bulan sya'ban Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/bulan-syaban Mon, 20 Apr 2020 05:46:06 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png bulan sya'ban Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/bulan-syaban 32 32 Keistimewaan Nisfu Syaban yang Perlu diketahui https://dalamislam.com/info-islami/keistimewaan-nisfu-syaban Sat, 18 Apr 2020 23:39:15 +0000 https://dalamislam.com/?p=8452 Salah satu di antara nama-nama bulan Hijriyah yang merupakan bulan yang mulia dan ditunggu kehadirannya oleh umat muslim adalah bulan Sya’ban. Di bulan Sya’ban kita dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah dan berpuasa sunnah sebagai salah satu cara menyambut bulan Ramadhan. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya tidak pernah mengetahui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam puasa […]

The post Keistimewaan Nisfu Syaban yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Salah satu di antara nama-nama bulan Hijriyah yang merupakan bulan yang mulia dan ditunggu kehadirannya oleh umat muslim adalah bulan Sya’ban.

Di bulan Sya’ban kita dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah dan berpuasa sunnah sebagai salah satu cara menyambut bulan Ramadhan.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya tidak pernah mengetahui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah mengetahui dia lebih banyak berpuasa daripada di bulan Sya’ban.”  

HR. Bukhari Muslim

Dalil lainnya adalah sebagai berikut.

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, saya tidak melihatmu berpuasa di bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban (karena seringnya).’ Beliau menjawab, “Bulan itu banyak manusia lalai, yaitu antara Rajab dan Ramadhan, bulang diangkat amal-amal kepada Rabb semesta alam, dan saya ingin untuk diangkat amalku dalam keadaan puasa.”

HR.Nasa’i dan Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani

Di bulan Sya’ban terdapat satu malam yang diyakini memiliki keistimewaan atau keutamaan yaitu malam kelima belas atau malam Nisfu Sya’ban.

Keistimewaaan atau keutamaan Nisfu Sya’ban antara lain sebagai berikut.

1. Allah subhaanahu wa ta’ala mengampuni dosa hamba-hamba-Nya

Di malam Nisfu Sya’ban, Allah subhaanahu wa ta’ala menurunkan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya dan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya.

Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasannya beliau bersabda,

“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni  semua makhluk-Nya kecuali orang Musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

HR. Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani

2. Malam dikabulkannya doa

Sebagaimana malam-malam lainnya, sepertiga malam terakhir dari malam Nisfu Sya’ban merupakan malam dikabulkannya doa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Rabb kita, Allah Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir, seraya berkata, “Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku memperkenankan do’anya, siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku memberinya, dan siapa yang memohon ampunan  kepada-Ku, maka Aku mengampuninya.”

HR. Bukhari Muslim

Adanya keistimewaan atau keutamaan Nisfu Sya’ban ini berimplikasi pada kekhususan amalan ibadah yang dilakukan. Namun, di antara para ulama masih ada pertentangan terkait hal ini.

Karena itu, hal yang dapat kita lakukan adalah menghidupkan malam Nisfu Sya’ban sebagaimana malam-malam lainnya dengan merujuk pada dalil-dalil umum dan shahih seperti memperbanyak doa, istighfar, mengaji, bertaubat, dan shalat tahajjud.

The post Keistimewaan Nisfu Syaban yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Keistimewaan Bulan Rajab Syaban dan Ramadhan https://dalamislam.com/info-islami/keistimewaan-bulan-rajab-syaban-dan-ramadhan Thu, 27 Feb 2020 03:52:53 +0000 https://dalamislam.com/?p=8296 Tak dapat dipungkiri bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan paling istimewa di antara kedua belas bulan dalam tahun Hijriyyah. Akan tetapi, ternyata kenyataannya tidak hanya Bulan Ramadhan saja yang istimewa. Dua bulan yang mengiringnya lebih dahulu, Rajab dan Sya’ban, juga tak kalah istimewanya. Keistimewaan Bulan Rajab Penamaan bulan ini pun sudah mengandung makna ‘pemuliaan’. ‘Rajab’ berasal […]

The post Keistimewaan Bulan Rajab Syaban dan Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tak dapat dipungkiri bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan paling istimewa di antara kedua belas bulan dalam tahun Hijriyyah.

