ilmu tasawuf Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/ilmu-tasawuf Mon, 26 Dec 2016 04:50:15 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png ilmu tasawuf Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/ilmu-tasawuf 32 32 Ilmu Tasawuf Modern dalam Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/ilmu-tasawuf-modern Sat, 24 Dec 2016 08:36:49 +0000 http://dalamislam.com/?p=1240 Pengertian Tasawuf yang kita kenal selama ini adalah Tasawuf para sufi yang meninggalkan dunia bahkan membenci dunia. Sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi pada abad ke dua dan ketiga yang benar-benar mensucikan diri dari keduniaan dan menyatukan diri dengan tuhan. Menfanakan dirinya serta mengkekalkan zat tuhan sehingga banyak pemikiran dan amalam Tasawuf yang susah diterima […]

The post Ilmu Tasawuf Modern dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pengertian Tasawuf yang kita kenal selama ini adalah Tasawuf para sufi yang meninggalkan dunia bahkan membenci dunia. Sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi pada abad ke dua dan ketiga yang benar-benar mensucikan diri dari keduniaan dan menyatukan diri dengan tuhan. Menfanakan dirinya serta mengkekalkan zat tuhan sehingga banyak pemikiran dan amalam Tasawuf yang susah diterima oleh orang awam, lantaran dalamnya pemaknaan dan kecintaan kepada tuhan sehingga menghilangkan kecintaan terhadap dunia dan dirinya.

Tasawuf modern yang akan kita bahas adalah mengenai pemikiran Hamka tentang memaknai Tasawuf yang sebenarnya. Bertasawuf Hamka adalah peimplementasian zuhud dan pemurnian aqidah sesuai dengan Alquran dan Hadist.

Tasawuf sebagaimana yang pernah dibahas pada artikel sebelumnya adalah : ilmu tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Ilmu tentang cara mensucikan hati dari segala urusan yang menghalangi kedekatan kepada tuhan. Serta ilmu tentang bagaimana memahami hakekat tuhan, seperti zat-Nya, wujud-Nya dan lain sebagainya.

Ilmu Tasawuf itu sendiri lahir pada abad kedua. Tasawuf ini disebut juga Tasawuf sunni. Pada abad berikutnya lahirlah berbagai macam aliran dalam Tasawuf : Tasawuf Akhlaki, Tasawuf Falsafi, Tasawuf Amali ada juga Tasawuf syiah dan sekarang ini muncul pemikiran baru dalam Tasawuf yaitu Tasawuf Modern. Semua aliran Tasawuf itu pada hakekatnya adalah sama yaitu ilmu tentang cara mencintai Allah dengan pendekatan yang berbeda-beda. Baca juga: hubungan tasawuf dan ilmu kalam

Istilah Ilmu Tasawuf Modern merupakan istilah yang berasal dari karangan buku Prof. Buya Hamka. Hamka mencoba meinterpretasikan Tasawuf yang sesuai dengan masyarakat modern. Namun pada intinya tetap mencintai Allah, dengan memurnian aqidah dan implementasi zuhud yang sesuai dengan Alquran dan hadist Nabi SAW. Zuhud yang meningkatkan kepedulian sosial demi kemajuan dan kemakmuran perekonomian umat. Baca juga: aliran dalam islam dan ilmu filsafat islam

Profil Hamka

Sebelum kita bahas lebih lanjut tentang pemikiran Tasawuf modernnya Hamka, mari kita ulas sedikit tentang profil Hamka.

Biodata diri

Nama :  H. Abdul Karim Amrullah, disingkat dengan HAMKA

Tempat/ Tanggal lahir : Kampung Molek Maninjau ,Sumatera Barat / 17 February 1908

Prof Buya HAMKA adalah seorang ulama, pemikir Islam, pendakwah dan juga seorang sastrawan yang telah banyak melahirkan karya-karya besar seperti: Tafsir Al Azhar, Tasawuf Modern, Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah dan lain sebagainya. Hamka adalah penulis yang sangat produktif. Selain itu beliau juga aktif di organisasi dakwah Muhammadiyah.

Baca juga :

Buya Hamka lahir dari kalangan ulama. Ayahnya Syekh Abdul Karim merupakan pendiri pondok pesantren Tawalib Padang Panjang serta pelopor gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau. Perkembangan intelektual Hamka tidak lepas dari pengaruh sang ayah.

Hamka aktif di organisasi dakwah Muhammbadiyah sejak merantau ke tanah Jawa dan bertemu dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah.  Karirnya di organisasi dimulai dari memimpin cabang Muhammadiyah Padang Panjang, lalu beliau juga diberikan amanah memimpin Majlis Muhammadiyah Sumatera Barat.

Dalam bidang politik, Hamka tergabung dalam partai Serikat Islam. Hamka aktif melawan penjajah Belanda yang hendak kembali menguasai Indonesia, dan juga telibat dalam gerilya di hutan. Hamka juga pernah menjadi anggota Masyumi. Dalam karir politiknya Hamka sering bergeseran dengan para aktivis partai Nasionalis dan Komunis, lantara pendapatnya yang lebih menegakkan dakwah Islam. Hamka juga pernah dipenjarakan Presiden Soekarno, dan dalam penjara itulah Hamka menyusun buku Tafsir Al Azhar.

Pemikiran Tasawuf Modern Hamka

Sebagaimna ilmu Tasawuf yang kita pahami selama ini, suatu ilmu yang mengkaji tentang cara mensucikan diri dari dosa dan dunia untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Tasawuf lahir akibat gaya hidup orang semakin hedonis dan glamor yang semakin jauh dari tuhan. Dan gaya hidup yang penuh dengan kecintaan terhadap dunia dan kering akan rohaniah.

Untuk mendekatkan diri kepada Allah para ahli sufi memiliki cara dan metode masing masing seperti: mengawali dengan tobat dari dosa dengan tobat nasuha, lalu melepaskan kecintaan pada dunia atau (zuhud) dan latihan rohani yang lain yang pada puncaknya mencapai ma’rifat.

Dalam Tasawuf ini banyak hal yang tidak bisa dicerna dengan akal karena semua berhubungan dengan rasa cinta yang sangat tinggi pada tuhan. Tasawuf juga tidak mengikatkan diri pada aturan baku syari’ah. Oleh karena itu banyak ahli Fiqih yang kadang tidak paham dengan para sufi dan menganggap mereka musyrik dan sesat.

