dakwah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/dakwah Fri, 12 Feb 2021 08:00:42 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png dakwah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/dakwah 32 32 Isi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah https://dalamislam.com/sejarah-islam/isi-dakwah-rasulullah-saw-di-madinah Fri, 12 Feb 2021 07:58:53 +0000 https://dalamislam.com/?p=9216 Kaum Muhijirin adalah kaum yang melakukan perjalanan atau kaum yang berhijrah ke Madinah bersama Rasulullah SAW. Sedangkan Kaum Anshar adalah mereka yang menerima kedatangan kaum Muhajirin. Rasulullah SAW menerapkan substansi yang tepat untuk menjalankan misi dakwahnya, agar tidak menimbulkan permasalah baru di Kota Madinah. Berikut beberapa isi dakwah Rasulullah SAW di Madinah: 1. Membina Persaudaraan […]

The post Isi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kaum Muhijirin adalah kaum yang melakukan perjalanan atau kaum yang berhijrah ke Madinah bersama Rasulullah SAW. Sedangkan Kaum Anshar adalah mereka yang menerima kedatangan kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW menerapkan substansi yang tepat untuk menjalankan misi dakwahnya, agar tidak menimbulkan permasalah baru di Kota Madinah. Berikut beberapa isi dakwah Rasulullah SAW di Madinah:

1. Membina Persaudaraan antara Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin

Di antara misi Nabi Muhammad SAW adalah mempersaudarakan antara kaum Anshar dengan kaum Muhajirin. Di Madinah, kaum Anshar sangat menerima kaum Muhajirin dengan tangan terbuka.

Mereka memperbolehkan kaum Muhajirin untuk tinggal di rumahnya, juga kaum Anshar menyediakan segala kebutuhan serta fasilitas yang diperlukan oleh Kaum Muhajirin.

Kota Yatsrib diganti namanya menjadi Madinah al-Munawaroh. Untuk memperkuat dan mempererat tali persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, maka Nabi Muhammad SAW pun mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.

Diantara para sahabat yang dipersaudarakan oleh Rasululloh SAW adalah sebagai berikut:

  • Abu Bakar Ash-Shiddiq bersaudara dengan Kharijah bin Zaid
  • Hamzah bin Abu Muthalib bersaudara dengan Zaid bin Haritsah
  • Umar bin Khattab bersaudara dengan Itban bin Malik
  • Bilal bin Rabah bersaudara dengan Abu Ruwaihah
  • Amir bin Abdillah bersaudara dengan Sa’ad bin Muadz
  • Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi’
  • Zubair bin Awwam bersaudara dengan Salamah bin Salamah
  • Usman bin Affan bersaudara dengan Aus bin Tsabit
  • Thalhah bin Ubaidillah bersaudara dengan Ka’ab bin Malik
  • Abu Huzaifah bin Utbah bersdaudara dengan Ubbah bin Bisyr

2. Membentuk Masyarakat yang Berlandaskan Ajaran Islam

Ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah, beliau langsung membuat kota Madinah dengan masyarakat yang berlandaskan ajaran-ajaran Islam, seperti:

  • Menciptakan kebebasan dalam beragama
  • Menyerukan azan, salat, zakat dan puasa
  • Menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan

3. Mengajarkan Pendidikan Politik, Ekonomi dan Sosial

Bidang Politik

Rasulullah sebagai kepala negara, tentunya beliau mengatur sistem politik serta menerapkan dasar bagi sistem politik Islam yaitu musyawarah. Dengan musyawarah ini umat Islam bisa mengangkat wakil-wakil rakyat atau kepala pemerintahan. Serta membuat peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyatnya, selagi aturan tersebut tidak menyimpang dari ajaran Islam dan sesuai dengan sumber hukum Islam yakni Al-Qur’an.

Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Rasulullah SAW menerapkan beberapa sistem perekonomian, di antaranya adalah sistem ekonomi Islam harus bisa menjamin terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.

Dalam bidang perekonomian ini ada beberapa pendapatan, yaitu di antaranya:

  • Pendapatan utama. Pendapatan utama ini pada masa Rasulullah adalah zakat. Dikarenakan zakat itu merupakan salah satu kewajiban yang harus dikeluarkan oleh umat Muslim dan termasuk rukun Islam.
  • Pendapatan sekunder atau pendapatan pendukung. Pendapatan pendukung ini pada masa Rasulullah SAW didapatkan dari uang tebusan para tawanan perang, serta didapatkan dari wakaf harta benda yang didedikasikan untuk umat Islam.

Bidang Sosial

Pada bidang sosial, Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan. Beliau menerapkan bahwa semua orang dalam pandangan Islam itu sama. Maksudnya adalah derajat manusia semuanya sama di hadapan Allah yang membedakan hanyalah kataqwaannya.

Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang paling berhasil dalam mengajarkan pendidikan politik, ekonomi maupun dalam bidang sosialnya. Beliau adalah satu-satunya orang yang sangat berhasil sepanjang sejarah, baik dalam hal keagamaan maupun keduniaan.

The post Isi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kartu Remi Sebagai Media Dakwah Perspektif Tindakan Sosial Max Weber https://dalamislam.com/info-islami/kartu-remi-sebagai-media-dakwah-perspektif-tindakan-sosial-max-weber Mon, 08 Feb 2021 15:06:17 +0000 https://dalamislam.com/?p=9036 Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sudah sepatutnya memberikan sebuah prakarsa terhadap kehidupan yang penuh dengan cinta damai. Islam merupakan agama yang memang diproyeksikan sedemikian rupa, sebagai agama penyempurna dari agama yang sebelumnya. Islam yang kita ketahui adalah islam yang memanusiakan manusia, tidak rigid serta puritan dalam ajaran. Islam yang konservatif adalah sebuah noda yang […]

The post Kartu Remi Sebagai Media Dakwah Perspektif Tindakan Sosial Max Weber appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sudah sepatutnya memberikan sebuah prakarsa terhadap kehidupan yang penuh dengan cinta damai. Islam merupakan agama yang memang diproyeksikan sedemikian rupa, sebagai agama penyempurna dari agama yang sebelumnya.

Islam yang kita ketahui adalah islam yang memanusiakan manusia, tidak rigid serta puritan dalam ajaran. Islam yang konservatif adalah sebuah noda yang sebenarnya menghambat prosesi perkembangan Islam itu sendiri.

Perkembangan zaman yang kian hari kian berbeda, bahkan perbedaan tersebut cukup signifikan. Sudah semestinya Islam sebagai teacher of life bersifat adaptif dan luwes. Dalam proses diseminasi benih-benih keislaman di lingkungan sekitar sudah tentu memiliki jalan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Setiap lingkungan tidak bisa disamakan dengan lingkungan yang lainnya, misalnya saja lingkungan yang memang diselimuti dengan nilai-nilai religius sudah tentu berbeda dengan lingkungan yang alergi dengan nilai-nilai religius.

Kondisi yang pertama tidak bosan dan lebih suka dengan mendengar ceramah, pengajian dan semacamnya sedangkan kondisi yang kedua tentu tidak merasa tertarik jika disodorkan dengan metode ceramah, pengajian dan semacamnya. Untuk itu dicarilah jalan lain supaya mereka masuk dalam circle keislaman.

Sebelum mengambil tindakan lebih lanjut, sebagai agen harus memperhatikan poin-poin yang berkaitan dengan ilmu kemasyarakatan atau yang biasa disebut dengan ilmu sosiologi. Dalam memahami ilmu sosiologi, seseorang ditawarkan bagaimana ia bisa mengetahui dan memahami keadaan masyarakat secara realita, entah itu baik atau buruk.

Sebab dalam ilmu sosiologi poin baik atau buruk tidak menjadi sebuah sorotan. Itulah karakteristik sosiologi, non-etis. Seorang agen harus memahami masyarakat yang akan diberikan warna olehnya itu seperti apa sehingga langkah yang diambil dapat bekerja dengan optimal.

Pun seorang agen harus mengambil langkah bagaimana ia bisa memberikan sugesti kepada objek agar dapat terpancing ke dalam lubang misinya. Hal itu menurut Max Weber diberi sebutan sebagai tindakan sosial.

Menurut Max Weber, tindakan sosial merupakan bahasan pokok dalam sosiologi. Tidak semua tindakan manusia bisa dikatakan sebagai tindakan sosial.

Sebagaimana yang telah disinggung di muka bahwa tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang apabila tindakannya tersebut dapat memberikan sugesti kepada orang lain. Atau bisa juga dikatakan bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang memberikan makna kepada orang lain.

Disebut tindakan sosial jikalau orientasi tindakan tersebut tertuju kepada orang lain. sebuah tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya.

Sosiologi bertujuan memahami (verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan setiap tindakan mempunyai makna subyektif bagi pelakunya.

Maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna atau yang hendak memahami makna subyektif suatu tindakan sosial harus dapat membayangkan dirinya ada di tempat pelaku untuk dapat menghayati pengalamannya.

Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa dalam melakukan tindakan sosial itu yang terutama adalah tertuju kepada orang lain. Sehingga seorang agen pendakwah harus memperhatikan lingkungan masyarakat seperti apa dan harus berorientasi tindakannya kepada orang lain.

