ilmu agama Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/ilmu-agama Wed, 24 Feb 2021 15:01:38 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png ilmu agama Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/ilmu-agama 32 32 Pengamal Ilmu Agama dan Ilmu Dunia di Era Milenial https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/pengamal-ilmu-agama-dan-ilmu-dunia-di-era-milenial Wed, 24 Feb 2021 14:59:48 +0000 https://dalamislam.com/?p=9587 “Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh,” sebuah pernyataan dari seorang Ilmuwan Albert Einstein yang meyakini bahwa ilmu dan agama harus berjalan selaras karena kehadiran keduanya saling menggenapi agar manusia dapat hidup dengan sebenar-benarnya. Dalam konteks ini mempelajari ilmu dunia dan ilmu agama seyogyanya harus berjalan seirama sebagai wujud sikap rendah hati serta kepatuhan […]

The post Pengamal Ilmu Agama dan Ilmu Dunia di Era Milenial appeared first on DalamIslam.com.

]]>
“Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh,” sebuah pernyataan dari seorang Ilmuwan Albert Einstein yang meyakini bahwa ilmu dan agama harus berjalan selaras karena kehadiran keduanya saling menggenapi agar manusia dapat hidup dengan sebenar-benarnya.

Dalam konteks ini mempelajari ilmu dunia dan ilmu agama seyogyanya harus berjalan seirama sebagai wujud sikap rendah hati serta kepatuhan kita sebagai mahluk ciptaan Allah SWT karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan dunia dan seisinya tanpa sebuah kesia-sian. Ada pembelajaran di dalamnya. Allah SWT telah menciptakan ilmu pengetahuan tak terbatas yang bisa disibak oleh manusia tentu dengan cara mempelajarinya.

Sejatinya ilmu pengetahuan tentang dunia yang meliputi alam semesta, ilmu tentang hubungan antarmanusia serta mahluk lain bahkan tentang kehidupan yang tak kasat mata oleh manusia (kecuali manusia dengan kekhususan yang diberikan oleh Allah SWT) serta kehidupan akhirat bermuara pada ilmu agama yang telah dituangkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an maupun hadist.

Ketika ilmu dunia mempertanyakan suatu fenomena, kerap jika kita telusuri jawaban atas pertanyaan tersebut sesungguhnya sudah ada di dalam Kitab Suci. Tak dapat dipungkiri jika bahasa-bahasa dalam Al-Qur’an terkadang bukan bahasa yang gamblang yang mudahi dimengerti dalam satu kali baca.

“Iqro” sebagai kewajiban muslim tidak hanya diartikan sederhana hanya sebagai kemampuan membaca tapi lebih dalam artinya yakni kemampuan untuk mempelajari, memahami, membedah bahkan mengkritisi apa-apa yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam Kitab Sucinya. Bukankan dalam ayat-ayat Al-Qur’an Allah SWT telah banyak menyerukan manusia untuk selalu berpikir?

Ketajaman berpikir dapat diasah tentulah dengan banyak mempelajari ilmu. Pelajari ilmu-ilmu dunia dan agama baik dari buku-buku, komunitas, guru, internet tentu yang telah teruji keabsahan isinya atau bahasa saat ini pelajari ilmu yang benar yang bukan hoax.

Seseorang yang telah sampai tahap mempelajari banyak ilmu dengan benar sering malah merasa dirinya tidak tahu apa-apa karena menyadari bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan sangatlah luas seolah tanpa batas hingga meyakini betapa besarnya kekuasaan Sang Pencipta ilmu.

­Kemajuan suatu peradaban dapat terjadi karena adanya keharmonisan kaum cendikiawan, ulama dan pemimpin atau bahkan karena adanya kesholehan dari kaum cendikiawan itu sendiri. Kita bisa bayangkan bagaimana jadinya dunia jika diisi dengan manusia-manusia berpengetahuan dan karena pengetahuannya ia tunduk, merendah dihadapan Maha Pemberi Ilmu.

Sungguh tujuan kita menjadi manusia tidak hanya berpikir tentang surga dan neraka, namun upaya menuju kesana adalah tentang kemampuan kita menyelami dan mau memahami ilmu pengetahuan dengan baik sehingga ilmu yang kita punya bermanfaat untuk manusia bahkan alam semesta.

Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberi manfaat bagi sesama. Isilah waktu dalam hidup dengan keseimbangan mempelajari ilmu agama dan ilmu dunia.

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath_Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahihah)

Penerapan Keseimbangan Ilmu Agama dan llmu Dunia Era Milenial

Dunia memang hanyalah persinggahan sementara, dan kekekalan ada di akhirat. Namun demikian bukan berarti kita hanya sekedar duduk diam di dalam masjid atau hanya mengikuti kajian tanpa berbuat sesuatu yang nyata untuk sekitar.

Bangkitlah, tunjukan bahwa Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Sungguhpun dunia tidak diciptakan dengan kesia-siaan. Kita ditugaskan menjadi khalifah dan selalu diingatkan untuk bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Banyak hal yang harus kita pelajari, banyak hal yang harus kita kaji.

Jika surga adalah sebuah tujuan, maka dunia adalah jalannya. Tempa diri menjadi muslim yang tidak hanya pandai membaca Al-Qur’an, tetapi juga memahami penerapannya. Pelajari ilmu-ilmu nisbi untuk menunjang dan menyibak pengetahuan dalam Al-Qur’an karena Al-Qur’an bisa menjadi sumber referensi terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia.

Banyak hal yang bisa umat muslim lakukan saat ini dalam menerapkan ilmu agama dan ilmu dunia secara seimbang, seperti :

  • Pelajari matematika dengan benar dan jadilah ahli seperti akuntan, insinyur, ahli statistika dan profesi lain yang membutuhkan ketrampilan menganalisa perhitungan namun  jangan lupa untuk memperdalam ilmu zakat. Terapkan perhitungan matematika untuk membantu orang lain memperhitungkan pembayaran zakat dengan lebih mudah.
  • Pelajari ilmu biologi dengan benar dan jadilah dokter atau tenaga kesehatan yang rela dan ikhlas turun ke daerah terpencil untuk membantu masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan. Bangun yayasan atau gerakan donasi untuk memfasilitasi perbaikan di bidang kesehatan.
  • Pelajari ilmu teknik dengan baik dan jadilah insinyur, ciptakan teknologi-teknologi yang relevan serta bermanfaat untuk kemaslahatan umat, seperti yang saat ini telah ada, misal terciptanya pesawat, televisi, telepon genggam dan lain-lain. Pergunakan teknologi ini untuk mempermudah syiar islami serta kabarkan berita baik tentang Islam hingga ke seluruh dunia.
  • Pelajari ilmu kuliner dengan baik dan jadilah ahli. Buat resep masakan halal atau buka kerjasama dengan berbagai pihak culinary untuk membuat pasokan bahan/masakan atau brand franchise halal hingga ke seluruh negara di dunia.
  • Pelajari ilmu komunikasi dan jadilah komunikator handal. Buat konten Youtube atau konten creator lain yang mengabarkan hal-hal yang menggugah kebaikan umat dan kebaikan Islam.
  • Pelajari ilmu olahraga dengan baik dan jadilah olahragawan yang menjadi insprasi jutaan umat untuk gaya hidup sehat dan tunjukkan bahwa Islam peduli dengan kebugaran.
  • Pelajari ilmu parenting, asuh anak-anak kita menjadi anak-anak kreatif, berani mengeksplor bakat namun tetap ajarkan budi pekerti dan sopan santun menurut kaidah budaya dan Islam.
  • Pelajari ilmu bahasa, buatlah karya atau buku yang mengunggah dan membangun untuk kaum muslim bahkan bisa menjadi referensi bagi seluruh masyarakat dunia.
  • Pelajari ilmu hukum dengan benar jadilah ahli hukum yang dapat membawa keadilan dan ketenangan hukum bagi masyarakat.
  • Pelajari ilmu eksak dengan benar dan jadilah ilmuwan. Jadilah peneliti yang memikirkan suatu penemuan untuk kebaikan umat di dunia.