Pada Tasawuf Modern, Hamka memberikan perspektif baru dalam bertasawuf, menurut Hamka kebahagiaan itu adalah agama,dan agama itu adalah aqidah. Aqidah yang baik melahirkan akhlakul karimah. Hamka dalam bertasawuf tidak sama seperti sufi pada aliran Tasawuf yang lain. Tasawufnya Hamka tetap berpegang pada sumber pokok ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadist, sebagaimana yang dijalankan dan di contohkan Rasulullah SAW.

Tasawuf Modern lebih mememurnikan aqidah yang terlepas dari praktek bid’ah, syirik dan kurafat. Hamka juga tidak melakukan tingkatan-tingkatan rohaniyah yang dilakukan para sufi yang dahulu. Dan juga tidak pernah mengalami peristiwa mistik dan lainnya. Tasawuf menurut Hamka bisa menjadi positif dan negatif.

  1. Tasawuf jadi negatif jika:
    •  Dilaksanakan dalam kegiatan yang tidak digariskan Alquran dan Hadist. Contoh, mengharamkan diri terhadap hal yang dihalalkan Allah.
    • Dilaksanakan pada kegiatan yang berlandaskan pada pandangan “dunia harus dibenci”.
  2. Tasawuf bisa positif jika :
    • Dijalankan berdasarkan tuntunan Alquran dan Hadist.
    • Dilaksanakan atas kepedulian yang tinggi. Mengangkat kembali roh tasawuf dengan zuhud. Zuhud yang dimaksud adalah gaya hidup yang tidak berorentasi pada dunia.

Baca juga : hubungan akhlaq dan tasawuf dan hubungan akhlak dengan iman

Hamka merumuskan Tasawuf ke dalam 4 struktur Tasawuf yang didefinisikan sebagai berikut:

  1. Konsep tentang tuhan dengan manusia – Hubungan tuhan dan manusia tetap sebagai khaliq dan makhluk.  Oleh karena itu manusia harus melakukan peribadatan sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadist.
  2. Jalan Tasawuf – Zuhud adalah sikap bertasawuf yang harus dikedepankan dalam melaksanakan peribadatan serta aqidah yang benar.
  3. Penghayatan Tasawuf –  Hamka menyimpulkan bahwa jalan Tasawuf itu adalah sikap zuhud yang benar dalam baribadah. Ibadah yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh mengantarkan orang pada pengalaman bertasawuf dalam wujud ketaqwaan
  4. Refleksi Tasawuf – Tujuan akir dari bertasawuf menurut Hamka adalah tercapainya kepekaan sosial yang tinggi. Seorang sufi akan mencapai karomah dalam bentuk sosial releguis, yaitu dorongan untuk membantu orang dilandaskan pada ketaqwaan pada Allah

Demikianlah ulasan tentang ilmu Tasawuf Modern berdasarkan perspektif Hamka. Pemikiran ini dituliskan dalam bukunya dengan judul “ Tasawuf Modern”  yang menurut Hamka penting untuk dikenalkan kembali pada masyarakat saat ini, Agar tumbuh kepekaan sosial yang tinggi atas dasar kecintaan pada Allah.

The post Ilmu Tasawuf Modern dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pengertian Tasawuf dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/pengertian-tasawuf Fri, 18 Nov 2016 14:14:39 +0000 http://dalamislam.com/?p=1133 Tasawuf adalah bagian dari perkembangan ajaran islam dari para sufi. Dalam rukun islam dan rukun iman mengenai tasawuf memang tidak terdapat secara eksplisit. Ajaran tasawuf sendiri dianggap berasal dari berbagai pengaruh ajaran agama atau filsafat lain yang akhirnya diadopsi dan disesuaikan dengan konsep islam. Untuk itu terdapat pro kontra mengenai hal tersebut. Tentu saja hal […]

The post Pengertian Tasawuf dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tasawuf adalah bagian dari perkembangan ajaran islam dari para sufi. Dalam rukun islam dan rukun iman mengenai tasawuf memang tidak terdapat secara eksplisit. Ajaran tasawuf sendiri dianggap berasal dari berbagai pengaruh ajaran agama atau filsafat lain yang akhirnya diadopsi dan disesuaikan dengan konsep islam. Untuk itu terdapat pro kontra mengenai hal tersebut. Tentu saja hal ini tidak boleh bertentangan dengan Fungsi Iman Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.

Berikut adalah pengertian tasawuf dalam berbagai sudut pandang.

Menurut Etimologi

Pengertian tasawuf menurut etimologi juga pendekatan lainnya, terdapat perbedaan. Secara umum, diantara perbedaan tersebut tentu ada garis merah atau benang merah yang dapat ditarik.

  1. Berasal dari Kata Shuffah

Tasawuf berasal dari istilah shuffah. Shuffah berarti serambi tempat duduk. Suffah berasal di serambi masjid Madinah yang disediakan untuk mereka yang belum memiliki tempat tinggal atau rumah dan dari orang-orang muhajirin yang ada di Masa Rasulullah SAW. Mereka dipanggi sebagai Ahli Suffah atau Pemilik Sufah karena di serambi masjid Madinah itulah tempat mereka.

  1. Berasal dari Kata Shaf

Selain itu, istilah tawasuf juga berasal dari kata Shaf. Shaf memiliki arti barisan. Istilah ini dilekatkan kepada tasawuf karena mereka, para kaum sufi, memiliki iman yang kuat, jiwa dan hati yang suci, ikhlas, bersih, dan mereka senantiasa berada dalam barisan yang terdepan jika melakukan shalat berjamaah atau dalam melakukan peperangan.

  1. Berasal dari Kata Shafa dan Shuafanah

Istilah Tasawuf juga ada yang mengatakan berasal dari kata shafa yang artinya bersih atau jernih dan kata shufanah yang memiliki arti jenis kayu yang dapat bertahan tumbuh di daerah padang pasir yang gersang.

  1. Berasal dari Kata Shuf

Pengertian Tasawuf juga berasal dari kata Shuf yang berarti bulu domba. Pengertian ini muncul dikarenakan kaum sufi sering menggunakan pakaian yang berasal dari bulu domba kasar. Hal ini melambangkan bahwa mereka menjunjung kerendahan hati serta menghindari sikap menyombongkan diri. Selain itu juga sebagai simbol usaha untuk meninggalkan urusan-urusan yang bersifat duniawi. Orang-orang yang menggunakan pakaian domba tersebut dipanggil dengan istilah Mutashawwif dan perilakunya disebut Tasawuf.

Menurut Terminologi

Pengertian tasawuf menurut terminologi dari para ahli sufi juga terdapat varian-varian yang berbeda. Hal ini dapat dijelaskan dari berbagai pandangan sufi berikut:

  1. Menurut Imam Junaid

Menurut seorang sufi yang berasal dari Baghdad dan bernama Imam Junaid, Tasawuf memiliki definisi sebagai mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah.