Dalam berdakwah pun kita harus mengetahui perkakas apa yang akan kita gunakan. Pada kali ini penulis mengambil kartu remi sebagai perkakasnya, hal ini untuk menggambarkan keadaan masyarakat di sekitar penulis.

Masyarakat yang memang jika dilihat memiliki daya tarik terhadap permainan remi ini bisa dijadikan sebagai alat untuk menumbuhkan tindakan sosial tersebut. Seorang agen harus terjun dalam circle mereka agar setidaknya dapat mengetahui celah untuk dimasukkan nilai-nilai dakwah.

Hal itu diberikan contoh oleh guru dari si penulis dalam menyebarkan dakwahnya. Beliau berkecimpung dengan mereka yang memang menjadi target dengan mengajak bermain remi, akan tetapi tidak bermain finansial.

Hal itu dilakukan secara kontinyu. Nilai-nilai dakwah yang diselipkan bisa bermacam-macam, ketika azan tiba maka sang guru menjeda permainannya untuk salat terlebih dahulu; pada saat bermain remi sang guru menawarkan untuk sajian makanan dan minuman.

Secara tidak langsung hal itu sudah memberikan dua hubungan, yaitu hubungan kepada Tuhan dan kepada manusia. Hal itu memang tidak langsung memberikan hasil yang diharapkan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, satu per satu orang mulai terbawa sugesti hingga mereka akhirnya masuk dalam circle yang diproyeksikan guru si penulis tersebut.

Hal itu merupakan sebuah tindakan sosial yang di mana seorang agen melakukan tindakannya yang diorientasikan kepada orang lain supaya mereka bisa masuk dalam nilai-nilai keislaman melalui jalur kartu remi.

Trik itu bisa mempengaruhi mereka yang semula sulit sekali untuk melangkahkan kaki ke tempat ibadah, akhirnya mulai mau sedikit demi sedikit.

Mereka yang awalnya sulit sekali untuk memberikan sedikit rezekinya dalam bersedekah kepada sesama, perlahan mulai mau untuk bersedekah. Tindakan bermain remi tersebut dapat memberikan makna kepada sekumpulan orang hingga mereka dapat mengarah kepada tujuan dari sang agen tersebut.

The post Kartu Remi Sebagai Media Dakwah Perspektif Tindakan Sosial Max Weber appeared first on DalamIslam.com.

]]>
2 Perbedaan Khutbah, Tabligh dan Dakwah yang Harus dipahami https://dalamislam.com/info-islami/perbedaan-khutbah-tabligh-dan-dakwah Fri, 31 Jul 2020 09:33:16 +0000 https://dalamislam.com/?p=8789 Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk berdakwah walapun hanya satu ayat. Hal ini didasarkan atas hadits berikut. Dari ‘Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu dituturkan, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walapun satu ayat.” HR. Bukhari Selain melalui dakwah, metode lain yang dapat digunakan adalah khutbah dan tabligh. Ketiga metode ini memiliki makna yang sama […]

The post 2 Perbedaan Khutbah, Tabligh dan Dakwah yang Harus dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk berdakwah walapun hanya satu ayat. Hal ini didasarkan atas hadits berikut.

Dari ‘Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu dituturkan, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walapun satu ayat.”

HR. Bukhari

Selain melalui dakwah, metode lain yang dapat digunakan adalah khutbah dan tabligh. Ketiga metode ini memiliki makna yang sama yaitu menyampaikan pesan kepada orang lain.

Meskipun begitu, ketiganya memiliki beberapa perbedaan, antara lain sebagai berikut.

1. Berdasarkan Pengertian

Kata khutbah berasal dari kata khathaba – yakhthubu – khuthbatan yang berarti memberi nasihat dalam kegiatan ibadah seperti shalat (shalat Jum’at, shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha, shalat Istisqo, dan shalat Khusuf), wuquf, dan nikah.

Secara istilah, khutbah diartikan sebagai kegiatan ceramah yang ditujukan kepada sejumlah orang Islam, dengan syarat dan rukun tertentu, yang berkaitan langsung dengan keabsahan dan kesunahan ibadah.

Sedangkan kata tabligh berasal dari kata balagha – yuballighu – tablighaan yang berarti menyampaikan atau memberitahukan secara lisan.

Secara istilah, tabligh diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan yang berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada satu orang Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya, yang dilakukan secara lisan.

Adapun dakwah berasal dari kata da’aa – yad’uu – da’watan yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak pada sesuatu hal.

Secara istilah, dakwah diartikan sebagai kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala baik secara lisan maupun perbuatan.

2. Berdasarkan Ketentuan

Baik khutbah, tabligh, maupun dakwah memiliki ketentuan atau tata cara masing-masing. Berikut adalah ulasannya.

  • Khutbah, ketentuannya terdiri dari syarat khatib, syarat dua khutbah, rukun khutbah, dan sunah khutbah.
    • Syarat khatib adalah sebagai berikut.
      • Beragama Islam
      • Balig
      • Berakal sehat
      • Mengetahui ilmu agama
    • Syarat dua khutbah adalah sebagai berikut.
      • Khutbah dilaksanakan sesudah masuk waktu dhuhur
      • Khatib duduk di antara dua khutbah
      • Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas
      • Tertib
    • Rukun khutbah
      • Membaca hamdallah
      • Membaca syahadatain
      • Membaca shalawat
      • Berwasiat taqwa
      • Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khutbah
      • Berdoa pada khutbah kedua
    • Sunah khutbah
      • Ketika khutbah sebaiknya khatib berdiri dan menghadap jamaah
      • Khutbah diawali dengan memberi salam
      • Menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami, dan tidak terlalu panjang
      • Membaca surat Al Ikhlas ketika duduk di antara dua khutbah
  • Tabligh, ketentuannya meliputi syarat mubaligh dan etika dalam menyampaikan tabligh
    • Syarat mubaligh
      • Beragama Islam
      • Balig
      • Berakal
      • Mendalami ajaran Islam
    • Etika tabligh
      • Mubaligh hendaknya bersikap lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak
      • Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
      • Kesepakatan bersama diperoleh melalui musyawarah dan diskusi
      • Materi yang disampaikan harus memiliki dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya
      • Materi disampaikan dengan ikhlas dan sabar serta disesuaikan dengan kondisi, psikologis dan sosiologis para pendengarnya
      • Tidak menghasut orang lain untuk membenci orang lain atau bermusuhan, merusak, berselisih, dan mencari-cari kesalahan orang lain
  • Dakwah, ketentuannya meliputi syarat da’i dan etika dalam berdakwah.
    • Syarat da’i
      • Beragama Islam
      • Balig
      • Berakal
      • Mendalami ajaran Islam
    • Etika dalam berdakwah atau cara berdakwah yang baik menurut Islam adalah sebagai berikut.
      • Dakwah dilakukan dengan ucapan yang jelas, tegas dan sikap yang bijaksana
      • Materi dakwah disampaikan dengan cara persuasif atau tanpa kekerasan dan edukatif atau mendidik
      • Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik atau uswatun hasanah
      • Dakwah dilakukan dengan mujādalah yaitu berdiskusi atau tukar pikiran, santun, serta menghargai pendapat orang lain

Wallahu a’lam.

The post 2 Perbedaan Khutbah, Tabligh dan Dakwah yang Harus dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Meninggalkan Istri Untuk Berdakwah dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-meninggalkan-istri-untuk-berdakwah Tue, 09 Jul 2019 02:34:18 +0000 https://dalamislam.com/?p=7426 Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk selalu menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; […]

The post Hukum Meninggalkan Istri Untuk Berdakwah dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk selalu menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imran/3 : 104]

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” [An-Nahl/16 : 125]

Namun sebagai manusia, kita juga mempunyai hubungan dengan mahluk lain seperti sebuah pernikahan misalnya. Lalu bagaimana hukumnya jika seorang suami meninggalkan istri untuk berdakwah di jalan Allah? Apakah jauh lebih utama berdakwah dibandingkan tinggal bersama istri?

Baca juga:

Dalam Islam, penetapan hukum atas sebuah perbuatan harus dilihat terlebih dahulu kondisinya. Pada dasarnya, seorang suami diperbolehkan meninggalkan istri untk berdakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah pada jaman dahulu yang mana beliau harus pergi berperang.

Namun harus diingat bahwa ketika seorang suami pergi berdakwah apalagi dalam waktu yang lama, maka ia harus mempersiapkan nafkah untuk istri dan anak-anaknya selama ia pergi berdakwah. Ia tetap memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarganya. Alasan dakwah tidak bisa menjadi alasan untuk menggugurkan kewajiban menafkahi keluarga.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. [An-Nisâ/4:34]

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf”. [Al-Baqarah/2:233]

Baca juga:

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Artinya menjadi kewajiban bagi bapak si anak untuk menafkahi dan memberi pakaian kepada ibu-ibu yang menyusui dengan cara yang baik-baik. Maksudnya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku untuk wanita seperti mereka di negeri mereka, tanpa berlebihan atau terlalu sedikit, menurut kemampuan (ekonomi) si bapak: kaya, sedang, atau kurang mampu. Sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla.

