cara sholat Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/cara-sholat Fri, 15 Mar 2019 02:02:09 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png cara sholat Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/cara-sholat 32 32 Cara Shalat ala Abu Bakar Ash-shiddiq Sesuai Anjuran Rasulullah https://dalamislam.com/shalat/cara-shalat-ala-abu-bakar-ash-shiddiq Wed, 06 Mar 2019 07:50:38 +0000 https://dalamislam.com/?p=5705 Abu Bakar Ash-Shiddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah Al Qurasyi At Tamimi adalah salah satu sahabat Rasul yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang luar biasa. Berikut akan dibahas cara shalat ala Abu Bakar Ash-shiddiq yang sesuai dengan anjuran Rasulullah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Mereka melalui Abu Bakar […]

The post Cara Shalat ala Abu Bakar Ash-shiddiq Sesuai Anjuran Rasulullah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Abu Bakar Ash-Shiddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah Al Qurasyi At Tamimi adalah salah satu sahabat Rasul yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang luar biasa. Berikut akan dibahas cara shalat ala Abu Bakar Ash-shiddiq yang sesuai dengan anjuran Rasulullah.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata

“Mereka melalui Abu Bakar yang sedang shalat bersama dengan yang lainnya.” Aisyah menuturkan, Saya pun berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang laki laki yang lembut hatinya, apabila telah membaca Al Quran beliau tidak mampu menahan cucuran air mata dari keduanya.” (HR Muslim)

Baca juga:

Mujahis menuturkan,

Keadaan Ibnu Az Zubair ketika dia berdiri menunaikan shalat, seperti sebuah kayu yang kokoh (tidak bergerak).” Dikisahkan pula bahwa Abu Bakar pun seperti itu ketika shalat.

Abdurrazaq berkata,

Penduduk Mekah menuturkan bahwa Ibnu Zubair mencontohshalat dari Abu Bakar, dan Abu Bakar mencontohnya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Fadhail Ash Shahabat I/208, Imam Ahmad)

Abu Bakar merupakan seorang sahabat yang sangat mencintai Al-Quran dan sunnah Rasul. Maka dari itu, ia selalu beribadah sesuai dengan teladan Rasulullah. Berikut adalah cara shalat ala Abu Bakar Ash-shiddiq yang dicontohnya dari Rasul:

1. Niat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niatnya, dan seseorang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan.” ( HR. Bukhari dan Muslim)

Namun niat yang dimaksud tidak dilafalkan. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berdiri hendak mengerjakan shalat beliau mengucapkan “Allahu Akbar” dan tidak mengucapkan apapun sebelumnya, dan tidak melafalkan apapun di dalam niatnya (Al Wajiz hal. 102).

Baca juga:

2. Takbiratul ihram

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan ucapan “Allahu Akbar” sebagaimana beliau memerintahkan hal tersebut kepada orang yang jelek shalatnya. Kemudian mengangkat kedua tangan beliau, terkadang bersama takbir, setelah takbir, atau sebelum takbir. Dan beliau mengangkat kedua tangannya dengan jemari dijulurkan sehingga lurus dengan pundak. Setelah itu beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya (bersedekap) dan melatakkan kedua tangannya di atas dada dengan mengarahkan pandangan ke arah tempat sujud. (lihat Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani).

3. Membaca doa istiftah

Rasul bersabda: ”Tidak sempurna shalat seseorang sampai dia bertakbir, memuji dan menyanjung Allah jalla wa ‘azza, kemudian membaca (beberapa ayat) dari Al-Qur’an yang mudah baginya.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim, Shahih).

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah dia berkata;

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir ketika shalat, maka beliau diam sejenak sebelum membaca Al Fatihah, lalu aku bertanya; “Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, apa yang engkau baca saat engkau diam antara takbir dan membaca Al Fatihah?” beliau menjawab:

Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, apa yang engkau baca saat engkau diam antara takbir dan membaca Al Fatihah?” beliau menjawab:

“ALLAAHUMMA BAA’ID BAINII WABAINA KHATHAYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHOTHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANASI, ALLAAHUMMAGH SIL NII MIN KHATHAAYAAYA BITSTSALJI WALMAA’I WALBARAD”

(Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat, Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran, Ya Allah, cucilah aku dari kesalahanku dengan es, air dan embun).”

