amal ibadah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/amal-ibadah Tue, 12 Sep 2017 02:19:21 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png amal ibadah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/amal-ibadah 32 32 Sholat Syuruq Bagi Wanita – Ketentuan dan Dalilnya https://dalamislam.com/shalat/sholat-syuruq-bagi-wanita Tue, 12 Sep 2017 02:19:00 +0000 http://dalamislam.com/?p=2052 Shalat syuruq atau biasa disebut isyraq merupakan sholat sunnah dua rakaat yang dilakukan sebelum shalat dhuha. Menurut bahasa, syuruq memiliki arti terbitnya matahari. Shalat ini biasanya dilakukan oleh para lelaki setelah menjalankan shalat subuh di masjid. Mereka duduk berdizikir hingga terbit matahari, kemudian mengerjakan shalat syuruq. Menurut hadist nabi, shalat syuruq memiliki pahala yang besar […]

The post Sholat Syuruq Bagi Wanita – Ketentuan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat syuruq atau biasa disebut isyraq merupakan sholat sunnah dua rakaat yang dilakukan sebelum shalat dhuha. Menurut bahasa, syuruq memiliki arti terbitnya matahari. Shalat ini biasanya dilakukan oleh para lelaki setelah menjalankan shalat subuh di masjid. Mereka duduk berdizikir hingga terbit matahari, kemudian mengerjakan shalat syuruq. Menurut hadist nabi, shalat syuruq memiliki pahala yang besar disisi Allah Ta’ala. Bahkan menyamai pahalanya orang yang menunaikan ibadah umrah dan haji.

baca juga:

Dari Anas bin Malik R.a berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang shalat pagi hari (subuh) secara berjamaah, kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah SWT hingga terbitnya matahari, kemudian ia shalat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah SAW bersabda, ‘Sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Tirmidzi). Hadist ini dikatakan bersifat hasan gharib.

Baca juga:

Lalu, bagaimana sholat syuruf bagi wanita?Tanpa shalat subuh berjamaah di masjid, bolehkah wanita melakukan shalat syuruq di rumah? Dan apakah pahalanya tetap sama? Berikut ulasan lengkapnya!

Pelaksanaan Sholat Syuruq Bagi Wanita

Dijelaskan oleh Syaikh Utsaimin, bahwasahnya sholat syuruq (isyraq) merupakan sholat yang dilakukan setelah matahati mencapai tingi satu tombak. Kira-kira sekitar 15 menit setelah matahari terbit. Adapun sholat ini biasanya dilakukan dalam masjid. Umumnya para pria duduk-duduk dalam masjid setelah sholat subuh. Mereka melakukan dzikir, wirid, dan membaca Al-Quran. Atau juga bisa serambi mendengarkan ceramah atau kajian. Setelah matahari mulai meninggi, di saat itulah mereka melakukan sholat syuruf sebanyak 2 rakaat.

baca juga:

Nah, apakah seorang wanita yang sholat di rumah diperbolehkan mengerjakan ibadah ini? Jawabannya seorang wanita diperbolehkan melakukan sholat syuruq. Namun untuk urusan pahala, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama.

  1. Menurut Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baz rahimahullah

Beliau adalah seorang mufti di kerajaan Saudia Arabia. Menurutnya wanita yang melakukan sholat syuruq  akan memperoleh pahala yang sama dengan pria yang menjalankan sholat tersebut di masjid, yakni pahala haji dan umrah. Beliau berkata:

Jika wanita duduk di tempat shalatnya setelah shalat Shubuh lalu berdzikir pada Allah, membaca Al-Qur’an, sampai matahari meninggi, lalu ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia mendapatkan pahala yang dijanjikan dalam shalat isyroq, yaitu akan dicatat mendapatkan pahala haji dan umrah yang sempurna.”

  1. Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin

Beliau berpendapat bahwa tidak mengapa wanita menjalankan sholat syuruf di rumah. Namun pahalanya tidak setara dengan ibadah haji dan umrah. Ia hanya memperoleh catatan pahala baik semata.

  1. Menurut Fatwa Syaikh Bin Baz nomor 2622

Seorang wanita di rumahnya dia duduk di tempat shalatnya, sedang lelaki duduk di tempat shalatnya di masjid hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat. Ini semuanya kebaikan yang agung, menyibukkan diri dengan dzikir kepada Allah, dengan doa, dengan membaca Al-Qur’an, alhamdulillah. Jika ia berbicara dengan saudaranya jika diperlukan maka tidak mengapa, atau wanita tadi berbicara dengan suaminya, dengan ibunya atau dengan yang lain selama dibutuhkan maka tidak mengapa.”

Baca juga:

Perbedaan sholat Syuruq dengan sholat Dhuha

Terdapat beda pendapat diantara para ulama tentang sholat syuruq dan dhuha. Beberapa ada yang menganggap bahwa sholat syuruq sama dengan dhuha. Namun adapula yang menganggap itu berbeda.

  1. Menurut Imam Al-Hakim dalam kitab Mustadrak no 6873 dan tafsir imam ath-Thabary

Menurut beliau sholat dhuhah sama dengan sholat syuruf.

“Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu dulu tidak mendirikan shalat Dhuha sampai kami masukkan beliau ke hadapan Ummu Hani, maka aku (Abdullah bin al-Harits yang meriwayatkan hadits ini) berkata kepada Ummu Hani’:  ‘Beri tahukan kepada Ibnu ‘Abbas apa yang telah engkau beri tahukan kepada kami. Lalu Ummu Hani pun berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah masuk ke rumahku dan kemudian beliau shalat Dhuha sebanyak delapan rakaat. Maka setelah itu Ibnu Abbas pun keluar dan beliau berkata : Aku telah membaca Ayat-Ayat yang ada di antara papan ini (Al-Qur’an) dan aku tidak mengetahui adanya shalat al-Isyraq kecuali sekarang ini. Kemudian beliau membaca Ayat ke-18 dalam surat as-Shad. ‘…Bertasbih (gunung-gunung itu) pada waktu sore dan waktu Isyraq [pagi]). kemudian Ibnu Abbas berkata : “(delapan rakaat yang dikerjakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut) inilah shalat al-Isyraq.”