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang di sempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allâh kepadanya. Allâh tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allâh berikan kepadanya. Allâh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”. [Ath-Thalaq/65:7]

Dari dalil di atas jelas terlihat bahwa tidak ada larangan untuk pergi meninggalkan istri untuk berdakwah, namun hendaknya seorang suami tetap memberikan nafkah kepada keluarganya. Bahkan Rasul pernah menegur sahabatnya karena ia lalai dalam menafkahi istri hanya karena terlalu berfokus pada dakwah dan ibadahnya.

“Dan keluargamu mempunyai hak yang harus kamu tunaikan.”[HR. Tirmidzi]

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah memberi peringatan kepada orang-orang yang mengabaikan nafkah keluarganya dengan bersabda,

“Berdosalah seorang (suami) yang mengabaikan nafkah keluarga yang menjadi tanggungannya.” [Ahmad dalamAl-Musnaddan Abu Dawud dalamSunan]

Baca juga:

Sebuah riwayat lain menceritakan, diriwayatkkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu anhu,Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda,

Hai ‘Abdullah, benarkah berita bahwa engkau berpuasa pada siang hari dan shalat di malam harinya?”

Aku berkata, “Benar, ya Rasulullah.”

Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi kritik, “Jangan berbuat demikian! Berpuasalah dan berbukalah, shalatnya di malam hari tapi juga tidurlah. Sebab fisikmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak, dan istrimu juga memiliki hak.” [HR. Bukhari]

Namun jika seorang suami pergi berdakwah meninggalkan istrinya dengan meninggalkan nafkah yang mencukupi selama kepergiannya, maka hendaknya seorang istri bersabar dan mendukung dakwah dari sang suami.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ

Apabila seorang wanita [1] mengerjakan shalat lima waktunya, [2] mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, [3] menjaga kemaluannya, dan [4] menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (HR. Ibnu Hibban; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 660.)

Baca juga:

Bahkan seorang wanita yang mentaati suaminya di rumah ketika suaminya berdakwah juga akan mendapatkan pahala yang sama dengan sang suami. Maka dari itu, bagi istri yang telah dicukupi nafkahnya selama suami pergi berdakwah, sangat dianjurkan untuk mendukung dan bersabar.

أنها أتت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهو بين أصحابه، فقالت: بأبي وأمي أنت يا رسول الله، أنا وافدة النساء إليك، إن الله عَزَّ وَجَلَّ بعثك إلى الرجال والنساء كافة، فآمنا بك وبإلاهك، وإنا معشر النساء محصورات مقصورات، قواعد بيوتكم، ومقضى شهواتكم، وحاملات أولادكم.

Bahwa dia (Asma) mendatangi Rasulullah, sementara beliau sedang duduk di antara para sahabatnya. Asma’ berkata, ‘Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu, wahai Rasulullah. Saya adalah utusan para wanita di belakangku kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan wanita, maka mereka beriman kepadamu dan kepada tuhanmu. Kami para wanita selalu dalam keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat, dan mengandung anak-anak kalian,

وإنكم معشر الرجال فضلتم علينا بالجمع والجماعات، وعيادة المرضى، وشهود الجنائز، والحج بعد الحج، وأفضل من ذلك الجهاد في سبيل الله عَزَّ وَجَلَّ وإن الرجل إذا خرج حاجا أو معتمرا أو مجاهدا، حفظنا لكم أموالكم، وغزلنا أثوابكم، وربينا لكم أولادكم، أفما نشارككم في هذا الأجر والخير؟

Sementara kalian – kaum laki-laki – mengungguli kami dengan shalat Jumat, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji, dan yang lebih utama dari itu adalah jihad fi sabilillah. Jika salah seorang dari kalian pergi haji, umrah, atau jihad maka kamilah yang menjaga harta kalian, menenun pakaian kalian, dan mendidik anak-anak kalian. Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama seperti kalian?

فالتفت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلى أصحابه بوجهه كله، ثم قال: ” هل سمعتم مقالة امرأة قط أحسن من مساءلتها في أمر دينها من هذه؟ ” فقالوا: يا رسول الله، ما ظننا أن امرأة تهتدي إلى مثل هذا.

Nabi memandang para sahabat dengan seluruh wajahnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Apakah kalian pernah mendengar ucapan seorang wanita yang lebih baik pertanyaannya tentang urusan agamanya daripada wanita ini?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yang bisa bertanya seperti dia.’

فالتفت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إليها فقال: ” افهمي أيتها المرأة، وأعلمي من خلفك من النساء، أن حسن تبعل المرأة لزوجها وطلبها مرضاته، واتباعها موافقته، يعدل ذلك كله “.فانصرفت المرأة وهي تهلل

Nabi menoleh kepadanya dan bersabda, ‘Pahamilah, wahai Ibu, dan beritahu para wanita di belakangmu bahwa ketaatan istri kepada suaminya, usahanya untuk memperoleh ridhanya, dan kepatuhannya terhadap keinginannya menyamai semua itu.’ Wanita itu pun berlalu dengan wajah berseri-seri.”
(Usudul Ghaayah fi Ma’rifatis Shahabah, 7:17, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, cet. 1, 1415 H, Asy-Syamilah)

Itulah penjelasan singkat mengenai hukum meninggalkan istri untuk berdakwah. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.

The post Hukum Meninggalkan Istri Untuk Berdakwah dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Alasan Kenapa Umat Islam Wajib Berdakwah https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/alasan-kenapa-umat-islam-wajib-berdakwah Sat, 06 Apr 2019 02:53:48 +0000 https://dalamislam.com/?p=6270 Apapun ilmu yang kita miliki, wajib beramal karena adaalasan umat muslim harus mengamalkan ilmunyauntuk didakwahkan atau diamalkan, bukan karena kita merasa sok pintar atau merasa lebih tahu, namun itu memang sebuah anjuran, yakni seperti hadist Rasulullah, “Sampaikanlah walau satu ayat!”. Nah, inilah alasan kenapa umat islam wajib berdakwah.. [1] Dakwah merupakan jalan hidup Rasul dan […]

The post 13 Alasan Kenapa Umat Islam Wajib Berdakwah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Apapun ilmu yang kita miliki, wajib beramal karena adaalasan umat muslim harus mengamalkan ilmunyauntuk didakwahkan atau diamalkan, bukan karena kita merasa sok pintar atau merasa lebih tahu, namun itu memang sebuah anjuran, yakni seperti hadist Rasulullah, “Sampaikanlah walau satu ayat!”. Nah, inilah alasan kenapa umat islam wajib berdakwah..

[1] Dakwah merupakan jalan hidup Rasul dan pengikutnya

Allah ta’ala berfirman tentangalasan mengapa muslim harus menuntut ilmu (yang artinya), “Katakanlah, Inilah jalanku; aku menyeru kepada Allah di atas landasan ilmu yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Qs. Yusuf: 108)
Berdasarkan ayat yang mulia ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengambil sebuah pelajaran yang amat berharga,

yaitu: Dakwah ila Allah (mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah) keutamaan dakwah dalam islam merupakan jalan orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang beliau tuliskan di dalam Kitab Tauhid bab Ad-Du’a ila syahadati an la ilaha illallah (Ibthal At-Tandid, hal. 44).

[2] Dakwah merupakan karakter orang-orang yang muflih (beruntung)

Allah ta’ala berfirman ciri ciri dakwah yang baik (yang artinya), “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar. Mereka itulah sebenarnya orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali-‘Imran: 104)

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan riwayat dari Abu Ja’far Al-Baqir tentangadab menyampaikan nasehat dalam islam setelah membaca ayat “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 66)

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad, dinilai hasan Al-Albani dalam Sahih Al-Jami’ hadits no. 7070. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 66)

[3] Dakwah merupakan ciri umat yang terbaik

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, kalian perintahkan yang ma’ruf dan kalian larang yang mungkar, dan kalian pun beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-‘Imran: 110)

Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat yang benar, ayat ini umum mencakup segenap umat (Islam) di setiap jaman sesuai dengan kedudukan dan kondisi mereka masing-masing. Sedangkan kurun terbaik di antara mereka semua adalah masa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian generasi sesudahnya, lantas generasi yang berikutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, jilid 2 hal. 68)

[4] Dakwah merupakan sikap hidup orang yang beriman

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,…” (Qs. At-Taubah: 71)

Inilah sikap hidup orang yang beriman, berseberangan dengan sikap hidup orang-orang munafiq yang justru memerintahkan yang mungkar dan melarang dari yang ma’ruf. Allah ta’ala menceritakan hal ini dalam firman-Nya (yang artinya), “Orang-orang munafiq lelaki dan perempuan, sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma’ruf…” (Qs. At-Taubah: 67)

[5] Meninggalkan dakwah akan membawa petaka

Allah ta’ala berfirman tentang kedurhakaan orang-orang kafir Bani Isra’il (yang artinya), “Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.” (Qs. Al-Ma’idah: 78-79)

Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Tindakan mereka itu (mendiamkan kemungkaran) menunjukkan bahwa mereka meremehkan perintah Allah, dan kemaksiatan mereka anggap sebagai perkara yang sepele. Seandainya di dalam diri mereka terdapat pengagungan terhadap Rabb mereka niscaya mereka akan merasa cemburu karena larangan-larangan Allah dilanggar dan mereka pasti akan marah karena mengikuti kemurkaan-Nya…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

Di antara dampak mendiamkan kemungkaran adalah kemungkaran tersebut semakin menjadi-jadi dan bertambah merajalela. Syaikh As-Sa’di telah memaparkan akibat buruk ini, “Sesungguhnya hal itu (mendiamkan kemungkaran) menyebabkan para pelaku kemaksiatan dan kefasikan menjadi semakin lancang dalam memperbanyak perbuatan kemaksiatan tatkala perbuatan mereka tidak dicegah oleh orang lain, sehingga keburukannya semakin menjadi-jadi.

