔

wa in tawallau fa’lamū annallāha maulākum, ni’mal-maulā wa ni’man-naṣīr

40. Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

۞ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَاَنَّ لِلّٰهِ خُمُسَهٗ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

wa’lamū annamā ganimtum min syai`in fa anna lillāhi khumusahụ wa lir-rasụli wa liżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wabnis-sabīli ing kuntum āmantum billāhi wa mā anzalnā ‘alā ‘abdinā yaumal-furqāni yaumaltaqal jam’ān, wallāhu ‘alā kulli syai`ing qadīr

41. Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ

iż antum bil-‘udwatid-dun-yā wa hum bil-‘udwatil-quṣwā war-rakbu asfala mingkum, walau tawā’attum lakhtalaftum fil-mī’ādi wa lākil liyaqḍiyallāhu amrang kāna maf’ụlal liyahlika man halaka ‘am bayyinatiw wa yaḥyā man ḥayya ‘am bayyinah, wa innallāha lasamī’un ‘alīm

42. (Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

اِذْ يُرِيْكَهُمُ اللّٰهُ فِيْ مَنَامِكَ قَلِيْلًاۗ وَلَوْ اَرٰىكَهُمْ كَثِيْرًا لَّفَشِلْتُمْ وَلَتَنَازَعْتُمْ فِى الْاَمْرِ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ سَلَّمَۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ

iż yurīkahumullāhu fī manāmika qalīlā, walau arākahum kaṡīral lafasyiltum wa latanāza’tum fil-amri wa lākinnallāha sallam, innahụ ‘alīmum biżātiṣ-ṣudụr

43. (Ingatlah) ketika Allah memperlihatkan mereka di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka (berjumlah) banyak tentu kamu menjadi gentar dan tentu kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatimu.

وَاِذْ يُرِيْكُمُوْهُمْ اِذِ الْتَقَيْتُمْ فِيْٓ اَعْيُنِكُمْ قَلِيْلًا وَّيُقَلِّلُكُمْ فِيْٓ اَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ۗوَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ

wa iż yurīkumụhum iżiltaqaitum fī a’yunikum qalīlaw wa yuqallilukum fī a’yunihim liyaqḍiyallāhu amrang kāna maf’ụlā, wa ilallāhi turja’ul-umụr

44. Dan ketika Allah memperlihatkan mereka kepadamu, ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit menurut penglihatan matamu dan kamu diperlihatkan-Nya berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka, itu karena Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوْا وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ

yā ayyuhallażīna āmanū iżā laqītum fi`atan faṡbutụ ważkurullāha kaṡīral la’allakum tufliḥụn

45. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung.

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَۚ

wa aṭī’ullāha wa rasụlahụ wa lā tanāza’ụ fa tafsyalụ wa taż-haba rīḥukum waṣbirụ, innallāha ma’aṣ-ṣābirīn

46. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَّرِئَاۤءَ النَّاسِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ بِمَايَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ

wa lā takụnụ kallażīna kharajụ min diyārihim baṭaraw wa ri`ā`an-nāsi wa yaṣuddụna ‘an sabīlillāh, wallāhu bimā ya’malụna muḥīṭ

47. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.

وَاِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَاِنِّيْ جَارٌ لَّكُمْۚ فَلَمَّا تَرَاۤءَتِ الْفِئَتٰنِ نَكَصَ عَلٰى عَقِبَيْهِ وَقَالَ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّنْكُمْ اِنِّيْٓ اَرٰى مَا لَا تَرَوْنَ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ ۗوَاللّٰهُ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

wa iż zayyana lahumusy-syaiṭānu a’mālahum wa qāla lā gāliba lakumul-yauma minan-nāsi wa innī jārul lakum, fa lammā tarā`atil-fi`atāni nakaṣa ‘alā ‘aqibaihi wa qāla innī barī`um mingkum innī arā mā lā tarauna innī akhāfullāh, wallāhu syadīdul-‘iqāb

48. Dan (ingatlah) ketika setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (dosa) mereka dan mengatakan, “Tidak ada (orang) yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sungguh, aku adalah penolongmu.” Maka ketika kedua pasukan itu telah saling melihat (berhadapan), setan balik ke belakang seraya berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu; aku dapat melihat apa yang kamu tidak dapat melihat; sesungguhnya aku takut kepada Allah.” Allah sangat keras siksa-Nya.

اِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ غَرَّ هٰٓؤُلَاۤءِ دِيْنُهُمْۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

iż yaqụlul-munāfiqụna wallażīna fī qulụbihim maraḍun garra hā`ulā`i dīnuhum, wa may yatawakkal ‘alallāhi fa innallāha ‘azīzun ḥakīm

49. (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang mukmin) ditipu agamanya.” (Allah berfirman), “Barangsiapa bertawakal kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ يَتَوَفَّى الَّذِيْنَ كَفَرُوا الْمَلٰۤىِٕكَةُ يَضْرِبُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَاَدْبَارَهُمْۚ وَذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ

walau tarā iż yatawaffallażīna kafarul-malā`ikatu yaḍribụna wujụhahum wa adbārahum, wa żụqụ ‘ażābal-ḥarīq

50. Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.”

ذٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْكُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِۙ

żālika bimā qaddamat aidīkum wa annallāha laisa biẓallāmil lil-‘abīd

51. Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya,

كَدَأْبِ اٰلِ فِرْعَوْنَۙ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۗ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاَخَذَهُمُ اللّٰهُ بِذُنُوْبِهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

kada`bi āli fir’auna wallażīna ming qablihim, kafarụ bi`āyātillāhi fa akhażahumullāhu biżunụbihim, innallāha qawiyyun syadīdul-‘iqāb

52. (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan pengikut Fir‘aun dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sungguh, Allah Mahakuat lagi sangat keras siksa-Nya.

ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ

żālika bi`annallāha lam yaku mugayyiran ni’matan an’amahā ‘alā qaumin ḥattā yugayyirụ mā bi`anfusihim wa annallāha samī’un ‘alīm

53. Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,

كَدَأْبِ اٰلِ فِرْعَوْنَۙ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۚ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ فَاَهْلَكْنٰهُمْ بِذُنُوْبِهِمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَۚ وَكُلٌّ كَانُوْا ظٰلِمِيْنَ

kada`bi āli fir’auna wallażīna ming qablihim, każżabụ bi`āyāti rabbihim fa ahlaknāhum biżunụbihim wa agraqnā āla fir’aụn, wa kullung kānụ ẓālimīn

54. (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan pengikut Fir‘aun dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan oleh dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir‘aun dan pengikut-pengikutnya; karena mereka adalah orang-orang yang zalim.

اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَۖ

inna syarrad-dawābbi ‘indallāhillażīna kafarụ fa hum lā yu`minụn

55. Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman.

الَّذِيْنَ عَاهَدْتَّ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَهُمْ فِيْ كُلِّ مَرَّةٍ وَّهُمْ لَا يَتَّقُوْنَ

allażīna ‘āhatta min-hum ṡumma yangquḍụna ‘ahdahum fī kulli marratiw wa hum lā yattaqụn

56. (Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya, sedang mereka tidak takut (kepada Allah).

فَاِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِى الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِمْ مَّنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

fa immā taṡqafannahum fil-ḥarbi fa syarrid bihim man khalfahum la’allahum yażżakkarụn

57. Maka jika engkau (Muhammad) mengungguli mereka dalam peperangan, maka cerai-beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, agar mereka mengambil pelajaran.

وَاِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْۢبِذْ اِلَيْهِمْ عَلٰى سَوَاۤءٍۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْخَاۤىِٕنِيْنَ

wa immā takhāfanna ming qaumin khiyānatan fambiż ilaihim ‘alā sawā`, innallāha lā yuḥibbul-khā`inīn

58. Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat.

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَبَقُوْاۗ اِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَ

wa lā yaḥsabannallażīna kafarụ sabaqụ, innahum lā yu’jizụn

59. Dan janganlah orang-orang kafir mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan (Allah).

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ

wa a’iddụ lahum mastaṭa’tum ming quwwatiw wa mir ribāṭil-khaili tur-hibụna bihī ‘aduwwallāhi wa ‘aduwwakum wa ākharīna min dụnihim, lā ta’lamụnahum, allāhu ya’lamuhum, wa mā tunfiqụ min syai`in fī sabīlillāhi yuwaffa ilaikum wa antum lā tuẓlamụn

60. Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

۞ وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

wa in janaḥụ lis-salmi fajnaḥ lahā wa tawakkal ‘alallāh, innahụ huwas-samī’ul-‘alīm

61. Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

وَاِنْ يُّرِيْدُوْٓا اَنْ يَّخْدَعُوْكَ فَاِنَّ حَسْبَكَ اللّٰهُ ۗهُوَ الَّذِيْٓ اَيَّدَكَ بِنَصْرِهٖ وَبِالْمُؤْمِنِيْنَۙ

wa iy yurīdū ay yakhda’ụka fa inna ḥasbakallāh, huwallażī ayyadaka binaṣrihī wa bil-mu`minīn

62. Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin,

وَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْۗ لَوْاَنْفَقْتَ مَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مَّآ اَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ اَلَّفَ بَيْنَهُمْۗ اِنَّهٗ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

wa allafa baina qulụbihim, lau anfaqta mā fil-arḍi jamī’am mā allafta baina qulụbihim wa lākinnallāha allafa bainahum, innahụ ‘azīzun ḥakīm

63. Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّٰهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

yā ayyuhan-nabiyyu ḥasbukallāhu wa manittaba’aka minal-mu`minīn

64. Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْقِتَالِۗ اِنْ يَّكُنْ مِّنْكُمْ عِشْرُوْنَ صَابِرُوْنَ يَغْلِبُوْا مِائَتَيْنِۚ وَاِنْ يَّكُنْ مِّنْكُمْ مِّائَةٌ يَّغْلِبُوْٓا اَلْفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ

yā ayyuhan-nabiyyu ḥarriḍil-mu`minīna ‘alal-qitāl, iy yakum mingkum ‘isyrụna ṣābirụna yaglibụ mi`ataīn, wa iy yakum mingkum mi`atuy yaglibū alfam minallażīna kafarụ bi`annahum qaumul lā yafqahụn

65. Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti.

اَلْـٰٔنَ خَفَّفَ اللّٰهُ عَنْكُمْ وَعَلِمَ اَنَّ فِيْكُمْ ضَعْفًاۗ فَاِنْ يَّكُنْ مِّنْكُمْ مِّائَةٌ صَابِرَةٌ يَّغْلِبُوْا مِائَتَيْنِۚ وَاِنْ يَّكُنْ مِّنْكُمْ اَلْفٌ يَّغْلِبُوْٓا اَلْفَيْنِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

al-āna khaffafallāhu ‘angkum wa ‘alima anna fīkum ḍa’fā, fa iy yakum mingkum mi`atun ṣābiratuy yaglibụ mi`ataīn, wa iy yakum mingkum alfuy yaglibū alfaini bi`iżnillāh, wallāhu ma’aṣ-ṣābirīn

66. Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika di antara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika di antara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar.

مَاكَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗٓ اَسْرٰى حَتّٰى يُثْخِنَ فِى الْاَرْضِۗ تُرِيْدُوْنَ عَرَضَ الدُّنْيَاۖ وَاللّٰهُ يُرِيْدُ الْاٰخِرَةَۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ

mā kāna linabiyyin ay yakụna lahū asrā ḥattā yuṡkhina fil-arḍ, turīdụna ‘araḍad-dun-yā wallāhu yurīdul-ākhirah, wallāhu ‘azīzun ḥakīm

67. Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

لَوْلَاكِتٰبٌ مِّنَ اللّٰهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيْمَآ اَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

lau lā kitābum minallāhi sabaqa lamassakum fīmā akhażtum ‘ażābun ‘aẓīm

68. Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil.

فَكُلُوْا مِمَّاغَنِمْتُمْ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

fa kulụ mimmā ganimtum ḥalālan ṭayyibaw wattaqullāh, innallāha gafụrur raḥīm

69. Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu peroleh itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّمَنْ فِيْٓ اَيْدِيْكُمْ مِّنَ الْاَسْرٰٓىۙ اِنْ يَّعْلَمِ اللّٰهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ خَيْرًا يُّؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّآ اُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

yā ayyuhan-nabiyyu qul liman fī aidīkum minal-asrā iy ya’lamillāhu fī qulụbikum khairay yu`tikum khairam mimmā ukhiża mingkum wa yagfir lakum, wallāhu gafụrur raḥīm

70. Wahai Nabi (Muhammad)! Katakanlah kepada para tawanan perang yang ada di tanganmu, “Jika Allah mengetahui ada kebaikan di dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan yang lebih baik dari apa yang telah diambil darimu dan Dia akan mengampuni kamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

وَاِنْ يُّرِيْدُوْا خِيَانَتَكَ فَقَدْ خَانُوا اللّٰهَ مِنْ قَبْلُ فَاَمْكَنَ مِنْهُمْ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

wa iy yurīdụ khiyānataka fa qad khānullāha ming qablu fa amkana min-hum wallāhu ‘alīmun ḥakīm

71. Tetapi jika mereka (tawanan itu) hendak mengkhianatimu (Muhammad) maka sesungguhnya sebelum itu pun mereka telah berkhianat kepada Allah, maka Dia memberikan kekuasaan kepadamu atas mereka. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْٓا اُولٰۤىِٕكَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يُهَاجِرُوْا مَا لَكُمْ مِّنْ وَّلَايَتِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ حَتّٰى يُهَاجِرُوْاۚ وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ اِلَّا عَلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

innallażīna āmanụ wa hājarụ wa jāhadụ bi`amwālihim wa anfusihim fī sabīlillāhi wallażīna āwaw wa naṣarū ulā`ika ba’ḍuhum auliyā`u ba’ḍ, wallażīna āmanụ wa lam yuhājirụ mā lakum miw walāyatihim min syai`in ḥattā yuhājirụ, wa inistanṣarụkum fid-dīni fa ‘alaikumun-naṣru illā ‘alā qaumim bainakum wa bainahum mīṡāq, wallāhu bimā ta’malụna baṣīr

72. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ اِلَّا تَفْعَلُوْهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الْاَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيْرٌۗ

wallażīna kafarụ ba’ḍuhum auliyā`u ba’ḍ, illā taf’alụhu takun fitnatun fil-arḍi wa fasādung kabīr

73. Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْٓا اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ

wallażīna āmanụ wa hājarụ wa jāhadụ fī sabīlillāhi wallażīna āwaw wa naṣarū ulā`ika humul-mu`minụna ḥaqqā, lahum magfiratuw wa rizqung karīm

74. Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang Muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا مَعَكُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ مِنْكُمْۗ وَاُولُوا الْاَرْحَامِ بَعْضُهُمْ اَوْلٰى بِبَعْضٍ فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

wallażīna āmanụ mim ba’du wa hājarụ wa jāhadụ ma’akum fa ulā`ika mingkum, wa ulul-ar-ḥāmi ba’ḍuhum aulā biba’ḍin fī kitābillāh, innallāha bikulli syai`in ‘alīm

75. Dan orang-orang yang beriman setelah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka mereka termasuk golonganmu. Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

The post Al-Anfal (Rampasan Perang) appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Keutamaan Surat Ad Dukhan https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/keutamaan-surat-ad-dukhan Sat, 08 Jun 2019 07:50:13 +0000 https://dalamislam.com/?p=7136 Surat Ad-Dukhan hukum shalat sambil membaca quran adalah salah satu surat Al-Qur’an urutan ke 44. Surat yang tergolong surat Makkiyah ini terdiri dari 59 ayat. Dinamakan Ad-Dukhan (asap) adalah doa setelah khatam quran dan karena di dalamnya berisi tentang ancaman kaum musyrikin di masa lalu dengan tanah yang tandus dan kekeringan yang membuat mereka kelaparan. […]

The post 13 Keutamaan Surat Ad Dukhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Surat Ad-Dukhan hukum shalat sambil membaca quran adalah salah satu surat Al-Qur’an urutan ke 44. Surat yang tergolong surat Makkiyah ini terdiri dari 59 ayat.

Dinamakan Ad-Dukhan (asap) adalah doa setelah khatam quran dan karena di dalamnya berisi tentang ancaman kaum musyrikin di masa lalu dengan tanah yang tandus dan kekeringan yang membuat mereka kelaparan. Sehingga seakan-akan seperti ruang terbuka dan terlihat asap keluar.

Serta surat ini juga berhubungan dengan hukum membaca quran di kuburan dan berisi ancaman masa yang akan datang dengan tampaknya asap di langit selama empat puluh hari yang menjadi salah satu dari tanda-tanda hari Kiamat.

Adapun para mufassir atau hukum shalat jumat bagi musafir dalam menerangkan keutamaan surat Ad-Dukhan adalah menyebutkan hadis-hadis sebagai berikut. Meskipun menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili hadis itu tidak terhindar dari kedhaifan (tetapi hanya sebatas fadhail a’mal).

1. Dinikahkan dengan bidadari surga yang bagus matanya bagi orang yang membaca surat Ad-Dukhan.

عن أبي رافع قال : «من قرأ الدّخان في ليلة الجمعة أصبح مغفورا له وزوّج من الحور العين» رواه الدّارميّ

Dari Abi Rafi’, ia berkata tentang hukum tidak bisa membaca al quran, “Siapa yang membaca Surat Ad-Dukhan pada malam Jum’at, maka pada waktu shubuh ia telah diampuni dosanya, dan dinikahkan dengan salah satu bidadari-bidadari yang bermata indah.” (HR. Ad-Darimi)

2. Diampuni dosanya bagi yang membaca surat Ad-Dukhan di malam Jum’at

عن أبي هريرة أنّ النّبيّ صلّى اللَّه عليه وسلّم قال : «من قرأ الدّخان في ليلة الجمعة أصبح مغفورا له» رواه الثّعلبي

Dari Abi Hurairah r.a., bahwasannya Nabi saw. bersabda, “ Siapa yang membaca surat Ad-Dukhan di malam Jum’at, maka di pagi harinya ia akan diampuni dosanya.” (HR. Ats-Tsa’labi)

3. Tujuh puluh ribu malaikat memintakan ampunan untuk yang membaca surat Ad-Dukhan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حم الدُّخَانَ فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ يَسْتَغْفِرُ لَهُ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ. رواه الترمذي.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membaca Hamim Ad-Dukhan di malam hari, maka di pagi harinya tujuh puluh ribu malaikat memintakan ampun untuknya.” (HR. At-Tirmidzi)

4. Dibangunkan rumah di surga.

عن أبي أمامة قال : سمعت النّبي صلّى اللَّه عليه وسلّم يقول : «من قرأ حم الدّخان ليلة الجمعة أو يوم الجمعة ، بنى اللَّه له بيتا في الجنة». رواه الطبراني.

Dari Abi Umamah, ia berkata, “Aku mendengar Nabi saw. bersabda, “Siapa yang membaca Hamim Ad-Dukhan di malam Jum’at, atau di hari Jum’at, maka Allah akan membangunkannya rumah di surga.” (HR. At-Thabrani).

5. Malam yang terdapat dalam firman Allah Ta’ala,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (سورة الدخان: 3-4)

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” SQ. Ad-Dukhon: 3-4.

Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Ahli tafsir berbeda pendapat tentang malam ini. Sebagian berkata bahwa malam ini adalah Lailatul Qadar. Qatadah berkata bahwa itu adalah Lailatul Qadar. Sedangkan ulama lainnya berpendapat bahwa malam itu adalah malam Nisfhu Sya’ban. Lalu beliau (Ath-Thabari) berkata, ‘Yang benar adalah pendapat yang mengatakan bahwa malam itu adalah Lailatul Qadar. Karena Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Laillatul Qadar adalah seperti demikian.

6. Berisi peringatan

Berdasarkan firman Allah Ta’ala,

إنا كنا منذرين

Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”

(Tafsir Ath-Thabari, 11/221)

Dan firman Allah Ta’ala,

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” SQ. Ad-Dukhon: 3-4.

Ibnu Hajar dalam Syarahnya terhadap Shahih Muslim berkata, “Maknanya adalah bahwa Allah menetapkan ketentuan-ketentuan pada tahun tersebut, berdasarkan firmanNya, Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” SQ. Ad-Dukhon: 3-4.

Pendapat inilah yang dijadikan kalimat pembuka oleh Imam Nawawi dengan berkata, ‘Para ulama berkata bahwa Lailatul Qadar adalah malam para malaikat mencatat takdir, berdasarkan firman Allah Ta’ala,

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Hal ini juga diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dan lainnya dari kalangan ahli tafsir dengan sanad yang shahih dari Mujahid, Ikrimah, Qatadah dan lainnya.

7. Tentang takdir

At-Turbasythi berkata, “ (القدر) dibaca dengan sukun pada huruf (د) meskipun yang umum dikenal adalah dengan baris fathah (القدَر) yang merupakan padanan kata (القضاء), agar diketahui bahwa yang dimaksud bukanlah demikian, akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa rincian dari ketetapan takdir, pelaksanannya dan ketentuan-ketentuannya terjadi pada malam tersebut untuk mendapatkan kadar dan batasanya. Lailatul Qadar merupakan malam yang agung dan mulia bagi siapa yang beramal saleh dan sungguh-sungguh beribadah.

8. Tentang malam yang mulia

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ  . وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ. سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (سورة القدر: 1-4)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” SQ. Al-Qadar: 1-5.

9. Menjelaskan tentang lailatul qadr

Terdapat hadits yang banyak tentang  keutamaan bulan ini, di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري، رقم  1768)

Siapa yang beribadah pada Lailatul Qadar dengan landasan iman dan harap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Siapa yang berpuasa Ramadan dengan landasan iman dan berharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, no. 1768).

10. Dapat mendapatkan pahala dan kebaikan

Membaca surat ad dukhan dapat menjadikan suasana sekitar menjadi lebih damai, tenang dan penuh dengan keberkahan. Maka dari itu seseorang yang membaca surat ad dukhan akan mendapatkan pahala yang berlipatganda dan kebaikan dari Allah SWT sebagai manusia yang soleh.