Begitu banyak yang dapat dilakukan umat muslim di zaman milenial saat ini. Tidak dapat kita sangkal kebanyakan penemuan saat ini dilakukan oleh kaum non-muslim, padahal di zaman lampau banyak cendikiawan muslim yang menjadi inspirasi bagi penemu-penemu di negara barat.

Jika saat ini banyak yang berlomba menjadi penghapal Al-Qur’an, selaraskan dengan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Jika tujuan akhir perjalanan hidup ini adalah tentang surga dan ridho Allah SWT, berbuatlah banyak hal yang baik untuk duniamu.

jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR Bukhori dan Muslim)

The post Pengamal Ilmu Agama dan Ilmu Dunia di Era Milenial appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bekal Penting Setiap Muslim Sebelum ke Luar Negeri https://dalamislam.com/info-islami/bekal-penting-setiap-muslim-sebelum-ke-luar-negeri https://dalamislam.com/info-islami/bekal-penting-setiap-muslim-sebelum-ke-luar-negeri#respond Wed, 17 Feb 2021 12:04:06 +0000 https://dalamislam.com/?p=9287 Studi ke luar negeri? Hampir semua orang menginginkannya. Apalagi, jika dapat dukungan beasiswa. Kesempatan menuntut ilmu dan bonus lainnya pun akhirnya dikejar. Semua rela berjuang memenuhi setiap persyaratannya. Ketika jalan ke luar negeri tinggal selangkah lagi, lantas apa persiapan selanjutnya? Ada satu bekal yang terkadang luput. Ya, adalah ilmu agama. Bagi setiap muslim, menuntut ilmu […]

The post Bekal Penting Setiap Muslim Sebelum ke Luar Negeri appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Studi ke luar negeri? Hampir semua orang menginginkannya. Apalagi, jika dapat dukungan beasiswa. Kesempatan menuntut ilmu dan bonus lainnya pun akhirnya dikejar. Semua rela berjuang memenuhi setiap persyaratannya.

Ketika jalan ke luar negeri tinggal selangkah lagi, lantas apa persiapan selanjutnya? Ada satu bekal yang terkadang luput. Ya, adalah ilmu agama.

Bagi setiap muslim, menuntut ilmu agama adalah sebuah kewajiban. Fenomena yang terjadi saat ini, masih rendahnya semangat dan motivasi setiap generasi untuk menuntut ilmu agama.

Ilmu agama seakan masih dipandang seperti sesuatu yang tidak menjadi prioritas bagi mayoritas kaum muslimin. Lain halnya dengan ilmu dunia. Dalam konteks persiapan kuliah di luar negeri, seseorang akan berjuang mati-matian demi bisa berangkat ke negeri impiannya.

Namun acap kali, bekal ilmu agama belum cukup. Alhasil, sampai sana kemudian bingung perkara ibadah wajib di negeri non muslim, bingung cara jamak/qashar, atau bahkan salah pergaulan. Pulang ke tanah air, dapat tambahan ilmu dunia. Ilmu agama? Yang mayoritas terjadi justru kualitas ibadah menurun. Mayoritas terpapar budaya luar dan lupa bahwa harusnya semakin hari ketakwaan kita juga harus meningkat.

Tulisan ini kami maksudkan untuk mengingatkan pribadi penulis serta pembaca sekalian bahwa sebelum ke luar negeri perlu bekal ilmu agama yang kuat. Berangkat dari pengalaman pribadi penulis, yang melihat fenomena beberapa pelajar ketika studi di luar negeri di Eropa dan Amerika. Sebagai refleksi dan pengingat bersama.

Menuntut Ilmu Agama Itu Wajib

Sebagian dari kita berpendapat bahwa menuntut ilmu agama tidaklah wajib. Anggapan yang umum adalah, berpahala jika dilakukan dan tidak berdosa bagi yang meninggalkan. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Melalui hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegasnya menyampaikan bahwa menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim, tidak terkecuali. Lalu, ilmu apa yang wajib dipelajari dalam hadits ini? Tidak lain adalah ilmu agama.

Allah tegaskan dalam QS. Thaaha ayat 114 yang berarti, “Dan katakanlah Wahai Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu”. Ibnu Hajar Al-Asqalani menguatkan bahwa ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’I, yaitu yang menjadikan orang yang berilmu tahu kewajibannya dalam perkara ibadah, muamalah, ilmu tentang Allah serta siat-sifatnya, selengkapnya di Fathul Baari, 1/92.

Dari sini, mempelajari ilmu agama adalah menjadi poin pentingnya, bukan berarti mempelajari ilmu dunia tidak diperbolehkan. Kalau tujuannya baik dan caranya benar, maka sah-sah saja.

Lalu ilmu agama bagian mana yang harus dipelajari? Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan ilmu agama yang wajib dipelajari setiap muslim. Pertama, tentang pokok-pokok keimanan (6 rukun iman). Kedua, ilmu tentang syariat Islam, khususnya 5 rukun Islam. Ketiga, ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati para Rasul dan syariat sebelumnya.

Kelima hal tersebut disebutkan di dalam QS. Al-A’raf ayat 33, “Katakanlah ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Maka, wajib untuk kita mempelajari larangan-larangan Allah agar kita tidak melanggar larangan tersebut. Ke empat, ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain secara khusus (misalnya dengan istri, keluarga, anak) atau masyarakat umum. Dari nasihat Ibnu Qoyyim tersebut, mempelajari ilmu agama tidak memandang latar belakang kita. Apapun profesi kita, di mana kita berada, dalam rangka studi di dalam atau di luar negeri, ilmu agama wajib melekat.

Renungan

Sehingga, bekal utama bagi seorang muslim yang ingin bepergian ke luar negeri bukan lagi hal-hal teknis dan administratif. Bekal sesungguhnya adalah ilmu agama. Ketika ilmu agamanya sudah kuat, mau pergi ke manapun akan tetap ingat salat, ingat untuk tetap menjaga iman dan Islam. Bukan justru sebaliknya, pergi ke luar negeri untuk mencari kesempatan lain yang tidak sesuai dengan syariat.

Mempelajari ilmu agama bukan hanya diwajibkan kepada ustadz atau ulama. Setiap dari kita punya kesempatan untuk berdakwah dan memberi nasihat Semoga kita senantiasa diberikan hidayah dan taufik untuk mempelajari ilmu agama. Terakhir, jangan sampai kita lalai dengan menjadi orang yang berambisius dengan ilmu dunia dan lupa ilmu agama. Hendaknya ayat ini menjadi renungan kita.

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang (kehidupan akhirat”. (QS. Ar-Ruum: 7)

Brakallahu fiikum.

The post Bekal Penting Setiap Muslim Sebelum ke Luar Negeri appeared first on DalamIslam.com.