Musibah diniyah dan duniawiyah yang timbul pun semakin besar karenanya. Hal itu membuat mereka (pelaku maksiat) memiliki kekuatan dan ketenaran. Kemudian yang terjadi setelah itu adalah semakin lemahnya daya yang dimiliki oleh ahlul khair (orang baik-baik) dalam melawan ahlusy syarr (orang-orang jelek), sampai-sampai suatu keadaan di mana mereka tidak sanggup lagi mengingkari apa yang dahulu pernah mereka ingkari.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)

[6] Orang yang berdakwah adalah yang akan mendapatkan pertolongan Allah

Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Allah benar-benar akan menolong orang yang membela (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Mereka itu adalah orang-orang yang apabila kami berikan keteguhan di atas muka bumi ini, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Dan milik Allah lah akhir dari segala urusan.” (Qs. Al-Hajj: 40-41)

Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengaku membela agama Allah namun tidak memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan (mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar) maka dia adalah pendusta (lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 540).

[7] Dakwah, bakti anak kepada sang bapak

Allah ta’ala mengisahkan nasihat indah dari seorang bapak teladan yaitu Luqman kepada anaknya. Luqman mengatakan (yang artinya), “Hai anakku, dirikanlah shalat, perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu. Sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs. Luqman: 17)

Allah juga menceritakan dakwah Nabi Ibrahim kepada bapaknya. Allah berfirman (yang artinya), “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah seorang yang jujur lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya; Wahai ayahku.

Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak bisa mencukupi dirimu sama sekali? Wahai ayahku. Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku. Janganlah menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu selalu durhaka kepada Dzat Yang Maha Penyayang.” (Qs. Maryam: 41-44)

[8] Dakwah, alasan bagi hamba di hadapan Rabbnya

Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika suatu kaum di antara mereka berkata, ‘Mengapa kalian tetap menasihati suatu kaum yang akan Allah binasakan atau Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang amat keras?’ Maka mereka menjawab, ‘Agar ini menjadi alasan bagi kami di hadapan Rabb kalian dan semoga saja mereka mau kembali bertakwa’.” (Qs. Al-A’raaf: 164)

[9] Menjadi penyelamat saat hari kiamat

Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Inilah maksud paling utama dari pengingkaran terhadap kemungkaran; yaitu agar menjadi alasan untuk menyelamatkan diri (di hadapan Allah), serta demi menegakkan hujjah kepada orang yang diperintah dan dilarang dengan harapan semoga Allah berkenan memberikan petunjuk kepadanya sehingga dengan begitu dia akan mau melaksanakan tuntutan perintah atau larangan itu.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 307)

Allah berfirman (yang artinya), “Para rasul yang kami utus sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan itu, agar tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk mengelak setelah diutusnya para rasul. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisaa’: 165).

[10] Mencontoh Rasulullah

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat pada hari raya kurban. Beliau berkata, “Wahai umat manusia, hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Bulan apakah ini?”

Mereka menjawab, “Bulan yang disucikan.” Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah disucikan tak boleh dirampas dari kalian, sebagaimana sucinya hari ini, di negeri (yang suci) ini, di bulan (yang suci) ini.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang kemudian mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, “Ya Allah, bukankah aku sudah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikannya?”… (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Hajj, bab Al-Khutbah ayyama Mina. Hadits no. 1739)

[11] Menjadi penyampai kebaikan

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan, “Sesungguhnya beliau mengucapkan perkataan semacam itu (Ya Allah bukankah aku sudah menyampaikannya) disebabkan kewajiban yang dibebankan kepada beliau adalah sekedar menyampaikan. Maka beliau pun mempersaksikan kepada Allah bahwa dirinya telah menunaikan kewajiban yang Allah bebankan untuk beliau kerjakan.” (Fath Al-Bari, jilid 3 hal. 652).

[12] Dakwah tali pemersatu umat

Setelah menyebutkan kewajiban untuk berdakwah atas umat ini, Allah melarang mereka dari perpecahan, “Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah keterangan-keterangan datang kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang berhak menerima siksaan yang sangat besar.” (Qs. Ali-‘Imran: 105)

[13] Mencegah perpecahan

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Kalaulah bukan karena amar ma’ruf dan nahi mungkar niscaya umat manusia (kaum muslimin) akan berpecah belah menjadi bergolong-golongan, tercerai-berai tak karuan dan setiap golongan merasa bangga dengan apa yang mereka miliki…” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 102)

Nah sobat, yuk kita saling menyebar kebaikan pada sesama, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

The post 13 Alasan Kenapa Umat Islam Wajib Berdakwah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Mencari Nafkah dengan Berdakwah Dalam Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-mencari-nafkah-dengan-berdakwah-dalam-islam Tue, 17 Jul 2018 03:24:24 +0000 https://dalamislam.com/?p=3852 Dalam menjalani kehidupan, kita diwajibkan untuk selalu beribadah kepada Allah SWT. Tapi di samping itu, kita juga diwajibkan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup. Allah sendiri telah memerintahkan kita untuk mencari nafkah dalam Al quran. Allah berfirman: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ فَانْتَشِرُوا فِي اْلأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Maka apabila […]

The post Hukum Mencari Nafkah dengan Berdakwah Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam menjalani kehidupan, kita diwajibkan untuk selalu beribadah kepada Allah SWT. Tapi di samping itu, kita juga diwajibkan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup. Allah sendiri telah memerintahkan kita untuk mencari nafkah dalam Al quran.

Allah berfirman:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ فَانْتَشِرُوا فِي اْلأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Maka apabila shalat telah selesai dikerjakan, bertebaranlah kamu sekalian di muka bumi dan carilah rezeki karunia Allah”. [Al Jumu’ah : 10]

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekiNya. Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. [Al Mulk : 15]

Baca juga:

Dari Umar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka niscaya Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang”. [HR Tirmidzi, no. 2344; Ahmad (I/30); Ibnu Majah, no. 4164]

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen)” (HR. Muslim no. 995).

Dari Al Miqdam bin Ma’dikarib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Harta yang dikeluarkan sebagai makanan untukmu dinilai sebagai sedekah untukmu. Begitu pula makanan yang engkau beri pada anakmu, itu pun dinilai sedekah. Begitu juga makanan yang engkau beri pada istrimu, itu pun bernilai sedekah untukmu. Juga makanan yang engkau beri pada pembantumu, itu juga termasuk sedekah” (HR. Ahmad 4: 131. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Baca juga:

Namun bagaimana hukumnya jika seseorang mencari nafkah dari hasil berdakwah? Sedangkan kita memang dituntut untuk selalu berdakwah menyebarkan ajaran Islam sebagai amal jariah.

Mengenai perkara ini, maka hukum mencari nafkah atau harta dalam Islam dengan jalan dakwah adalah boleh. Hal ini juga pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.

Bukhori dari Ibnu Abbas jikalau sebagian sahabat Nabi saw melalui asal pati mata air dimana terkandung orang yang tersengat binatang berbisa, lantas salah seorang yang bertempat tinggal di asal pati mata air tersebut datang serta berkata; “Adakah di antara kalian seseorang yang pandai menjampi? pasal di tempat tinggal dekat asal pati mata air adanya seseorang yang tersengat binatang berbisa”.

Lantas salah seorang sahabat Nabi pergi ke tempat tersebut serta membacakan al fatihah dengan upah seekor kambing. nyatanya orang yang tersengat tadi sembuh, tersebutkan sahabat tersebut membawa kambing itu kepada teman-temannya. Namun teman-temannya tak suka dengan Perihal itu, mereka berkata; “Kamu mengambil upah atas kitabullah?” sehabis mereka tiba di Madinah, mereka berkata; “Wahai Rasulullah, ia ini mengambil upah atas kitabullah”.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya upah yang paling berhak kalian ambil ialah upah pasal (mengajarkan) kitabullah” Hal itu juga ditegaskan bahwa Rasulullah SAW pernah memerintahkan seorang lelaki buat mengajarkan istrinya al Qur’an sebagai mahar baginya. (HR. Bukhari)

Baca juga:

Dari dalil di atas, jelas menunjukkan bahwa seorang yang mencari nafkah dengan jalan dakwah adalah boleh. Beberapa ulama juga menyetujui hal ini karena beberapa hal:

  1. Berdakwah membutuhkan biaya transportasi
  2. Seorang yang terlalu sibuk menyebarkan ilmu agama dikhawatirkan tidak mempunyai waktu untuk mencari nafkah, maka ia boleh menerima upah dakwah
  3. Jika seseorang yang berdakwah tidak dibayar, maka ditakutkan di masa depan tidak ada lagi yang mau berdakwah
  4. Jika seseorang diberi upah untuk berdakwah maka boleh diterima karena kita dilarang menolak rejeki, asalkan bukan ia yang meminta
  5. Jika seorang artis saja dibayar mahal, maka hendaknya yang mengajarkan ilmu agama haruslah lebih dihargai

Itulah beberapa alasan mengapa seorang yang berdakwah boleh menerima upahnya sebagai pengganti mencari nafkah.