  1. Menurut Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah seorang syekh yang berasal dari Afrika Utara. Sebagai seorang sufi ia mendefinisikan tasawuf sebagai proses praktek dan latihan diri melalui cinta yang mendalam untuk ibadah dan mengembailikan diri ke jalan Tuhan.

  1. Sahal Al-Tustury

Sahal Al Tustury mendefinisikan tasawuf sebaai terputusnya hubungan dengan manusia dan memandang emas dan kerikil. Hal ini tentu ditunjukkan untuk terus menerus berhubungan dan membangun kecintaan mendalam pada Allah SWT.

  1. Syeikh Ahmad Zorruq

Menurut Syeikh Ahmaz Zorruq yang berasal dari Maroko, Tasawuf adalah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata untuk Allah dengan menggunakan pengetahuan yang ada tentang jalan islam. Pengetahuan ini dikhususkan pada pengetahuan fiqh dan yang memiliki kaitan untuk mempebaiki amalan dan menjaganya sesuai dengan batasan syariah islam. Hal ini ditujukan agar kebikjasanaan menjadi hal yang nyata.

Secara Umum

Dari pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat diambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan, memperdalam, mensucikan jiwa atau rohani manusia. Hal ini dilakukan untuk melakukan pendekatan atau taqarub kepada Allah dan dengannya segala hidup dan fokus yang dilakukan hanya untuk Allah semata.

Untuk itu, tasawuf tentu berkaitan dengan pembinaan akhlak, pembangunan rohani, sikap sederhana dalam hidup, dan menjauhi hal-hal dunia yang dapat melenakan. Tentu hal ini bisa membantu manusia dalam mencapai tujuannya dalam hidup. Untuk itu, praktik tasawuf ini dapat dilakukan oleh siapapun yang ingin membangun akhlak yang baik, sikap terpuji, kesucian jiwa, dan kembalinya pada Illahi dalam kondisi yang suci.

Secara umum, tentu ajaran tasawuf jika dikembangkan tidak boleh bertentangan dan juga bersebrangan dengan ajaran yang berasal dari Wahyu Al Quran dan Sunnah Rasulullah. Sebagai bentuk kecintaan manusia kepada Rasulullah tentunya juga harus tetap melaksanakan ibadah sebagaimana Rasul ajarkan.

Landasan Tasawuf dalam Al-Quran

Mengenai tasawuf, beberapa sufi menyandarkan pengertian dan dasar-dasarnya kepada ayat-ayat Al-Quran. Ajaran tasawuf diidentikkan dengan ajaran islam walaupun agama lain juga memiliki hal yang serupa dengan tasawuf. Berikut adalah ayat-auat Al-Quran yang berkenaan dengan dasar tasawuf menurut para sufi:

  1. QS Al Baqarah : 115

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

  1. QS Al Baqarah : 186

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

  1. QS Qof : 16

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

  1. QS Al Kahfi : 65

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.”

Dalam pelaksanaan praktik tasawuf, tentunya manusia jangan sampai lupa dan meninggalkan juga bagaimana aktivitas kehidupan berdasarkan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama islam.

Melaksanakan praktik tasawuf bukan berarti sama dengan meninggalkan juga usaha untuk dapat Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam. Dunia Menurut Islam memang bukanlah segala-galanya, dan tidak boleh terlena dengannya. Namun Allah pun juga menyuruh manusia untuk dapat mengoptimalkan kehidupan dunia agar dapat meraih Sukses Menurut Islam.

The post Pengertian Tasawuf dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tasawuf Akhlaqi dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/tasawuf-akhlaqi Fri, 18 Nov 2016 13:52:49 +0000 http://dalamislam.com/?p=1132 Tasawuf adalah salah satu ajaran dan pemikiran islam yang berkembang di masyarakat. Ajaran Tasawuf juga memliki berbagai bentuk pemikiran dan aliran. Adanya pemikiran tasawuf ini juga terdapar pro kontra di masyarakat, sehingga terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan umat islam. Walaupun ada hal tersebut, pemikiran tasawuf cukup digemari dan diikuti oleh banyak orang, […]

The post Tasawuf Akhlaqi dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tasawuf adalah salah satu ajaran dan pemikiran islam yang berkembang di masyarakat. Ajaran Tasawuf juga memliki berbagai bentuk pemikiran dan aliran. Adanya pemikiran tasawuf ini juga terdapar pro kontra di masyarakat, sehingga terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan umat islam.

Walaupun ada hal tersebut, pemikiran tasawuf cukup digemari dan diikuti oleh banyak orang, terutama orang-orang moderen perkotaan. Orang-orang moderen perkotaan haus akan siraman rohani dan perbaikan akhlak. Adanya tasawuf ini tentu menjadi salah satu dari penyelesaian masalah kaum moderen perkotaan.

Pada ajaran tasawuf, salah satunya adalah ajaran mengenai tasawuf akhlaqi. Tasawuf akhlaqi tentunya tidak lepas dari permasalahan tasawuf secara umum. Berikut adalah penjelasan mengenai ajaran Tasawuf dan khususnya Tasawuf Akhlaqi.

Asal Usul Ajaran Tasawuf

Ajaran tasawuf muncul dalam islam ketika umat islam bertemu dengan umat kristen, filsafat dari Yunani, dan ajaran Agama Hidu juga Budha. Secara umum lahir anggapan bahwa tasawuf bukanlah muncul dari agama islam melainkan pengaruh dari luar, yaitu pengaruh dari budaya dan agama lain. Hal ini yang juga akhirnya memunculkan pro kontra di masyrakat mengenai ajaran tasawuf.

  1. Pengaruh dari Ajaran Rahib Kristen

Beberapa anggapan mengatakan bahwa ajaran tasawuf berasal dari rahib-rahib kristen ketika mengasingkan diri dan beribadah kepada Tuhan mereka di gurun pasir Arab. Tempat tinggal dari rahib-rahib tersebut menjadi tujuan orang yang memerlukan bantuan di padang pasir tersebut. Saat siang, kemah-kemah yang didirkan menjadi tempat untuk berteduh karena kepanasan sedangkan saat malam hari menjadi petunjuk jalan bagi para musafir yang melewati wilayahnya. Rahib-rahib tersebut memili hati yang mulia, suka membantu, dan mengasingkan diri dari keramaian orang-orang.