Seperti hadits riwayat dari yirmidzi bahwa :

“Barang siapa yang membaca satu huruf saja dari kitabullah maka seseorang akan mendapatkan kebaikan satu kali. tetapi setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kalinya.”

11. Dapat memberikan derajat dan wibawa lebih baik

Membaca surat ad dukhan dapat membuat seseorang terlihat semakin bercahaya dan penuh wibawa. Kondisi ini dapat membuat seseorang menjadi lebih disayangi , dihormati dan dihargai  banyak orang.

Seperti hadits yang menyatakan:

“Orang orang yang hebat dalam membaca surat ad dukhan akan selalu ditemani para malaikat pencatat yang paling dimuliakan da taat pada Allah SWT  dan orang orang yang terbata bata membaca surat ad dukhan lalu bersusah payah mempelajarinya maka dia akan mendapatkan dua kali pahala,” (HR. Bukhari)”

12. Memperoleh rahmat dan lindungan oleh malaikat

Membaca surat ad dukhan dengan hati yang tenang dan sabar dapat mendatangkan rahmat dari Allah SWT dan mendapatkan perlindungan dari para malaikat dari kejahatan yang terlihat maupun tidak terlihat.

Seperti hadits yang menyatakan :

” Ketika para kaum muslim berkumpul dimasjid masjid allah dan mereka membaca surat ad dukhan dan memnpelajarinya, maka akan datang kepada mereka ketentraman , rahmat allah dan dilindungi malaikat malaikat dan allah menyebut mereka dihadapan makhluk yang ada didekatnya.”

13. Memberikan  syafaat ketika hari kiamat tiba

Membaca surat ad dukhan dapat mendatangkan kebaikan dan kemuliaan yang tidak pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya bahkan juga terjadi pada hari kiamat dengan kemuliaan yang sangat besar.

Seperti hadits yang menyatakan bahwa :

“Bacalah bait Alquran karena sesuyngguhnya pada hari kiamat nanti akan datng memberikan syafaat yang baik kepada pembacanya.” (HR. Muslim)”

Rajin membaca surat ad dukhan dengan hati yang ikhlas dapat menyelamatkan dirinya dari kejahatan yang terlihat dan tidak terlihat dan kesengsaraan selama didunia dan akhirat, semua itu tewrwujud karena Allah SWT melindunginya.

Baginda Rasullulah bersabda bahwa :

“Ibadah yang paling berkah dan istimewa adalah membaca dan mempelajari alquran serta mengamalkannnya dalam kehidupan sehari hari bahkan pada tiap satu ayatnya yang telah dibaca mengandung 10 kebaikan dan ajaran kebenaran didalamnya. “

Nah, jangan lupa untuk rutin membacanya ya.. semoga bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya.

The post 13 Keutamaan Surat Ad Dukhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Nasib Al Qur’an di Hari Kiamat https://dalamislam.com/info-islami/nasib-al-quran-di-hari-kiamat Sat, 08 Jun 2019 06:06:06 +0000 https://dalamislam.com/?p=7128 Al Qur’an Al Karim yang memiliki hukum membaca qur’an di kuburan diturunkan Allah dari langit ke bumi melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga ke tangan kaum muslimin sampai saat ini. Allah subhanahu wa ta’ala pun berjanji akan menjaganya sehingga sampai saat ini tak satupun kalimat atau huruf yang berkurang atau […]

The post Nasib Al Qur’an di Hari Kiamat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Al Qur’an Al Karim yang memiliki hukum membaca qur’an di kuburan diturunkan Allah dari langit ke bumi melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga ke tangan kaum muslimin sampai saat ini. Allah subhanahu wa ta’ala pun berjanji akan menjaganya sehingga sampai saat ini tak satupun kalimat atau huruf yang berkurang atau bertambah dan menjadi kitab suci yang menjadi pedoman kaum muslim di muka bumi.

Namun akan datang suatu masa, Al Qur’an yang memiliki keutamaan menghafal al-quran akan diangkat kembali ke langit sehingga tidak akan tersisa satu ayat pun di muka bumi. Al Qur’an akan hilang dari ingatan manusia dan lembaran-lembaran mushaf Al Qur’an pun akan kosong. Peristiwa ini akan terjadi ketika ajaran Islam memudar secara perlahan hingga puncaknya, ritual ibadah seperti shalat, puasa, haji, dan sedekah tidak lagi dikenal orang, itulah saat hari kiamat, yakni Nasib Al Qur’an di Hari Kiamat.

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang hukum shalat sambil membaca quran, “Islam akan pudar secara perlahan seperti pudarnya sulaman baju sehingga puasa, shalat, haji, dan sedekah tidak lagi dikenal. Al Qur’an juga akan diangkat dalam satu malam sehingga tidak ada satu ayat pun tersisa di muka bumi. Orang-orang lanjut usia yang tersisa dari umat manusia akan berkata “Kami mendapati orang-orang tua kami mengucapkan kalimat “Laa ilaha illallah” maka kami pun ikut mengucapkannya”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)

Ibnu Mas’ud menjelaskan bahwa ajaran agama yang pertama-tama hilang adalah amanah atau kejujuran, menyusul shalat, dan terakhir adalah Al Qur’an yang memiliki hukum meragukan isi al quran yang akan dicabut dari muka bumi. Terkait dengan hal ini, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya,

“Bagaimana mungkin Al Qur’an akan dicabut dari manusia, sementara Allah telah menetapkannya didalam hati mereka dan mereka pun telah menuliskannya didalam mushaf?” Ibnu Mas’ud menjawab “Pada suatu malam, Al Qur’an akan dihilangkan dari dalam hati atau ingatan dan akan dihapus dari dalam mushaf sehingga pada esok harinya orang-orang tidak lagi memilikinya sama sekali.” Setelah menyampaikan hal ini, Ibnu Mas’ud membaca firman Allah “Dan Sesungguhnya jika kami menghendaki, niscaya kami lenyapkan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap kami,” [QS. Al Israa’: 86] (HR. Ibnu Abi Syaibah)

Dengan demikian, jika kelak setelah Al Qur’an diangkat kembali ke langit maka tak ada lagi yang tersisa di muka bumi. Orang-orang yang memiliki hafalan Al Qur’an yang memliki ukum mahar quran dalam islam tak lagi memilikinya (hilang dari ingatannya), sementara kitab Al Qur’an yang penuh dengan tulisan Al Qur’an akan kosong (tak menyisakan satu huruf pun) di dalamnya. Wallahu a’lam.

Lalu bagaimana pengangkatan Al Qur’an itu terjadi?

Tak ada keterangan bagaimana Al Qur’an itu kembali, apakah satu per satu hurufnya ditarik oleh Allah ke langit ataukah kalimat per kalimat atau langsung seluruh surah Al Qur’an ditarik secara bersamaan. Wallahu a’lam.

Tidak ada keterangan yang menjelaskan proses pengangkatan itu. Tapi berdasarkan keterangan beberapa riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al Qur’an itu diangkat ke langit di malam hari dan di pagi harinya seluruh Al Qur’an di muka bumi sudah menghilang.