]]>
https://dalamislam.com/info-islami/bekal-penting-setiap-muslim-sebelum-ke-luar-negeri/feed 0
Pentingnya Menyusun Skala Prioritas https://dalamislam.com/dasar-islam/pentingnya-menyusun-skala-prioritas https://dalamislam.com/dasar-islam/pentingnya-menyusun-skala-prioritas#respond Wed, 17 Feb 2021 06:17:02 +0000 https://dalamislam.com/?p=9324 Generasi muda zaman ini merasa aktif berorganisasi itu lebih bergengsi dan lebih keren daripada belajar agama secara serius (yang dikenal dengan istilah tafaqquh fid-diin). Masa-masa mudanya dipenuhi dengan keywords: ketua, rapat, organisasi, event, program, pencalonan, proposal. Tanpa sama sekali mengenal keywords: menghafal Qur’an, belajar bahasa Arab, ngaji tauhid, ngaji akidah, ngaji fikih, ngaji akhlak. Bahkan […]

The post Pentingnya Menyusun Skala Prioritas appeared first on DalamIslam.com.

]]>

Generasi muda zaman ini merasa aktif berorganisasi itu lebih bergengsi dan lebih keren daripada belajar agama secara serius (yang dikenal dengan istilah tafaqquh fid-diin). Masa-masa mudanya dipenuhi dengan keywords: ketua, rapat, organisasi, event, program, pencalonan, proposal. Tanpa sama sekali mengenal keywords: menghafal Qur’an, belajar bahasa Arab, ngaji tauhid, ngaji akidah, ngaji fikih, ngaji akhlak.

Bahkan jika yang dipimpinnya adalah organisasi Islami sekalipun, jika dia tidak semangat untuk tafaqquh fid-diin, maka pada hakikatnya dia tidak paham prioritas dan tidak paham mana yang jauh lebih bermanfaat untuk dirinya dan untuk umat.

(Dikutip dari Ustadz Andy Octavian Latief)

Yang menjadi tantangan bagi pengemban amanah (sebut saja ketua/aktivis organisasi) adalah bagaimana ia mampu menempatkan prioritas menimba ilmu syar’i (dalam konteks ia adalah muslim) di tempat teratas dari kesibukannya. Ini bukan perkara mudah, tetapi ini sangat esensial.

Menimba ilmu agama Islam, mengamalkannya serta mengajarkannya akan mendapatkan jaminan pahala yang besar dari Allah dan sebagai kunci bekal akhirat kelak. Di sisi lain, ia juga dihadapkan untuk melaksanakan roda organisasi dengan baik, bermuamalah dengan baik.

Karena sejatinya harta, tahta, jabatan yang dimiliki tidak akan menjadi penyelamat di akhirat kelak. Amal shalih yang berawal dari belajar agama itulah yang insyaAllah menjadi penyelamat di yaumul hisab.

Belajar Ilmu Agama

Tidak ada kata terlambat untuk belajar agama Islam serta mengimaninya. Hendaklah kita menjadi orang yang sabar dalam thalabul’ilmi. Jangan sampai jenuh dan bosan karena inilah salah satu adab dalam menuntut ilmu agama.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hendaklah penuntut ilmu bersabar ketika menuntut ilmu dan jangan sampai bosan. Karena jika manusia sudah tertimpa rasa bosan, maka dia akan merasa letih dan kemudian meninggalkannya. Akan tetapi, jika dia tetap istiqamah dalam belajar, maka sesungguhnya ia akan meraih pahala orang yang bersabar, pada satu sisi, dan dia akan meraih hasilnya pada sisi yang lain (Kitaabul ‘Ilmi, hal 41).

Sehingga, ada baiknya kita kembali menempatkan thalabul’ilmi di skala paling atas. Agar hidup menjadi lebih terarah, supaya hari-hari kita lebih berkah. Seseorang yang terlahir di dunia dalam kondisi bodoh. Menuntut ilmu agama adalah mengangkat kebodohan itu.

Ilmu Didapat Secara Bertahap

Ketika niat sudah bulat, bersegeralah mendatangi majelis ilmu syar’i. Belajar ilmu agama adalah secara bertahap (ta’shili) yaitu bertahap dari kaidah dasar. Tidak perlu malu atau gengsi untuk belajar. Lebih baik belajar sejak sekarang dari pada hilang arah kemudian. Kalau dapat mengajak orang-orang di sekitar, pahala kebaikan sudah didapat. Semakin berlipat ketika ilmu itu akhirnya tertanam ke generasi berikutnya.

Jadi untuk para aktivis ataupun penulis pada khususnya, mari lebih bersemangat untuk ngaji, menimba ilmu syar’i. Rujukan utamanya Alqur’an dan Sunnah, tidak ada yang lebih penting dari pada keduanya. Ketika ilmu sudah syar’i, amalan yang dikerjakan punya dasar, tidak asal ikut-ikutan atau taklid buta.

Allah berfirman dalam QS. Al Mulk: 2 yang artinya, “Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan, agar Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menjelaskan makna ayat di atas: “Yang dimaksud ‘siapa di antara kalian yang terbaik amalnya’ adalah amalan yang paling ikhlas dan benar”.

Ketika amalan sudah sesuai syariat, meski itu sedikit, maka pahalanya lebih besar dari yang tanpa mutaba’ah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga kita dan generasi muda lainnya termasuk umat yang istiqamah dalam berilmu dan beramal sebagai bekal akhir hayat nanti. Kalau masih ada kesempatan sekarang, tidak perlu ditunda lagi.

InsyaAllah, barakallahu fiikum.

The post Pentingnya Menyusun Skala Prioritas appeared first on DalamIslam.com.

]]>
https://dalamislam.com/dasar-islam/pentingnya-menyusun-skala-prioritas/feed 0
Cara Belajar Tauhid yang Baik dan Benar Menurut Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/cara-belajar-tauhid Sat, 10 Aug 2019 03:23:15 +0000 https://dalamislam.com/?p=7633 Orang yang beriman kepada Allah tentu akan terus belajar ilmu agama Islam agar keimanannya kian bertambah. Ilmu tentang Islam memang luas, meski demikian setidaknya kita memahami dasarnya yakni ilmu tauhid Islam. Ilmu tauhid berkenaan dengan keesaan Allah sebagai satu-satunya yang wajib disembah. Allah Ta’ala berfirman, وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Aku tidaklah menciptakan jin dan […]

The post Cara Belajar Tauhid yang Baik dan Benar Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Orang yang beriman kepada Allah tentu akan terus belajar ilmu agama Islam agar keimanannya kian bertambah. Ilmu tentang Islam memang luas, meski demikian setidaknya kita memahami dasarnya yakni ilmu tauhid Islam. Ilmu tauhid berkenaan dengan keesaan Allah sebagai satu-satunya yang wajib disembah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51] : 56)

Menuntut ilmu agama Islam memberikan manfaat yang luar biasa untuk kehidupan dunia dan akhirat. Diantaranya, seseorang yang senantiasa belajar agama Islam akan bertambah wawasan dan keimanannya, serta Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)

Bagi Anda yang merasa kesulitan untuk mempelajari ilmu tauhid, tidak perlu khawatir! Karena di sini Anda akan menemukan cara yang mudah untuk belajar tauhid. Simak selengkapnya berikut ini.

Belajar Ilmu Tauhid dari Orang Tua

Orang tua merupakan keluarga pertama yang dimiliki oleh seorang anak sejak lahir. Dari kedua orang tuanyalah, seorang anak dapat tumbuh kembang dan memahami satu per satu hal yang ada di dalam kehidupan ini. Dan dari orang tuanya pula, seorang anak memiliki keyakinan penuh akan suatu agama.