  1. Pengaruh dari Filsafat Yunani

Menurut filsafat yunani yang berasal dari pemikiran mistik Phytagoras, ruh manusia adalah suci dan berawal dari tempat yang suci. Di alam dunia, ruh masuk ke alam materi dan masuk kepada raga manusia yang penuh nafsu. Ruh yang awalnya suci menjadi tidak suci karena sudah bercampur. Untuk itu, ruh manusia harus disucikan dan memusatkan kepada filsafat juga pengetahuan yang dapat memberikan kesucian diri.

Menurut pandangan ini, ruh yang kotor dalam dir manusia harus dibersihkan melalui ibadah yang banyak serta melewati ujian-ujian yang dapat membersihkan diri serta dosa-dosa. Outputnya adalah dapat mencapai rido Illahi.

  1. Pengaruh Ajaran Budha dan Hindu

Dari ajaran budha, pengaruh ini disebut dengan konsep Nirwana. Nirwana seperti istilah surga bagi ummat Buhda. Menurut ajaran Budha, nirwana dapat dicapai dengan manusia meninggalkan segala kehidupan dunia dan melakukan kontemplasi diri. Ajaran ini juga sebagaimana ajaran hindu yang mengatakan bahwa tujuan kesucian diri adalah untuk bersatunya atman dengan brahman melalui kontemplasi dan menjauhi segala macam dunia materi.

Tentu saja untuk menjalankan kehidupan ini, tasawuf juga harus memperhatikan bagaimana seorang muslim dapat Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam. Dunia Menurut Islam bukanlah segala-galanya, namun usaha untuk meraih Sukses Menurut Islam juga perlu diperhatikan.

Tasawuf Akhlaqi

Tasawuf Akhlaqi disebut juga Tasawuf Sunni. Tasawuf ini menitikberatkan pada perbaikan akhlak atau moral pada diri seseorang. Orientasinya adalah untuk mencari hakikat kebenaran yang dapat mengantarkan manusia untuk mencapai tingkatan ma’rifat. Ma’rifat adalah bersatunya manusia dengan Allah dengan metode tertentu yang telah ditetapkan. Tasawuf akhlaqi ini juga banyak dikembangkan oleh para Ulama Salafussalih.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (QS Asy Syams : 7-8)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan potensi berbuat buruk. Potensi untuk berbuat baik adalah Al Aql dan Al Qalb. Potensi untuk berbuat baik disebut dengan Nafsu yang dibantu dibisikkan keburukannya oleh Setan yang tiada henti menggoda manusia.

Menurut para sufi, untuk masuk kepada tasawuf tentu membutukan mental dan juga aspek lahiriah yang siap. Pada awal memasuki tasawuf, maka seseorang harus berkonsentrasi agar dapat menghindarkan diri dari akhlak buruk atau tercela (mazmumah) dan terus konsisten mewujudkan akhlak yang baik yaitu mahmudah.

Ajaran ini, menurut para sufi, melatih manusia untuk dapat menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu bagkan sampai pada mematikan hawa nafsu jika memungkinkan. Tentu saja membutuhkan pelatihan dan pembiasaan yang ketat.

Para Sufi yang mengembangkan ajaran tasawuf ini diantaranya adalah

  • Hasan al-Basri (21 H – 110 H),
  • Al-Muhasibi (165 H – 243 H),
  • Al-Qusyairi (376 H – 465 H),
  • Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 – 561 H),
  • Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Gajali (450 H – 505 H),
  • Ibnu Atoilah As-Sakandari , Dll

Proses Ajaran Tasawuf Akhlaqi

Pelaksanaan ajaran tasawuf tentu saja tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua kali untuk mencapai proses tertinggi, yaitu tujuan mendapatkan ma’rifat. Proses ini dilakukan agar akhlak baik atau mahmudah selalu melekat kepada manusia. Akhlak tercela dan buruk lainnya akan hilang dan tidak mengusik atau mengganggu jiwa manusia yang suci.

Jiwa yang buruk atau dipenuhi akhlak tercela tentu akan memudahkan nafsu manusia semakin banyak mendorong untuk melakukan hal hal yang buruk. Untuk itu, kesucian jiwa harus dipenuhi dan terus dipupuk. Berikut adalah proses atau langkah untuk mendapatkan tujuan dari tasawuf akhlaqi.

  1. Takhalli

Takhali adalah proses awal yang dilakukan oleh sufi. Aktivitas Takhali ini adalah usaha untuk mengosongkan diri manusia dari perilaku yang tercela. Salah satu akhlak tercela yang disoroti oleh tasawuf adalah kecintaan manusia yang berlebihan terhadap urusan duniawi, hingga melalaikan pada kesucian jiwa dan kesiapan untuk kembali kepada Allah.

  1. Tahalli

Takhalli berbeda dengan Tahalli. Tahalli adalah proses untuk mengisi dan menghiasi diri manusia dengan pembiasaan perilaku dan akhlak yang baik. Proses ini dilakukan oleh para sufi dengan mengosongkan jiwanya dari segala akhlak yang buruk. Mereka menjalankan ketentuan agama dengan mengintegrasikan ke dalam dan keluar dirinya. Aspek luar adalah kewajiban seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan, untuk yang bersifat ke dalam adalah keimanan, keaatan, dan kecintaan kepada Allah.

  1. Tajalli

Tajalli adalah proses pemantaapan dan pendalaman materi yang sudah dilalui pada proses tahalli. Tajalli berarti terungkapnya nur ghaib. Proses ini adalah memantapkan dan membuat akhlak-akhlak baik tersebut tetap ada dalam jiwa. Untuk itu, pada proses ini benar-benar menumbuhkan kecintaan dan kerinduan yang mendalam pada Allah SWT.

Praktis tasawuf ini tentu saja perlu diperhatikan agar tetap mampu menjawab masalah utama manusia yaitu yang berkenaan dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama yang terdapat dalam Al-Quran.

Selain itu, praktik ini juga tentu tidak bertentangan dengan sunnah rasul yang telah diajarkan Rasul. Contoh sunnah rasul ini seperti Sunnah Sebelum Tidur sesuai ajaran Rasul, Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan  Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb. Sunnah-sunnah ini dapat dilaksanakan sehari-hari dalam kehidupan kita, selain juga dari praktik tasawuf yang diajarkan para sufi.