Akan tetapi, ternyata kenyataannya tidak hanya Bulan Ramadhan saja yang istimewa.

Dua bulan yang mengiringnya lebih dahulu, Rajab dan Sya’ban, juga tak kalah istimewanya.

Keistimewaan Bulan Rajab

Penamaan bulan ini pun sudah mengandung makna ‘pemuliaan’. ‘Rajab’ berasal dari kata ‘rajjaba- yurajjibu‘ yang artinya mengangkat atau memuliakan. Bulan Rajab ditetapkan sebagai bulan kemulian orang Arab.

Pada zaman jahiliyyah, pada bulan ini orang Arab melakukan berbagai selebrasi pemujaan kepada Tuhan mereka.

Mereka menyembelih binatang dan mengurbankannya demi berhala. Pada bulan ini juga, diharamkan peperangan.

Atas dasar kesakralan yang telah menahun ini, peradaban Islam menghargai posisi bulan ini di masyarakat Arab namun menghapuskan perbuatan-perbuatan syirik yang mengiringinya.

Berikut ini adalah ketetapan dalil mengenai kesakralan bulan Rajab.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus…” (QS. At Taubah: 36)

Adapun penjelasan mengenai empat bulan haram ini dijabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya:

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana kondisinya, ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan, diantaranya empat bulan haram. Tiga bulan ber-turut-turut: Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan: Rajab suku Mudhar, yaitu bulan antara Jumadi (tsaniyah) dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Kenapa Suku Mudhar disebut secara khusus dalam hadits ini? Karena Suku Mudhar adalah suku yang paling baik dalam mengutamakan bulan ini.

Sehingga Rasul dan masyarakat Arab lainnya memberikan kemuliaan pada mereka dengan menyematkan nama sukunya di sebelah nama bulan mulia ini.

Untuk ibadah, tidak ada ibadah khusus yang disyariatkan di bulan ini. Isu yang beredar di masyarakat adalah adanya anjuran untuk puasa dan umrah khusus di Bulan Rajab, padahal tidak ada anjuran khusus.

Beribadah saja seperti biasa di bulan Rajab. Hanya saja, jika ingin mulai melatih diri untuk Ramadhan dari bulan ini, tidak ada salahnya.

Perlu diingat, masyarakat jahiliyyah mensyariatkan penyembelihan hewan (Athirah) pada bulan ini. Terkait Athirah, ada empat hukum yang dapat dipedomani.

  1. Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan bahwa athirah masih diperbolehkan, dengan pedoman HR. Ahmad, An Nasa’i dan As Suyuthi dalam Jami’us Shaghir yang menyatakan bahwa “Athirah adalah hak”.
  2. Athirah tidak dianjurkan dan tidak memiliki hukum, tapi tidak apa apa jika ditunaikan untuk memberi makan tamu. Dalilnya hadis dari Abu Razin, Laqirh bin Amir Al Uqaili, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kami menyembelih hewan di bulan Rajab di zaman Jahilliyah. Kami memakannya dan memberi makan tamu yang datang.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masalah.” (HR. An Nasa’i, Ad Darimi, dan Ibn Hibban)
  3. Athirah dihukumi makruh. Dalilnya HR. Al Bukhari dan Muslim yang menyatakan “Tidak ada Fara’a dan tidak ada Atirah.”
  4. Athirah dihukumi haram agar tidak memakmurkan kebiasaan kaum jahiliyyah. Pendapat ini didukung oleh Ibnul Qayyim dengan patokan hadits pada poin di atas. Inilah pendapat yang paling kuat.

Keistimewaan Bulan Sya’ban

Bulan Sya’ban hadir setelah bulan Rajab dengan makna ‘memencar’. Asal nama ini adalah dibolehkannya peperangan di bulan Sya’ban setelah puasa berperang di Bulan Rajab yang merupakan bulan suci.