Baca juga:

4. Membaca Al Fatihah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (suarat Al Fatihah).” (HR Bukhari dan Muslim). Beliau membaca surat Al Fatihah dengan berhenti pada setiap ayat hingga ayat terakhir, lalu mengucapkan “Aamiin”. Dilanjutkan dengan membaca surat selain Al Fatihah (pada dua rakaat pertama dalam setiap shalat).

Disunnahkan membacanya dengan suara lantang pada shalat shubuh, dua rakaat pertama shalat maghrib, dua rakaat pertama shalat Isya’, dan membacanya dengan lirih pada shalat zhuhur, ashar, rakaat ketiga shalat maghrib, dan dua rakaat terakhir shalat isya. (lihat Al Wajiz karya DR Abdul ‘Azhim Badawiy).

5. Rukuk

Nabi bersabda kepada orang yang jelak shalatnya:

Kemudian rukuklah sampai engkau tumakninah dalam rukuk.” (HR Bukhari dan Muslim).

Beliau rukuk dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lututnya, dengan jemari direnggangkan dan menjauhkan lengan dari lambung. Kemudian disunnahkan membaca tasbih dengan lafal “Subhana rabbiyal Azhim” (artinya : Maha suci Rabbku yang Maha Agung) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani)

6. I’tidal

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah setelah itu mengucapkan Allahu Akbar, kemudian ruku’ sampai hingga tumakninah, lalu mengucapkan ” SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH ” sampai berdiri lurus.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah berkata,

“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka beliau melanjutkan dengan: ‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) ‘. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam rukuk dan mengangkat kepalanya (dari sujud), beliau bertakbir, dan jika bangkit dari dua sujud (dua rakaat), beliau mengucapkan ‘Allahu Akbar’.”

7. Sujud 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya: “Kemudian sujudlah sampai engkau tumakninah, lalu bangkit sampai engkau duduk dengan tumakninah, kemudian sujud sampai engkau tumakninah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan oleh Muslim dari Hudzaifah, bahwa ia pernah shalat bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan ketika sujud beliau membaca: “SUBHAANA RABBIYAL A’LAA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi).”

8. Duduk diantara dua sujud

Di dalam sujud beliau membaca “Subhana Rabbiyal A’la” (Artinya : Mahasuci Rabb-ku Yang Maha Tinggi) sebanyak tiga kali (lihat Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Al Albani), dan beliau membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud dengan mengucapkan “Rabbighfirli, rabbighfirli” (Artinya : Wahai Rabbku ampunilah aku) (HR. An Nasa’I, Shahih) dan do’a lainnya yang berasal dari Rasulullah.

Baca juga:

9. Duduk tahiyat awal

Rakaat kedua pada shalat yang empat atau tiga rakaat disunnahkan untuk duduk tasyahud awal dengan membaca bacaan tasyahud dan shalawat atas Nabi, diantara bacaan tasyahud yang disunnahkan adalah :

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

Kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat :

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Mas’ud berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil menghamparkan kedua telapak tangannya- sebagaimana beliau mengajariku surat Al Qur’an, yaitu

“’ATTAHIYYAATU LILLAHI WASHSHALAWAATU WATHTHAYYIBAAT. ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAHISH SHAALIHIIN ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASULUHU.’

(Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’) Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”

10. Duduk tasyahud akhir

Salah satu bacaan shalawat adalah :

Allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa shallaita ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, kamaa baarakta ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid

(artinya : Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya Allah, Berkahilah Muhammaddan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia) (HR. Bukhari dan Muslim).

11. Salam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengaharamkan (awal shalat) adalah takbir dan yang menghalalkan (akhir shalat) adalah salam.” (HR Ibnu Majah, Shahih).

Salah satu bacaan salam untuk menoleh ke kanan dan kiri adalah Assalamu alaikum wa rahmatullah (artinya : Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian) (HR. Nasai, Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).