The post Tasawuf Akhlaqi dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/hubungan-tasawuf-dengan-ilmu-kalam Wed, 16 Nov 2016 08:41:38 +0000 http://dalamislam.com/?p=1121 Dalam islam terdapat istilah ilmu tentang taswuf dan ilmu kalam. Keduanya tentu sama-sama membahas mengenai masalah agama dan masalah ketuhanan. Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia  tentunya juga menjadi bagian dari pembahasan tersebut. Kedua ilmu ini tentu saja dapat digunakan selagi tidak bertentangan […]

The post Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam islam terdapat istilah ilmu tentang taswuf dan ilmu kalam. Keduanya tentu sama-sama membahas mengenai masalah agama dan masalah ketuhanan. Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia  tentunya juga menjadi bagian dari pembahasan tersebut. Kedua ilmu ini tentu saja dapat digunakan selagi tidak bertentangan dengan rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama islam.

Untuk itu akan dibahas terleih dahulu mengenai ilmu kalam, tasawuf, dan dicari hubungan atau benang merahnya tentang kedua hal tersebut.

Pengertian dan Jenis Ilmu Kalam

Dalam istilah bahasa Arab, ilmu kalam berarti disiplin ilmu tentang dasar-dasar pengetahuan atau filsafat. Istilah ini juga berkaitan dengan persoalan Teologi dalam Islam. Teologi sendiri adalah dasar-dasar ajaran islam yang berkaitan dengan Eksistensi Ketuhanan dan Kekuasaan Yang Maha Pencipta. Seorang yang cendekiawan islam sering disebut dengan istilah mutakallim atau berarti seorang ahli teologi.

Ilmu tentang teologi sangat kental dengan penggunaan rasional, logika, dan hukum-hukum berpikir yang valid. Artinya, teologi memang membuktikan tentang Eksistensi Ketuhanan dan segala semesta dengan pembuktian yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Tentu, akhirnya bukan malah justru menjauh dari keesaan Allah, melainkan semakin memperkuat dan membuktikan.

Jenis-jenis ilmu kalam dapat dijabarkan dalam 3 jenis, yaitu sebagai berikut,

  1. Tauhid

Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat Allah, dan membongkar dalil-dalil yang membuktikan adanya Zat Yang Maha untuk Mewujudkan Segala Sesuatu. Pembahasan ilmu tauhid berkenaan dengan keesaan Allah dan akidah yang utama bagi setiap manusia, khususnya muslim.

  1. Aqa’id

Ilmu Aqa’d membahas tentang kepercayaan dalam hati atau pandangan yang berdasarkan kepada jiwa manusia dan diyakini kebenarannya. Jika sudah tertancap maka tidak akan bisa atau mudah untuk dilepaskan.

  1. Ushuludin

Ilmu ushuludin atau ilmu tentang agama, adalah ilmu yang membahas tentang prinsip dasar agama dengan berdasarkan kepada hukum logika. Objek utama dari ilmu ini adalah dasar agama yang menjadi masalah utama dalam islam.

Ilmu Kalam Menurut Para Ilmuwan Islam

Mengenai ilmu kalam, ternyata para ilmuwan islam memiliki pendapat dan pengertian sendiri. Berikut adalah pengertian ilmu kalam menurut para ilmuwan islam.

  1. Muhammad Abduh

Ilmu kalam ialah ilmu mengenai alasan tentang mempertahankan kepercayaan atau keimanan dengan dalil pikiran dan berisibantahan terhadap orang yang menyimpang dari kepercayaan ahli sunnah.

  1. Ibnu Khladun

Menurut Ibnu Khaldun ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dan sifat wajib yang ada pada-Nya. Sifa-sifat yang jaiz yang sifatkan bagi-Nya dan sifat yang tidak ada bagi-Nya. Selain itu, ilmu kalam juga memberikan pembahasan tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalah/perjalanannya, apa yang wajib ada, hal-hal yang jaiz dan dihubungkan dengan diri mereka.

  1. Al Farabi

Ilmu Kalam menurut Al Farabi adalah membahas zat dan sifat Allah serta seluruh eksitensi yang mungkin. Berkenaan pula dengan masalah dunia hingga masalah keakhiratan yang berlandaskan informasi wahyu Allah.

Pengertian dan Pembahasan Tasawuf

Ilmu tasawuf berasal dari para kaum sufi yang artinya suci. Tasawuf berasal dari para sufi yang senantiasa menghubungkan ajaran agama dengan perasaan cinta, kasih, dan kemurnian jiwa. Untuk itu, bagi sufi atau ajaran tasawuf dalam hidup yang benar-benar dibutuhkan adalah kemurnian hati dan kesucian jiwa yang dapat menghubungkan antara manusia dengan Sang Maha Pencipta. Ajaran tasawuf sangat tidak ingin manusia berhati kotor dan rusak karena hal tersebut yang dapat menghalangi manusia untuk dapat menjalin dan mengarah antara manusia dan Tuhan.

Ajaran tasawuf sendiri menekankan kepada cara-cara mengembangkan rohani dan jiwa manusia agar dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dalam tingkatan tertentu yaitu tingkatan makrifat yang berarti telah bersatunya jiwa manusia dengan Allah. Itulah yang menjadi tujuan dan pencapaian tertinggi dari ajaran tasawuf.

Ajaran Tasawuf sendiri mengedepankan kedisiplinan dalam beribadah, konsentrasi terhadap tujuan hidup menuju kepada Allah, serta membebaskan diri dan keterikatan manusia dengan kehidupan duniawi. Tasawuf sendiri tidak mengajarkan manusia untuk memiliki ketamakan kepada harta dan kecintaan duniawi yang berlebih. Dunia yang ada ini tentu adalah fana sedangkan yang sejati adalah kembalinya manusia kepada Tuhan. Bahkan yang paling penting adalah mendapatkan keridhoan dan kecintaan Allah, karena bagi tasawuf itulah hal penting diatas segala-galanya.

Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam

Dalam ilmu kalam dan tasawuf keduanya merupakan bagian dari ilmu-ilmu yang membahas persoalan agam dan ketuhanan. Ilmu kalam dan tasawuf sama-sama mengajarkan manusia mengenai Tuhan, Pencipta, kepercayaan terhadap agama, dan segala keterkaitaannya. Dalam hal ini tentu dalam sudut pandang islam.

Yang menjadi berbeda adalah ilmu tasawuf membahas persoalan agama dari sudut pandang keruhanian, kesucian jiwa, cinta, dan hubungan dengan Allah secara langsung. Sedangkan ilmu kalam membahasnya dengan sudut pandang ilmu logika atau rasional pengetahuan. Untuk itu, kedua-duanya sama-sama ingin menuju tujuan yang sama, namun dari sudut pandang atau pendekatan yang berbeda. Berikut fungsi dari keduanya dan Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam.