  1. Syekh Ibnu Utsaimin

Dijelaskan dalam kitab Liqa Al-Bab Al Maftuh (141-24), beliau berpendapat:

“Shalat sunah isyraq adalah shalat sunah dhuha. Jika ditunaikan segera sejak matahari terbit dan meninggi seukuran tombak, maka dia disebut shalat isyraq, jika dilakukan pada akhir waktu atau pertengahan waktu, maka dia dinamakan shalat dhuha. Akan tetapi, secara keseluruhan dia adalah shalat dhuha. Karena para ulama berkata bahwa waktu shalat dhuha adalah sejak meningginya matahari seukuran tombak hingga sebelum matahari tergelincir.”

Baca juga:

  1. Syaikh Ibnu Bazz

Menurut Beliau, sholat syuruq termasuk sholat dhuha. Sebab kedua sholat sunnah ini sama-sama dikerjakan setelah matahari terbit. Tepatnya 15-20 menit sesudah matahari terbit di ufuk timur langit.

  1. Imam Al-Ghazali

Beliau berpendapat bahwa sholat syuruq berbeda dari sholat dhuha. Kedua sholat ini memiliki waktu yang berbeda meski berdekatan. Menurutnya, waktu shalat isyraq adalah sejak matahari terbit, yaitu sejak terlewatnya waktu yang dilarang untuk waktu shalat.

Sebenarnya jika dikaji dari hadistnya, terdapat beberapa pembeda antara sholat syuruq dan sholat dhuha. Sholat syuruq dikerjakan dengan cara berurutan, setelah sholat shubuh melakukan dizikir-dzikir lalu saat matahari terbit (kira-kira 15 menit setelahnya) maka segera berdiri menjalankan sholat syuruq.

Sedangkan sholat dhuha boleh dikerjakan secara terpisah dari sholat subuh. Dalam artian, setelah sholat subuh, kita diperbolehkan beraktivitas dan melakkan berbagai  hal. Kemudian sholat dhuha lebih utama dilakukan ketika terik matahari telah memanas, sekitar pukul 10 pagi.

Dari Zaid bin Arqam, beliau berkata:

Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang ke masjid Qubba’ atau masuk ke dalam masjid Qubba’ sesudah matahari terbit yang pada saat itu mereka sedang mengerjakan shalat (Dhuha). Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya shalatnya  awwaabin (orang yang banyak taan kepada Allah) yang mereka mengerjakannya apabila anak onta sudah kepanasan.” (HR. Imam Ahmad-Muslim).

Baca juga:

Tata Cara Sholat Syuruq

Tata cara sholat syuruq sebenarnya mirip dengan sholat dhuha. Untuk masalah niatnya, terdapat perbedaan pendapat diantara ulama. Ada yang mengatakan niat sholat syuruq sama dengan dhuha. Ada yang mengatakan berbeda.

Untuk niat sholat syuruq yakni: “Ushalli sunnatal isyraqi rak’ataini lillahi ta’ala”.

Artinya: Aku niat shalat sunnah isyraq dua rakaat karena Allah.

Setelah membaca niat, takbir dan menjalankan sholat seperti pada umumnya sesuai rukun sholat. Sholat ini dikerjakan sebanyak 2 rakaat. Untuk bacaan surat pendek yang dibaca saat posisi berdiri sebenarnya diperbolehkan bacaan apa saja. Namun menurut ulama, lebih diutamakan Ad-Dhuha (di rakaat pertama) dan Asy-Syarh (di rakaat kedua).

Seusai sholat, membaca doa:

اَللَّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسِ مَا سِوَاهَا أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ

Artinya: “Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah  bukit Thur dan Kitab yang ditulis  pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah  Baitul Ma’mur, aku meminta kepadaMu  agar Engkau memberiku cahaya, yang dengannya aku dapat mencari petunjukMu, dan dengannya aku menunjukkan tentangMu. Dan yang terus-menerus mengiringiku dalam kehidupanku dan setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku. Dan aku meminta padaMu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan kemulyaan yang wujud pada selain matahari, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat padaMu (yang ada padaku) bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemaha-esaan dikala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Dan berikanlah rahmat ta’dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan Rasul. Dan segala Puji hanya milik Allah tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua Orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal”.

Baca juga:

Demikianlah penjelasan tentang sholat syuruq bagi wanita serta tata car apengerjaannya. Semoga bermanfaat.

The post Sholat Syuruq Bagi Wanita – Ketentuan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Cara Bersyukur Menurut Islam yang Benar https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/cara-bersyukur-menurut-islam Thu, 13 Jul 2017 09:27:12 +0000 http://dalamislam.com/?p=1740 Bersyukur menurut islam yakni wujud terimakasih seorang hamba kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diperolehnya. Bersyukur dapat diterapkan dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Allah Ta’ala berjanji bahwa akan melipatgandakan karunianya kepada orang-orang yang senantiasa bersyukur. Yaitu orang menerima takdirnya dengan ikhlas, lapang dada, menghadapi cobaan dengan bersabar dan tidak mengeluh maka Allah akan  menaikkan […]

The post 10 Cara Bersyukur Menurut Islam yang Benar appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bersyukur menurut islam yakni wujud terimakasih seorang hamba kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diperolehnya. Bersyukur dapat diterapkan dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Allah Ta’ala berjanji bahwa akan melipatgandakan karunianya kepada orang-orang yang senantiasa bersyukur. Yaitu orang menerima takdirnya dengan ikhlas, lapang dada, menghadapi cobaan dengan bersabar dan tidak mengeluh maka Allah akan  menaikkan derajat mereka. Sedangkan orang-orang yang kufur nikmat dan selalu merasa kurang maka hidup mereka tidak diberkahi oleh Allah SWT. (baca: Manfaat ucapan Alhamdulillah)

Keutamaan bersyukur dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7)

Ayat diatas menjelaskan bahwa umat islam diwajibkan untuk bersyukur. Bagaimanapun kondisi kehidupannya, rasa syukur tetap harus dilantunkan untuk Sang Pencipta. Sebab Allah lah yang telah memberikan kehidupan kepada manusia. Dan kehidupan sendiri adalah suatu karunia yang luar biasa. Nah, berikut ini beberapa cara bersyukur menurut islam.

