dakwah islam Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/dakwah-islam Fri, 26 Apr 2019 08:30:23 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png dakwah islam Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/dakwah-islam 32 32 Kedudukan Tabligh Dalam Sistem Dakwah Islam https://dalamislam.com/dasar-islam/kedudukan-tabligh-dalam-sistem-dakwah-islam Fri, 26 Apr 2019 08:30:22 +0000 https://dalamislam.com/?p=6471 Dalam dunia dakwah Islam kita mengenal istilah tabligh. Seringkali majelis ilmu seperti pengurus masjid, lembaga atau lainnya menyelenggarakan pengajian besar yang disebut dengan tabligh akbar. Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan tabligh itu? Bagaimana kedudukan tabligh dalam sistem dakwah Islam? Tabligh berasal dari kata بَلَغَ – يُبَلِّغُ – تَبْلِيْغً (balagha – yuballighu – tablighan) yang memiliki […]

The post Kedudukan Tabligh Dalam Sistem Dakwah Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam dunia dakwah Islam kita mengenal istilah tabligh. Seringkali majelis ilmu seperti pengurus masjid, lembaga atau lainnya menyelenggarakan pengajian besar yang disebut dengan tabligh akbar. Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan tabligh itu? Bagaimana kedudukan tabligh dalam sistem dakwah Islam?

Tabligh berasal dari kata بَلَغَ – يُبَلِّغُ – تَبْلِيْغً (balagha – yuballighu – tablighan) yang memiliki arti menyampaikan atau memberitahu secara lisan. Jadi, secara bahasa tabligh artinya menyampaikan sesuatu hal kepada orang lain.

Menyampaikan dalam istilah tabligh bukanlah sembarang hal, melainkan hanya hal-hal yang benar guna menuju pada kebaikan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Seseorang yang menyampaikan tersebut dikenal dengan istilah mubaligh (laki-laki) atau mubalighah (perempuan).

Kedudukan Tabligh dalam Sistem Dakwah Islam

Baca juga :

Tabligh merupakan salah satu dari sifat wajib bagi Rasul, yakni menyampaikan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk memahami sifat tabligh lebih dalam lagi, sangat perlu untuk mempelajari betapa pentingnya mengenal Rasulullah saw dalam memperjuangkan agama Islam.

Semasa hidupnya Rasulullah terus berjuang dalam menyampaikan wahyu Allah swt. Beliau menyampaikannya baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Setelah Rasulullah saw wafat, dakwah untuk menyebarkan wahyu Allah tersebut diteruskan oleh sahabat-sahabat beliau, para tabi’in, alim ulama dan pengikut Rasulullah saw.

Tabligh sangat bermanfaat dalam sistem dakwah Islam. Tabligh berbentuk kegiatan semacam pidato oleh seseorang atau kelompok yang memiliki pengetahuan agama Islam lebih mendalam kepada khalayak ramai. Melalui tabligh, dakwah Islam mengenai ajaran-ajaran agama Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadits dapat tersebar secara luas ke berbagai belahan dunia. Dalam arti lain, visi Islam dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas umat-Nya semakin mudah dengan adanya tabligh.

Bahkan seiring dengan perkembangan zaman, metode dakwah melalui tabligh ini semakin mudah tersebar dengan adanya sosial media. Tak jarang materi yang disampaikan para pendakwah mudah sekali menjadi trending topic atau yang kita kenal dengan istilah viral.

Tabligh, Salah Satu Metode Dakwah Bagi Umat Islam

Baca juga :

Sesungguhnya dakwah dengan menggunakan tabligh ini bukan hanya kewajiban bagi Rasulullah saw, melainkan seluruh umat-Nya yang telah mampu menyampaikan kebenaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits. Sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini.

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Amr. dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhari)

Dalam berdakwah melalui tabligh ini tentunya ada ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi sebelum mulai mengerjakannya. Penting bagi Anda untuk memahami tata cara berdakwah yang baik menurut Islam yang dapat dipelajari melalui website kami ini.

Itulah ulasan singkat mengenai kedudukan tabligh dalam sistem dakwah Islam yang dapat Anda ketahui. Semoga dapat memberikan manfaat kepada para pembaca sekalian. Temukan berbagai pengetahuan Islami lainnya di situs terbaik kami ini. Terima kasih.