Itulah cara shalat ala Abu Bakar Ash-shiddiq sesuai dengan cara sholat Rasulullah. Semoga kita semua bisa ikut meneladani dan membenahi kembali sholat kita agar sesuai dengan petunjuk Rasul.

The post Cara Shalat ala Abu Bakar Ash-shiddiq Sesuai Anjuran Rasulullah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Shalat dengan Celana Panjang dan Dalilnya https://dalamislam.com/shalat/hukum-shalat-dengan-celana-panjang Sun, 17 Jun 2018 09:21:52 +0000 https://dalamislam.com/?p=3647 Kedudukan sholat dalam Islam adalah salah satu rukun Islam dan perintah Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al qur’an :  وَاَقِيْمُوْ الصَّلَوْةَ وَآتُوْالزَّكَوةَ وَمَاتُقَدِّمُوْا لاَ نْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدُاللهِط اِنَّ اللهَ بِمَا  تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat […]

The post Hukum Shalat dengan Celana Panjang dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kedudukan sholat dalam Islam adalah salah satu rukun Islam dan perintah Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al qur’an :

 وَاَقِيْمُوْ الصَّلَوْةَ وَآتُوْالزَّكَوةَ وَمَاتُقَدِّمُوْا لاَ نْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدُاللهِط اِنَّ اللهَ بِمَا
 تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q. S. Al Baqarah : 110)

Dalam pelaksanaan sholat, banyak hal yang harus diperhatikan. Mulai dari cara wudhu yang benar hingga cara berpakaian saat sholat. Pakaian yang digunakan saat sholat haruslah pakaian yang terbaik karena akan berhadapan dengan Allah SWT.

Allah ta’ala berfirman,

يَا بَنِيْْ آدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

Artinya: “Wahai anak Adam! Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (Q. S. Al A’raf: 31).

Pakaian yang digunakan juga haruslah bersih dan suci dari najis. Adapun beberapa ketentuan pakaian dalam sholat diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tidak ketat 

Islam melarang baik laki-laki maupun perempuan untuk memakai pakaian yang ketat. Hal ini juga telah dijelaskan Rasulullah.

Dari Usamah bin Zaid di mana ia pernah berkata,

كساني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قبطية كثيفة كانت مما أهدى له دِحْيَةُ الكلبي فكسوتها امرأتي، فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : مالك لا تلبس القبطية؟ فقلت: يا رسول الله! كسوتها امرأتي، فقال: مرها أن تجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظامها

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut dulu dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau.

Lalu aku memakaikan baju itu kepada istriku. Suatu kala Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menanyakanku: ‘Kenapa baju Quthbiyyah-nya tidak engkau pakai?’.

Kujawab, ‘Baju tersebut kupakaikan pada istriku wahai Rasulullah’. Beliau berkata, ‘Suruh ia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan bentuk tulangnya’” (HR. Ahmad dengan sanad layyin, namun punya penguat dalam riwayat Abi Daud. Ringkasnya, derajat hadits ini hasan).

Baca juga:

Dalam kehidupan sehari-hari saja kita diperintahkan untuk menghindari pakaian ketat karena menampakkan bentuk aurat, apalagi dalam sholat karena salah satu syarat sah sholat adalah tertutupnya seluruh aurat.

2. Tidak tipis dan transparan

Sebagaimana pakaian ketat yang memperlihatkan aurat, pakaian yang tipis dan transparan juga akan memperlihatkan aurat meskipun ditutupi. Pakaian yang tipis dan transparan tidak pantas untuk digunakan saat sholat. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dimana terdapat seseorang yang sholat menggunakan pakaian tidur yang tipis.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Pernah ada seseorang yang datang menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya tentang sholat dengan mengenakan satu pakaian. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bukankah setiap kalian mampu mendapatkan dua pakaian!?”

Kemudian seseorang bertanya kepada Umar, lalu Umar menjawab,

Bila Allah memberikan kelapangan seseorang hendaknya ia sholat dengan sarung dan jubah, atau sarung dan gamis, atau sarung dan mantel (jubah luar), atau celana panjang dan gamis atau celana panjang dan jubah, atau celana panjang dan mantel, atau celana pendek dan mantel, atau celana pendek dan gamis (yang menutupi sampai bawah lutut, red).” (Muttafaqun ‘alaihi).