Meski tak diketahui seperti apa pengangkatan Al Qur’an tapi sebuah riwayat dari Ibnu Umar menjelaskan bahwa pengangkatan Al Qur’an itu menimbulkan suara gemuruh yang terdengar di sekitar Arsy bagaikan suara kawanan lebah. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum Al Qur’an pulang kembali ke asalnya sehingga menimbulkan suara gemuruh di sekitar Arsy seperti suara lebah kemudian Allah subhanahu wa ta’ala bertanya ”Ada apa denganmu?” Al Qur’an menjawab “Dari-Mu aku keluar dan kepada-Mu aku kembali. Aku dibaca tapi tidak diamalkan.” Ketika itulah Al Qur’an diangkat ke haribaan Allah.” (HR. Dailami)

Setelah Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu menuturkan hadits tentang pengangkatan Al Qur’an di akhir zaman, orang-orang yang mendengarnya merasa heran lalu Shilah bin Zafar yang berada di tengah-tengah mereka bertanya “Wahai Hudzaifah, apa gunanya mereka mengucap kalimat “Laa ilaha illallah” sedangkan mereka tidak mengenal lagi apa itu puasa, haji, dan sedekah?”

mendengar pertanyaan ini Hudzaifah berpaling tak menjawab. Shilah pun mengulang kembali pertanyaan yang sama namun Hudzaifah tetap diam. Baru setelah diajukan tiga kali, Hudzaifah mengarahkan pandangannya kepada Shilah dan menjawab “Wahai Shilah, kalimat itu akan menyelamatkan mereka dari api neraka.” Hudzaifah menyebutkan tiga kali. (HR. Hakim)

Lalu kapan peristiwa itu akan terjadi?

Al Qurthubi menyebutkan bahwa peristiwa pengangkatan Al Qur’an ini terjadi saat keluarnya binatang aneh dari perut bumi. Binatang yang memberikan kesaksian bahwa manusia yang hidup pada saat itu tidak yakin pada ayat-ayat Allah. Hal ini dipahami dari tafsir surah An Naml ayat 82,

“Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (QS. An Naml: 82)

Kalimat “perkataan Telah jatuh/berlaku atas mereka” adalah matinya para ulama, hilangnya ilmu, dan diangkatnya Al Qur’an. Oleh karena itu, Ibnu Mas’ud berpesan banyak-banyaklah membaca Al Qur’an sebelum Al Qur’an diangkat ke tempat asalnya.

Al Qur’an nantinya juga sebagai pemberi syafaat di hari kiamat.

1. Al-Quran sebagai pemberi syafaat di hari kiamat untuk masuk surga.

Dalam hadist shahih Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه، اقرءوا الزهراوين البقرة، وسورة آل عمران، فإنهما تأتيان يوم القيامة كأنهما غمامتان، أو كأنهما غيايتان، أو كأنهما فرقان من طير صواف، تحاجان عن أصحابهما

Bacalah Al-Qur’an karena Al-Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat di hari kiamat bagi yang membacanya (dengan tadabbur dan mengamalkannya). Bacalah al-Zahrawain (dua cahaya) yaitu surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya, keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca dua surat tersebut.” (HR. Muslim: 1910).

Syaikh Faishal al-Mubarak rahimahullah menjelaskan: “Hadist ini merupakan motivasi dan perintah agar kita terus membaca Al-Quran, dan bahwasanya ia memberikan syafaat di hari kiamat bagi penjaganya yaitu orang-orang yang selalu membacanya, berpegang teguh dengan kandungannya, melaksanakan perintahnya, dan menjauhi larangannya”. (Tathriz Riyadh al-Shalihih: 579).

Al-‘Allamah AbdurRauf al-Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang hanya membaca atau menghafal ayat-ayatnya tanpa mempedulikan aplikasi kandungannya maka ia tidak dianggap sebagai penjaga Al-Quran yang berhak mendapatkan syafaat di hari kiamatnya. (Faidh al-Qadir Syarh al-Jaami’ al-Shaghir: 2/66).

2. Al-Quran sebagai pengangkat derajat dalam surga.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

يقالُ لصاحبِ القرآن: اقرَأ وارتَقِ، ورتِّل كما كُنْتَ ترتِّل في الدُنيا، فإن منزِلَكَ عندَ آخرِ آية تقرؤها

Dikatakan pada orang yang menjadi penjaga Al-Qur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu (tingginya derajatmu disurga) adalah tergantung pada akhir ayat yang engkau baca”. (shahih, HR Abu Daud: 1464 dan Tirmidzi: 3141).

Para ulama rahimahumullah menyatakan bahwa setiap seseorang membaca satu ayat, maka ia akan dinaikkan satu tingkatan surga hingga ia berhenti pada ayat terakhir hafalannya. Aisyah radhiyallahu’anha berkata: “Sesungguhnya jumlah tingkatan surga itu sebanyak jumlah ayat Al-Quran, dan tidak ada satupun penghuni surga yang lebih utama (tinggi tingkatannya) daripada pembaca Al-Quran”. (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 29952, hasan).

3. Al-Quran menghindarkan penjaganya dari adanya hisab / penghitungan amalan yang buruk.

Dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (29955, dengan sanad shahih), Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata: “Siapa yang membaca Al-Quran dan mengikuti petunjuknya, maka Allah akan memberinya hidayah didunia, dan melindunginya dari buruknya hisab amalan dihari kiamat kelak, karena Allah telah berfirman: “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka ia tidak akan sesat (didunia) dan sengsara (diakhirat)”, (QS Thaha: 123)”.

Dalam tafsir ayat ini, Imam Ibnu ‘Aasyur rahimahullah berkata: “Firman-Nya dalam ayat ini “maka ia tidak akan sesat” bermakna bahwa bila seseorang mengikuti petunjuk yang berasal dari Allah yang diturunkan lewat lisan Rasul-Nya maka ia akan diselamatkan dari adanya kesesatan didunia ini … adapun makna “tidak akan sengsara” adalah tidak mendapatkan kesengsaraan diakhirat nanti sebab bila ia telah selamat dari kesesatan didunia ini, maka dengan serta merta ia juga akan selamat dari kesengsaraan diakhirat kelak”. (Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir: 16/330-331, ringkasan).

4. Kedua orangtua penjaga Al-Quran mendapatkan syafaat di hari kiamat kemuliaan diakhirat kelak.

Dalam hadist disebutkan: “Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang cahayanya lebih terang daripada cahaya matahari seandainya berada dirumah-rumah kalian di dunia ini. Maka bagaimana menurut perkiraan kalian mengenai (ganjaran pahala) orang yang mengamalkannya?” (HR Abu Daud: 1453, hasan li ghairihi).

Hadist ini menjelaskan secara gamblang bahwa keutamaan ini hanya didapatkan oleh kedua orangtua penjaga Al-Quran yang membaca atau menghafal dan mengamalkannya. Syaikh Abdul’Aziz al-Rajihi hafidzhahullah berkata: “Para penjaga Al-Quran adalah orang-orang yang mengamalkan kandungannya meskipun mereka tidak menghafalnya diluar kepala,

sebab itu barangsiapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkan kandungannya maka ia sudah termasuk kerabat Allah secara khusus baik ia menghafalnya diluar kepala atau tidak, namun bila ia menghafalnya maka tentunya sangat utama, dan bila ia tidak menghafalnya dan hanya selalu membacanya lewat mushaf dengan selalu mengamalkan kandungannya, maka ia termasuk dalam golongan penjaga Al-Quran”. (Syarah Sunan Ibnu Majah: pel.14/5).