The post Kedudukan Tabligh Dalam Sistem Dakwah Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Alasan Kenapa Umat Islam Wajib Berdakwah https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/alasan-kenapa-umat-islam-wajib-berdakwah Sat, 06 Apr 2019 02:53:48 +0000 https://dalamislam.com/?p=6270 Apapun ilmu yang kita miliki, wajib beramal karena adaalasan umat muslim harus mengamalkan ilmunyauntuk didakwahkan atau diamalkan, bukan karena kita merasa sok pintar atau merasa lebih tahu, namun itu memang sebuah anjuran, yakni seperti hadist Rasulullah, “Sampaikanlah walau satu ayat!”. Nah, inilah alasan kenapa umat islam wajib berdakwah.. [1] Dakwah merupakan jalan hidup Rasul dan […]

The post 13 Alasan Kenapa Umat Islam Wajib Berdakwah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Apapun ilmu yang kita miliki, wajib beramal karena adaalasan umat muslim harus mengamalkan ilmunyauntuk didakwahkan atau diamalkan, bukan karena kita merasa sok pintar atau merasa lebih tahu, namun itu memang sebuah anjuran, yakni seperti hadist Rasulullah, “Sampaikanlah walau satu ayat!”. Nah, inilah alasan kenapa umat islam wajib berdakwah..

[1] Dakwah merupakan jalan hidup Rasul dan pengikutnya

Allah ta’ala berfirman tentangalasan mengapa muslim harus menuntut ilmu (yang artinya), “Katakanlah, Inilah jalanku; aku menyeru kepada Allah di atas landasan ilmu yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Qs. Yusuf: 108)
Berdasarkan ayat yang mulia ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengambil sebuah pelajaran yang amat berharga,

yaitu: Dakwah ila Allah (mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah) keutamaan dakwah dalam islam merupakan jalan orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang beliau tuliskan di dalam Kitab Tauhid bab Ad-Du’a ila syahadati an la ilaha illallah (Ibthal At-Tandid, hal. 44).

[2] Dakwah merupakan karakter orang-orang yang muflih (beruntung)

Allah ta’ala berfirman ciri ciri dakwah yang baik (yang artinya), “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar. Mereka itulah sebenarnya orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali-‘Imran: 104)

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan riwayat dari Abu Ja’far Al-Baqir tentangadab menyampaikan nasehat dalam islam setelah membaca ayat “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 66)

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad, dinilai hasan Al-Albani dalam Sahih Al-Jami’ hadits no. 7070. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 66)

[3] Dakwah merupakan ciri umat yang terbaik

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, kalian perintahkan yang ma’ruf dan kalian larang yang mungkar, dan kalian pun beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-‘Imran: 110)

Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat yang benar, ayat ini umum mencakup segenap umat (Islam) di setiap jaman sesuai dengan kedudukan dan kondisi mereka masing-masing. Sedangkan kurun terbaik di antara mereka semua adalah masa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian generasi sesudahnya, lantas generasi yang berikutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 68)

[4] Dakwah merupakan sikap hidup orang yang beriman

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,…” (Qs. At-Taubah: 71)

Inilah sikap hidup orang yang beriman, berseberangan dengan sikap hidup orang-orang munafiq yang justru memerintahkan yang mungkar dan melarang dari yang ma’ruf. Allah ta’ala menceritakan hal ini dalam firman-Nya (yang artinya), “Orang-orang munafiq lelaki dan perempuan, sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma’ruf…” (Qs. At-Taubah: 67)

[5] Meninggalkan dakwah akan membawa petaka

Allah ta’ala berfirman tentang kedurhakaan orang-orang kafir Bani Isra’il (yang artinya), “Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.” (Qs. Al-Ma’idah: 78-79)

Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Tindakan mereka itu (mendiamkan kemungkaran) menunjukkan bahwa mereka meremehkan perintah Allah, dan kemaksiatan mereka anggap sebagai perkara yang sepele. Seandainya di dalam diri mereka terdapat pengagungan terhadap Rabb mereka niscaya mereka akan merasa cemburu karena larangan-larangan Allah dilanggar dan mereka pasti akan marah karena mengikuti kemurkaan-Nya…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

Di antara dampak mendiamkan kemungkaran adalah kemungkaran tersebut semakin menjadi-jadi dan bertambah merajalela. Syaikh As-Sa’di telah memaparkan akibat buruk ini, “Sesungguhnya hal itu (mendiamkan kemungkaran) menyebabkan para pelaku kemaksiatan dan kefasikan menjadi semakin lancang dalam memperbanyak perbuatan kemaksiatan tatkala perbuatan mereka tidak dicegah oleh orang lain, sehingga keburukannya semakin menjadi-jadi.

Musibah diniyah dan duniawiyah yang timbul pun semakin besar karenanya. Hal itu membuat mereka (pelaku maksiat) memiliki kekuatan dan ketenaran. Kemudian yang terjadi setelah itu adalah semakin lemahnya daya yang dimiliki oleh ahlul khair (orang baik-baik) dalam melawan ahlusy syarr (orang-orang jelek), sampai-sampai suatu keadaan di mana mereka tidak sanggup lagi mengingkari apa yang dahulu pernah mereka ingkari.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

[6] Orang yang berdakwah adalah yang akan mendapatkan pertolongan Allah

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Allah benar-benar akan menolong orang yang membela (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Mereka itu adalah orang-orang yang apabila kami berikan keteguhan di atas muka bumi ini, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Dan milik Allah lah akhir dari segala urusan.” (Qs. Al-Hajj: 40-41)

Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengaku membela agama Allah namun tidak memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan (mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar) maka dia adalah pendusta (lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 540).