Oleh sebab itu, bersyukurlah untuk Anda yang menganut agama Islam sejak lahir. Sebab Islam adalah agama yang mulia.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali ‘Imran : 19)

Salah satu keutamaan orang tua dalam Islam muncul ketika mereka mengajarkan ilmu tauhid kepada anaknya. Sebab orang tualah yang paling memahami keadaan anaknya dan bagaimana untuk mengajarkannya dari cara yang paling sederhana. Sehingga ia memiliki bekal keyakinan sebelum memasuki dunia pendidikan formal di luar lingkungannya.

Mempelajari Ilmu Tauhid Melalui Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan agama Islam telah menjamur di tanah air. Lembaga pendidikan berbasis Islam sudah ada sejak Kelompok Bermain (KB) atau PAUD, TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Kita tentu dapat mengetahui mana yang benar-benar berkualitas dan tidak jika dilihat dari akreditasi, kompetensi, prestasi dan tampilannya.

Tujuan pendidikan Islam tidak lain ialah untuk menanamkan nilai-nilai keIslaman sejak dini agar menjadi kebiasaan dan karakter dalam diri seorang anak. Termasuk di dalamnya ada ilmu tauhid sebagai pondasi Islam yang kokoh.

Para tenaga pendidik tentu mengetahui benar bagaimana cara mengajarkan macam-macam ilmu tauhid kepada muridnya dengan metode yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Selain lembaga pendidikan formal, belajar ilmu tauhid dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan non formal. Seperti pesantren, madrasah, TPQ atau sebagainya. Kelebihan pesantren sebagai sebuah pendidikan terletak pada durasi dan intensifitas pengajarannya.

Jadi, itulah beberapa cara belajar tauhid yang direkomendasikan untuk Anda. Semoga mampu memperkuat niat Anda untuk lebih dekat pada Islam dengan mempelajari ilmu tauhid.

The post Cara Belajar Tauhid yang Baik dan Benar Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tujuan Mempelajari Aqidah Dalam Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/aqidah/tujuan-mempelajari-aqidah Sat, 27 Jul 2019 10:13:51 +0000 https://dalamislam.com/?p=7442 Agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan kepada anak-anak sejak bangku sekolah dasar hingga kuliah di lembaga pendidikan milik negara atau yang berbasis Islam Terpadu. Dalam mempelajari ilmu agama, terdapat bab penting yang dinamakan aqidah akhlak. Aqidah atau akidah merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab yang terdiri atas 4 kata, antara lain […]

The post Tujuan Mempelajari Aqidah Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Agama menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan kepada anak-anak sejak bangku sekolah dasar hingga kuliah di lembaga pendidikan milik negara atau yang berbasis Islam Terpadu. Dalam mempelajari ilmu agama, terdapat bab penting yang dinamakan aqidah akhlak.

Aqidah atau akidah merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab yang terdiri atas 4 kata, antara lain :

  • al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang artinya ikatan
  • at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang artinya keyakinan yang kuat
  • al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang berarti menetapkan, dan
  • ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang artinya mengikat dengan kuat.

Secara istilah, aqidah ialah keteguhan iman tanpa ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Sebenarnya aqidah memiliki pengertian yang luas dan memang butuh waktu untuk mempelajarinya hingga benar-benar paham. Sebagai umat Islam yang beriman dengan sungguh-sungguh, memang sudah sepantasnya kita sedikit demi sedikit mempelajari aqidah dengan benar.

Seperti yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Ilmu yang dimaksud dalam hadits di atas ialah ilmu syar’i atau ilmu agama. Kewajiban menuntut ilmu agama ini bukanlah untuk sebagian umat Islam saja, namun setiap umat Islam wajib mempelajari ilmu agama. Dan mempelajari ilmu aqidah termasuk juga kedalamnya.

Mengapa aqidah perlu dipelajari? Apakah tujuannya?

Adanya kewajiban mempelajari aqidah tidaklah datang tanpa tujuan. Tentu ada tujuan tertentu yang hendak dicapai ketika mempelajari aqidah. Nah, berikut ini beberapa tujuan mempelajari aqidah.

1. Menanamkan Dasar Keislaman Sejak Dini

Sebagai umat Islam sejati, memahami dasar-dasar keislaman merupakan hal yang wajib. Seperti kata pepatah, “Belajar di masa kecil bagai menulis di atas batu, sedangkan belajar di masa tua bagai menulis di atas air”. Oleh karena itu, menanamkan ilmu agama dilakukan sejak dini.

Ilmu dasar keislaman di sini antara lain yaitu mengenal siapa Allah dan rasul-Nya, malaikat dan kitab-kitab-Nya serta memahami qada, qadar dan hari kiamat.

2. Mempelajari Keyakinan Terhadap Allah dengan Benar

Tanpa dasar aqidah yang benar, manusia bisa saja menempuh jalan yang salah. Demi keuntungan duniawi yang bersifat sementara, bukan tidak mungkin segala hal dihalalkan oleh mereka yang salah dalam berfikir. Oleh sebab itu, Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan kitab Al Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini.

Allah Ta’ala berfirman,

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat”. (QS. Ar-Ruum [30]: 7)

Bagi siapa saja yang mau mempelajari dan mengamalkan kandungan di dalam Al Qur’an, maka insya Allah akan memperoleh keberkahan di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah berikut ini.

وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (al-A’râf [7] : 52)

3. Membina Diri Menjadi Pribadi yang Takwa

Orang yang bertakwa dengan sebenar-benarnya akan mendapat kasih sayang Allah di dunia maupun di akhirat kelak. Definisi takwa cukuplah luas. Namun, lebih dari itu takwa merujuk pada kesetiaan dan ketakutan seorang hamba terhadap Allah subhanahu wa ta’ala.

Jika sudah demikian, maka hamba tersebut akan berperilaku baik yang sesuai aqidah ketika di hadapan manusia maupun Allah subhanahu wa ta’ala.

Sebagaimana firman Allah berikut ini.

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (an-Nahl [16] : 128).

Belajar ilmu aqidah hingga mampu memahaminya dengan baik, akan membawa kebaikan pula pada orang tersebut. Manfaatkanlah waktu yang terbaik untuk belajar dalam Islam agar ilmu yang terserap lebih maksimal.

Itulah beberapa tujuan mempelajari aqidah yang perlu Anda ketahui. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa meningkatkan kualitas aqidah dalam diri. Aamiin.

The post Tujuan Mempelajari Aqidah Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Cabang-cabang Ilmu Tauhid dalam Al-Qur’an https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/cabang-cabang-ilmu-tauhid Thu, 18 Jul 2019 09:46:55 +0000 https://dalamislam.com/?p=7481 Konsekuensi ketika menyatakan diri sebagai seorang muslim ialah wajib hukumnya mempelajari ilmu agama sesuai dengan yang tertuang dalam Al Qur’an dan Hadits yang shahih. Sebelum menelusuri ke ilmu Agama Islam yang lebih mendalam, setiap umat Islam harus mengenal dasar dari agama Islam itu sendiri. Dalam hal ini konsep dasar agama Islam tercantum dalam ilmu tauhid. […]

The post Cabang-cabang Ilmu Tauhid dalam Al-Qur’an appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Konsekuensi ketika menyatakan diri sebagai seorang muslim ialah wajib hukumnya mempelajari ilmu agama sesuai dengan yang tertuang dalam Al Qur’an dan Hadits yang shahih.

Sebelum menelusuri ke ilmu Agama Islam yang lebih mendalam, setiap umat Islam harus mengenal dasar dari agama Islam itu sendiri. Dalam hal ini konsep dasar agama Islam tercantum dalam ilmu tauhid.

Apakah ilmu tauhid itu?