  1. Ilmu Kalam Memperkuat Keyakinan Melalui Akal Logis Rasional

Ilmu kalam juga memegang peranan penting dalam pemahaman agama seseorang. Ilmu kalam memperkuat aspek rasionalitas dan logika dari manusia terhadap keimanan pada Tuhan dan Agama. Ilmu kalam yang salah dipelajari tentu akan menjadi salah pemahaman atau kekeliruan keyakinan. Namun, secara umum akal manusia mengarah kepada hal yang objektif dan tidak sembarangan menyimpulkan, hanya hawa nafsu yang dapat menyimpulkan seperti itu. Jika manusia memiliki keyakinan tanpa akal rasional tentu akan mudah rapuh terombang ambing oleh dialegtika yang bisa saja terjadi atau diberikan oleh orang-orang yang menantang keyakinan ajaran islam.

  1. Tasawuf Memperkuat Keyakinan Melalui Pendekatan Jiwa atau Perasaan

Adanya ajaran tasawuf memperkuat keyakinan islam melalui jiwa atau perasaan manusia. Untuk itu, perasaan atau jiwa ini dihidupkan agar tidak kering atau merasa hampa hanya dengan pendekatan rasional atau logika. Manusia memiliki fungsi akal dan jiwa, untuk itu keduanya harus digunakan dan diolah agar dapat sesuai dengan ajaran islam itu sendiri, yang hakikatnya adalah ketundukan dan ketaatan hanya kepada Allah SWT.

Ajaran tasawuf tentunya juga tidak boleh bertentangan dengan sunnah rasul, sebab ada beberapa pendapat ulama yang menyalahkan aliran tasawuf tertentu karena bertentangan dengan sunnah rasul. Untuk itu, umat islam tentunya harus selektif dan benar-benar teliti dalam mempelajari islam yang sesuai dengan sunnah rasul.

Untuk itu penerapan sunnah rasul harus benar-benar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan tersebut misalnya dengan melakukan Sunnah Sebelum Tidur , Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan  Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb.

The post Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/hubungan-akhlak-dan-tasawuf Mon, 14 Nov 2016 14:59:39 +0000 http://dalamislam.com/?p=1109 Dalam islam terdapat istilah akhlak dan tasawuf. Akhlak dan Tasawuf memiliki beragam pendapat dan hubungan yang saling melengkapi. Ajaran mengenai tasawuf, sebetulnya bukanlah ajaran yang baku dalam islam dan disepakati oleh berbagai kalangan ulama. Terdapat berbagai pandangan dan pemikiran yang memberikan sumbangsih pada tasawuf. Dalam artikel ini sekedar membahas benang merah Akhlak dan Tasawuf secara […]

The post Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam islam terdapat istilah akhlak dan tasawuf. Akhlak dan Tasawuf memiliki beragam pendapat dan hubungan yang saling melengkapi. Ajaran mengenai tasawuf, sebetulnya bukanlah ajaran yang baku dalam islam dan disepakati oleh berbagai kalangan ulama. Terdapat berbagai pandangan dan pemikiran yang memberikan sumbangsih pada tasawuf.

Dalam artikel ini sekedar membahas benang merah Akhlak dan Tasawuf secara umum saja namun tidak menggali lebih mendalam mengenai apa tasawuf dan berbagai aliran mengenai hal tersebut. Hal ini agar dapat sesuai dengan Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam yang telah ditetapkan oleh Allah, ketika akan dilaksanakan.

Pengertian Tasawuf

Istilah tasawuf berasal dari kata sufi yang artinya suci. Tasawuf memang berasal dari golongan para sufi yang senantiasa menghubungkan ajaran agama dengan perasaan cinta mendalam dan kesucian hati. Untuk itu, tasawuf diartikan sebagai penyucian hati dan menjaganya agar tidak mendapatkan cedera, kotor, dan selanjutnya dapat menjadikan hati jernih serta harmonis dengan hubungan antara manusia dan Tuhan.

Ilmu Tasawuf sendiri menjelaskan mengenai cara cara mengembangkan ruhani manusia untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dalam derajat tertentu, terdapat istilah Makrifat yang berarti telah bersatu dengan Tuhan. Itulah yang menjadi pencapaian tertinggi atau tujuan tertinggi dari tasawuf.

Tasawuf mengedepankan kedisiplinan dalam beribadah, konsentrasi terhadap tujuan hidup menuju kepada Allah, serta membebaskan diri dan keterikatan manusia dengan kehidupan duniawi. Tasawuf mengajarkan untuk tidak mencintai dunia yang fana serta mengharapkan hanya keridhoan Allah semata. Dunia yang fana hanya akan membuat manusia lupa akan cinta pada yang sebenarnya yaitu hakikat cinta hanya kepada Allah SWT. Untuk itu, hal-hal yang duniawi tentu akan dijauhi dan dikurangi oleh orang-orang sufi.

Dasar Ajaran Tasawuf

Dasar dari ajaran tasawuf adalah mensucikan diri dari dosa, mencari ridho Allah, dan hidup dalam keadaan zuhud. Mereka menghiasi hati dengan cinta dan menghias diri dengan akhlak yang mulia. Ajaran tasawuf ini disandarkan dari beberapa pandangan, diantaranya adalah.

  1. Pandangan Bahwa Perilaku Nabi Muhammad adalah Nilai Sufisme

Perilaku Nabi Muhammad bagi ulam sufisme adalah cerminan dari perilaku tasawuf. Diantaranya adalah berdiam diri di gua hira, hidup zuhud atau sederhana, tidak memiliki kecintaan terhadap harta duniawi, senantiasa melakukan pendekatan diri terhadap Allah baik lewat zikir, doa, dan shalat.

Pandangan mengenai tasawuf juga timbul karena pandangan akan sifat Nabi Muhammad seperti bertaubat, sabar, tawakal, dan ridha atas apa yang diberikan Allah. Perilaku tersebut dianggap sesuai dengan ajaran tasawuf dan sesuai dengan tujuan untuk meraih keridhoan Allah SWT.

  1. Ayat dalam Al-Quran

Di dalam ayat Al-Quran juga terdapat ayat-ayat yang menjadi dasar bagi ajaran Tasawuf, diantaranya adalah:

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya” (QS  Asy-Syams: 9)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang beruntung adalah orang yang mensucikan jiwa sebagaimana dari tasawuf. Untuk itu, ayat ini menjadi pendorong bagi muslim untuk senantiasa memelihara hati dan menjaganya agar tidak terkotori oleh hal-hal duniawi atau hal-hal yang merusak ketentraman jiwa.            

Selain itu disampaikan pula dalam ayat berikut bahwa ayat ini mendorong untuk senantiasa mencintai Allah dan Allah akan mengampuni dosa bagi yang mencintai Allah. Tentu ini pun juga menjadi dasar akan tasawuf bahwa kecintaan pada Allah adalah segala-galanya.