[7] Dakwah, bakti anak kepada sang bapak

Allah ta’ala mengisahkan nasihat indah dari seorang bapak teladan yaitu Luqman kepada anaknya. Luqman mengatakan (yang artinya), “Hai anakku, dirikanlah shalat, perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu. Sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs. Luqman: 17)

Allah juga menceritakan dakwah Nabi Ibrahim kepada bapaknya. Allah berfirman (yang artinya), “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah seorang yang jujur lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya; Wahai ayahku.

Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak bisa mencukupi dirimu sama sekali? Wahai ayahku. Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku. Janganlah menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu selalu durhaka kepada Dzat Yang Maha Penyayang.” (Qs. Maryam: 41-44)

[8] Dakwah, alasan bagi hamba di hadapan Rabbnya

Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika suatu kaum di antara mereka berkata, ‘Mengapa kalian tetap menasihati suatu kaum yang akan Allah binasakan atau Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang amat keras?’ Maka mereka menjawab, ‘Agar ini menjadi alasan bagi kami di hadapan Rabb kalian dan semoga saja mereka mau kembali bertakwa’.” (Qs. Al-A’raaf: 164)

[9] Menjadi penyelamat saat hari kiamat

Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Inilah maksud paling utama dari pengingkaran terhadap kemungkaran; yaitu agar menjadi alasan untuk menyelamatkan diri (di hadapan Allah), serta demi menegakkan hujjah kepada orang yang diperintah dan dilarang dengan harapan semoga Allah berkenan memberikan petunjuk kepadanya sehingga dengan begitu dia akan mau melaksanakan tuntutan perintah atau larangan itu.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 307)

Allah berfirman (yang artinya), “Para rasul yang kami utus sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan itu, agar tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk mengelak setelah diutusnya para rasul. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisaa’: 165).

[10] Mencontoh Rasulullah

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat pada hari raya kurban. Beliau berkata, “Wahai umat manusia, hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Bulan apakah ini?”

Mereka menjawab, “Bulan yang disucikan.” Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah disucikan tak boleh dirampas dari kalian, sebagaimana sucinya hari ini, di negeri (yang suci) ini, di bulan (yang suci) ini.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang kemudian mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, “Ya Allah, bukankah aku sudah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikannya?”… (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Hajj, bab Al-Khutbah ayyama Mina. Hadits no. 1739)

[11] Menjadi penyampai kebaikan

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan, “Sesungguhnya beliau mengucapkan perkataan semacam itu (Ya Allah bukankah aku sudah menyampaikannya) disebabkan kewajiban yang dibebankan kepada beliau adalah sekedar menyampaikan. Maka beliau pun mempersaksikan kepada Allah bahwa dirinya telah menunaikan kewajiban yang Allah bebankan untuk beliau kerjakan.” (Fath Al-Bari, jilid 3 hal. 652).

[12] Dakwah tali pemersatu umat

Setelah menyebutkan kewajiban untuk berdakwah atas umat ini, Allah melarang mereka dari perpecahan, “Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah keterangan-keterangan datang kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang berhak menerima siksaan yang sangat besar.” (Qs. Ali-‘Imran: 105)

[13] Mencegah perpecahan

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Kalaulah bukan karena amar ma’ruf dan nahi mungkar niscaya umat manusia (kaum muslimin) akan berpecah belah menjadi bergolong-golongan, tercerai-berai tak karuan dan setiap golongan merasa bangga dengan apa yang mereka miliki…” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 102)

Nah sobat, yuk kita saling menyebar kebaikan pada sesama, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

The post 13 Alasan Kenapa Umat Islam Wajib Berdakwah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Mengenal Dakwah Pertama Rasulullah di Bukit Safa dan Penolakan Kaum Quraisy https://dalamislam.com/sejarah-islam/mengenal-dakwah-pertama-rasulullah Thu, 28 Mar 2019 09:33:35 +0000 https://dalamislam.com/?p=6123 Dakwah Rasulullah merupakan dakwah yang dipenuhi liku dan halangan. Bukan suatu rahasia lagi bahwasanya ajaran Islam dulunya tidak langsung diterima oleh para umatnya begitu saja, bahkan banyak cacian dan makian yang diterima Rasulullah dalam menyebarkan wahyu-wahyu Allah. Bukit Safa merupakan tempat pertama Rasulullah mengabarkan secara terbuka perihal Islam kepada para saudara dan kaum Quraisy. Dikatakan […]

The post Mengenal Dakwah Pertama Rasulullah di Bukit Safa dan Penolakan Kaum Quraisy appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dakwah Rasulullah merupakan dakwah yang dipenuhi liku dan halangan. Bukan suatu rahasia lagi bahwasanya ajaran Islam dulunya tidak langsung diterima oleh para umatnya begitu saja, bahkan banyak cacian dan makian yang diterima Rasulullah dalam menyebarkan wahyu-wahyu Allah. Bukit Safa merupakan tempat pertama Rasulullah mengabarkan secara terbuka perihal Islam kepada para saudara dan kaum Quraisy. Dikatakan bahwa dakwah pertama Rasulullah tersebut merupakan alasan kenapa kaum Quraisy sangat membenci Rasulullah setelahnya.