Berikut ini akan diuraikan secara sistematis tentang ilmu tauhid beserta cabang-cabangnya.

Pengertian Tauhid

Tauhid ( توحيد‎ ) menurut bahasa ialah mashdar (bentukan kata kerja dari kata benda, ed) berasal dari kata wahhada.

Menurut istilah, tauhid berarti pernyataan terhadap keesaan Allah subhanahu wa ta’ala. Menyatakan keesaan Allah di sini tanpa menduakan atau menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Allah adalah satu-satunya yang harus disembah.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam 19: 65).

Cabang-cabang Ilmu Tauhid

Macam-macam ilmu tauhid terbagi dalam 3 cabang, yaitu tauhid rububiyahuluhiyah dan asma’ wa shifat (Al-Qaulul Mufiiid Syarh Kitabi At-Tauhid  I/7). Ketiganya memiliki pengertian masing-masing. Berikut ini penjelasannya.

  • Tauhid Rububiyah yakni beriman hanya kepada Allah sebagai satu-satunya Rabb yang menciptakan, memiliki dan menguasai seluruh alam semesta. Sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah berikut ini:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar 39 : 62)

  • Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah yakni beriman semata-mata hanya kepada Allah dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Hal ini tertuang dalam ayat Al Qur’an berikut ini:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran 3 : 18)

  • Tauhid asma’ wa shifat ialah meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang baik sesuai dengan kekuasaan-Nya. Nama-nama dan sifat-sifat yang baik tersebut dikenal dengan 99 Asmal’ul husna.

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr 59 : 24)

Selengkapnya mengenai asmaul husna beserta artinya dapat Anda temukan di situs ini.

Itulah penjelasan mengenai cabang-cabang ilmu tauhid dalam Islam yang dapat Anda ketahui. Semoga mampu meningkatkan pengetahuan dan keimanan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.

The post Cabang-cabang Ilmu Tauhid dalam Al-Qur’an appeared first on DalamIslam.com.

]]>
12 Alasan Mengapa Muslim Harus Menuntut Ilmu https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/alasan-mengapa-muslim-harus-menuntut-ilmu Sat, 06 Apr 2019 00:15:55 +0000 https://dalamislam.com/?p=6268 Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224) Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud […]

The post 12 Alasan Mengapa Muslim Harus Menuntut Ilmu appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini? dan berhubungan dengan alasan muslim harus mengamalkan ilmunya?

Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama), termasuk kata “ilmu” yang terdapat dalam hadits di atas. terdapat keutamaan mendatangi majelis ilmu bagi wanita dan pria.

Sebagai contoh, berkaitan dengan firman Allah Ta’ala,

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)

maka Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,

( وَقَوْله عَزَّ وَجَلَّ : رَبّ زِدْنِي عِلْمًا ) وَاضِح الدَّلَالَة فِي فَضْل الْعِلْم ؛ لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يَأْمُر نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَاد مِنْ شَيْء إِلَّا مِنْ الْعِلْم ، وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته ، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ وَصِفَاته ، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض

“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i.

Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)

Mengapa manusia wajib menuntut ilmu? Karena setiap orang dapat dibedakan dari ilmu yang dimiliki. Karena ilmu merupakan pembeda antara orang yang tahu dan tidak mengetahui. Semua orang diwajibkan menuntut ilmu. Ajaran agama apapun juga memerintahkan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Begitu juga dengan orang tuamu bukan? dapatkan inspirasi dengan membacailmuwan islam yang membawa perubahan dunia

Dengan menuntut ilmu, maka otak yang telah diberikan oleh Tuhan bisa digunakan dengan baik. Lebih dari itu orang yang memiliki ilmu pun akan terlihat berbeda. Hal tersebut akan terlihat dari cara Kamu berbicara, tingkah lakunya dan sebagainya. Jika Kamu masih ragu untuk menuntut ilmu setinggi mungkin, inilah 12 Alasan Mengapa Muslim Harus Menuntut Ilmu setinggi mungkin sepertiilmuwan wanita islam yang diakui dunia

Muslim dan ilmu ibarat handphone dan charger. Keduanya, tidak bisa dipisahkan, saling membutuhkan. Handphone tanpa charger akan mati. Charger tanpa HP, tidak bermanfaat.

Imam Syafii pernah berkata, “Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan,” ungkapan masyhur tersebut seolah selalu mengingatkan kita, bahwa belajar itu harus dilakukan dengan penuh kesabaran menghadapi berbagai tantangannya. Imam syafi’i juga mengingatkan bahwa bahwa jika kita lelah mencari ilmu, kebodohan akan menjadi konsekuensinya. Dan pelakunya harus menanggung keperihan luar biasa dalam hidupnya yakni bahaya kebodohan dalam islam

Karena itulah, Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan hambaNya untuk senantiasa menuntut ilmu. Allah berfirman, “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi ke medan perang, mengapa sebagian di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah :122)

Kemudian ada sebuah hadist yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah shalallahi alahi wa sallam bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas.” (HR.Ibnu Majah). Rasulullah pun bersabda, ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan.” (HR. Ibnu Abdil Barr).

Menuntut ilmu,  tidak membedakan gender. Laki-laki ataupun perempuan semua diwajibkan untuk menuntut ilmu sebagai bekal masa depan mereka. Ketika laki-laki menganggap pendidikan adalah hal yang penting yang harus dimiliki karena laki-laki fungsinya sebagai pemimpin, maka pendidkan juga tak kalah penting bagi wanita. Karena wanita nantinya, akan menjadi seorang ibu, ia harus pandai mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang cerdas, shalih dan shalihah.

Ada pernyataan yang melemahkan wanita agar menuntut ilmu. Misalnya, “Untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya juga di dapur.” Penyataan menggelitik seperti ini masih terdengar hingga saat ini.

Perempuan cenderung dianggap tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi karena pada akhirnya pun akan bergelut di dalam rumah. Seolah pendidikan merupakan hak bebas yang dimiliki oleh para laki-laki saja.

Padahal, Islam begitu memandang hak-hak perempuan, salah satunya adalah hak menuntut ilmu. Dalam Islam, perempuan merupakan komponen dalam keluarga dan masyarakat yang sangat berperan dalam membentuk generasi dan menciptakan peradaban.

Para wanita tangguh dalam sejarah tidak secara tiba-tiba menjadi tangguh, melainkan melalui proses pendidikan secara berkelanjutan terlebih dahulu. Ada beberapa alasan mengapa pendidikan menjadi hal penting untuk muslimah. Di antaranya sebagai berikut.

1. Pendidikan dapat meningkatkan ilmu dan wawasan muslimah. Jika para muslimah memiliki ilmu dan wawasan yang luas, maka ia akan mampu mendidik anak-anaknya dengan lebih baik, mengetahui cara-cara untuk berbuat kebaikan lebih banyak. Sehingga dapat menambah catatan amal dan pahalanya,serta dapat mengajarkan kebaikan kepada orang lain.

Dengan pendidikan seorang muslimah dapat mendukung suami dalam berbuat baik. Hal ini karena muslimah berperan sebagai “partner hidup” suami. Allah berfirman,“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Muslimah yang terdidik akan dapat memahami posisinya sebagai mitra suami dalam menjalankan tugas suami dalam hal-hal kebaikan, mengetahui bagaimana cara menjadi seorang isteri shalihah, senantiasa taat pada suami dalam kebaikan, menjaga kehormatan dan harta suami, menyenangkan bila dipandang suami dan mendukung, serta memotivasi suami dalam berbuat kebaikan.