  1. Selalu mengingat Allah dalam hati nurani

Cara pertama sekaligus yang paling mudah bagi seorang hamba untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala yaitu dengan senantiasa memuji Allah di dalam hatinya. Selalu mengingat Allah kapanpun dan dimanapun ia berada. Sejatinya, kita harus menyadari bahwa diri kita ini Allah yang menciptakan. Alam semesta nan indah, udara yang kita hirup, makan-makanan baik dari tumbuhan atau hewan, serta orang-orang disekitar kita yang sayang dengan kita, semua adalah nikmat dari Allah SWT. Oleh sebab itu, jagalah hati kita setiap detik untuk mengingat kebesaran-Nya.

Baca juga:

  1. Menjauhi penyakit hati

Penyakit-penyakit yang bersemayam dalam hati bisa membuat kita menjadi seseorang yang kufur nikmat. Sangat berbahaya, bahkan dapat memicu rusaknya iman. Maka itu, kita harus bisa memurnikan hati ini dari hal-hal buruk, seperti perasaan hasad, takabbur, riya’ atau ujub. Lalu bagaimana cara mensucikan hati dari penyakit? Kita bisa memulai dengan rutin membaca Al-Quran, mengikuti kajian-kajian islam dan menjauhi sesuatu yang tidak benar. Misalnya saja tontonan porno, berkumpul dengan pecandu atau pezina, nongkrong di klub, segala hal tersebut harus kita hindari agar diri kita tidak ikut terjerumus. Apabila hati kita bersih maka akan mudah untuk mendekatkan diri pada Ilahi sekaligus memperbanyak rasa syukur. (baca: Penyakit Hati Menurut Islam)

  1. Mengucapkan kalimat-kalimat pujian untuk Allah SWT

Rasa syukur hendaknya juga diucapkan lewat lisan. Dengan melafalkan kata-kata nan indah, pujian-pujian kepada Allah maka hal tersebut membuat kita semakin dicintai oleh Sang Rabb Pemiliki Alam Semesta. Kita bisa memperbanyak mengucapkan dzikir, seperti Subhanallah, Alhamdulillah, la illaaha illallah, Allahhu Akbar, Subhanallahi wa bihamdihi.

Rasulullah SAW bersabda:

  • “Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai (oleh) Allah Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil’Adzim”. (HR Bukhari  dan Muslim).
  • “Barang siapa mengucapkan subhanallah wa bihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut”.(HR Muslim dan Tirmidzi)
  • “Barang siapa mengucap subhanallah maka baginya sepuluh kebaikan. Barang siapa membaca la ilahaillallah maka baginya duapuluh kebaikan. Dan barng siapa membaca alhamdulillah baginya tiga puluh kebaikan.”

Baca juga:

  1. Meningkatkan ketaqwaan

Bersyukur tidak hanya dilakukan lewat hati dan lisan saja, namun hendaknya juga diwujudkan lewat perbuatan. Salah satunya dengan cara menjadi pribadi yang bertaqwa. Menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Misalnya dengan taat menjaga sholat lima waktu, melaksanakan zakar fitrah, membaca Al-quran, menjalani puasa ramadhan dan mejauhi hal-hal yang berbau maksiat dan tercela (seperti berzina, mengonsumsi khamar, berjudi, mencuri dan perilaku buruk lainnya yang harus dijauhi).

Baca juga:

  1. Beramal kepada orang-orang yang membutuhkan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur),” (QS. Adh-Dhuha: 11)

Apabila kita diberikan kelimpahan rezeki oleh Allah SWT, maka salah satu cara untuk mengekspresikan rasa syukur yakni dengan berbagi kepada sesama manusia. Jangan bersikap kikir. Ingatlah bahwa disebagian harta kita ada hak orang lain. Oleh sebab itu, kita tidak boleh melupakan beramal ataupun bersedekah. Besar kecil nominalnya tidak menjadi masalah. Asalkan kita ikhlas maka Allah pasti mencatat amal kita dan memberikan pahala. Perbuatan beramal ini juga menunjukkan bahwa kita ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Di saat kita diberikan nikmat berlebih, maka jangan ragu membagi-bagi nikmat itu kepada orang lain.

Baca juga:

  1. Mengadakan acara syukuran

Ketika kita memiliki hajat tertentu, dan hajat tersebut berhasil terwujud maka tidak ada salahnya menggelar acara syukuran atau biasa disebut “selametan” oleh orang-orang Jawa. Acara ini merupakan bentu rasa syukur kepada Allah SWT atas terkabulnya doa. Biasanya Masyarakat Jawa dan Sunda mengadakan syukuran dengan mengundang tetangga atau saudara, lalu menyuguhkan hidangan nasi dan lauk yang enak. Atau beberapa juga ada yang membagi-bagikan sembako kepada fakir miskin. Umumnya acara syukuran dilakukan untuk memperingati hari tertentu, seperti pernikahan, kelahiran, khitanan, pindah rumah, kelulusan dan sejenisnya.