Baca juga:

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Bila seseorang sholat dengan gamis yang transparan, maka sholatnya tidak sah.”

Beliau juga berkata,

Yang lebih parah dalam hal ini adalah kaum wanita bila sholat dengan daster (pakaian wanita di rumah) dan kudung, sedangkan daster menggambarkan bentuk tubuhnya. Saya lebih suka wanita tersebut sholat dengan mengenakan jilbab yang lapang di atas kudung dan dasternya sehingga tubuh tidak terbentuk dengan daster tadi.”

Itulah beberapa ketentuan berpakaian dalam sholat. Namun bagaimana dengan celana panjang yang saat ini banyak orang menggunakannya saat sholat?

Beberapa orang menganggap bahwa pakaian seperti celana panjang akan menyerupai kaum kafir. Abu Utsman An Nahdi, ia berkata, “Umar pernah mengirim surat kepada kami di Azerbaijan yang isinya:

“’Wahai Utbah bin Farqad! Jabatan itu bukan hasil jerih payahmu dan bukan pula jerih payah ayah dan ibumu. Karena itu kenyangkanlah kaum muslimin di negeri mereka dengan apa yang mengenyangkan di rumahmu, hindarilah bermewah-mewah, memakai pakaian ahli syirik dan memakai sutera.

Dalam Musnad Ali bin Ja’ad juga ada tambahan,

“...pakailah sarung, rida’ (jubah), dan sandal serta buanglah selop dan celana panjang… pakailah pakaian bapak kalian Ismail, hindarilah bernikmat-nikmat dan hindarilah pakaian orang-orang asing.” (Riwayat Ali bin Ja’ad dan Abu Uwanah dengan sanad shahih).

Baca juga:

Al Hafizh Ibnu Hajar meceritakan sebuah riwayat dari Asyhab tentang seseorang yang sholat hanya dengan menggunakan celana panjang (tanpa ditutupi sarung atau jubah atau gamis), beliau berkata,

Hendaknya ia mengulangi sholatnya ketika itu juga kecuali bila celananya tebal.” Sedangkan sebagian ulama Hanafiyah memakruhkan hal itu. Padahal saat itu keadaan celana panjang mereka sangat longgar, apalagi jika menggunakan celana panjang yang ketat.

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin dalam menanggapi beberapa kesalahan yang dilakukan sebagian kaum muslimin di dalam sholat, beliau berkata,

Banyak di antara manunsia tidak lagi mengenakan pakaian yang luas dan lapang, mereka hanya mengenakan celana panjang dan kemeja pendek yang menutupi dada dan punggung.

Bila mereka ruku’, kemeja tertarik hingga tampak sebagian punggung dan ekornya yang merupakan aurat dan dilihat oleh orang yang ada di belakangnya. Padahal terbukanya aurat merupakan sebab batalnya sholat.

Menggunakan celana panjang asalkan benar-benar menutup aurat dan memenuhi ketentuan seperti sebelumnya tidak mengapa dan diperbolehkan.

Hanya saja celana panjang yang banyak beredar saat ini bukanlah celana panjang yang longgar. Kebanyakan laki-laki menggunakan celana panjang yang ketat layaknya wanita kebanyakan saat ini. Ketika sholat, tentunya bagian selangkangan akan berbentuk sehingga auray tidak tertutup dengan sempurna. Maka dari itu, sebaiknya gunakan sarung juga sebagai penutup celana panjang saat sholat agar sholat menjadi lebih afdhol.

Namun bagi wanita, celana panjang tetap menjadi larangan dalam berpakaian saat sholat. Hal ini karena aurat wanita jauh lebih luas dibandingkan laki-laki. Maka pakaian sholat yang baik bagi wanita adalah dengan mukenah atau pakaian longgar yang menutup seluruh aurat dengan sempurna.

Demikianlah artikel tentang hukum menggunakan celana panjang saat sholat. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.  Aamiin.

The post Hukum Shalat dengan Celana Panjang dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>