Nah, semoga kita menjadi orang yang selalu beribadah dan menggapai surga dengan Al Qur’an.. sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

The post Nasib Al Qur’an di Hari Kiamat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Belajar Mengaji Sendiri dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-belajar-mengaji-sendiri Mon, 31 Dec 2018 07:27:34 +0000 https://dalamislam.com/?p=4770 Membaca Al-Qur’an adalah salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang taat. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an dan Sunnah merupakan pegangan hidup bagi seorang muslim Sehun ia harus mempelajarinya. Namun membaca Al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab bagi orang Indonesia bukanlah perkara gampang. Kita harus benar-benar mempelajari setiap huruf dalam Al-Qur’an agar bisa membaca dengan […]

The post Hukum Belajar Mengaji Sendiri dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Membaca Al-Qur’an adalah salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang taat. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an dan Sunnah merupakan pegangan hidup bagi seorang muslim Sehun ia harus mempelajarinya.

Namun membaca Al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab bagi orang Indonesia bukanlah perkara gampang. Kita harus benar-benar mempelajari setiap huruf dalam Al-Qur’an agar bisa membaca dengan baik.

Beberapa orang mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan bantuan guru ngaji. Dengan bantuan guru ngaji, kita pun dapat mempelajari Al-Qur’an dengan mudah dan bacaan yang dilafalkan pun benar.

Baca juga:

Tapi bagaimana hukumnya jika mengaji atau membaca Al-Qur’an tanpa bantuan guru ngaji alias otodidak?

Pada dasarnya, sah-sah saja untuk belajar mengaji sendiri tanpa didampingi guru ngaji. Namun jauh lebih disarankan untuk mengaji dengan didampingi dan dibantu oleh guru ngaji.

Keunikan dari Al-Qur’an adalah ketika kita belajar membaca Al-Qur’an, baik bisa atau tidak bisa, maka kita akan mendapatkan pahala.

Aisyah mengatakan sebuah hadis bahwasannya Rasul bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَ هُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَؤُهُ وَهُوَ شَدِيدٌ عَلَيْهِ فَلَهُ أَجْرَانِ. رواه الترمذي

Orang yang membaca al-Qur’an dan dia pandai (lancar dalam membacanya), maka dia akan bersama para malaikat. Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an namun masih tergagap-gagap (belum lancar), maka dia akan mendapatkan dua pahala”. (Hr. Turmudzi:2829)

Belajar mengaji dengan bantuan dari guru ngaji sangat disarankan. Hal ini dikarenakan adanya ilmu tajwid yang sebaiknya dipelajari dengan bantuan seorang guru yang memang ahli dalam ilmu tajwid.

Baca juga:

Banyak dalil yang menunjukkan bahwa mempelajari ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an sangat dianjurkan. Dan ilmu tajwid ini hanya bisa sempurna jika dipelajari dengan orang yang bisa mengkoreksi bacaan.

Dari Anas bin Malik ketika ditanya:

Bagaimana bacaan Nabi, maka beliau menjawab bahwa bacaan beliau itu dengan panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan (bismillah) serta memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim”. (Hr. Bukhari)

Ibnu Masud juga melaporkan sebuah cerita ketika menuntun seseorang membaca Al Qur’an. Maka orang itu mengucapkan: “Innamash shadaqatu lil fuqara-i wal masakin.”

Dengan meninggalkan bacaan panjangnya, maka Ibnu Mas’ud menegurnya, “Bukan begini Rasulullah saw membacakan ayat ini kepadaku.” Maka orang itu jawab,

“Lalu bagaimana Rasulullah saw membacakan ayat ini kepadamu wahai Abu Abdirrahman?” Maka beliau ucapkan: “Innamash shadaqaatu lil fuqaraa-i wal masaakiin”. (Hr. Said bin Mansur).

Maka dari itu, belajar mengaji sendiri sangat tidak disarankan, tapi juga tidak dilarang karena ada banyak cara membaca Al-Qur’an yang perlu diperhatikan dengan bantuan orang yang ahli.

Mulailah kita semua belajar membaca Al-Qur’an karena memiliki berbagai keutamaan sebagaimana telah dijelaskan Allah SWT.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”.

“Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).

Baca juga:

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469) 

Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).

Baca juga:

Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah keimanan kita kepada Allah SWT. Aamiin.

The post Hukum Belajar Mengaji Sendiri dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Cara Mengembalikan Hafalan Quran https://dalamislam.com/info-islami/cara-mengembalikan-hafalan-quran Mon, 06 Aug 2018 11:27:47 +0000 https://dalamislam.com/?p=3957 Al-qur’an merupakan kitab suci umat islam. Fungsi Al-qur’an bagi umat manusia adalah untuk berperan sebagai pembawa petunjuk serta penuntun dalam meniti jalan kehidupan di dunia serta persiapan bekal untuk di akhirat kelak. Sebagai seorang muslim, maka membaca, memahami serta mengamalkan Al-qur’an sudah menjadi salah satu tugas utama. Terlebih Al-qur’an menempati posisis ketiga dalam rukun iman, yakni salah satu dari […]

The post 7 Cara Mengembalikan Hafalan Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Al-qur’an merupakan kitab suci umat islam. Fungsi Al-qur’an bagi umat manusia adalah untuk berperan sebagai pembawa petunjuk serta penuntun dalam meniti jalan kehidupan di dunia serta persiapan bekal untuk di akhirat kelak. Sebagai seorang muslim, maka membaca, memahami serta mengamalkan Al-qur’an sudah menjadi salah satu tugas utama. Terlebih Al-qur’an menempati posisis ketiga dalam rukun iman, yakni salah satu dari kitab-kitab Allah swt. yang harus dipercayai dan diyakini oleh umat islam.

Membaca Al-qur’an adalah keutamaan, khususnya keutamaan membaca alqur’an di bulan ramadhan, memahaminya adalah kewajiban dan memahami Al-qur’an adalah sebuah tuntutan. Namun tahukah anda apa yang jauh lebih mulia dari itu semua? Yah, selain mendapatkan manfaat membaca Al-qur’an, seorang muslim juga bisa mendapatkan kemuliaan lebih di mata Allah swt. jika ia mampu menghafal ayat-ayat yang terdapat Al-qur’an.

Beruntungnya di masa sekarang ini, perkembangan motivasi dalam menghafal Al-qur’an masih bisa tergolong mumpuni. Hal itu terbukti dari tayangan-tayangan televisi, terkhususnya di Indonesia yang biasanya menyiarkan acara tahfiz Al-qur’an yang didominasi oleh generasi-generasi muda. Tentu hal tersebut merupakan sebuah karunia yang patut disyukuri dan juga dibanggakan.

Berbicara masalah hafalan, tentu hal tersebut berkaitan dengan ingatan. Sebagai makhluk yang tidak sempurna, manusia juga cenderung lupa, bahkan ada kalanya manusia bisa melupakan hal yang sangat penting sekalipun. Salah satunya adalah lupa hafalan qur’an.

Perlu anda ketahui bahwa lupa hafalan qur’an merupakan perbuatan tercela karena hal itu menunjukkann kurangnya perhatian terhadap Kitabullah dan berpaling darinya. Lalu apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim saat hafalan qur’annya hilang? Adakah cara mengembalikan hafalan qur’an? Berikut pembahasannya:

  1. Hendaknya ia segera melakukan Murajaah

Seorang muslim/muslimah yang khilaf dan lupa dengan hafalan qur’an hendaknya segera melakukan murajaah. Murajaah adalah mengulang-ngulang bacaan  qur’an yang telah ia hafal.