  1. Jangan selalu melihat ‘keatas’, tapi tengoklah orang-orang ‘dibawah’

Cara bersyukur menurut islam selanjutnya yakni dengan bersikap ikhlas. Maksudnya jangan selalu iri dengan nikmat orang lain. Jangan hanya melihat kehidupan orang-orang yang lebih kaya, lebih sukses atau lebih rupawan dari kita. Tapi juga lihatlah kehidupan orang dibawah kita. Orang-orang yang serba kekurangan, orang yang mungkin fisiknya kurang sempurna, atau mereka yang hidup sendirian. Apakah kita tidak malu mengeluh terus, sementara ada orang yang kehidupannya jauh lebih susah namun mereka tetap bersabar? Dengan melihat orang-orang dibawah kita, setidaknya kita bisa sadar bahwa nikmat yang kita dapatkan dari Allah sudah sangat cukup. Jadi bersyukurlah, insyaAllah maka nikmat kita akan ditambahkan oleh Sang Ilahi.

Baca juga:

  1. Senantiasa tersenyum

“Senyum manismu dihadapan saudaramu adalah shadaqah” (HR. Tirmidzi)

Wujud syukur berikutnya yakni dengan memperbanyak senyum. Bukan berarti senyum-senyum sendiri. Maksudnya senyum kepada orang lain, senyum disaat hati ingin marah, senyum ketika dilanda cobaan, dan yang terpenting selalu menunjukkan raut wajah ceria. Ketahuilah bahwa senyum itu tak sekedar membuat orang lain menjadi senang. Tapi dihadapan Allah SWT, senyum itu bernilah ibadah yang merupakan shodaqoh paling ringan. Maka dari itu, jangan bersikap terlalu jutek atau acuh tak acuh. Cobalah untuk ramah. Jika memang kita sedang dalam suasana hati bersedih, sebaiknya sembunyikan kesedihan tersebut dan janganlah membagikan raut muka masam kepada orang lain.

  1. Membagi ilmu yang kita miliki

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Apabila kita termasuk orang yang memiliki ilmu tinggi dan berwawasan luas, baik itu ilmu agama ataupun pendidikan umum, hendaknya kita membagi ilmu kita kepada orang lain. Salah satu caranya dengan menjadi pendidik. Kita bisa memilih profesi sebagai seorang guru, dosen, tenaga pengajar di LBB, atau sekedar membuka les privat di rumah. Jika kita tidak mampu melakukan hal tersebut, mendidik anak-anak kita sendiri itu pun sudah bernilai pahala. Cara lain kita bisa men-share tulisan-tulisan yang bermanfaat di sosial media. Misalnya saja tulisan tentang ayat Al-quran, hadist atau ilmu-ilmu lain yang bisa membuat orang yang membacanya menjadi bertambah pengetahuannya.

Baca juga:

  1. Merawat nikmat Allah SWT

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekian alam” (al-Anbiya: 107)

Cara bersyukur menurut islam yang tidak kalah penting yaitu dengan merawat nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Misalnya menjaga kelestarian alam, tidak menebang pohon sembarangan atau membakar hutan. Kita juga harus merawat lingkungan di sekitar kita dengan cara rutin menyapu, membuang sampah di tempatnya, menyiram tanaman dan sebagainya.

Selain alam, kita juga diharuskan menjaga dan merawat diri sendiri. Seperti melalukan lulur badan, spa, facial, creambath atau hal-hal lain yang berkaitan dengan merawat kecantikan diri diperbolehkan dalam islam. Dengan pengecualian tidak merubah bentuk fisik, misalnya operasi plastik maka perbuatan ini jelas haram hukumnya. Dijelaskan dalam hadist:

“Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan” (HR. Muslim)

Baca juga:

Demikianlah cara bersyukur menurut islam. Rasa syukur hendaknya terus kita lakukan di hati, lisan maupun perbuatan. Di saat senang atau bersedih, kita tetap harus mengucapkan Alhamdulillah. Dan menjaga nikmat-nikmat yang kita miliki juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

The post 10 Cara Bersyukur Menurut Islam yang Benar appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib dan Dalilnya https://dalamislam.com/shalat/keutamaan-shalat-sunnah-rawatib Tue, 25 Apr 2017 13:30:39 +0000 http://dalamislam.com/?p=1488 Shalat adalah kewajiban yang paling utama bagi umat islam. Perintah shalat menjadi bagian dari rukun islam , aplikasi dari rukun iman , menjalankan Fungsi Iman Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan sesuai dengan isi dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia. Akan tetapi, selain shalat wajib ada juga pelaksanaan shalat sunnah yang dilakukan Rasulullah. Salah satunya adalah […]

The post 10 Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat adalah kewajiban yang paling utama bagi umat islam. Perintah shalat menjadi bagian dari rukun islam , aplikasi dari rukun iman , menjalankan Fungsi Iman Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan sesuai dengan isi dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.

Akan tetapi, selain shalat wajib ada juga pelaksanaan shalat sunnah yang dilakukan Rasulullah. Salah satunya adalah shalat sunnah rawatib yang disunnahkan atau dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Shalat sunnah rawatib dilaksanakan ada yang sebelum ataupun sesudah shalat wajib. Hal ini dilakukan untuk menambah dari shalat wajib, sehingga umat islam tetap bisa terkondisikan dan terisi keimanannya dalam amalan shalat. Adapun tentang shalat rawatib pernah ditulis dalam kitab Riyadhussalihihn.

“Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Seorang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena Allah, (sebanyak) dua belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.” (Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah meninggalkan shalat-shalat tersebut.” (Dari Kitab Riyadhussalihin)

Amalan Sunnah Rawatib dan Keuatamaannya

Shalat Sunnah ada berbagai macam. Macam Macam Shalat Sunnah misalnya saja : Shalat JenazahShalat Malam Sebelum Tidur , dan Shalat Taubat. Tetapi shalat Rawatib sendiri memiliki keutamaan tersendiri.

Di dalam sebuah hadist pernah disampaikan bahwa “Barangsiapa yang sholat dua belas rakaat pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga“. Adanya hadist ini menunjukkanb bahwa shalat sunnah Rawatib memiliki dampak dan manfaat yang sangat besar bagi manusia, sehingga pelaksanaannya sangat dianjurkan.