Pada bulan ini, dianjurkan sekali untuk melatih diri menuju Ramadhan. Bahkan Nabi pun mengingatkan dalam salah satu hadits bahwa bulan ini sering dilupakan.

Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa’.” (H.R. An Nasa’i, Ahmad, dan sanad-nya di-hasan-kan Syaikh Al Albani)

Dalil anjuran puasa di Bulan Sya’ban adalah sebagai berikut.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ “

“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan: Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Karena bulan ini persis sebelum Ramadhan, terdapat aturan khusus dalam menjalankan puasa di Bulan Sya’ban.

Sebaiknya kurangi frekuensi puasa di 15 hari terakhir Sya’ban untuk kehati-hatian penentuan awal 1 Ramadhan.

Dari Abdullah bin Abi Qois, beliau mendengar A’isyah radhiallahu ‘anha mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat perhatian dengan bulan tidak sebagaimana bulan yang lainnya. Kemudian beliau lanjutkan dengan puasa setelah terlihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan maka beliau genapkan Sya’ban 30 hari, kemudian puasa.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ad-Daruquthni dan sanadnya dishahihkan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth).

Untuk mempertegas, simaklah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا

Jika sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud, At Turmudzi, Ibn Majah, dan dishahihkan Al Albani)

Selain melatih praktik shaum Ramadhan, di bulan Sya’ban juga sangat dianjurkan menyempurnakan ibadah dan mengurangi permusuhan. Sebagaimana hadits berikut ini,

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, At Thabrani, dan disahihkan Al Albani)

Keistimewaan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dinanti oleh Muslim di seluruh dunia. Keutamaan bulan ini terangkum dalam QS. Albaqarah ayat 185 yang berbunyi,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

Beberapa keutamaan Bulan Ramadhan adalah sebagai berikut.

1.Bulan Disyariatkannya Puasa

Pada bulan ini, disyariatkan puasa sebulan penuh dengan banyak kemuliaan. Dalilnya adalah QS. Al-Baqarah ayat 183-184.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya:

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Waktu yang disyariatkan dalam kedua ayat ini dijabarkan dalam ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

2. Bulan Diampuninya Dosa dan Dikabulkannya Doa

Pada bulan ini, setiap manusia yang memiliki hajat dan berdoa, maka akan dikabulkan.

Namun bagaimana cara pengabulannya, hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang mengetahui.

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.

3. Bulan Lailatul Qadar dan Diturunkannya Al- Qur’an

Masih ada perdebatan mengenai waktu diturunkannya Al- Qur’an pertama kali, namun yang pasti, dalam QS Al-Qadr ayat 1-3 disebutkan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul Qadr.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).

Dan Allah Ta’ala juga berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3).

The post Keistimewaan Bulan Rajab Syaban dan Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Cara Para Sahabat dalam Menyambut Ramadhan https://dalamislam.com/info-islami/cara-para-sahabat-dalam-menyambut-ramadhan Thu, 16 May 2019 02:24:06 +0000 https://dalamislam.com/?p=6911 Bulan ramadhan memang bulan yang paling ditunggu bagi setiap muslim yang ada di seluruh dunia. Pasalnya di bulan tersebut akan banyak nikmat dan keberkahan yang terjadi. Seperti dibukakannya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka, yang mana akan membuat para malaikat turun ke bumi sebaliknya para setan akan terbelenggu. Hal ini tentu saja diimani penuh oleh […]

The post 10 Cara Para Sahabat dalam Menyambut Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan ramadhan memang bulan yang paling ditunggu bagi setiap muslim yang ada di seluruh dunia. Pasalnya di bulan tersebut akan banyak nikmat dan keberkahan yang terjadi. Seperti dibukakannya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka, yang mana akan membuat para malaikat turun ke bumi sebaliknya para setan akan terbelenggu.

Hal ini tentu saja diimani penuh oleh umat muslim sebagai upaya untuk beribadah dan mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya dari bulan yang penuh berkah tersebut. Itulah kenapa mempersiapkan diri dan menyusun rencana-rencana yang harus dilakukan agaknya penting guna memberikan hasil yang maksimal pada bulan puasa.