Namun sayangnya, saat ini justru semakin banyak orang yang berdakwah dengan menetapkan tarif tertentu. Bahkan beberapa diantaranya justru menerapkan tarif yang sangat tinggi hingga membuat beberapa orang jadi sulit untuk membayarnya padahal mereka ingin mendapatkan ilmu agama.

Perilaku yang memperjualbelikan ajaran Islam seperti inilah yang tidak diperbolehkan karena Allah telah melarang untuk menjual ayat-ayatnya dengan harga dunia atau dijadikan sebagai bahan komersil.

Baca juga :

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan- keterangan (yang jelas) dan petunjuk , setelah kami menerangkannya kepada manusia Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan di laknati (pula) oleh semua (makhluk )yang dapat melaknati”  (Al Baqoroh: 159)

Rasulullah bersabda, “Bacalah Al qur’an, dan jangan terlalu berlebihan,jangan terlalu lalai, jangn makan upah mengajar Al qur’an, dan memeperbanyak harata melalaui mengajar Al qur’an “ (HR. Ahmad, dishahihkan oleh ibnu Hajar).

Allah berfirman,

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى*وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى*ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى

“Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwa usahanya itu (di akhirat) kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS. al-Najm ayat 39)

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa seluruh usaha dalam mencari nafkah dinilai dengan niatnya. Jika seseorang berniat untuk mengejar dunia tanpa memikirkan akhirat maka sungguh hanya dunialah yang ia dapatkan.

Itulah beberapa penjelasan mengenai hukum mencari nafkah dengan cara berdakwah. Sesungguhnya boleh saja mengambil upah dari berdakwah asal jangan menetapkan tarif yang tinggi hingga menjadikan dakwah sebagai hal komersil.

Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

The post Hukum Mencari Nafkah dengan Berdakwah Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Cara Berdakwah yang Baik Menurut Islam https://dalamislam.com/info-islami/cara-berdakwah-yang-baik-menurut-islam Wed, 04 Apr 2018 03:12:19 +0000 https://dalamislam.com/?p=3206 Salah satu hal penting yang dapat dilakukan agar Islam tetap berkumandang di muka bumi dan bertahan hingga akhir zaman adalah berdakwah. Allah berfirman dalam beberapa surah yang berisi perintah berdakwah yakni QS An-Nahl : 125 ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ Artinnya : “Berserulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan nasihat yang baik dan berikan […]

The post 13 Cara Berdakwah yang Baik Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Salah satu hal penting yang dapat dilakukan agar Islam tetap berkumandang di muka bumi dan bertahan hingga akhir zaman adalah berdakwah. Allah berfirman dalam beberapa surah yang berisi perintah berdakwah yakni

  • QS An-Nahl : 125

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

Artinnya : “Berserulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan nasihat yang baik dan berikan bantahan menggunakan cara yang baik”

  • QS Ali Imran : 104

Artinya : “Dan hendaklah diantara kamu segolongan orang yang menyeru pada kebaikan, berbuat ma’ruf fan mencegah yang munkar. Dan mereka itu adalah orang yang beruntung”

Dakwah adalah sebuah kata yang berarti “menyeru” bukan “menyuruh”, “mengajak” bukan “mengejak”. Tentu berbeda penjelasannya tentang kedua hal itu. Coba perhatikan kalimat berikut ini, “Cepat kerjakan tugas itu sekarang!” apabila diganti dengan

“Bukankah lebih baik jika kamu mengerjakan tugasmu sekarang juga?” Sungguh berbeda bukan maknanya, kalimat yang kedua lebih bisa diterima, diikuti karena diucapkan dengan baik. Sama halnya ketika kita menyampaikan dakwah.

Ketika melakukan dkwah, sangat tidak dianjurkan unruk menyembunyikan sesuatu, segala macam kebenaran harus disampaikan, meskipun hal itu mungkin dapat berdampak buruk. Dalam memperhatikan dakwah harus memperhatikan banyak aspek salah satunya adalah orang yang akan kita beri dakwah.

Orang yang kita nasehati atau kita beri dakwah adalah orang-orang yang berasal dari berbagai adat, budaya, suku, pengetahuan dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal inilah yang membuat cara penyampaian dakwah menjadi berbeda-beda.

Oleh sebab itu, sorang da’i harus benar-benar memiliki Hubungan Akhlak dengan Iman dalam Islam yang memadai serta ilmu dan pengetahuan tentang Islam dengan baik. Sebab dari penjelasan seorang da’i tersebut, orang-orang yang mendengarkan dakwah tersebut akan melihat bahwa Islam adalah indah, mudah tapi tidak dimudahkan serta ringan tapi tidak diringankan.

Cara Menyampaikan Dakwah yang Baik dalam Islam

Berikut adalah beberapa cara berdakwah yang baik dalam Islam :

  1. Menyampaikannya dengan cara santun

Ketika menyampaikan dakwah atau nasihat kepada orang lain, sudah seharusnya kita dapat menyampaikannya dakwah tersebut dengan santun. Allah berfirman : “Maka rahmat dari Allah lah kamu harus berlaku lemah lembut. Jika kamu berlaku keras dan kasar, maka mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu” (Q.S Ali Imron/3:159)

Dari ayat tersebut sudah dipertegas bahwa jangan sekali-kali bersikap kasar, sok tau, sok pintar atau merasa paling pintar saat sedang menyampaikan nasihat. Pendengar bukan malah tertarik atau bersimpati dengan apa yang kita sampaikan, malah mereka akan enggan memperhatikan apa yang kita sampaikan.

  1. Memperhatikan tingkat pendidikan

Saat berdakwah kita pun wajib memperhatikan objek yang akan kita beri dakwah misalnya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan jamaah yang akan mendengarkan dakwah haruslah menjadi pertimbangan kita saat menyampaikan dakwah. Dalam hal ini, bukan berarti seorang pendakwah mau membeda-bedakan tingkat pendidikan setiap orang, namun pendakwah hanya berusaha bagaimana agar dakwah mereka bisa diterima dan dihargai oleh objek dakwah.

Seperti sabda Rasulullah, “Berbicaralah dengan seseorang dengan memperhatikan kadar akalnya atau daya pikir mereka” (HR. Dailami).

  1. Bahasa yang digunakan harus sesuai

Selain objek yang harus diperhatikan, bahasa yang kita gunakan harus dapat dipahami sesuai dengan tingkat keintelektualan objek dakwah. Bahasa yang digunakan saat berdakwah dihadapan masyarakat awam harus berbeda dengan bahasa yang digunakan saat berdakwah di hadapan masyarakata terpelajar.

Allah berfirman dalam QS Ibrahim : 4 yang artinya “Dan Kami tidak akan mengutus seorang Rasulpun melainkan karena sesuai dengan bahasa kaumnya.” Perbedaan bahasa tersebut bukan tanpa alasan sebab salah pengucapan bahasa akan sulit dipahami bagi yang mendengarnya.

Misalnya saja ketika seorang da’i berdakwah dihadapan masyarakat awam namun menggunakan bahasa intelektual atau ilmiah yang tinggai, tentu saja masyarakat yang mendengarnya akan mejadi bingung dan susah memahaminya. Untuk itu, gunakan bahasa sesuai dengan orang yang akan kita beri dakwah.

  1. Perhatikan pula budanya

Sikap selanjutnya yang harus dimiliki oleh seorang pendakwah adalah memperhatikan budaya daerah setempat. Menghargai budaya tidak berarti akan mengahpus seluruh kesesatan yang ada di masyarakat tersebut, tetapi bagaimana cara kita untuk berdakwah secara cerdas dengan melakukan pendekatan sesuai dengabn budaya yang ada di daerah tersebut.

Perihal mengubah kebudayaan yang mengandung keburukan,tugas seorang da’i adalah mengubahnya, namun dengan cara yang harus santun. Apabila seorang pendakwah tidak memperhatikan hal ini, maka akan sulit dihargai, bahkan mungkin saja mereka bisa melarang da’i tersebut untuk kembali memberi dakwah di daerahnya.

  1. Perhatikan usianya

Dalam urusan dakwah, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda juga merupakan hal yang sangat penting. Setiap orang memiliki kemampuan sama dalam memberikan nasihat, namun cara kita dalam memberikan nasihat kepada orang tua tidaklah sama saat kita memberi nasihat kepada teman atau orang yang lebih muda. Bisa saja ada orang tua yang merasa tersinggung dengan cara kita menasehati sehingga dia sulit menerima dakwah kita.