Berikut adalah 10 keutamaan Shalat Sunnah Rawatib, yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat islam seluruhnya.

  1. Pahala yang Lebih Besar

Seperti yang disampaikan di atas, bahwa salah satu keutamaan shalat sunnah Rawatib mendatangkan pahala yang besar hingga dibangunkan Allah rumah di surga. Untuk itu, sangat besar ganjaran dan pahalanya bagi umat islam yang menjalankan. Tentu, semuanya ingin mendapatkan surga. Untuk itu, salah satu amalan yang bisa membuat kita masuk ke surga setelah melakukan hal yang wajib adalah menjalankan sunnah Rasul yang bisa kita lakukan. Yaitu dengan melaksanakan shalat sunnah rawatib.

  1. Pengondisian Diri yang Lebih

Dengan melaksanakan shalat sunnah rawatib, maka kita akan mendapatkan pengondisian diri yang lebih. Secara umum shalat adalah aktivitas yang mendatangkan kekuatan atau energi positif terhadap diri kita. Hal ini dikarenakan spiritual kita terisi dengan shalat yang khusuk. Dengan shalat sunnah rwatib maka, kita juga akan mendapatkan charger yang lebih terhadap spiritual ketuhanan diri kita. Hal ini membantu menjaga diri kita agar selalu awas diri dan sadar akan Allah SWT.

  1. Melaksanakan Sunnah Rasulullah SAW

Untuk bisa menjadi ummat Rasulullah SAW, tentunya bukan hanya identitas saja kita bisa tergolong sebagai ummatnya. Melaksanakan ibadah sunnah, mencontoh perilaku Rasul, dan meneladani apa yang dilakukannya adalah hal yang membuat kita menjadi seorang yang mengikuti Rasulullah. Mengaku saja sebagai ummat Rasulullah tentu saja tidak cukup, namun harus konsisten dan terus menerus mengikuti Sunnah Rasullullah.

Untuk itu, shalat sunnah Rawatib yang dicontohkan Rasulullah secara konsisten adalah salah satu jalan membuat kita bisa tergolong sebagai ummatnya. Untuk itu, teruslah konsisten malaksanakannya agar bisa mendapatkan keutamaan ini.

  1. Perilaku Seperti Sahabat Rasulullah

Yang melakukan sallah sunnah rawatib ini, bukan hanya Rasulullah melainkan sahabat-sahabat Rasul pun melaksanakannya. Untuk itu, Shalat Sunnah ini sebagaimana dilakukan oleh para Sahabat Rasulullah. Dengan menjalankannya, kita akan memiliki kesamaan dengan para sahabat Rasulullah yg shalih dan penuh amalan kebaikan.

  1. Lebih Banyak Doa dan Mendekatkan pada Allah SWT

Setiap shalat yang kita lakukan adalah membaca surat dan tentunya doa. Untuk itu, dengan menambah shalat dengan shalat sunnah rawatib maka kita akan lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Di waktu-waktu tertentu kita bisanya sering melupakan Allah SWT dan lupa untuk memanjatkan doa kepada-Nya. Untuk itu, dengan shalat yang ditambah maka doa-doa kita pun akan bertambah, munajat kepada Allah akan semakin banyak, dan kita akan semakin merasa dekat dengan Allah SWT. Dengan begitu, kita akan terbaisakan menjadi hamba yang senantiasa mengingat aturan, perintah, dan hukum Allah pada manusia.

  1. Tidak Banyak Terlena dengan Dunia

Shalat seperti alarm yang mengingatkan kita akan hakikat hidup di dunia. Bacaan yang kita baca, dzikir yang kita lakukan membuat kita terkondisikan dengan amalan yang mengarahkan kepada akhirat, bukan hanya hal duniawi saja. Untuk itu, dengan tambahan shalat sunnah rawatib semakin banyak mengingatkan kita pada akhirat, sehingga kita tidak mudah untuk terlena dengan duniawi.

  1. Lebih Banyak Menghayati Islam

Dengan melaksanakan shalat sunnah rawatib kita juga akan lebih banyak menghayati tentang islam. Islam adalah seperangkat aturan Allah. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari kita sering melupakan dan melalaikan hal ini. Untuk itu, dengan tambahan shalat sunnah rawatib maka kita akan mendapatkan penghayatan akan islam yang lebih tinggi lagi dibanding hanya dengan shalat wajib.

  1. Lebih Banyak Bersyukur

Dengan memperbanyak shalat sunnah rawatib, maka kita juga akan semakin banyak bersyukur lewat dizkir dan bacaan yang kita lantunkan. Bersyukur dalam hal ini adalah kita masih diberi waktu di dunia dan juga menjalankan perintah-perintah Allah dengan sebaik-sebaiknya. Di luar shalat, manusia sering kali lalai untuk bersyukur, untuk itu dalam shalat adalah hal yang bisa kita lakukan dengan sebaik-baiknya untuk bersyukur.

  1. Takut Akan Hukum Allah SWT

Dengan memperbanyak shalat sunnah rawatib, kita juga akan mendapatkan rasa takut kepada Allah SWT. Rasa takut ini muncul karena bentuk ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah. Semakin sering kita berinteraksi dengan shalat, maka kita akan semakin menyadari bahwa Allah adalah Tuhan yang harus kita taati dan takuti segala siksaan-nya. Untuk itu, rasa takut ini muncul jika dalam shalat sering kita ingat dan khusuk menjalankannya. Salah satunya melalui shalat sunnah rawatib yang dilakukan.

  1. Menjauhi Sifat Sombong dan Riya

Shalat sunnah rawatib sebagaimana shalat wajib, membuat kita menjauhi sifat sombong dan riya. Hal ini sebagaimana dilakukan saat shalat, kita akan selalu rukuk dan sujud kepada Allah. Saat itulah kita menjadi seseorang yang benar-benar menghambakan diri kepada Allah SWT. Kita akan menjadi seorang hamba atau budak yang sujud kepada Allah. Tidak ada apa-apanya kita dibandingkan Allah yang Menguasai segala jagat raya ini.