Mengenal Dakwah Pertama Rasulullah Secara Terbuka

Menyinggung perihal peristiwa di bukit Safa, sebenarnya bukan merupakan dakwah pertama Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam, melainkan lebih tepatnya adalah dakwah terbuka pertama. Pasalnya, pasca Rasulullah menerima wahyu dari gua Hira, Rasulullah sudah mendakwahkan Islam secara siriyyah (sembunyi-sembunyi). Yang mana ajaran Islam itu diterima oleh kerabat-kerabat dekat Rasulullah (Khadijah, Zaid bin Tsabit, Ali bi Abi Thalib, Abu Bakr, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqash, Waraqah bin Naufal, Zubair bin Awwam, Abu Dzar Al-Ghifari, Umar bin Anbasah dan Sa’id bin Al-‘Ash.).

Pemimpin-pemimpun Quraisy pun sebenarnya sudah mendengar desas-desus perihal adanya ajaran baru, namun tidak terlalu mereka hiraukan karena belum terlihat pergerakannya secara terang. Hingga sampai masa dimana Rasulullah mulai mengumpulkan dan menyiarkannya di bukit Safa.

Baca juga :

Penyampaian Wahyu dan Penolakan Kaum Quraisy

Mengenal dakwah pertama Rasullah diawali dari latar belakang yang mendasari Rasulullah mulai menyebarkan Islam secara terbuka, yakni wahyu yang diturunkan Allah. QS, Al-Hijr ayat 94 dan 95 yang berbunyi :

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ
إِنَّا كَفَيْنَٰكَ ٱلْمُسْتَهْزِءِينَ

 “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu).” (Qs. Al-Hijir  94-95).

Itulah kenapa, dikisahkan bahwa Rasulullah kala itu mendatangi rumah tempat tinggal para kerabat dan mengabarkan kepada mereka untuk berkumpul di bukit Safa. Berita tersebut menyebar di telinga beberapa orang, termasuk Abu Lahab. Mereka semua penasaran karena Rasulullah bilang bahwa ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

“Ya…Shabah!” teriak Rasulullah sembari berdiri gagah di atas bukit Safa. Para penduduk yang menyanggupi permintaan Rasulullah pun bergerumul mendekat saat mereka mendengar seruan itu. Mereka semua tau bahwa seruan ‘ya shabah’ adalah seruan yang digunakan untuk mengabarkan sesuatu yang penting, seperti datangnya perang ataupun peristiwa besar.

Baca juga :

Bagaimanakah menurut pendapat kalian, kalau aku memberitahu kalian bahwa ada segerombolan pasukan berkuda di lembah sana, yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?” Ujar Rasulullah mencoba menarik perhatian orang-orang yang datang.

Ya! Kami tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran,” Jawab mereka. Mendengar jawaban itu, Rasulullah pun semakin mantap. Beliau kemudian mengabarkan tujuan utama dikumpulkannya orang-orang di bukit Safa.

Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian semua tentang akan datangnya azab yang amat pedih. Aku ibarat seorang pemantau musuh yang memperhatikan musuh dari tempat yang tinggi, lalu mengabarkan ke semua orang agar mereka tidak diserang secara tiba-tiba.” Ujar Rasulullah secara terang.

Wahai kaum Quraisy. Pasrahkanlah diri kalian kepada Allah! Selamatkanlah diri kalian dari api neraka, karena sesungguhnya aku tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat apapun di sisi Allah, dan aku tak memiliki kuasa untuk membela kalian.

“Wahai Bani Abdu Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api neraka, Sesungguhnya aku tidak dapat memberikan mudharat dan manfaat. Aku tidak bisa menjamin perlindungan apapun di sisi Allah.”

Wahai Bani Abdu Syams, selamatkanlah diri kalian dari siksa api neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari siksa api neraka!

“Wahai bibiku, Syafiyyah binti Abdul Muthalib, aku tidak dapat memberikan perlindungan apapun disisi Allah.”

Wahai Fathimah binti Muhammad, selamatkanlah dirimu dari api neraka, karena sesungguhnya aku tidak dapat memberikan mudharat dan manfaat. Aku tidak dapat memberikan perlindungan apapun di sisi Allah. Hanya saja, karena aku memiliki hubungan silaturrahim dengan kalian, maka akan aku gunakan sesuai haknya.”