  1. Menjadi contoh yang baik

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana cara pendakwah menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Bagaimana kita bisa menasehati seseorang sedangkan kita tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi sesama? Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW melalui kisah teladan nabi muhammad SAW, beliau selalu memberikan keteladanan bagi objek dakwahnya. Tak hanya keteladanan akan bagaimana cara beliau dalam beribadah, tetapi bagaimana cara beliau memuliakan tamu, berbuat baik kepada sesama muslim, cara menjadi anak baik, suami yang baik, saudara yang baik serta pemimpin yang baik pula.

  1. Berbantah dengan cara baik

Dalam berdakwah, yang harus diperhatikan pula adalah bagaimana caranya berbantah dengan cara yang baik misalnya ketika membahas masalah pernikahan seperti kriteria calon istri yang baik menurut islam, mahar pernikahan dalam islam, tujuan pernikahan dalam islam, ayat al quran tentang poligami dalam Islam. Apapun yang diperdebatkan, jika kita menggunakan cara yang tidak baik maka apapun yang kita sampaikan akan sulit untuk diterima. Seperti firman Allah dalam QS An-Nahl ayat 125 yang artinya :

“Berserulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, pengajaran yang baik lalu berbantahlah dengan mereka menggunakan cara yang baik”

  1. Menggunakan perumpamaan-perumpamaan dalam berdakwah

Perumpamaan-perumpamaan dalam berdakwah bisa digunakan agar pesan dan nasihat dakwah dapat mudah diterima oleh para pendengar dakwah. Allah berfirman dalam QS Az-Zumar ayat 27 yang artinya : “Sesungguhnya, telah dibuatkan di dalam Al-Quran yaitu perumpamaan-perumpamaan agar manusia dapat mendapatkan pelajaran”

Dalam surah yang lain, Allah telah memberikan contoh perumpamaan dalam berdakwah yakni dalam surah Al-Baqarah ayat 261 yang artinya : “Perumapamaan orang yang akan menginfakkan harta di jalan Allah adalah bagai sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai dimana satu tangkai berisi seratus biji. Allah akan melipatgandakan bagi orang yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui”

  1. Tidak memaki orang non Muslim

Sebagai seorang pendakwah, memaki seseorang non muslim sama sekali tidak dianjurkan. Apalagi jika kita menyampaikannya di depan para pendengar dakwah. Seperti firman Allah dalam Surah Al-An’am ayat 108 yang artinya :

“Janganlah memaki sembahan mereka selain sembahan kepada Allah, sebab mereka akan memaki Allah dengan berlebihan tanpa menggunakan dasar pengetahuan. Kami jadikan umat untuk menghargai dengan baik pekerjaan mereka. Tuhan adalah tempat kembali mereka, lalu Dia kemudian memberi tahu kepada mereka apa telah dikerjakan.”

Dalam surah ini sudah jelas disebutkan bahwa Allah memang tidak menyukai orang yang tidak menyembahNya, namun Allah juga tidak menganjurkan kita untuk memaki agama satu sama lain.

  1. Mempermudah dan tidak mempersulit

Seperti misalnya saat kewajiban melaksanakan shalat, Allah sangat mempermudah kita, namun tidak dimudah-mudahkan. Jika kita seorang musafir, kita dipermudah untuk menjamak shalat.

Dzuhur dijamak dengan ashar, maghrib dengan isya, subuh satu waktu. Atau ketika sulit shalat dengan berdiri, kita boleh shalat sambil duduk, bila sulit duduk bisa berbaring. Jika tidak ada air, kita diperbolehkan untuk bertayamum dengan debu. Hal ini merupakan salah satu bentuk kemudahan yang Allah berikan.

Sama halnya ketika menyampaikan dakwah, seorang pendakwah haruslah menyampaikan dakwah dengan mudah dan ringan agar bisa diterima para pendengar. Jika sudah diterima, maka nasihat apapun akan mudah diserap dan dilakukan oleh onjek dakwah kita.

  1. Menyampaikan dakwah dengan yakin

Kemudian, hal yang harus dilakukan oleh seorang pendakwah adalah menyampaikan dakwah dengan yakin. Yakin berarti seorang da’i percaya bahwa apa yang disampaikan merupan sesuatu yang bersumber dari Al-Quran. Kemudian optimis bahwa apapun kebenaran yang disampaikan dapat dipakai seterusnya untuk menegakkan kebenaran dan meruntuhkan kebatilan.

  1. Saling bekerja sama

Cara menyampaikan dakwah selanjutnya dalam Islam adalah dengan saling menumbuhkan rasa gotong royong dna bekerja sama. Seorang da’i tidak mungkin bisa terlepas dari yang lain. Antar sesama da’i perlu dibangun adanya jaringan dakwah yang dapat mengkoordinir serta saling menopasng untuk gigih dalam menyebarkan agama Islam.

Bekerja sama juga tidak berlaku hanya sesama pendakwah saja, tetapi juga antara pendakwah dan pendengar. Dimana hal ini bisa diwujudkan saat di dalam maupun di luar kajian Al Quran.

Pendakwah dapat terus melakukan dakwahnya di luar kajian dengan aktif membuat video atau sekedar membuka sesi “curhat” di akun media sosial yang sekarang telah banyak mengalami perkembangan.

  1. Bertanggung jawab dengan yang disampaikan

Ini adalah puncak dari segala cara untuk menyampaikan dakwah yang benar menurut Islam. Bahwa apapun nasihat yang kita ucapkan harus benar-benar dapat kita pertanggung jawabkan terutama pada Allah SWT. Jika kita dapat bertanggung jawab, maka apapun yang disampaikan dapat diterima.

Demikian cara menyampaikan dakwah dalam Islam. Selain cara berdakwah yang baik, Islam juga mengatur banyak sekali hukum-hukum kehidupan manusia seperti Doa Agar Dimudahkan Rezeki, Hukum Membuang Kucing Dalam Islam, Adab Bertamu dalam Islam, Hukum Berjabat Tangan Bukan Muhrim Dalam Islam, Cara Meningkatkan Kesabaran dalam Islam, Hukum Mengeluarkan Air Mani dengan Sengaja, Wanita Karir dalam Pandangan Islam, Amalan Penghapus Doza Zina, Dosa yang Tak Terampuni. Semoga bermanfaat.

The post 13 Cara Berdakwah yang Baik Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Keutamaan Dakwah Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/keutamaan-dakwah-dalam-islam Thu, 25 Jan 2018 06:40:45 +0000 https://dalamislam.com/?p=2664 Dakwah adalah kegiatan mengajak manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dakwah merupakan bukti ketaatan seorang Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam. Berdakwah tidak hanya sekedar menyampaikan ceramah di depan khalayak ramai, walau hanya sepatah kata kebaikan yang disampaikan, itu termasuk dalam berdakwah. Dengan berbagai kemudahan dan teknologi saat ini, berdakwah menjadi jauh lebih fleksibel […]

The post 5 Keutamaan Dakwah Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dakwah adalah kegiatan mengajak manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dakwah merupakan bukti ketaatan seorang Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam. Berdakwah tidak hanya sekedar menyampaikan ceramah di depan khalayak ramai, walau hanya sepatah kata kebaikan yang disampaikan, itu termasuk dalam berdakwah.

Dengan berbagai kemudahan dan teknologi saat ini, berdakwah menjadi jauh lebih fleksibel dan efisien. Sebagai seorang Muslim, hendaklah kita selalu berdakwah menyebarkan firman Allah. Sudah seharusnya dakwah menjadi tujuan hidup manusia di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”  (Q.S. Fushshilat : 33)

Begitu banyak keutamaan dalam berdakwah, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Meneladani para rasul

Ketika sekolah, kita sering diperintahkan untuk menghapal nama-nama nabi dan rasul dan membaca kisah teladan Nabi Muhammad. Masih ingatkah Anda dengan tugas para rasul? Para rasul adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan dakwah kepada Allah. Sebagai umat Rasulullah SAW, kita mendapatkan keutamaan dalam berdakwah, meneladani para rasul dalam menjalankan tugas mulianya juga sebagai bukti keutamaan cinta kepada Rasulullah.

قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S. Yusuf : 108 )

Baca juga:

  1. Amal yang terbaik

Dakwah merupakan amal yang terbaik karena meneruskan tugas mulia para nabi dan rasul dalam menyebarkan agama Allah. Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan.

Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya, sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat mencukupi.” ( HR. Abu Dawud )

Dari anas Ibnu Malik berkata : Rasulullah   bersabda : sesungguhnya orang yang menunjukan kepada kebaikan, maka baginya (pahala) seperti orang yang melakukan (kebaikan itu). “ ( HR. At-Tirmizi, hadist Hasan Shahih ) 

  1. Mendapat pahala yang besar

Meneruskan tugas mulia para nabi tentunya mendapatkan pahala yang besar. Pahala yang didapatkan si pendakwah bukan hanya sampai di dakwah saja, bahkan ketika orang yang mendengar dakwah menyampaikan isi dakwah kepada orang lain, maka pahalanya pun akan mengalir juga untuk si pendakwah, begitulah seterusnya berulang-ulang hingga akhir dunia dan menjadi amal jariyah.