Itulah 10 keutamaan dari shalat sunnah Rawatib. Ada juga sunnah lain yang bisa kita lakukan seperti menjalankan Adab Ziarah Kubur, melakukan makan seperti Cara Makan Rasulullah, Keutamaan Puasa Arafah, melaksanakan Sunnah Sebelum Tidur,  mengambil Hikmah Puasa Sunnah, Kewajiban Menikah, Cara Membahagiakan Istri Tercinta  sesuai Rasulullah dan lain sebagainya. Yang terpentig dari semua itu adalah kita bisa melakukan-nya dengan konsisten dan niat yang lurus karena Allah SWT.

The post 10 Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
11 Penyebab Amal Ibadah Ditolak dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/penyebab-amal-ibadah-ditolak-dalam-islam Wed, 02 Mar 2016 05:09:43 +0000 http://dalamislam.com/?p=515 Ibadah merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Nikmat yang telah Allah berikan kepada kita sangat banyak hingga kita tidak akan pernah mampu untuk menghitungnya. Nikmat bisa berupa nikmat iman, islam, kesehatan, kebahagiaan serta nikmat-nikmat lain yang perlu kita syukuri. Ibadah yang kita lakukan hendaknya didasari dengan […]

The post 11 Penyebab Amal Ibadah Ditolak dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ibadah merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Nikmat yang telah Allah berikan kepada kita sangat banyak hingga kita tidak akan pernah mampu untuk menghitungnya. Nikmat bisa berupa nikmat iman, islam, kesehatan, kebahagiaan serta nikmat-nikmat lain yang perlu kita syukuri.

Ibadah yang kita lakukan hendaknya didasari dengan perasaan hati yang ikhlas hanya untuk Allah, bukan karena untuk hal-hal yang lain. Melakukan ibadah selain untuk Allah dapat menjadi salah satu penyebab tidak diterimanya amal ibadah yang kita lakukan.

Berikut ini ada beberapa hal yang menjadi penyebab amal ibadah ditolak dalam islam, diantaranya:

  1. Memakan harta haram

Memakan harta haram sama saja dengan menumbuhkan daging haram dalam tubuh kita, daging yang haram di akhirat nanti akan dibakar dengan api neraka. Jika kita beribadah, tetapi kita memakan harta haram maka amal ibadah dan amal jariyah kita tidak diterima oleh Allah, karena makanan yang kita makan akan menjadi daging serta darah yang mengalir dalam tubuh kita sehingga hati-hatilah dalam memilih makanan yang hendak kita makan, teliti terlebih dahulu didapatkan dengan cara yang halal atau tidak dan makanannya termasuk jenis halal atau tidak. Rasulullah pernah bersabda yang artinya, “Ibadah yang disertai dengan memakan (makanan) yang haram sama saja seperti (mendirikan) bangunan diatas pasir.” (Al-Bihar 103 : 16).

  1. Durhaka kepada kedua orang tua

Orang tua merupakan orang yang telah melahirkan kita kedunia, maka hormatilah mereka. Durhaka kepada orang tua dan jika sampai menyakiti hati mereka maka dapat menyebabkan amal ibadah yang kita lakukan menjadi tertolak dan tidak diterima. Nabi selalu menganjurkan kita untuk menghormati serta menjaga perasaan orang tua, terutama ibu. Bahkan Nabi sampai menyebut Ibu tiga kali baru ayah. Doa serta kata-kata ibu sangat mujarab sehingga berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, terutama ibumu. Imam ja’far al-shidiq as mengatakan, “Barang siapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan kesal atau benci, maka shalatnya tidak diterima.” Maka hati-hatilah dalam bersikap dengan orang tua.

  1. Melakukan ghibah

Ghibah dalam islam merupakan perbuatan dilakukan dengan membicarakan kejelekan orang lain dibelakang orang lain. Ghibah merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah. Dosa melakukan ghibah sama dengan dosa memakan mayat saudaranya sendiri, betapa besarnya dosa melakukan ghibah. Melakukan ghibah ternyata juga menyebabkan amal ibadah kita tidak diterima di sisi Allah dan lebih baik kita memiliki cara menghindari ghibah. Rasulullah S.A.W bersabda,”barang siapa mengumpat (ghibah) seorang muslim laki-laki ataupun perempuan maka tidak diterima shalatnya dan puasanya selama empat puluh hari empat puluh malam, kecuali orang yang diumpat memaafkannya.”

  1. Meringan-ringankan sholat

Seringkali kita menunda-nunda dalam melakukan shalat, seperti shalat fardhu, shalat wajib, shalat tahajud, dan shalat jum’at, serta seringkali kita menganggap enteng shalat, hal ini jangan sampai anda lakukan kembali karena dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah. Shalat atau perbuatan ibadah merupakan hal yang kita lakukan untuk Allah, sehingga jangan sampai kita meringankannya. Meringankan ibadah sama seperti kita menyepelekan ibadah. Imam al-Sahdiq as mengatakan,”Demi Allah, Bahwasanya ada seorang laki-laki yang melakukan sholat selama lima puluh tahun, tetapi tidak ada satupun shalatnya yang diterima. Mana ada yang lebih mengerikan dari hal ini, demi Allah, sesungguhnya kalian tahu, baik dari tetangga atau sahabat kalian bahwa orang itu tidak diterma shalatnya karena ia meringan-ringankannya.” Betapa bahayanya menyepelekan shalat, maka berhati-hatilah.