Hasil yang dimaksud tentu saja kekhusyu’ an beribadah, kesiapan dan kejernihan mental dan hal-hal lain yang bisa dicapai pada bulan Ramadhan. Begitu juga pada masa Rasulullah dulu dimana juga ada berbagai cara para sahabat dalam menyambut Ramadhan.

Cara Sahabat dalam Menyambut Bulan Ramadhan

Diceritakan bahwasanya dulu para Sahabat Nabi, mempersiapkan bulan ramadhan semenjak enam bulan sebelumnya. Tentu saja itu merupakan waktu yang cukup lama mempertimbangkan bagi kita, padahal Ramadhan hanya berlangsung selama 1 bulan.

Baca juga :

Namun hal itu tentu dilakukan para sahabat sebagai upaya untuk mengakui bahwa betapa pentingnya bulan Ramadhan tersebut. Dan saking pentingnya, memang perlu waktu yang lama untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dalam persiapan tersebut, apapun yang dilakukan memiliki dasar 3 pillar yang harus dijaga.  Fisik, Hati dan Pikiran.

Persiapan yang dilakukan tentu saja penguatan dari pilar-pilar tersebut. Lantas apa sajakah yang dilakukan sebagai cara para sahabat dalam menyambut Ramadhan? Berikut adalah 10 cara para sahabat dalam menyambut Ramadhan.

1. Berdo’a kepada Allah

Dulu para sahabat menyambut bulan puasa semenjak enam bulan sebelumnya dengan cara berdo’a kepada Allah. Para Ulama’ menyebutkan bahwa, 

“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang bulan Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.”

2. Bertaubat dan Memohon Ampunan kepada Allah

Bertaubat dan memohon ampunan juga dilakukan oleh para sahabat atas segala macam do’a dan khilaf yang pernah dilakukan di masa lalu. Adapun amalan ini juga dilakukan selama 6 bulan berturut-turut hanya untuk menyambuh bulan ramadhan.

Menunjukkan betapa hati harus bersih sebelum mempersiapkan ibadah puasa. Dan Sesungguhnya puasa itu tidak hanya bersih secara jasmani, namun rohani juga.

3. Menjaga Kesehatan tubuh

Yang ketiga yang dilakukan oleh Para sahabat adalah menjaga kesehatan. Pasalnya di bulan Ramadhan yang memang diharuskan untuk berpuasa selama seharian, kondisi yang fit harus benar-benar dijaga. Jika tidak, maka setiap berkah dan mukjizat di bualn tersebut bisa terlewatkan.

Baca juga :

4. Mengganti Puasa Yang Tertinggal

Diantara para sahabat Nabi, ada juga banyak sahabat wanita yang mana karena urusan Haid maka di ramadhan sebelumnya mereka tidak dapat melakukan ibadah puasa, sehingga di bulan-bulan sebelum Ramadhan tiba, mereka mengganti puasa-puasa mereka yang tidak sempat terlaksanakan.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu mengatakan :

كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ

Kami dulu mengalami haidh. Kami diperintarkan untuk mengqodho (mengganti) puasa dan kami tidak diperintahkan untuk mengqodho’ shalat.

5. Mempelajari Ilmu Seputar Hukum Islam

Mempelajari ilmu tentu termasuk dalam pillar fikiran. Dimana mengasah pengetahuan dalam menyambut Ramadhan memang penting dilakukan. Tujuannya adalah agar apa yang akan diamalkan dalam ibadah puasa akan sesuai ajaran Islam dan hasilnya lebih maksimal.

Para Sahabat juga belajar untuk mempersiapkan pengetahuan-pengetahuan perihal hukum Islam bahkan langsung dari Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam pribadi. Tentu saja banyak sekali pemahaman perihal Fiqih yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabat-sahabatnya.

Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menyebutkan, 

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah SWT tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” 

6. Melakukan Amalan Baik sebanyak mungkin

Tentu saja ini yang paling penting, karena amalan sebelum mendekati bulan ramadhan ibarat mendaki bukit, dimana Ramadhan adalah puncaknya, Untuk memantapkan diri dan mencari ridho dari Allah. Salah satu amalan yang dilakukan oleh para Sahabat adalah puasa di bulan Sya’ban

Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwasanya dia pertanya kepada Rasulullah, 

“Ya Rasulullah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?”

Mendengarnya, Rasulullah pun menjawab, “Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan di angkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa,”

Baca juga :

7. Saling berkumpul dengan sesama orang yang Baik

Yang dimaksud adalah lebih sering melaksanakan kegiatan dengan orang-orang yang baik. Dengan melakukan hal-hal yang baik pula. Hal ini diajarkan oleh Rasulullah dalam sebuah Hadist.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” 

(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

8. Mulai meninggalkan segala jenis perselisihan

Tentu saja dalam masa-masa dulu, para sahabat sering sekali dipertemukan dengan peperangan dan pertikaian dengan orang-orang yang menentang ajaran Islam. Namun dengan meniatkan untuk menyambut bulan Ramadhan, mereka pun mulai meninggalkan segala jenis perselisihan antar sesama dan mulai menghilangkan prasangka-prasangka yang tumbuh antar saudara.

9. Memantau Kemunculan Hilal

Yang ini tentu saja yang paling penting, pasalnya untuk memastikan kedatangan Ramadhan, tentunya kemunculamn Hilal merupakan yang paling ditunggu. Tentu saja pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui pergantian antara bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan.

Dalam sebuah hadits disebutkan, 

“Hitunglah (bilangan) bulan Sya’ban untuk (menentukan masuknya) bulan Ramadhan.” 

(HR. Tirmidzi)

Baca juga :

10. Berserah diri kepada Allah

Tentu saja yang terakhir adalah berserah diri. Banyak sekali para sahabat Rasulullah pada zaman dahulu memiliki pemahaman yang tinggi perihal Islam karena diajari oleh Rasulullah. Bahkan ilmu tentang kematian dan kehendak Allah.

Itulah kenapa para sahabat melakukan persiapan menjelang bulan ramadhan sebaik mungkin dengan harapan mereka bisa dapat menikmati kembali nikmatnya bulan Ramadhan. Selebihnya, saat setiap amalan sudah dilakukan, mereka berserah diri kepada Allah atas apapun yang akan terjadi di hari esok.

Hal-hal diatas yang merupakan cara para sahabat dalam menyambut Ramadhan ayalnya bagus kita amalkan sebagai upaya untuk mempersiapkan diri di bulan Ramadhan, karena pada dasarnya para sahabat nabi adalah orang-orang terdekat Rasulullah yang secara langsung mendapat pengetahuan Islam oleh Rasulullah.

Dan tentu saja persiapan-persiapan yang mereka lakukan untuk menjelang bulan Ramadhan agaknya sangat bermanfaat dikarenakan banyak faktor-faktor yang membantu diri dalam menegakkan keislaman. Wallahu a’lam

Yang jelas, mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadhan itu penting, agar saat Ramadhan tiba, kita akan lebih siap dan tidak salah dalam menjalaninnya.

Semoga hal diatas dapat membantu, dan kita selalu diberi perlindungan oleh Allah SWT. Amin.

Hamsa,

The post 10 Cara Para Sahabat dalam Menyambut Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Larangan di Bulan Sya’ban dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/larangan-di-bulan-syaban Wed, 25 Apr 2018 01:53:52 +0000 https://dalamislam.com/?p=3393 Bulan Sya’ban merupakan bulan yang dipenuhi dengan kebaikan sekaligus sebagai pengingat bahwa puasa di bulan Ramadhan bulan penuh berkah akan segera tiba. Sebagaimana sabda Rasul: “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, […]

The post Larangan di Bulan Sya’ban dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan Sya’ban merupakan bulan yang dipenuhi dengan kebaikan sekaligus sebagai pengingat bahwa puasa di bulan Ramadhan bulan penuh berkah akan segera tiba.