Sebagaimana sabda Rasul: “Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).

Baca juga:

Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).

Di jaman Rasulullah SAW dalam sejarah agama Islam, unta merah merupakan kendaraan yang sangat mewah kala itu. Dalam hadist di atas menjelaskan bahwa berdakwah jauh lebih baik ketimbang harta apapun juga.

Baca juga:

  1. Penyelamat dari azab Allah SWT

Dikisahkan dalam Al-Quran, sebuah kisah tentang mereka yang berdakwah agar selamat dari azab Allah.

وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ ٱلْقَرْيَةِ ٱلَّتِى كَانَتْ حَاضِرَةَ ٱلْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِى ٱلسَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ ۙ لَا تَأْتِيهِمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَبْلُوهُم بِمَا كَانُوا۟ يَفْسُقُونَ

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Q.S. Al-A’raf:163)

وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ ٱللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا۟ مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.” (Q.S. Al-A’raf:164)

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦٓ أَنجَيْنَا ٱلَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ ٱلسُّوٓءِ وَأَخَذْنَا ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ بِعَذَابٍۭ بَـِٔيسٍۭ بِمَا كَانُوا۟ يَفْسُقُونَ

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (Q.S. Al-A’raf:165)

Dari penggalan surah di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan berdakwah, akan terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah. Sebagaimana sabda Rasul:

“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang melanggarnya seperti kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan ada sebagian yang mendapat tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air harus melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita membolongi bagian bawah milik kita dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang akan membolongi, mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka selamatlah semuanya.” (HR. Bukhari).

  1. Jalan menuju khairu ummah

Khairu ummah adalah umat terbaik yang pernah ada, seperti yang telah disebutkan dalam Al-Quran:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran:110)

Rasulullah SAW telah berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwahnya. Beliau juga terus mencetak para penerus dakwahnya untuk membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar). Dan dengan dakwahlah kita bisa kembali bangkit menuju kejayaan sebagai khairu ummah.

Demikianlah artikel mengenai keutamaan berdakwah dalam Islam ini. Semoga kita semua dapat melaksanakan tugas dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar demi perkembangan Islam. Aamiin.

The post 5 Keutamaan Dakwah Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Aliran Islam di Indonesia dan Karakteristik Aliran Sesat https://dalamislam.com/info-islami/aliran-islam-di-indonesia Wed, 08 Feb 2017 03:15:28 +0000 http://dalamislam.com/?p=1366 Aliran islam tidak selalu identik dengan sesat. Aliran Islam juga berkaitan erat dengan eksistensi suatu organisasi islam, bagaimana pergerakannya, dan juga bagaimana menjelankan programnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki umat islam yang dominan dan salah satu yang terbesar di dunia, tentu saja sangat subur melahirkan berbagai aliran dan organisasi islam di Indonesia. Berikut […]

The post 5 Aliran Islam di Indonesia dan Karakteristik Aliran Sesat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Aliran islam tidak selalu identik dengan sesat. Aliran Islam juga berkaitan erat dengan eksistensi suatu organisasi islam, bagaimana pergerakannya, dan juga bagaimana menjelankan programnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki umat islam yang dominan dan salah satu yang terbesar di dunia, tentu saja sangat subur melahirkan berbagai aliran dan organisasi islam di Indonesia.

Berikut adalah contoh-contoh aliran islam di Indonesia yang tidak sesat, serta karakteristik aliran islam yang salah atau keliru, agar tidak tumbuh subur di Indonesia.

5 Contoh Aliran atau Organisasi Islam Indonesia

Di Indonesia sangat banyak sekali aliran islam atau organisasi islam yang tumbuh membesar. Berikut adalah 5 contoh aliran atau organisasi islam di Indonesia yang besar dan tidak bernilai sesat.

  1. Jam’iyatul Chair

Jam’iyatul Choir adalah salah satu nama aliran islam moderen di Indonesia yang berdiri di tahun 1901 M. Aliran ini adalah hasil dari perluasan pemikiran Muhammad Abduh melalui salah satu media majalah islam yang masuk di Jakarta dari Mesir.

Aliran ini memiliki anggota yang berasal dari keturunan bangsa Arab yang berdomisili di Indonesia. Dalam hal ini, Jam’iyatul Chair melakukan proses dakwah yang menekankan pada pembelajaran Bahasa Arab, Pemahaman Islam, Pendidikan Agama, dan juga persatuan dan ukhuwah islam.

  1. Al Irsyad

Al irsyad adalah salah satu organisasi yang sudah berdiri di Inonesia sejak tahun 1914. Al-Irsyad adalah pecahan organisasi Jam’iyatul Choir yang akhirnya berdiri sendiri berbentuk organisasi baru.

Secara umum, garis perkembangan islam di Indonesia berasal dari perkembangan organisasi yang sama. Namun, karena adanya perbedaan pandangan, pemikiran, atau bahkan fiqih maka pecahlah mereka dengan didirikannya berbagai organisasi yang baru.

  1. Sarikat Islam

Sarikat islam adalah bentukan dari HOS Tjokroaminoto. Pada awalnya Sarikat islam berbentuk Sarikat Dagang Islam yang menitik beratkan pada program ekonomi para pedagang muslim. Lama kelamaan HOS Tjokoroaminoto mengembangkan Sarekat Dagang Islam yang menjadi Sarikat Islam karena sudah masuk kepada ranah politik dan islam.

Pada perkembangannya, sarikat islam menjadi terpecah juga menjadi SI Merah dan SI Putih. SI Merah memiliki kecondongan pada nilai-nilai islam komunis atau sosialis. SI Putih memegang teguh pada islam yang lebih puritan.

  1. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi atau aliran islam besar yang ada di Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan yang berada di Jogyakarta. Muhammadiyah menitik beratkan program dan visinya pada masalah pendidikan dan regenerasi muslim yang lebih cerdas dan mampu mengembangkan islam secara lebih intelektual.

Karya besar Muhammadiyah dapat dilihat bahwa Muhammadiyah memiliki banyak sekali Sekolah, Kampus, Majelis Taklim dan media pendidikan lainnya yang bisa diikuti oleh umat islam. Untuk itu, hingga kini Muhammadiyah masih menjadi gerakan islam terbesar di Indonesia.

  1. Nahdatul Ulama

Nahdatul Ulama adalah organisasi yang lama dan juga cukup besar yang ada di Indonesia. Nahdatul ulama adalah sebagai gerakan dari kebangkitan para ulama dan pemikir islam yang kemudian bangkit untuk melawan penjajahan.

Nahdatul ulama meniitik beratkan dakwahnya kepada masalah keislaman yang benar-benar bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. NU juga mendirikan berbagai lembaga pendidikan khususnya pesantren untuk melakukan kaderisasi ulama di dalamnya. Di bidang-bidang lainnya NU juga berperan cukup banyak seperti di bidang ekonomi mendirikan BMT, dakwah islamiah di seluruh kalangan, dan lain sebagainya.

Karakteristik Aliran Islam yang Sesat dan Keliru

Selain aliran islam yang benar, aliran islam yang keliru atau sesat pun juga ada yang keliru atau sesat. Untuk itu, disini tidak akan dibahas mengenai alirannya apa saja, melainkan terkait karakteristik dan juga ciri-ciri alirat sesat tersebut secara umum.

  1. Tidak Sesuai dengan Rukun Iman dan Rukun Islam

Rukun iman dan rukun islam adalah pondasi dari ajaran agama. Untuk itu, jika ada aliran atau organisasi yang tidak sesuai dengan rukun iman dan rukun islam tentu saja tidak bisa dibenarkan. Aliran islam haruslah sesuai dengan rukun iman dan rukun islam.

Aliran yang tidak sesuai dengan rukun iman dan rukun islam dapat dipastikan bahwa aliran tersebut bukanlah aliran islam yang dibenarkan. Hal ini dikarenakan dasar dari islam adalah Keimanan dan Aplikasi Islam dalam keseharian. Bukan sekedar dalam pemikiran atau ucapan.

Untuk itu, sangat penting bagi umat islam memahami rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman agar tidak terjebak kepada aliran atau kelompok yang bertentangan dengan hal tersebut.

  1. Melenceng dari Al-Quran dan Sunnah

Al-Quran dan Sunnah adalah dasar dari ajaran islam. Tentu saja Al-Quran dan Sunnah ini harus dipahami dengan benar beserta perangkat ilmu tafsir yang ada di dalam ajaran islam. Melenceng ini bukan berarti tidak boleh adanya perbedaan konteks, melainkan juga berbeda dengan spirit atau nilai dasar dalam Al-Quran dan Sunnag.

  1. Tidak Sesuai dengan Nilai-Nilai Dasar Islam

Nilai-nilai dasar islam tentunya adalah nilai yang universal dan mengarah pada keadilan dan kesejahteraan manusia di muka bumi. Untuk itu, aliran-aliran sesat tentu akan bertentangan dengan nilai-nilai dasar islam yang universal.