  1. Minum khamar

Khamar merupakan minuman yang memabukkan yang membuat pikiran kita menjadi tidak sadar. Zaman sekarang sudah banyak sekali fariasi dari minuman khamar yang memabukkan, jadi berhati-hatilah, jangan sampai anda terbujuk oleh rayuan syetan atau jelmaan syetan yang sering masuk kedalam hati manusia. Minum khamar ini akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan serta menyebabkan amal ibadah kita tidak diterima oleh Allah. Rasulullah bersabda,”Orang yang minum khamar tidak diterima shalatnya selama 40 subuh (hari).” Dalam riwayat lainnya juga dijelaskan, Iman Ja’far Al-Shadiq berkata,”Tidak diterima shalat peminum khamar selama 40 hari, kecuali ia bertaubat.”

  1. Tidak ikhlas

Ikhlas merupakan kunci diterimanya amala ibadah yang kita lakukan. Jika kita melakukan amal ibadah dengan niat agar orang lain tau, agar kita dihormati atau dengan alasan lain dengan kecuali Allah, maka itu merupakan tidak ikhlas dan menyebabkan amal ibadah kita tidak diterima oleh Allah. Rasulullah S.A.W bersabda, ‘jika engkau melakukan amal (ibadah), lakukanlah semata-mata karena Allah dengan ikhlas, karena tidak akan diterima amal ibadah dari hamba-Nya, kecuali yang dilakukan dengan ikhlas.” (HR. Bukhari). (baca : Ciri-Ciri Orang Yang Tidak Ikhlas)

  1. Bermegah-megahan dengan harta benda

Allah tidak akan menerima amal ibadah seseorang hamba-Nya yang melakukan amal ibadah dengan bermegah-megahan dengan harta benda, kecuali harta benda tersebut sebagian disedekahkan kepada yang tidak mampu. Sejatinya harta benda yang dimiliki oleh manusia adalah titipan dari Allah. Kadang Allah menguji manusia dengan harta benda yang dimilikinya apakah bisa bersyukur atau tidak dengan harta benda yang melimpah ruah. Janji Allah sangat jelas, jika mensyukuri nikmatku (Allah) maka Allah akan menambah nikmatmu, jika tidak mensyukuri maka siska Allah sangat pedih.

  1. Takabbur

Takabbur sama saja dengan sifat sombong. Didalam islam sifat sombong dalam islam Allah tidak suka dengan amalan yang dilakukan dengan takabbur, maka Allah menolak amal ibadah yang dilakukan dengan takabbur. Takabbur sama saja kita melakukan amal ibadah dengan niat buakan semata-mata untuk Allah atau karena Allah tetapi karena manusia atau karena yang lain kecuali Allah. Jangan pernah takabbur karena sejatinya semua yang ada didunia ini milik Allah. Jika dibandingkan dengan dirimu maka kamu seperti debu yang tak berati sedikitpun.

  1. ‘Ujub

‘Ujub merupakan sifat membanggakan diri sendiri karena bisa melakukan ibadah dengan rajin atau dapat melakukan ibadah yang orang lain tidak bisa melakukan seperti haji, umroh. Sifat ‘Ujub ini sangat halus keberadaannya sehingga manusia sering tidak sadar jika memiliki sifat ini. Maka berhati-hatilah, jaga hati anda dengan senantiasa berdzikir dan mengingat Allah. Sifat ‘Ujub ini merupakan salah satu penyebab tidak diterimanya amal ibadah yang kita lakukan.

  1. Hasad dengki

Orang yang dengki merupakan orang yaang mengalami sakit hati. Dengki sangat susah disembuhkan tetapi jika anda berniat untuk berbuat baik maka kan dengan mudah disembuhkan. Dengki merupakan salah satu penyebab amal perbuatan kita tidak diterima oleh Allah. Maka jangan pernah kita memelihara sifat dengki dalam hati kita.

  1. Riya

Riya dalam islam juga merupakan salah satu penyebab amal ibadah kita tidak diterima oleh Allah. Ria merupakan sifat dimana seseorang ingin mendapatkan pujian dari selain Allah dalam melakukan amal ibadah. Sifat ria ini ingin menunjukkan serta memperlihatkan apa yang dilakukannya agar orang lain memuji. Hal ini merupakan sifat yang buruk, maka hindarilah.

Baca juga artikel islam lainnya

The post 11 Penyebab Amal Ibadah Ditolak dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
15 Hal – Hal Yang Menghapus Amal Ibadah https://dalamislam.com/landasan-agama/aqidah/hal-hal-yang-menghapus-amal-ibadah Wed, 20 Jan 2016 10:18:56 +0000 http://dalamislam.com/?p=490 Setiap mukmin tentu menginginkan amal ibadah yang selama ini mereka lakukan bisa diterima Allah SWT dan mendapatkan pahala dari-Nya. Adapun syarat diterimanya amal ibadah adalah apabila hal tersebut kita lakukan dengan ikhlas serta mengikuti tuntunan dari Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam. Akan tetapi, terkadang tanpa disadari amalan-amalan tersebut tidak mendapatkan balasan pahala apapun dan malah justru […]

The post 15 Hal – Hal Yang Menghapus Amal Ibadah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap mukmin tentu menginginkan amal ibadah yang selama ini mereka lakukan bisa diterima Allah SWT dan mendapatkan pahala dari-Nya. Adapun syarat diterimanya amal ibadah adalah apabila hal tersebut kita lakukan dengan ikhlas serta mengikuti tuntunan dari Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam.

Akan tetapi, terkadang tanpa disadari amalan-amalan tersebut tidak mendapatkan balasan pahala apapun dan malah justru mendapatkan keburukan disisi Allah SWT. Tentu saja hal itu memiliki sebab, salah satunya adalah karena kita melakukan hal-hal yang menghapus amal ibadah kita tersebut, seperti :

  1. Berbuat syirik

Syirik dianggap sebagai suatu kezoliman yang besar dan perbuatan tersebut merupakan penghinaan terhadap Allah SWT. Mengapa? Karena perbuatan tersebut telah menyamakan Allah SWT dengan makhluk ciptaan-Nya. Allah SWT akan memberikan balasan bagi mereka yang berbuat syirik yaitu dengan tidak menerima amal ibadah yang mereka perbuat. Bahkan Allah SWT tidak akan mengampuni umat-Nya yang mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syirik tersebut.