Baca juga :

Mendengar seruan lantang Rasulullah, orang orang yang datang nampak bingung. Mereka tidak bereaksi apapun. Masih mencoba menelaah apa yang terjadi. Hingga pada akhirnya, Abu Lahab lah yang menimpali.

Celakalah kau sepanjang hari ini! Apakah hanya untuk hal ini kau mengumpulkan kami?” balas Abu Lahab marah. Atas ucapan dan perbuatannya yang buruk, Allah SWT menurunkan surah Al-Lahab.

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa. (Q.S. Al-Lahab : 1).”

Pasca Dakwah Terbuka Pertama Rasulullah

Berita pun menyebar secara cepat ke seluruh penjuru Mekkah. Muhammad dan ajaran yang disampaikannya menjadi trending topic yang sering dibicarakan penduduk kala itu.

Karena Rasulullah telah menerima wahyu QS, Al-Hijr ayat 94-95, yang menyuruh bahwasanya dakwah harus disampaikan terang terangan, Rasulullah pun semakin gencar dalam mengabarkan dakwahnya. Dikisahkan juga bahwa Rasulullah bahkan sempat mendirikan salat di depan ka’bah secara terang terangan kala siang hari.

Ajaran Islam berkembang kala itu. Lambat laun orang-orang mulai membuka diri dan mulai menerima ajaran Allah. Namun tentu saja ada beberapa perkara yang menjadi isu dalam masyarakat, seperti perbedaan pendapat antara beberapa keluarga (yang sebagian mau masuk islam dan sebagian tidak mau) sehingga menimbulkan rasa saling benci dan menjauh satu sama lain. Dan penolakan kaum Quraisy yang dari awal sudah tidak suka dengan ajaran yang disampaikan Rasulullah.

Rasa tidak suka kaum Quraisy terhadap Rasulullah dan para Sahabat pun bisa dikatakan langgeng, pasalnya perjuangan dakwah kaum muslimin semakin hari semakin berat karena selalu diusik dan diganggu pihak kafir Quraisy yang memang tidak menyambut dan tidak mau melihat Islam berkembang.

Baca juga :

Setelah mengenal dakwah pertama Rasulullah secara terbuka ini, jika kita melihat ke belakang dan mengingat betapa kerasnya perjuangan Rasulullah dalam membela ajaran Allah, kita akan mengetahui bahwa nikmat Islam yang kita nikmati hari ini tidak akan terwujud jika Rasulullah tidak naik ke bukit Safa kala itu. Itulah kenapa saat kita beribadah ke Makkah, banyak yang mengatakan bahwa berhadap-hadapan dengan bukit Safa maka kita akan merasakan guncangan emosional yang sangat hebat jika kita paham betapa banyaknya rasa sakit yang diterima Rasulullah kala menyampaikan dakwahnya.

Mengenal dakwah pertama Rasulullah di bukit Safa, artinya juga belajar tentang sejarah perjalanan Islam. Setiap kemenangan yang kita rasakan juga pernah dihiasi oleh kekalahan pula di zaman Nabi. Namun meskipun begitu, sifat optimis dan pantang menyerah adalah hal yang bisa kita amalkan sebagai upaya mengingat perjuangan Rasulullah, pasalnya Islam hari ini dibangun dengan semangat yang sama. Semoga dengan sedikit menilik perihal perjuangan Rasulullah, kita akan ditambahkan keilmuannya dan diberikan kunci untuk diluruskan ke jalan yang benar, Amin, insya Allah.

Hamsa,

The post Mengenal Dakwah Pertama Rasulullah di Bukit Safa dan Penolakan Kaum Quraisy appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Aliran Islam di Indonesia dan Karakteristik Aliran Sesat https://dalamislam.com/info-islami/aliran-islam-di-indonesia Wed, 08 Feb 2017 03:15:28 +0000 http://dalamislam.com/?p=1366 Aliran islam tidak selalu identik dengan sesat. Aliran Islam juga berkaitan erat dengan eksistensi suatu organisasi islam, bagaimana pergerakannya, dan juga bagaimana menjelankan programnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki umat islam yang dominan dan salah satu yang terbesar di dunia, tentu saja sangat subur melahirkan berbagai aliran dan organisasi islam di Indonesia. Berikut […]

The post 5 Aliran Islam di Indonesia dan Karakteristik Aliran Sesat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Aliran islam tidak selalu identik dengan sesat. Aliran Islam juga berkaitan erat dengan eksistensi suatu organisasi islam, bagaimana pergerakannya, dan juga bagaimana menjelankan programnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki umat islam yang dominan dan salah satu yang terbesar di dunia, tentu saja sangat subur melahirkan berbagai aliran dan organisasi islam di Indonesia.

Berikut adalah contoh-contoh aliran islam di Indonesia yang tidak sesat, serta karakteristik aliran islam yang salah atau keliru, agar tidak tumbuh subur di Indonesia.