“Katakanlah, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

Pengertian dan Dasar Akhlak Islam

Akhlak dalam islam adalah landasan mengenai perhitungan baik atau buruknya sesuatu. Landasan akhlak dalam islam didasarkan pada aspek Ketuhanan dimana benar atau salahnya serta baik atau buruknya akhlak bergantung kepada apa yang disampaikan oleh Allah SWT. Pertimbangan akhlak islam diantaranya berdasar kepada:

  1. Kepatuhan dan Ketaatan Kepada Allah SWT

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa: 59)

Akhlak islam mengarahkan untuk taat kepada Allah SWT dan melarang untuk mengikuti selain dari perintahnya. Untuk itu, akhlak islam didasarkan kepada keaptuhan dan ketaatan hanya kepada Allah SWT. Baik dan Buruknya adalah sesuai dari perkataan Allah bukan manusia atau ajaran-ajaran yang bukan berasal dari islam.

  1. Contoh dari Rasulullah SAW

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21)

Dalam islam sendiri telah dijelaskan bahwa Rasulullah adalah teladan bagi umat islam. Untuk itu, akhlak yang baik akan tercermin dari bagaimana Rasulullah berperilaku dan mencontohkan. Bisa dilihat dari tujuan perilaku atau teknis perilaku yang dicontohkan Rasulullah.

  1. Hukum Keseimbangan atau Sunnatullah di Alam

Selain dari apa yang Allah perintahkan dan rasul contohkan ada pula hukum-hukum Allah yang ada di alam dan hanya dapat ditangkap dan dipahami oleh orang-orang yang berakal, Diantaranya adalah ayat berikut yang melarang manusia untuk merusak hukum keseimbangan. Akhlak yang buruk pasti akan merusak, akhlak yang baik akan mengarahkan pada keseimbangan.

“Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS Ar Rahman 7-9)

Hubungan Akhlak dan Tasawuf

Dalam ajaran akhlak islam dan tasawuf tentu tidak ada yang bertentangan secara substansi. Akhlak islam menginginkan umat islam mendapatkan kemuliaan akhlak berdasarkan agama sedangkan tasawuf pun menuju kepada hal tersebut. Titik tekan akhlak islam berlandaskan 3 hal yang telah disebutkan di atas, sedangkan tasawuf pada kecintaan dan kebersihan jiwa. Penerapannya mungkin tasawuf memiliki hal yang berbeda, namun secara tujuan tidaklah bertentangan. Ajaran Tasawuf dan akhlak sama-sama tidak menginginkan keburukan dan kerusakan yang terjadi.

Hal ini dapat dirangkum dalam hal berikut mengenai Hubungan Akhlak dan Tasawuf :

  • Sama-sama berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT
  • Sama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwa
  • Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhirat

Untuk memuliakan akhlak sejatinya kita juga bisa kembali melaksanakan sunnah rasul. Tasawuf tentu tidak dilarang secara praktik jika tidak ada hal yang bertentangan dengan Al-Quran, Sunnah, rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama. Hal ini dapat diperkuat misalnya dengan cara melaksanakan Sunnah Sebelum Tidur , Adab Ziarah Kubur , Cara Makan Rasulullah , melaksanakan  Cara Mandi Dalam Islam , Zikir Sebelum Tidur , melaksanakan Macam Macam Shalat Sunnah, melaksanakan Proses Pemakaman Jenazah Menurut Islam, dsb.

The post Hubungan Akhlak dan Tasawuf dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tasawuf Dalam Islam https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/tasawuf-dalam-islam Mon, 28 Dec 2015 15:14:03 +0000 http://dalamislam.com/?p=456 Ilmu tasawuf merupakan salah satu daripada cabang ilmu agama Islam yang utama yakni ilmu Tauhid (Ushuluddin) dan ilmu Fiqih. Jika dalam ilmu Tauhid mempelajari mengenail I’tiqad (kepercayaan) seperti I’tiqad (kepercayaan) mengenai hal Ketuhanan, kerasulan, hari akhir, ketentuan qadla’ dan qadar Allah  dan sebagainya, dan ilmu Fiqih tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah yang bersifat lahir, […]

The post Tasawuf Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ilmu tasawuf merupakan salah satu daripada cabang ilmu agama Islam yang utama yakni ilmu Tauhid (Ushuluddin) dan ilmu Fiqih. Jika dalam ilmu Tauhid mempelajari mengenail I’tiqad (kepercayaan) seperti I’tiqad (kepercayaan) mengenai hal Ketuhanan, kerasulan, hari akhir, ketentuan qadla’ dan qadar Allah  dan sebagainya, dan ilmu Fiqih tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah yang bersifat lahir, maka ilmu Tasawuf  ini membahas mengenai hal yang berkaitan dengan akhlak, amalan ibadah, budi pekerti, taubat, sabar, dan lain-lainnya.

Ilmu tasawuf dikenal juga dengan sebutan ilmu sufisme. Singkatnya, ilmu tasawuf atau sufisme ini ialah ilmu yang mempelajari atau mengetahu bagaimana cara untuk mensucikan jiwa, membangun akhlaq yang baik dan benar secara lahir dan bathin, serta demi memperoleh kebahagian yang kekal.

Dasar – Dasar Tasawwuf

Sesuai kesepakatan para alim ulama dan para pengkaji ilmu tasawuf,  menyatakan bahwa dasar daripada ilmu tasawuf ialah zuhud; yakni merupakan implimentasi atau penerapan daripada nash-nash Al-Qur’an dan hadist, yang berlandaskan kepada akhirat dan usaha untuk menjauhkan diripada kesenangan dunia yang berlebihan agar terbentuk diri yang suci dan bertawakkal kepada Allah SWT, mengharap ridha serta takut kepada ancaman dan larangan Allah.

  1. Firman Allah SWT yang dijadikan sebagai landasan kezuhudan dalam kehidupan dunia, yakni (yang artinya): “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Q. S. Asy-Syuura : 20).
  2. Firman Allah yang memerintahkan kepada orang-orang beriman agar selalu menyiapkan bekal amal ibadah untuk akhirat, yang artinya: yang Artinya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q. S. Al-Hadid: 20).
  3. Firman Allah SWT berkaitan dengan kewajiban seorang mukmin untuk selalu bertawakkal kepada Allah, yang artinya: “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q. S. Ath-Thalaq: 3).
  4. Firman Allah yang berkaitan dengan rasa takut dan hanya berharap kepada-Nya; yang artinya; “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap. Maksud dari perkataan Allah Swt : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya” adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.” (Q. S. As-Sajadah : 16). Adapun yang dimaksud dengan “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya” ialah mereka yang tidak tidur pada waktu dimana biasanya orang lain telah terlelap, yakni untuk melaksanakan ibadah atau shalat malam.