2. Dengan pendidikan, seorang muslimah dapat sukses dalam mendidik anak-anaknya. Anak merupakan investasi pahala yang tak pernah putus bagi kedua orang tuanya. Dengan memahami konsep tersebut, para muslimah akan termotivasi untuk senantiasa memperhatikan dan bersemangat dalam mendidik anak-anaknya menjadi generasi rabbani yang shalih dan cerdas. Pemahaman tersebut hanya dapat terwujud melalui proses pendidikan.

3. Dengan pendidikan muslimah dapat eksis di tengah masyarakat untuk bekerjasama dan memberdayakan lingkungan yang Islami. Muslimah terdidik akan mampu menjadi agen perubahan (agent of change) bagi masyarakat tanpa mengorbankan prinsip kebenaran yang diyakininya, dan bukannya melebur pada warna lukisan yang ada di masyarakat

Dengan pendidikan yang tinggi, seorang wanita dapat memberikan kontribusi lebih. Tidak hanya sebagai ibu dan istri tapi juga bisa berkontribusi untuk masyarakat sehingga hidupnya akan lebih bermanfaat dan berkah.

4. Jika Kamu seorang muslim, Kamu pasti mengetahui bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk menuntut ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah wajib dilakukan oleh setiap muslim.

5. Setiap orang yang menuntut ilmu akan memiliki derajat yang tinggi. Hal ini karena orang yang memiliki ilmu akan selalu dibutuhkan di lapisan masyarakat.

6. Dengan menuntut ilmu, maka akan membantumu untuk meraih kesuksesan. Banyak orang yang sukses di dunia karena mereka memiliki ilmu yang baik. Seperti Jack Ma pemilik e-commerce terbesar di Tiongkok, Mark Zuckerberg dan Bill Gates. Meskipun mereka tidak lulus kuliah, tetapi mereka kuliah yang berarti mereka adalah orang pintar dan memiliki ilmu.

7. Jika Kamu memiliki ilmu, maka akan memudahkan dirimu mencari pekerjaan. Kamu tidak akan mendapatkan pekerjaanmu saat ini jika Kamu dulunya tidak menuntut ilmu bukan?

8. Berpikir positif. Kamu yang memiliki ilmu jarang yang berpikir negatif, karena mereka tidak akan mudah terhasut atau membenarkan isu-isu yang sedang beredar di masyarakat.

9. Kamu akan lebih dihargai jika memiliki ilmu. Orang yang memiliki ilmu akan selalu didengarkan. Karena biasanya masyarakat beranggapan bahwa mereka bebrbicara berdasarkan ilmu.

10.  Ilmu bisa Kamu investasikan, bahkan seumur hidup. Ilmu dan pendidikan yang tinggi akan membantumu selama bertahun-tahun dengan berbagai hal. Meskipun investasi ini tidak bisa dinikmati dalam waktu singkat.

11. Memperbaiki nasib. Kamu pastinya sering mengetahui orang yang memiliki ilmu yang tinggi bisa merubah nasib keluarganya menjadi lebih baik. Itulah bukti bahwa dengan ilmu bisa memperbaiki nasib seseorang.

12. Menghilangkan kesombongan. Kamu akan merasa tidak bisa apa-apa jika sudah menuntut ilmu yang tinggi. Karena tahu bahwa sebenarnya manusia tanpa ilmu memang tidak bisa apa-apa. Harta bukanlah warisan terbaik, tapi ilmulah yang merupakan warisan terbaik. Hal ini karena harta yang Kamu miliki bisa saja habis dalam waktu yang sekejap, tetapi ilmu akan tetap Kamu miliki meskipun Kamu sudah tua dan lupa, tetapi Kamu akan tetap memiliki ilmu yang bermanfaat.

Itulah alasan mengapa manusia wajib menuntut ilmu. Jadi tak perlu ragu untuk menuntut ilmu yang tinggi ya? sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

The post 12 Alasan Mengapa Muslim Harus Menuntut Ilmu appeared first on DalamIslam.com.

]]>
12 Alasan Muslim Harus Mengamalkan Ilmunya https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/alasan-muslim-harus-mengamalkan-ilmunya Fri, 05 Apr 2019 23:58:08 +0000 https://dalamislam.com/?p=6266 Ilmu dipelajari untuk diamalkan, bukan hanya sekedar menambah wawasan dan kepintaran, apalagi jika diniatkan untuk membodoh-bodohi orang lain. Inilah 12 Alasan Muslim Harus Mengamalkan Ilmunya. 1. Mendapat taufik dari Allah atauhidayah Allah kepada manusia Malik bin Dinar berkata, من طلب العلم للعمل وفقه الله ومن طلب العلم لغير العمل يزداد بالعلم فخرا “Barangsiapa yang mencari […]

The post 12 Alasan Muslim Harus Mengamalkan Ilmunya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ilmu dipelajari untuk diamalkan, bukan hanya sekedar menambah wawasan dan kepintaran, apalagi jika diniatkan untuk membodoh-bodohi orang lain. Inilah 12 Alasan Muslim Harus Mengamalkan Ilmunya.

1. Mendapat taufik dari Allah atauhidayah Allah kepada manusia

Malik bin Dinar berkata,

من طلب العلم للعمل وفقه الله ومن طلب العلم لغير العمل يزداد بالعلم فخرا

Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka Allah akan terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan (kesombongan)” (Hilyatul Auliya’, 2: 378).

2. Mencegah kesombongan dalam islam

Dalam perkataan lainnya, Malik bin Dinar berkata,

إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه وإذا تعلم العلم لغير العمل به زاده فخرا

Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu hanya akan membuatnya semakin sombong (berbangga diri).” (Hilyatul Auliya’, 2: 372).

3. Memberikan manfaat dimana memilikisifat orang yang tak tersentuh api neraka

Wahb bin Munabbih berkata,

مثل من تعلم علما لا يعمل به كمثل طبيب معه دواء  لا يتداوى به

Permisalan orang yang memiliki ilmu lantas tidak diamalkan adalah seperti seorang dokter yang memiliki obat namun ia tidak berobat dengannya.” (Hilyatul Auliya’, 4: 71).

4. Sebagai zakat ataujenis zakat dalam islam

Ibrahim Al Harbi berkata,

حملني أبي الى بشر بن الحارث فقال يا أبا نصر ابني هذا مشتهر بكتابة الحديث والعلم فقال لي يا بني هذا العلم ينبغي أن يعمل به فان لم يعمل به كله فمن كل مائتين خمسة مثل زكاة الدراهم

Ayahku pernah membawaku pada Basyr bin Al Harits, lanta ia berkata, “Wahai Abu Nashr (maksudnya: Basyr bin Al Harits), anakku sudah masyhur dengan penulisan hadits dan ia terkenal sebagai orang yang berilmu.” Lantas Basyr menasehatiku, “Wahai anakku, namanya ilmu itu mesti diamalkan. Jika engkau tidak bisa mengamalkan seluruhnya, amalakanlah 5 dari setiap 200 (ilmu) seperti halnya hitungan dalam zakat dirham -perak– (yaitu 1/40 atau 2,5%).” (Hilyatul Auliya’, 8: 347).

5. Mencegah bahaya kebodohan dalam islam

Syaqiq Al Balkhi berkata,

الدخول في العمل بالعلم والثبات فيه بالصبر والتسليم إليه بالإخلاص فمن لم يدخل فيه بعلم فهو جاهل

Masuk dalam amalan hendaklah diawali dengan ilmu. Lalu terus mengamalkan ilmu tersebut dengan bersabar. Kemudian pasrah dalam berilmu dengan ikhlas. Siapa yang tidak memasuki amal dengan ilmu, maka ia jahil (bodoh).” (Hilyatul Auliya’, 8: 69).