Hal itu sebagaimana Firman Allah SWT berikut :

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 Artinya “Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am ayat 88)

(baca juga: syirik dalam islam)

  1. Keluar dari Islam (Murtad)

Allah SWT telah menjanjikan suatu balasan bagi mereka yang berbuat murtad, sebagaimana firman-Nya dalam ayat Al-Qur’an berikut :

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya:

Barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya kemudian mati dalam keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang yang terhapus amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal berada di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah ayat 217)

  1. Riya’

Riya’ disebut sebagai melakukan suatu amalan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain, dan Allah SWT sangat tidak menyukai perbuatan tersebut. Perbuatan tersebut telah digolongkan ke dalam jenis syirik kecil. Sebuah hadist qudsi telah meriwayatkan firman Allah SWT tentang betapa bencinya Dia terhadap perbuatan riya’ :

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Artinya:

Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim)

(baca juga: riya’ dalam islam)

  1. Mengungkit-ungkit amalan (sedekah) yang telah dilakukan serta menyakiti perasaan si penerima ketika sedang bersedekah

Sebagaimana Firman Allah SWT :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu bagaikan batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah ayat 264)

  1. Melakukan amalan dengan niat duniawi semata

Perbuatan ini bisa dikaitkan dengan riya’, di mana seseorang melakukan amalan hanya karena ingin mendapatkan kenikmatan atau balasan yang bersifat duniawi semata, bukan karena mengharapkan ridho dari Allah SWT.

Oleh karena itu, Allah SWT berfirman :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya:

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud ayat 15-16)

  1. Sibuk dengan aib orang lain

Karena terlalu sibuk mengurusi aib orang lain menjadikan seseorang lupa akan aib dirinya sendiri. Ini juga merupakan salah satu hal yang dapat menghapuskan amal ibadah orang tersebut. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah berkata:

jauhilah olehmu buruk sangka karena buruk sangka itu perkataan paling dusta, janganlah kamu memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain…”

  1. Berucap atas nama Allah SWT bahwa seseorang tidak akan diampuni dosanya

Ampunan yang berasal dari Allah SWT adalah merupakan hal yang ghoib. Tak satu pun makhluk dapat mengetahuinya. Jadi ketika seseorang berkata atau bersumpah atas nama Allah SWT bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni dosa saudaranya, maka itu dianggap sebagai ucapan tanpa ilmu, dan Allah SWT sangat membenci hal itu.

مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ

Artinya:

Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu”. (HR Muslim)

  1. Bersuka ria dengan terbunuhnya saudara sesama muslim

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:

Barangsiapa membunuh seorang mukmin dan berharap akan terbunuhnya maka Allah tidak akan menerima darinya penolakan (adzab) ataupun penebusan.”

  1. Bid’ah

Bid’ah merupakan suatu amalan yang tidak disyariatkan oleh ajaran agama islam. Jadi seseorang yang melakukan perbuatan ini, sudah pasti amalan tersebut tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda :

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

Artinya “Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim)

  1. Melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang ketika dalam keadaan sepi

Makna dari point ini adalah, seseorang yang selalu melakukan amalan kebajikan tatkala ia berada dihadapan orang lain, akan tetapi ketika ia sedang sendiri, maka ia melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:

Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia.” Tsauban berkata; “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika menyepi (tidak ada orang lain yang melihatnya) dengan apa-apa yang di haramkan Allah, maka mereka terus (segera) melanggarnya.”

  1. Membenci Al-Qur’an

Allah SWT telah berfirman :

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

Artinya:

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad ayat 9)

  1. Mendatangi dukun dan paranormal

Dukun atau paranormal merupakan golongan pelayan setan. Dan jika seseorang yang mengunjungi mereka, maka Allah tidak akan menerima amal ibadah yang ia kerjakan. Sebagaimana sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang artinya:

Barangsiapa mendatangi tukang ramal kemudian menanyakan tentang sesuatu, maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari.” (HR. Muslim)

(baca juga: hukum bersumpah selain Allah)

  1. Memelihara hewan peliharaan seperti anjing dengan tujuan selain untuk menjaga kebun dan ternak

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam yang artinya:

Barangsiapa memelihara anjing, maka akan berkurang amalannya setiap hari sebear satu qiroth (dalam riwayat lain dua qiroth), kecuali anjing untuk menjaga kebun atau anjing penjaga ternak.” (HR. Muslim)

  1. Durhaka terhadap orang tua

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah berkata:

Tiga golongan yang Allah tidak akan terima dari mereka penolakan atau penebusan yaitu orang yang durhaka kepada kedua orang tua, pengungkit pemberian, dan pendusta takdir.”

  1. Mendustakan takdir

Hal ini sebagaimana sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pada point 14 di atas. Selain itu, dalam hadist yang lain Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam juga bersabda:

Kalau seandainya Allah mengadzab penduduk langit dan bumi niscaya dia akan mengadzabnya sedang Dia tidak sedikit pun berbuat dzalim terhadap mereka, dan seandainya Dia merahmati mereka niscaya rahmat-Nya lebih baik dari amalan-amalan mereka. Seandainya seseorang menginfaqkan emas di jalan Allah sebesar Gunung Uhud, tidaklah Allah akan menerima infaq tersebut darimu sampai engkau beriman dengan takdir, dan ketahuilah bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan menyelisihimu, sedang apa yang (ditakdirkan) tidak menimpamu maka tida akan menimpamu, kalau seandainya engkau mati dalam keadaan mengimanai selalin ini (tidak beriman dengan takdir), niscaya engkau masuk neraka.”  (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

The post 15 Hal – Hal Yang Menghapus Amal Ibadah appeared first on DalamIslam.com.

]]>