Biasanya, yang tidak sesuai dengan universal adalah melakukan radikalisme, penjarahan, merugikan masyarakat, memiliki nabi baru, atau nilai-nilai bentrokan lainnya. Ajaran islam tentu mengajak manusia kepada keberhasilan, kesuksesan, keadilan di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam

  1. Disampaikan Secara Doktrin dan Taqlid Buta

Penyampaian dakwah adalah cara untuk menyebarkan pemikirna islam di dunia. Untuk itu, aliran sesat sangat mudah menyebar bagi mereka yang tidak memiliki pondasi pemikiran dan taqlid yang kuat. Jika aliran islam tertentu disampaikan dengan doktrin dan tanpa pendasaran maka perlu hati-hati bisa termasuk pada aliran sesat.

Selain itu, taqlid buta juga bisa merupakan salah satu ciri aliran sesat. Untuk itu, ketaatan kita manusia bukanlah kepada ulama atau manusianya, melainkan pada aturan Allah yang kelak akan kita pertanggungjawabkan. Doktrin atau taqlid buta tidak sesuai dengan fitrah manusia yang bisa berpikir dan mengkritisi.

Fitrah tersebut sesuai dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

The post 5 Aliran Islam di Indonesia dan Karakteristik Aliran Sesat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Ciri Ciri Dakwah yang Baik dan Tujuannya dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/ciri-ciri-dakwah-yang-baik Tue, 07 Feb 2017 14:51:41 +0000 http://dalamislam.com/?p=1365 Perkembangan islam tidak pernah luput dari proses dakwah. Dakwah dalam sepanjang sejarah islam selalu menjadi tonggak utama dalam perjuangan menegakkan syariat dan masyarakat yang baik. Begitupun para nabi dan rasul senantiasa bermula dan berawal dari proses dakwah. Tidak ada satupun nabi dan rasul yang tidak menjadikan dakwah sebagai awal dan tonggak perjuangan islam. Di masa […]

The post 5 Ciri Ciri Dakwah yang Baik dan Tujuannya dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Perkembangan islam tidak pernah luput dari proses dakwah. Dakwah dalam sepanjang sejarah islam selalu menjadi tonggak utama dalam perjuangan menegakkan syariat dan masyarakat yang baik. Begitupun para nabi dan rasul senantiasa bermula dan berawal dari proses dakwah. Tidak ada satupun nabi dan rasul yang tidak menjadikan dakwah sebagai awal dan tonggak perjuangan islam.

Di masa kini, dakwah pun menjadi proses yang tidak boleh berhenti begitu saja. Dakwah akan terus ada selagi manusia masih hidup di muka bumi dan memegang misi kehidupannya. Selagi manusia ada maka potensi berbuat kerusakan, kebatilan, dan menjauh dari kebenaran akan selalu ada. Untuk itu, dakwah menjadi proses yang tidak akan pernah berhenti.

Tujuan Dakwah dalam Agama Islam

Di dalam agama islam, dakwah memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan ini tentu saja adalah hal-hal yag menunjang proses pembangunan masyarakat di muka bumi agar tercipta keadilan dan juga kemamuran di dalamnya.

Berikut adalah tujuan dakwah dalam islam :

  1. Memberikan Kesadaran Bagi Manusia

Dakwah islam sejatinya memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran bagi manusia. Kesadaran yang paling utama adalah kesadaran terhadap keberadaan Allah SWT sebagai pencipta dan penguasa hidup manusia. Kesadaran ini adalah kesadaran utama yang harus ada dalam diri manusia. Untuk itu dakwah memberikan kesadaran ini secara utuh kepada manusia, agar dapat menggapai dan meraih hidayah Allah.

  1. Mengajak Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Dakwah bertujuan juga untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar artinya mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Sehingga, program dakwah bertujuan agar semakin banyak kebaikan yang bisa dilakukan dan mencegah kemungkaran yang ada di masyarakat semakin menyebar.

Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar maka rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman dapat digelorakan dengan masif dalam masyarakat.

  1. Menjadi Proses Kaderisasi Islam

Proses kaderisasi islam artinya adalah melahirkan umat muslim yang militan kepada agamanya dan juga menjadi agen perubahan di masyarakat. Proses kaderisasi islam tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya proses dakwah. Untuk itu, proses dakwah adalah bagian dari regenerasi kepemimpinan sekaligus menjadi kelahiran ghiroh baru di tengah-tengah ummat islam.

Regenerasi atau kaderisasi kepemimpinan ini tentu saja agar dapat melahirkan manusia-manusia yang sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam yang dapat memakmurkan negeri.

  1. Menegakkan Aturan Islam

Aturan islam tidak akan bisa ditegakkan tanpa adanya dakwah islam. Aturan islam hanya bisa ditegakkan jika umat islam bisa menegakkannya di muka bumi. Untuk itu kesadaran menegakkan islam hanya bisa lahir jika proses dakwah terus dilakukan.

  1. Sebagai Kekuatan dan Kesatuan Islam

Dengan adanya dakwah, islam bisa membesar semakin kuat dan bersatu. Dengan dakwah juga umat islam bisa saling bertemu dan bersilahturahmi, saling menasihati dan memberikan kesatuan dan kekuatan bagi ummat. Kesatuan dakwah ini tentu saja agar mendukung kepada pencapaian Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

Karakteristik Dakwah yang Baik dalam Islam

Dakwah tentu saja bukan cara yang sembarangan dan cara yang asal-asalan. Dakwah juga bukan sekedar proses yang membutuhkan waktu singkat. Dalam berdakwah pun entu juga membutuhkan proses yang baik dan berkualitas. Berikut adalah ciri-ciri atau karakteristik dari dakwah yang baik dalam islam.

  1. Menggunakan Bahasa Kaumnya

Dakwah yang baik haruslah menggunakan bahasa kaum yang tepat atau sesuai kondisi setempat. Artinya bahasa ini bukan sekedar bahasa melainkan kebiasaan dan tradisi agar mudah untuk dapat diterima dan adaptasi tanpa harus islam merubah nilai inti dari ajarannya.

Andaikata islam di dakwahkan tidak menggunakan bahasa kaumnya, tentu saja sampai saat ini pasti islam akan sulit untuk berkembang. Karena islam tidak bisa ditangkap dan dikenal oleh orang-orang yang tidak mengenal bahasa Arab. Akan tetapi, dakwah islam lintas negara dan bangsa.

Untuk itu, dalam proses berdakwah, mengenal tradisi, budaya, dan juga bahasa kaum yang akan didakwahi adalah proses awal yang harus dilakukan.

  1. Mengikuti Perkembangan Zaman

Dakwah islam yang baik juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus juga merubah nilai inti dari islam. Perkembangan zaman ini khususnya adalah perkembangan teknologi dan karakteristik masyarakat.

Kita bisa melihat hari ini bahwa proses dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti memanfaatkan sosial media dan teknologi. Dengan memanfaatkan hal tersebut, maka perkembangan dakwah islam akan semakin massif dan cepat.

  1. Menyentuh Hati dan Jiwa

Dakwah yang baik juga harus mampu untuk menyentuh hati dan jiwa manusia. Dakwah harus dapat menggugah hati seseorang sehingga dari situlah muncul kesadaran dan dorongan untuk melaksanakan perintah Allah.

Dakwah yang tidak mampu menyentuh hati dan jiwa tidak akan bisa diterima dengan baik, dan tentunya akan kering jika hanya aspek pemikiran yang disampaikan. Aspek menyentuh hati dan jiwa ini tentu dibutuhkan oleh setiap manusia karena hal ini adalah kebutuhan mendasar dari manusia. Dengan menyentuh hati dan jiwa maka akan muncul juga kesegaran ruhani dalam diri.

  1. Memiliki Pendasaran yang Kuat

Dakwah yang baik juga harus memiliki pendasaran yang kuat. Pendasaran yang kuat ini tentu berdasarkan dalil naqli dan aqli yang valid. Tanpa pendasaran yang kuat, tentu saja akan menjadi dakwah yang kurang kuat dalam pikiran manusia. Manusia tentu membutuhkan alasan yang mampu masuk akal dan menggugah dirinya.

Tentu saja aturan islam tidak ada satupun yang tidak masuk akal bahwa semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan benar dan baik. Untuk itu dakwah islam harus dapat memiliki pendasaran yang kuat.

  1. Tidak Asal Klaim atau Judgement

Dakwah islam yang baik juga tidak boleh asal-asalan untuk mengklaim atau judgement pada manusia. Dakwah tidak boleh asal mengatakan seseorang kafir atau munafik atau menstatusi seseorang dengan ungkapan tertentu. Yang harus dilakukan justru haruslah menggugah dan memberikan kesadaran dengan kalimat dan kata-kata yang baik.

Semoga umat islam dapat menjalankan amanah dakwah dimanapun mereka berada. Karena dakwah bukanlah tugas para ustad atau ulama saja, melainkan seluruh umat islam dengan menyesuaikan kapasitas yang dimilikinya.

The post 5 Ciri Ciri Dakwah yang Baik dan Tujuannya dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>