5 Contoh Aliran atau Organisasi Islam Indonesia

Di Indonesia sangat banyak sekali aliran islam atau organisasi islam yang tumbuh membesar. Berikut adalah 5 contoh aliran atau organisasi islam di Indonesia yang besar dan tidak bernilai sesat.

  1. Jam’iyatul Chair

Jam’iyatul Choir adalah salah satu nama aliran islam moderen di Indonesia yang berdiri di tahun 1901 M. Aliran ini adalah hasil dari perluasan pemikiran Muhammad Abduh melalui salah satu media majalah islam yang masuk di Jakarta dari Mesir.

Aliran ini memiliki anggota yang berasal dari keturunan bangsa Arab yang berdomisili di Indonesia. Dalam hal ini, Jam’iyatul Chair melakukan proses dakwah yang menekankan pada pembelajaran Bahasa Arab, Pemahaman Islam, Pendidikan Agama, dan juga persatuan dan ukhuwah islam.

  1. Al Irsyad

Al irsyad adalah salah satu organisasi yang sudah berdiri di Inonesia sejak tahun 1914. Al-Irsyad adalah pecahan organisasi Jam’iyatul Choir yang akhirnya berdiri sendiri berbentuk organisasi baru.

Secara umum, garis perkembangan islam di Indonesia berasal dari perkembangan organisasi yang sama. Namun, karena adanya perbedaan pandangan, pemikiran, atau bahkan fiqih maka pecahlah mereka dengan didirikannya berbagai organisasi yang baru.

  1. Sarikat Islam

Sarikat islam adalah bentukan dari HOS Tjokroaminoto. Pada awalnya Sarikat islam berbentuk Sarikat Dagang Islam yang menitik beratkan pada program ekonomi para pedagang muslim. Lama kelamaan HOS Tjokoroaminoto mengembangkan Sarekat Dagang Islam yang menjadi Sarikat Islam karena sudah masuk kepada ranah politik dan islam.

Pada perkembangannya, sarikat islam menjadi terpecah juga menjadi SI Merah dan SI Putih. SI Merah memiliki kecondongan pada nilai-nilai islam komunis atau sosialis. SI Putih memegang teguh pada islam yang lebih puritan.

  1. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi atau aliran islam besar yang ada di Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan yang berada di Jogyakarta. Muhammadiyah menitik beratkan program dan visinya pada masalah pendidikan dan regenerasi muslim yang lebih cerdas dan mampu mengembangkan islam secara lebih intelektual.

Karya besar Muhammadiyah dapat dilihat bahwa Muhammadiyah memiliki banyak sekali Sekolah, Kampus, Majelis Taklim dan media pendidikan lainnya yang bisa diikuti oleh umat islam. Untuk itu, hingga kini Muhammadiyah masih menjadi gerakan islam terbesar di Indonesia.

  1. Nahdatul Ulama

Nahdatul Ulama adalah organisasi yang lama dan juga cukup besar yang ada di Indonesia. Nahdatul ulama adalah sebagai gerakan dari kebangkitan para ulama dan pemikir islam yang kemudian bangkit untuk melawan penjajahan.

Nahdatul ulama meniitik beratkan dakwahnya kepada masalah keislaman yang benar-benar bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. NU juga mendirikan berbagai lembaga pendidikan khususnya pesantren untuk melakukan kaderisasi ulama di dalamnya. Di bidang-bidang lainnya NU juga berperan cukup banyak seperti di bidang ekonomi mendirikan BMT, dakwah islamiah di seluruh kalangan, dan lain sebagainya.

Karakteristik Aliran Islam yang Sesat dan Keliru

Selain aliran islam yang benar, aliran islam yang keliru atau sesat pun juga ada yang keliru atau sesat. Untuk itu, disini tidak akan dibahas mengenai alirannya apa saja, melainkan terkait karakteristik dan juga ciri-ciri alirat sesat tersebut secara umum.

  1. Tidak Sesuai dengan Rukun Iman dan Rukun Islam

Rukun iman dan rukun islam adalah pondasi dari ajaran agama. Untuk itu, jika ada aliran atau organisasi yang tidak sesuai dengan rukun iman dan rukun islam tentu saja tidak bisa dibenarkan. Aliran islam haruslah sesuai dengan rukun iman dan rukun islam.

Aliran yang tidak sesuai dengan rukun iman dan rukun islam dapat dipastikan bahwa aliran tersebut bukanlah aliran islam yang dibenarkan. Hal ini dikarenakan dasar dari islam adalah Keimanan dan Aplikasi Islam dalam keseharian. Bukan sekedar dalam pemikiran atau ucapan.

Untuk itu, sangat penting bagi umat islam memahami rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman agar tidak terjebak kepada aliran atau kelompok yang bertentangan dengan hal tersebut.