Terkadang Murajaah akan terasa sulit saat hafalan makin bertambah banyak. Maka dari itu diperlukan teknik tertentu dalam melakukan murajaah, salah satunya adalah, menghafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.

2. Mengulang-ulang murajaahnya secara berkala

Setelah melakukan murajaah, maka ia dianjurkan untuk mengulang-ulang murajaahnya secara berkala agar ia tidak lupa lagi. Dengan begitu, insya allah hafalan qur’an anda akan menjadi lebih awet. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,

إنما مَثَلُ صاحبِ القرآنِ كمثلِ الإبلِ المعَقَّلَةِ . إن عاهد عليها أمسكَها . وإن أطلقها ذهبَت

Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)

3. Perbanyak Membaca qur’an

Yah salah satu pemicu hilangnya hafalan qur’an seseorang biasanya dikarenakan ia jarang membaca qur’an itu sendiri. Maka dari itu perbanyaklah membaca qur’an karena dengan membaca qur’an anda juga bisa melakukan kegiatan Muraja’ah atau menjaga hafalan sekaligus. Hal tersebut tentu akan sangat efektif sebagai salah satu cara menjaga hafalan alqur’an.

4. Rutin Mendengar Bacaan qur’an

Selain dianjurkan membaca qur’an, salah satu cara mengembalikan hafalan qur’an bisa dengan mendengar bacaan qur’an secara rutin. Anda bisa menggunakan audio atau rekaman yang berisi bacaan-bacaan qur’an. Terlebih di zaman canggih sekarang ini, semua bisa dipermudah dengan keberadaan teknologi. Anda pun bisa memanfaatkan hal tersebut dalam ranah kebaikan.

5. Usahakan untuk bermurajaah dan membaca qur’an di malam hari

cara mengembalikan hafalan qur’an adalah dengan mengusahakan untuk bermurajaah atau membaca qur’an secara rutin, khususnya pada malam hari. Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)

6. Meneguhkan Niat

Sebagai usaha dalam mengembalikan hafalan qur’an, seseorang perlu meneguhkan niatnya, tidak boleh setengah-setengah. Selain itu, ia juga perlu banyak mengingat dan berdoa kepada Allah swt agar dimudahkan segala urusannya, termasuk usahanya dalam mengingat kembali hafalan qur’annya yang telah hilang.

7. Menjauhi Maksiat

Dalam menghafal qur’an, seseorang harus memiliki hati yang bersih. Maka dari itu ia harus menjauhi maksiat dan segala perbuatan yang tercelah. Sebab hati yang penuh dengan kemaksiatan dan sibuk dengan dunia, akan sulit mendapatkan cahaya al-Qur’ân. Maksiat merupakan penghalang dalam menghafal, mengulang dan mentadabburi Al-Qur`ân.

Demikianlah 7 cara mengembalikan hafalan qur’an yang bisa anda lakukan. Semoga bermanfaat.

The post 7 Cara Mengembalikan Hafalan Quran appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Keutamaan Pendidikan Bagi Wanita dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/wanita/keutamaan-pendidikan-bagi-wanita Tue, 24 Jul 2018 04:58:35 +0000 https://dalamislam.com/?p=3888 Pendidikan adalah suatu kewajiban bagi setiap Muslim. Baik dalam Alquran maupun dalam hadits, hukum menuntut ilmu adalah wajib sebagaimana telah diperintahkan untuk setiap Muslim. Bukan hanya pada laki-laki, tapi juga wanita. Bahkan seorang Mohammad Hatta juga telah menyatakan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang wanita, “Jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika […]

The post 13 Keutamaan Pendidikan Bagi Wanita dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pendidikan adalah suatu kewajiban bagi setiap Muslim. Baik dalam Alquran maupun dalam hadits, hukum menuntut ilmu adalah wajib sebagaimana telah diperintahkan untuk setiap Muslim.

Bukan hanya pada laki-laki, tapi juga wanita. Bahkan seorang Mohammad Hatta juga telah menyatakan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang wanita, “Jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.” (Moh. Hatta).

Untuk itulah, diperintahkan agar wanita memiliki pendidikan yang baik agar ia bisa cara mendidik anak dalam Islam dan cara mendidik yang baik menurut Islam dalam pendidikan anak dalam Islam. Bukan  hanya itu, menuntut ilmu bagi wanita memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Perintah Allah

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.” (Q.S. Al-a’alq ayat 1-5)

2. Mendapat derajat tinggi

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

Allah berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11).

3. Lebih dekat dengan Allah

Rasulullah saw bersabda, “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla.” (HR. Ar Rabii’)

Baca juga:

4. Sebagai perlindungan diri

Allah berfirman, “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya“. (Q.S. At-Taubah: 122)

5. Berada dalam lindungan Allah

Dari Ali ra. ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya”. (HR. Ad-Dailami)

6. Mendapat pahala

Rasulullah SAW. bersabda, “Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkannya“. (HR. Abu Hasan)

7. Menjadi pendidik bagi anak-anaknya

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا

“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (An-Nisa’: 9)

Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha: “Janganlah kalian menyusukan bayi kalian kepada wanita bodoh, karena air susu akan mewariskan sifat sang ibu” (Bab Syarh Hadits Ar Radha’ah, 1/285)

8. Mendapat kebaikan

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (Muttafaq ‘alaihi).

Baca juga:

9. Dimudahkan jalan menuju surga

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).

10. Amal jariyah

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengajak orang lain untuk mengikuti petunjuk, niscaya akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.”

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika anak adam meninggal dunia, maka semua (pahala) amalnya terputus, kecuali (pahala) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh yang selalu memanjatkan doa untuknya.”

11. Memberi manfaat pada orang lain

Allah Ta’ala berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ‪‬

“Maka, bertanyalah kepada ahli dzikr jika kalian tidak tahu.” (QS. An Nahl (16): 43)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahmatullah ‘Alaih berkata:

“Secara umum, dalam ayat ini terdapat pujian terhadap ahlul ilmi (ilmuwan), dan jenis yang paling tinggi adalah pengetahuan terhadap Kitabullah (Al Qura

Maka, Allah memerintahkan orang yang tidak tahu untuk  mengembalikan kepada mereka dalam berbagai urusan, dan di dalamnya juga terdapat pujian dan mentazkiyah (membanggakan) ahli ilmu, yakni ketika Allah memerintahkan untuk menanyai mereka. Dan, dengan hal itu dapat mengeluarkan orang bodoh  dari sifat ikut-ikutan, dan menunjukkan bahwa Allah mengamanahkankan mereka atas wahyuNya dan kitabNya.

Mereka juga diperintahkan untuk mentazkiyah para ulama dengan sifat-sifat yang baik. Sebaik-baiknya Ahludz Dzikr adalah ahlinya Al Quran Al ‘Azhim, merekalah ahli dzikri sebenarnya, dan mereka lebih utama disbanding selainnya dengan penamaan ini.

Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: (Kami menurunkan kepadamu Adz Dzikr) yaitu Al Quran yang di dalamnya terdapat peringatakan (Dzikr) yang dibutuhkan hamba-hamba Allah, berupa perkara agama dan dunia mereka, baik yang nampak maupun tersembunyi.” (Syaikh  Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman,  1/441. Cet. 1, 1420H-2000M. Muasasah Ar Risalah)

baca juga:

12. Didoakan oleh seluruh penduduk langit dan bumi

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu, sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh siapa saja yang di langit, di bumi, ikan-ikan yang di laut, sesungguhnya keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah seumpama keutamaan rembulan di malam purnama dibanding semua bintang.

Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang  mengambilnya maka ambillah dengan keuntungan yang banyak.” (HR. Abu Daud No. 36410)

13. Jauh dari laknat Allah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إن الدنيا ملعونةٌ ملعونٌ ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالمٌ أو متعلمٌ‪‬

“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah apa-apa yang ada di dalamnya, kecuali berdzikir kepada Allah dan apa-apa yang mendukungnya, orang berilmu, dan orang ang menuntut ilmu.” (HR. At Tirmidzi No. 2322, katanya: hasan gharib)

The post 13 Keutamaan Pendidikan Bagi Wanita dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Keutamaan Menghadiri Majelis Taklim dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/keutamaan-menghadiri-majelis-taklim Tue, 27 Mar 2018 04:32:32 +0000 https://dalamislam.com/?p=3085 Majelis taklim adalah suatu wadah pendidikan non formal yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Majelis taklim sejatinya bisa dilaksanakan dimana saja, baik di rumah, gedung, atau mesjid. Majelis taklim juga dapat dihadiri siapapun tanpa membedakan usia, jenis kelamin, ataupun jabatan. Inilah kenapa majelis taklim sangat dekat dan lekat dengan masyarakat. Majelis […]

The post 13 Keutamaan Menghadiri Majelis Taklim dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Majelis taklim adalah suatu wadah pendidikan non formal yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Majelis taklim sejatinya bisa dilaksanakan dimana saja, baik di rumah, gedung, atau mesjid. Majelis taklim juga dapat dihadiri siapapun tanpa membedakan usia, jenis kelamin, ataupun jabatan.

Inilah kenapa majelis taklim sangat dekat dan lekat dengan masyarakat. Majelis taklim sendiri mempunyai fungsi lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non-formal.

Bahkan keberadaan majelis taklim juga diakui oleh negara melalui Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, Peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, dan Keputusan MA nomor 3 tahun 2006 tentang struktur departemen agama tahun 2006.

Baca juga:

Hukum menuntut ilmu yang salah satunya dilakukan melalui majelis taklim adalah kewajiban. Sebagaimana sabda Rasul:

“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913). 

Bagi Anda yang sering menghadiri majelis taklim, maka bergembiralah karena majelis taklim adalah salah satu obat hati dalam islam,  dan sebagaimana keutamaan berilmu dalam Islam,  ada banyak keutamaan lain menghadiri majelis taklim:

1. Mendapat pahala

“Barang siapa menegakkan shalat subuh berrjamaah di masjid, lalu ia duduk berzikir (tadurrusan) sampai matahari terbit, lalu menegakkan shalat dua rakaat, maka ia akan meraih pahala haji dan umrah. Rasulullah melanjutkan shalat “sempurna, sempurna, sempurna” (HR. At-Tarmidzi)

Rasulullah SAW bersabda,

Barangsiapa yang pergi ke masjid, tidaklah diinginkannya (untuk pergi ke masjid) kecuali untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan. Maka baginya pahala seperti orang yang melakukan haji dengan sempurna.” (HR.As-Suyuthi). 

2. Memperoleh ketentraman

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu masjid daripada masjid-masjid Allah, sedangkan mereka membaca Al-Quran dan mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenteraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan makhluk yang ada disisi-Nya.” (H.R.Muslim)

Mendapatkan ketentraman dengan menuntut ilmu dalam majelis taklim merupakan salah satu cara mendapat jiwa tenang dalam Islam. Orang yang sering mengikuti majelis taklim akan selalu damai dan hidup bahagia menurut Islam. Ia juga lebih sabar dalam menghadapi cobaan.

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (Q. S. Al Fath:4)

3. Mendapatkan ampunan

Rasulullah SAW bersabda,

Tidaklah duduk suatu kaum, kemudian mereka berzikir kepada Allah dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan oleh malaikat kepada mereka. Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan – keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan,” (HR.Ath-Thabrani) 

4. Seolah berada di taman surga

Ibnul Qayyim RA berkata,

Barangsiapa ingin menempuh taman-taman surga di dunia, hendaklah dia menempati majelis–majelis zikir, karena ia adalah taman- taman surga.”

Rasulullah bersabda: “Jika kalian melewati taman surga,  maka singgahlah dengan  hati senang .“  Para sahabat bertanya, ”Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah dzikir.”   (atau halaqah ilmu) (HR Attirmidzi).

5. Mendapat naungan dari malaikat

Rasulullah SAW bersabda, “Dan sesungguhnya para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya kepada para penuntut ilmu karena ridha atas apa yang telah dilakukan.”

Baca juga:

6. Didoakan seluruh mahluk hidup

Rasulullah SAW bersabda,

Seluruh apa yang ada di langit dan di bumi akan memintakan ampunan kepada seorang ahli ilmu, begitu juga ikan yang ada di tengah lautan. Keutamaan seorang pemilik ilmu dibandingkan orang yang gemar beribadah seperti keutamaan diriku dibanding orang yang paling rendah dari kalian.” Kemudian Rasulullah melanjutkan sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi semut dalam lubangnya, sampai ikan, mereka bersalawat (mendoakan) kebaikan bagi para pengajar manusia. (HR.At-Tirmidzi) 

7. Menjadi pewaris Nabi

Rasulullah SAW bersabda,

Keutamaan orang alim ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang–bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mau mengambilnya, sesungguhnya dia telah mengambil bagian yang sempurna.” (HR.Ahmad). 

8. Mendapat kemudahan menuju surga

Rasulullah SAW bersabda,

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR.Muslim). Mereka yang rajin menuntut ilmu dalam majelis taklim akan mendapatkan kemudahan menuju surga karena ia telah mendapat ilmu tentang bagaimana cara menuju surga.

Baca juga:

9. Setara dengan jihad

Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu syar’i, maka ia berjihad di jalan Allah hinggah ia kembali.” (HR At Tirmidzi). Menuntut ilmu agama berarti ikut menyebarkan ajaran Islam dan pahalanya sama dengan berjihad di jalan Allah.

10. Terlindungi dari azab Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda: ”Dunia ini terkutuk dengan  segala isinya kecuali dzikrullah (taat kepada Allah) dan yang serupa itu, berilmu dan penuntut ilmu.” (HR At Tirmidzi).

11. Menjadi umat terbaik

Rasulullah SAW bersabda: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya.” (HR Bukhari).

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادًا لِّى مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا۟ رَبَّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ

Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Q. S. Ali Imran: 79)

12. Mendapat perlindungan di akhirat

Rasulullah bersabda, “Satu  diantara tujuh  golongan di akherat kelak yang mendapat perlindungan Allah yaitu ,ijtama’a alaihi wa tafarroqo alaihi’,  berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah.” (HR Bukhari Muslim).

13. Berkumpul dengan yang dicintai di akhirat

Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang kelak di akhirat dikumpulkan bersama siapa yang dicintai di dunia.” (HR Muslim).

Itulah beberapa keutamaan menghadiri majelis taklim. Ada banyak ilmu yang bisa dipelajari dalam majelis taklim,  misalnya ilmu tasawuf modernilmu filsafat Islam,  serta Islam dan ilmu pengetahuan lainnya. Majelis taklim memberikan manfaat ilmu dalam pandangan Islam, maka dari itu sangat dianjurkan untuk mengikutinya.

The post 13 Keutamaan Menghadiri Majelis Taklim dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>