Sebagaimana sabda Rasul: “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Ya, pada bulan Sya’ban, Rasulullah SAW memang menganjurkan kita untuk melaksanakan puasa sebanyak mungkin. Beliau memberikan contoh tentang pelaksanaan puasa pada bulan Sya’ban. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan.

Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

Baca juga:

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.”(HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)

Namun walaupunbulan Sya’ban merupakanbulan penuh kebaikan, terdapat pula beberapa larangan pada bulan Sya’ban yang tidak boleh dilakukan, diantaranya adalah:

 1. Menghidupkan malam Nifsu Sya’ban

Saat ini, semakin banyak orang yang melakukan sholat khusus pada malam Nifsu Sya’ban, padahal Rasulullah SAW tidak pernah menganjurkan perkara ini sebelumnya.

Beberapa ulama juga melarang untuk menghidupkan malam Nifsu Sya’ban karena tidak ada satu pun hadist yang kuat untuk membenarkan ajaran ini. Ibnu Rajab mengatakan,

“Tidak ada satu dalil pun yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi’in yang merupakan fuqoha’ negeri Syam.” (Lathoif Al Ma’arif, 248).

Salah satu hadist lemah yang sering digunakan sebagai sandaran adalah :

“Apabila tiba malam pertengahan sya’ban maka dirikanlah (shalat) dimalam harinya & puasalah disiang harinya;karena pada malam tersebut Allah akan turun kelangit dunia mulai dari terbenam matahari kemudian berfirman: “(pada saat ini) Adakah hamba yang minta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni, adakah hamba yang minta rizki niscaya akan Aku beri, adakah hamba yang ditimpa mushibah niscaya akan Aku sembuhkan, adakah hamba…adakah hamba…sampai terbit fajar. ” (HR. Ibnu Majah, no. 1388, 1/444).

Padahal Rasulullah telah melarang untuk mengkhususkan malam atau hari tertentu. Sebagaimana sabda Rasul:

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”(HR. Muslim no. 1718)

Baca juga:

2. Berpuasa pada hari yang meragukan

Dilarang untuk melakukan puasa pada hari yang meragukan atau yaumul yask, yakni hari yang diragukan antara tanggal 29 atau 30 Sya’ban.

Hari yang meragukan maksudnya adalah apakah sudah masuk 1 Ramadhan atau belum, apakah saat itu Sya’ban 29 hari atau digenapkan 30 hari, sehingga berpuasa sunah saat itu amat beresiko, yakni jika ternyata sudah masuk waktu Ramadhan, ternyata dia sedang puasa sunah.

Tentunya ini sah tidaknya puasa yang ia lakukan akan menjadi masalah. Sebagaimana sabda Rasul: “Barang siapa yang berpuasa pada yaumus syak, maka dia telah bermaksiat kepada Abul Qasim (Nabi Muhammad) Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Bukhari, Bab Qaulun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Idza Ra’aytumuhu fa shuumuu)

Namun larangan ini hanya berlaku pada orang yang tidka terbiasa berpuasa, lain halnya dengan mereka yang memang terbiasa berpuasa, maka diperbolehkan, sebagaimana sabda Rasul: “Janganlah salah seorang kalian mendahulukan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang sedang menjalankan puasa kebiasaannya, maka puasalah pada hari itu.” (HR. Bukhari No. 1815)

3. Melakukan amalan bid’ah

Banyak amalan bid’ah yang dilakukan beberapa orang pada bulan Sya’ban tanpa hadist yang kuat, diantaranya adalah melakukan ziarah kubur, yasinan, tahlilan, atau sholat khusus lainnya.

Padahal Rasulullah tidak pernah mengajarkan atau menganjurkan amalan bid’ah tersebut. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Baca juga:

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali  bersabda,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui ajaran yang tanpa tuntunan yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari no. 7049).

Demikianlah artikel tentang larangan di bulan Sya’ban yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dan kita dihindari dari berbagai hal yang merusak akidah. Aamiin.

The post Larangan di Bulan Sya’ban dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>