  1. Melenceng dari Al-Quran dan Sunnah

Al-Quran dan Sunnah adalah dasar dari ajaran islam. Tentu saja Al-Quran dan Sunnah ini harus dipahami dengan benar beserta perangkat ilmu tafsir yang ada di dalam ajaran islam. Melenceng ini bukan berarti tidak boleh adanya perbedaan konteks, melainkan juga berbeda dengan spirit atau nilai dasar dalam Al-Quran dan Sunnag.

  1. Tidak Sesuai dengan Nilai-Nilai Dasar Islam

Nilai-nilai dasar islam tentunya adalah nilai yang universal dan mengarah pada keadilan dan kesejahteraan manusia di muka bumi. Untuk itu, aliran-aliran sesat tentu akan bertentangan dengan nilai-nilai dasar islam yang universal.

Biasanya, yang tidak sesuai dengan universal adalah melakukan radikalisme, penjarahan, merugikan masyarakat, memiliki nabi baru, atau nilai-nilai bentrokan lainnya. Ajaran islam tentu mengajak manusia kepada keberhasilan, kesuksesan, keadilan di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam

  1. Disampaikan Secara Doktrin dan Taqlid Buta

Penyampaian dakwah adalah cara untuk menyebarkan pemikirna islam di dunia. Untuk itu, aliran sesat sangat mudah menyebar bagi mereka yang tidak memiliki pondasi pemikiran dan taqlid yang kuat. Jika aliran islam tertentu disampaikan dengan doktrin dan tanpa pendasaran maka perlu hati-hati bisa termasuk pada aliran sesat.

Selain itu, taqlid buta juga bisa merupakan salah satu ciri aliran sesat. Untuk itu, ketaatan kita manusia bukanlah kepada ulama atau manusianya, melainkan pada aturan Allah yang kelak akan kita pertanggungjawabkan. Doktrin atau taqlid buta tidak sesuai dengan fitrah manusia yang bisa berpikir dan mengkritisi.

Fitrah tersebut sesuai dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

The post 5 Aliran Islam di Indonesia dan Karakteristik Aliran Sesat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Ciri Ciri Dakwah yang Baik dan Tujuannya dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/ciri-ciri-dakwah-yang-baik Tue, 07 Feb 2017 14:51:41 +0000 http://dalamislam.com/?p=1365 Perkembangan islam tidak pernah luput dari proses dakwah. Dakwah dalam sepanjang sejarah islam selalu menjadi tonggak utama dalam perjuangan menegakkan syariat dan masyarakat yang baik. Begitupun para nabi dan rasul senantiasa bermula dan berawal dari proses dakwah. Tidak ada satupun nabi dan rasul yang tidak menjadikan dakwah sebagai awal dan tonggak perjuangan islam. Di masa […]

The post 5 Ciri Ciri Dakwah yang Baik dan Tujuannya dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Perkembangan islam tidak pernah luput dari proses dakwah. Dakwah dalam sepanjang sejarah islam selalu menjadi tonggak utama dalam perjuangan menegakkan syariat dan masyarakat yang baik. Begitupun para nabi dan rasul senantiasa bermula dan berawal dari proses dakwah. Tidak ada satupun nabi dan rasul yang tidak menjadikan dakwah sebagai awal dan tonggak perjuangan islam.

Di masa kini, dakwah pun menjadi proses yang tidak boleh berhenti begitu saja. Dakwah akan terus ada selagi manusia masih hidup di muka bumi dan memegang misi kehidupannya. Selagi manusia ada maka potensi berbuat kerusakan, kebatilan, dan menjauh dari kebenaran akan selalu ada. Untuk itu, dakwah menjadi proses yang tidak akan pernah berhenti.

Tujuan Dakwah dalam Agama Islam

Di dalam agama islam, dakwah memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan ini tentu saja adalah hal-hal yag menunjang proses pembangunan masyarakat di muka bumi agar tercipta keadilan dan juga kemamuran di dalamnya.

Berikut adalah tujuan dakwah dalam islam :

  1. Memberikan Kesadaran Bagi Manusia

Dakwah islam sejatinya memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran bagi manusia. Kesadaran yang paling utama adalah kesadaran terhadap keberadaan Allah SWT sebagai pencipta dan penguasa hidup manusia. Kesadaran ini adalah kesadaran utama yang harus ada dalam diri manusia. Untuk itu dakwah memberikan kesadaran ini secara utuh kepada manusia, agar dapat menggapai dan meraih hidayah Allah.

  1. Mengajak Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Dakwah bertujuan juga untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar artinya mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Sehingga, program dakwah bertujuan agar semakin banyak kebaikan yang bisa dilakukan dan mencegah kemungkaran yang ada di masyarakat semakin menyebar.

Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar maka rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman dapat digelorakan dengan masif dalam masyarakat.

  1. Menjadi Proses Kaderisasi Islam

Proses kaderisasi islam artinya adalah melahirkan umat muslim yang militan kepada agamanya dan juga menjadi agen perubahan di masyarakat. Proses kaderisasi islam tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya proses dakwah. Untuk itu, proses dakwah adalah bagian dari regenerasi kepemimpinan sekaligus menjadi kelahiran ghiroh baru di tengah-tengah ummat islam.