Sejarah

Ada perbedaan pendapat mengenai sejarah daripada ilmu tasawuf; ada yang menganggap tasawuf telah berkembang di zaman sebelum Nabi Muhammad SAW belum menjadi Rasul, ada pula yang berpendapat bahwa ilmu ini ada setelah beliau menjadi Rasulullah.

Jika dilihat dari zaman sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasulullah, dikatakan bahwa tasawuf awalnya berkembang ketika orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam (sekitar abad ke-8 M). Setelah masuk Islam, hidup mereka tetap seperti dulu yakni sederhana dan bersahaja serta mereka juga menjauhkan diri daripada kemewahan dan kesenangan dunia.

Mereka senantiasa memakai pakaian yang terbuat dari kulit domba yang masih berbulu yang mana pada masa itu merupakan pakaian yang sangat sederhana, yang kemudian dikenal sebagai tanda mereka; yang dianggap sebagai penganut paham bahwa dalam hidup mereka harus berenda-rendah di hadapan Tuhan. Paham itu kemudian dikenal dengan sebutan sufi, sufisme, atau tasawuf, sedangkan orang sufi adalah sebutan untuk penganut paham itu.

Sementara pendapat lain yang menyatakan bahwa ilmu tasawuf bermula sejak zaman Kerasulan Nabi Muhammad SAW yang berbekal dari pada pengetahuan beliau. Dikatakan bahwa tasawuf itu berasal dari kata suffa yang artinya beranda; sedang Al-Suffa adalah sebutan untuk penganutnya.

Tasawuf pada masa setelah kerasulan Nabi Muhammad dilihat dari perilaku dan  kehidupan beliau. Dimana ketika terjadi peristiwa turunnya wahyu dan Rasulullah pun berkhalwat di gua Hira. Juga dilihat dari kehidupan sehar-hari beliau yang sangat sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpengaruh apalagi tergoda oleh kehidupan dan kemewahan dunia. Hal itu sendiri juga dibuktikan dengan salah satu doa Nabi Muhammad kepada Allah SWT yang artinya;

“Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin.” (H. R. Al-Tirmizi, Ibn Majah, dan Al-Hakim).

Pokok – pokok Ajaran Tasawuf

  1. Tasawuf Aqidah

Bagian dari ilmu tasawuf yang menekankan pada masalah metafisi (gaib; tidak nampak wujud atau bentuknya) seperti keimanan terhadap Tuhan, malaikat, surga dan nerak, qada dan qadar, dan lain-lain. Para sufi menekankan pada pencapaian kehidupan akhirat yang bahagia sehingga untuk mencapai hal tersebut diperlukan bekal berupa perbanyak amal ibadah.

Dalam tasawuf aqidah menggambarkan bagaimana Ke-Esa-an atau Ketunggalan Hakikat Allah SWT sebagai sesuatu yang mutlak. Demi untuk menunjukkan hal tersebut kemudian dilukiskan kembali melalui sifat-sifat ketuhanan-Nya; salah satunya ia dengan Asmaul Husna yang oleh tarekat tertentu dijadikan sebagai dzikir. (baca juga: sifat-sifat Allah dan asmaul husna)

  1. Tasawuf Ibadah

Bagian dari ilmu tasawuf yang menekankan pada masalah rahasia ibadah  Asraru al-‘Ibadah (rahasia ibadah), terdiri dari;

  • Asraru Taharah (rahasia taharah)
  • Asraru al-Salah (rahasia shalat)
  • Asraru al-Zakah (rahasia zakat)
  • Asrarus al-Shaum (rahasia puasa)
  • Asraru al-Hajj (rahasia haji)

Kemudian, orang-orang yang melakukan perbuatan ibadah dibedakan ke dalam 3 (tiga) tingkatan, yakni:

  • Al-‘Awam; tingkat pertama, yaitu tingkatan orang-orang yang biasa.
  • Al-Khawas; tingkat kedua, yaitu tingkatan orang-orang yang istimewa (Para wali/al-auliya’).
  • Khawas al-Khawas; tingkat ketiga, yaitu tingkatan orang-orang yang istimewa atau luar biasa (Nabi/al-anbiya’).
  1. Tasawuf Akhlaqi

Bagian dari ilmu tasawuf yang menekankan pada masalah budi pekerti atau akhlak yang di dalamnya dibahas tentang:

  • At-Taubah (tobat) ; kesadaran akan perbuatan salah kemudian insaf (bertaubat) dan menyesali serta tidak akan melakukan perbuatan buruk itu lagi.
  • Asy-Shukru (bersyukur) ; bersyukur atau berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya. Tidak hanya nikmat saja, melainkan bersyukur atas segala hal yang telah diberikan-Nya kepada kita.
  • Ash-Sabru (bersabar) ; tahan atau kuat dan lapang dada menjalani kehidupan terutama saat masalah datang mendera.
  • At-Tawakkul (bertawakkal) ; memasrahkan segala sesuatu kepada Allah SWT, bukan berarti menyerah tetapi tetap berjuang untuk menggapai tujuan.
  • Al-Ikhlas (ikhlas, tulus) ; mendasari segala perbuatan hanya untuk Allah SWT dan menjauhkan diri dari sifat suka dipuji (riya’) serta melakukan perbuatan atau memberi pertolongan kepada orang lain dengan tulus.

Tujuan Tasawwuf

Seyogyanya, ilmu tasawuf memiliki tujuan agar manusia mengenal Allah SWT serta dapat berjalan di atas jalan kebenaran, memperkuat aqidah, untuk menuju kemenangan abadi di akhirat kelak. Ilmu tasawuf mengenalkan bahwa tujuan hidup ialah untuk beribadah kepada Allah SWT; dengan semangat, dan tujuan yang jelas yakni akhirat.

Tasawuf juga mengajarkan manusia untuk melihat Tuhan dengan ma’rifatullah; yakni melihat Allah SWT dengan hati yang jelas dan nyata serta sadar atas segala kenikmatan dan kebesaran-Nya, tetapi tidak kaifiyat (tidak menggambarkan Allah sebagai sesuatu apapun). Dengan ilmu tasawuf, diharapkan orang-orang yang beriman dapat mencapai kesempurnaan hidup; yakni derajat dan martabatnya yang baik (insal kamil).

 

The post Tasawuf Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>