6. Hal yang mudhorot

Sufyan bin ‘Uyainah berkata,

ما شيء أضر عليكم من ملوك السوء وعلم لا يعمل به

Tidak ada sesuatu yang lebih memudhorotkan kalian selain dari raja yang jelek dan ilmu yang tidak diamalkan.” (Hilyatul Auliya’, 7: 287).

7. Mendapat ilmu baru dari Allah

‘Abdul Wahid bin Zaid berkata,

من عمل بما علم فتح الله له ما لا يعلم

Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.” (Hilyatul Auliya’, 6: 163).

Ma’ruf Al Karkhi berkata,

إذا أراد الله بعبد خيرا فتح الله عليه باب العمل وأغلق عنه باب الجدل وإذا أراد بعبد شرا أغلق عليه باب العمل وفتح عليه باب الجدل

Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Dia akan membuka baginya pintu amal dan akan menutup darinya pintu jidal (suka berdebat atau bantah-bantahan). Jika Allah menginginkan kejelekan pada seorang hamba, Dia akan menutup baginya pintu amal dan akan membuka baginya pintu jidal (suka berdebat)” (Hilyatul Auliya’, 8: 361).

8. Mendapatkan Pahala dari Allah SWT Sama dengan Pahala Orang yang Diajarkan

Dari penjelasan Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia memaparkan berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda bahwasannya sebagai berikut :

Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Kemudian diperkuat dengan hadits lainnya yang melengkapi penjelasan sebelumnya yakni, sabda Rasulullah berikut ini :

Barang siapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala dari orang-orang yang mengamalkannya dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengerjakannya itu.” (HR Ibnu Majah).

9. Sudah Termasuk dalam Kategori amar ma’ruf nahi munkar

Amar ma’ruf nahi munkar bisa dikatakan sebagai cara paling tepat untuk menebar kebaikan dengan jalan saling menasehati antara satu dengan yang lainnya. Proses saling menasehati ini, secara tidak langsung akan berjalan tanpa disadari sesuai dengan naluri alamiah manusia, yang selalu menasehati jika melihat tindakan kurang baik. Terlebih lagi orang yang lebih tua, memberikan arahan kepada mereka – mereka yang lebih muda karena belum mengetahui bagaimana melakukan suatu hal dengan baik.

Dari penjelasan yang dipaparkan oleh Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda sebagai berikut :

Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)

10. Ilmu yang Anda Ajarkan Tidak Akan Berkurang, Melainkan Akan Semakin Bertambah

Banyak orang yang mengira bahwa mengajarkan ilmu yang dipunyai adalah hal yang sia – sia belaka. Padahal anggapan tersebut salah besar sobat, justru dengan anda membagikan ilmu yang anda punyai, akan mematangkan pemahaman anda sendiri terhadap suatu ilmu.

Semakin sering anda membagikannya, maka anda akan merasa semakin mantap dan juga percaya diri. Hal itu sama halnya dengan anda mendapatkan ilmu – ilmu baru dalam kehidupan dan pada akhirnya ilmu anda tidak akan berkurang sobat.

Hal ini dijelaskan di dalam firman Allah SWT di surat Al Imran yakni sebagai berikut : “Hendaklah engkau menerangkan isi al-Kitab itu kepada manusia, dan janganlah engkau menyembunyikannya.” (Ali Imran [3]: 187).

11. Menentramkan Hati

Rasa bahagia yang anda rasakan saat mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan hal yang tidak ternilai harganya ya sobat. Terlebih lagi pengajaran ilmu tersebut sesuai dengan yang disukai oleh orang yang sedang anda ajarkan, pastinya akan bertambah menarik.

Rasulullah SAW bersabda: “Katakanlah kepada manusia sesuai dengan apa yang mereka ketahui, serta tinggalkanlah apa yang tidak mereka ketahui dan tidak mereka sukai. Apakah kamu ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR Bukhari).

12. Melatih Kecakapan Kita Dalam Mengajar

Mengajar ternyata bisa menggali kemampuan kita untuk melakukan suatu hal dengan variasi berbeda – beda. Seperti contohnya, teknik mengajar yang baik adalah yang bisa diterima dengan baik pula oleh orang yang diajarkan. Dengan begitu anda wajib memutar otak untuk menggunakan teknik yang up to date, sehingga mereka pun akan semakin nyaman dan terus bersemangat.

Rasulullah SAW bersabda: “Kami khususnya, para nabi, diperintahkan untuk menempatkan orang sesuai dengan tingkatan mereka. Dan supaya kami menyampaikan kepada mereka menurut tingkatan pengertian (kecerdasannya).” (HR Abu Dawud).

Seperti ungkapan yang beredar dan melekat di masyarakat bahwasannya “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Setuju ya sobat semua? Ungkapan itulah yang bisa dihubungkan dengan perbuatan mulia.

Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh Allah, para Malaikat-Nya, serta semua penghuni langit dan bumi termasuk semut dalam lubangnya dan ikan-ikan, sungguh semuanya mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang mengajari manusia.” (HR Tirmidzi).

Di dalam firman Allah SWT QS. Az-Zumar : 9 dijelaskan bahwasannya :

“Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9)

Sebagai tambahan saja, terdapat keutamaan lainnya yang bisa anda pahami, agar ke depannya anda bisa semakin mantap dalam hal melakukan perbuatan baik seperti membagikan ilmu bermanfaat yang anda punyai. Berikut adalah keutamaan – keutamaan lain mengamalkan ilmu :

  • Melatih keikhlasan dalam kehidupan sehari – hari.
  • Memberikan contoh nyata agar orang lain ikut melakukannya.
  • Tidak ada perbuatan baik yang sia – sia.
  • Mencerminkan identitas sebagai seorang muslim sejati.
  • Peduli terhadap kemajuan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Nah, semoga semangat selalu dalam mengamalkan ilmu ya, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.

The post 12 Alasan Muslim Harus Mengamalkan Ilmunya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Berpaling Dari Ilmu Agama dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-berpaling-dari-ilmu-agama Fri, 08 Feb 2019 15:56:28 +0000 https://dalamislam.com/?p=5305 Berpaling dari ilmu agama adalah tidak mau peduli pada ajaran agama atau mengetahui ajaran agama namun tidak mau mengamalkannya. Hal ini sungguh merupakan salah satu perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Berikut akan dibahas mengenai hukum berpaling dari ilmu agama. Allah Azza wa Jalla berfirman: أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً ۖ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ ۖ […]

The post Hukum Berpaling Dari Ilmu Agama dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Berpaling dari ilmu agama adalah tidak mau peduli pada ajaran agama atau mengetahui ajaran agama namun tidak mau mengamalkannya. Hal ini sungguh merupakan salah satu perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Berikut akan dibahas mengenai hukum berpaling dari ilmu agama.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً ۖ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ ۖ هَٰذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِي ۗ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ ۖ فَهُمْ مُعْرِضُونَ

Apakah mereka mengambil sesembahan-sesembahan selain-Nya? Katakanlah: “Tunjukkanlah hujjahmu! (al-Qur`ân) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku.” Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling. [al-Anbiyâ’/21:24]

Baca juga:

Syaikh `Abdurrahmân bin Nâshir as-Sa’di rahimahullah berkata: “Mereka tidak mengetahui kebenaran bukan karena kebenaran itu samar dan tidak jelas. Namun karena mereka berpaling darinya. Jika mereka tidak berpaling dan mau memperhatikannya, niscaya kebenaran menjadi jelas bagi mereka dari kebatilan, dengan kejelasan yang nyata dan gamblang”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi. Seorang laki-laki bertanya: “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?) Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah Maha indah dan menyukai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749, dari `Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu]

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Adapun ‘menolak kebenaran’ yaitu menolaknya dan mengingkarinya dengan menganggap dirinya tinggi dan besar”.[]Syarah Muslim, hadits no. 2749]

Baca juga:

Imam Ibnul Atsîr rahimahullah berkata tentang makna ‘menolak kebenaran’, yaitu menyatakan batil terhadap perkara yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan sebagai kebenaran, seperti mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Ada yang mengatakan, maknanya adalah menzhalimi kebenaran, yaitu tidak menganggapnya sebagai kebenaran. Dan ada yang mengatakan, maknanya adalah merasa besar terhadap kebenaran, yaitu tidak menerimanya”.[An-Nihâyah fî Gharîbil Hadîts]

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Kitab-Ku), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Thaha: 124)

وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

Dan orang-orang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (Al-Ahqaf: 3)

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ

Dan siapakah yang lebih dzalim dari orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As Sajdah: 22)

Baca juga:

Allah juga berfirman, “Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman yang berkata: Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (Hari Kiamat)? Apakah jika kita telah mati dan menjadi tanah dan tulang belulang? Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?

Berkata pulalah ia: Maukah kamu meninjau (temanku itu)? Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Ia berkata (pula): Demi Allah, Sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).” (Surah ash-Shaffat [37]: 51).

Allah berfirman:

ومن يعش عن ذكر الرحمن نقيض له شيطانا فهو له قرين، وإنهم ليصدونهم عن السبيل ويحسبون أنهم مهتدون

“Siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Quran), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Surah az-Zukhruf [43]: 36-37)

Mereka yang berpaling dari ilmu agama sementara mengetahui tentang kebenaran agama tersebut sesungguhnya menyerupai kaum Yahudi.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ ۚ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

Dan setelah datang kepada mereka (orang-orang Yahudi) al-Qur`ân dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. [al-Baqarah/2:89]

Baca juga:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Allah Azza wa Jalla menyifati orang-orang Yahudi bahwa mereka dahulu mengetahui kebenaran sebelum munculnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbicara dengan kebenaran dan mendakwahkannya. Namun, setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada mereka, beliau berbicara dengan kebenaran. Karena beliau bukan dari kelompok yang mereka sukai, maka mereka pun tidak tunduk kepada beliau, dan mereka tidak menerima kebenaran kecuali dari kelompok mereka. Padahal, mereka tidak mengikuti perkara yang diwajibkan oleh keyakinan mereka”

Itulah penjelasan singkat tentang hukum berpaling dari ilmu agama. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah keimanan kita. Aamiin.

The post Hukum Berpaling Dari Ilmu Agama dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Keutamaan Belajar Dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/8-keutamaan-belajar-dalam-islam Fri, 01 Dec 2017 09:01:37 +0000 https://dalamislam.com/?p=2426 Ilmu pengetahuan adalah hal yang penting bagi kehidupan agar manusia dapat mencapai salah satu tujuan penciptaan manusia, yaitu menjadi khalifah dibumi. Oleh sebab itu seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agar dapat memahami hakikat kehidupan dan isinya serta mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia menurut Islam dan makhluk lainnya, agar kita mengerti akan hakikat penciptaan manusia, […]

The post 8 Keutamaan Belajar Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ilmu pengetahuan adalah hal yang penting bagi kehidupan agar manusia dapat mencapai salah satu tujuan penciptaan manusia, yaitu menjadi khalifah dibumi. Oleh sebab itu seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agar dapat memahami hakikat kehidupan dan isinya serta mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia menurut Islam dan makhluk lainnya, agar kita mengerti akan hakikat penciptaan manusia, sehingga bertambah keimanan mereka terhadap Allah SWT.

Hukum menuntut ilmu dalam Islam adalah wajib karena ilmu berguna untuk manusia mencapai sukses dunia akhirat menurut Islam, seperti yang dikatakan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. berikut :

“Barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan akhiratnya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang ingin mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan keduanya juga dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan.”

Keutamaan Belajar menurut Islam

Dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, manusia diharuskan untuk menuntut ilmu atau yang biasa disebut belajar. Dalam Islam belajar juga memiliki keutamaan, sebagai berikut :

  1. Allah akan memudahkan jalannya menuju surga

Dari Abu Hurairah, di riwayatkan sebagai berikut :

“Siapa saja yang mengadakan perjalanan untuk usaha menuntut ilmu, maka Allah akan menganugerhkannya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Dalam hadits tersebut yang dimaksud dengan mengadakan perjalanan untuk usaha menuntut ilmu adalah belajar.

  1. Para malaikat akan membentangkan sayap untuk orang yang menuntut ilmu

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :

“Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap mereka kepada para pencari ilmu, sebagai pertanda ridha dengan usaha orang-orang itu.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

  1. Orang yang belajar adalah orang yang lebih baik dari dunia dan isinya

Rasulullah SAW. bersabda :

“Seseorang yang mempelajari satu bab dari suatu ilmu masih jauh lebih baik nilainya daripada dunia dan isinya.” (HR. Ibnu Hibban)

  1. Orang yang belajar akan mendapat pahala

Rasulullah SAW. bersabda :

“Ilmu itu laksana sebuah gudang, sedangkan kunci pembukanya adalah bertanya. Sesungguhnya, ada pahala bagi empat golongan manusia, yaitu orang yang bertanya, orang yang menjawab, orang yang mendengar dan orang yang suka dengan kondisi mereka bertiga.”(HR. Abu Nu’aim)

Dalam hadits tersebut bertanya sama dengan belajar. Dalam proses belajar seseorang akan bertanya untuk hal-hal yang tidak dimengerti.

  1. Orang yang menuntut ilmu lebih baik dari shalat sunnah seratus rakaat

Dari Ibnu Abdul Birri, Rasulullah SAW. pernah bersabda dengan mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang pergi mempelajari satu bab dari ilmu, ia lebih baik dari orang yang melakukan sholat sebanyak seratus rakaat.

  1. Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban dalam Islam

Bagi umat muslim menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban, untuk membedakan mereka dengan orang-orang yang jahiliyah dan agar mereka dapat menyempurnakan ibadahnya kepada Allah SWT. Rasulullahpernah bersabda :

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”

  1. Orang yang belajar akan mendapatkan pengetahuan lebih

Ilmu pengetahuan hanya akan didapat dan bertambah apabila seseorang terus belajar dan belajar. Tanpa belajar mereka tidak akan mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuannya hanyalah sebatas apa yang mereka kehendaki.

  1. Orang yang menuntut ilmu sama dengan berjihad

Menuntut ilmu atau belajar merupakan suatu upaya untuk memberantas ketidaktahuan dan kebodohan, itulah mengapa dikatakan orang yang berilmu sama seperti orang yang berjihad dijalan Allah SWT. karena mereka yang belajar diibaratkan sepertii sedang memerangi kebodohan atau kejahiliyahan.

Dari beberapa keutamaan belajar diatas, kita dapat menyimpulkan, bahwa belajar adalah suatu upaya yang di ridhai oleh Allah SWT. jika hal tersebut menngandung kebaikan, terutama jika hal tersebut berkaitan dengan agama.

Sekian, semoga bermanfaat (:

The post 8 Keutamaan Belajar Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>