Regenerasi atau kaderisasi kepemimpinan ini tentu saja agar dapat melahirkan manusia-manusia yang sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam yang dapat memakmurkan negeri.

  1. Menegakkan Aturan Islam

Aturan islam tidak akan bisa ditegakkan tanpa adanya dakwah islam. Aturan islam hanya bisa ditegakkan jika umat islam bisa menegakkannya di muka bumi. Untuk itu kesadaran menegakkan islam hanya bisa lahir jika proses dakwah terus dilakukan.

  1. Sebagai Kekuatan dan Kesatuan Islam

Dengan adanya dakwah, islam bisa membesar semakin kuat dan bersatu. Dengan dakwah juga umat islam bisa saling bertemu dan bersilahturahmi, saling menasihati dan memberikan kesatuan dan kekuatan bagi ummat. Kesatuan dakwah ini tentu saja agar mendukung kepada pencapaian Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

Karakteristik Dakwah yang Baik dalam Islam

Dakwah tentu saja bukan cara yang sembarangan dan cara yang asal-asalan. Dakwah juga bukan sekedar proses yang membutuhkan waktu singkat. Dalam berdakwah pun entu juga membutuhkan proses yang baik dan berkualitas. Berikut adalah ciri-ciri atau karakteristik dari dakwah yang baik dalam islam.

  1. Menggunakan Bahasa Kaumnya

Dakwah yang baik haruslah menggunakan bahasa kaum yang tepat atau sesuai kondisi setempat. Artinya bahasa ini bukan sekedar bahasa melainkan kebiasaan dan tradisi agar mudah untuk dapat diterima dan adaptasi tanpa harus islam merubah nilai inti dari ajarannya.

Andaikata islam di dakwahkan tidak menggunakan bahasa kaumnya, tentu saja sampai saat ini pasti islam akan sulit untuk berkembang. Karena islam tidak bisa ditangkap dan dikenal oleh orang-orang yang tidak mengenal bahasa Arab. Akan tetapi, dakwah islam lintas negara dan bangsa.

Untuk itu, dalam proses berdakwah, mengenal tradisi, budaya, dan juga bahasa kaum yang akan didakwahi adalah proses awal yang harus dilakukan.

  1. Mengikuti Perkembangan Zaman

Dakwah islam yang baik juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus juga merubah nilai inti dari islam. Perkembangan zaman ini khususnya adalah perkembangan teknologi dan karakteristik masyarakat.

Kita bisa melihat hari ini bahwa proses dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti memanfaatkan sosial media dan teknologi. Dengan memanfaatkan hal tersebut, maka perkembangan dakwah islam akan semakin massif dan cepat.

  1. Menyentuh Hati dan Jiwa

Dakwah yang baik juga harus mampu untuk menyentuh hati dan jiwa manusia. Dakwah harus dapat menggugah hati seseorang sehingga dari situlah muncul kesadaran dan dorongan untuk melaksanakan perintah Allah.

Dakwah yang tidak mampu menyentuh hati dan jiwa tidak akan bisa diterima dengan baik, dan tentunya akan kering jika hanya aspek pemikiran yang disampaikan. Aspek menyentuh hati dan jiwa ini tentu dibutuhkan oleh setiap manusia karena hal ini adalah kebutuhan mendasar dari manusia. Dengan menyentuh hati dan jiwa maka akan muncul juga kesegaran ruhani dalam diri.

  1. Memiliki Pendasaran yang Kuat

Dakwah yang baik juga harus memiliki pendasaran yang kuat. Pendasaran yang kuat ini tentu berdasarkan dalil naqli dan aqli yang valid. Tanpa pendasaran yang kuat, tentu saja akan menjadi dakwah yang kurang kuat dalam pikiran manusia. Manusia tentu membutuhkan alasan yang mampu masuk akal dan menggugah dirinya.

Tentu saja aturan islam tidak ada satupun yang tidak masuk akal bahwa semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan benar dan baik. Untuk itu dakwah islam harus dapat memiliki pendasaran yang kuat.

  1. Tidak Asal Klaim atau Judgement

Dakwah islam yang baik juga tidak boleh asal-asalan untuk mengklaim atau judgement pada manusia. Dakwah tidak boleh asal mengatakan seseorang kafir atau munafik atau menstatusi seseorang dengan ungkapan tertentu. Yang harus dilakukan justru haruslah menggugah dan memberikan kesadaran dengan kalimat dan kata-kata yang baik.

Semoga umat islam dapat menjalankan amanah dakwah dimanapun mereka berada. Karena dakwah bukanlah tugas para ustad atau ulama saja, melainkan seluruh umat islam dengan menyesuaikan kapasitas yang dimilikinya.

The post 5 Ciri Ciri Dakwah yang Baik dan Tujuannya dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>