keluarga sakinah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/keluarga-sakinah Wed, 26 Apr 2017 08:25:24 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png keluarga sakinah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/keluarga-sakinah 32 32 Hukum Menikah Muda Menurut Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/menikah-muda-menurut-islam Fri, 21 Apr 2017 09:39:15 +0000 http://dalamislam.com/?p=1476 Menikah adalah kebutuhan setiap orang dalam hidup. Bagaimanapun, manusia membutuhkan jalinan kasih sayang, ikatan konsekwensi dan kasih sayang untuk bisa menolong satu sama lain menjalankan kehidupan. Tentu saja dalam islam, menikah adalah hal yang diridhoi dan diberkahi Allah jika menjalankannya dalam kerangka beribadah, rukun islam, rukun iman, dan sesuai fungsi agama. Di dalam islam, pernikahan […]

The post Hukum Menikah Muda Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Menikah adalah kebutuhan setiap orang dalam hidup. Bagaimanapun, manusia membutuhkan jalinan kasih sayang, ikatan konsekwensi dan kasih sayang untuk bisa menolong satu sama lain menjalankan kehidupan. Tentu saja dalam islam, menikah adalah hal yang diridhoi dan diberkahi Allah jika menjalankannya dalam kerangka beribadah, rukun islam, rukun iman, dan sesuai fungsi agama.

Di dalam islam, pernikahan bukan sekedar persoalan cinta dan kasih sayang semata. Lebih dari itu, islam mengajarkan agar dalam pernikahan tercipta keluarga sakinah mawaddah wa rahmah serta terbentuknya generasi yang lebih baik dari masa ke masa lewat keluarga.

Untuk itu, menjalankan pernikahan membutuhkan proses dan membutuhkan usaha yang keras agar Keluarga Dalam Islam yang diinginkan dapat terwujud. Bahkan bisa menjadi Keluarga Bahagia Menurut Islam. Untuk itu, membutuhkan keilmuan, modal materi, dan tentunya niat yang lurus untuk beribadah kepada Allah SWT.

Hukum Menikah Muda dalam Islam

Di dalam islam, tidak ada batasan seseorang menikah kapan. Tentunya, setelah orang tersebut baligh, mampu bekerja, dan berkecukupan bisa untuk menjalankan pernikahan atau melaksanakan keluarga. Untuk itu, menikah muda dalam islam hukumnya halal atau boleh selagi dalam rukun pernikahan yang syah dan sesuai dengan syarat-syaratnya.

Bisa jadi sebuah pernikahan di usia muda menjadi seseuatu yang tidak baik secara etika, bukan dalam hukum islam, ketika pernikahan di jalankan malah berdampak negatif. Misalnya belum cukup umur, kematangan usia kurang, kedewasaan belum cukup, belum memiliki ilmu dan pengetahuan yang memadai, sehingga kurangnya material untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk itu, secara etika kurang baik walaupun secara syarat syahnya dalam islam masih halal dan resmi menjadi suami istri.

Terdapat beberapa dalil Al – Qur’an tentang pernikahan, diantaranya:

[box title=”” align=”center“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (Ar-Ruum: 21)[/box]

[box title=”” align=”center“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”(QS. an-Nur: 32).[/box]

[box title=”” align=”center“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan.”(QS. ar-Ra’du: 38).[/box]

[box title=”” align=”center“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (Adz Dzariyaat: 49).[/box]

Menikah muda menjadi solusi bagi beberapa kalangan agar anak-anak muda tidak terjebak pada perzinahan dan pergaulan bebas sehingga dibutuhkan panduan Pergaulan Dalam Islam.

Akan tetapi, di sisi lain tentu menuai konsekuensi mengingat angka perceraian keluarga pada usia 20 tahun (pernikahan muda) juga tinggi. Untuk itu, sebelum memutuskan menikah pada usia muda hendaknya masing-masing orang dan keluarga memikirkan lebih dalam bagaimana dampaknya dan efeknya yang terjadi setelah menikah.

Hal-Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Menikah Muda

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan juga disiapkan sebelum seorang muslim hendak menikah muda. Tentunya pertimbangan dari masing-masing orang bisa berbeda, akan tetapi hendaknya memahami secara universal yang harus dihitung dalam menuju pernikahan.

  1. Memastikan Niat

Niat adalah hal yang paling penting untuk menjalankan sesuatu. Begitupun ketika akan menjalankan pernikahan, meluruskan dan memastikan niat kita untuk ibadah adalah hal yang harus dilakukan. Niat yang kuat maka akan menghasilkan usaha yang kuat, niat yang buruk menghasilkan usaha yang buruk, begitupun niat kebaikan akan menghasilkan kebaikan pula.

Banyak orang-orang, khsususnya yang menikah di usia muda hanya karena dorongan dan niat kebutuhan biologis. Padahal menikah atau berkeluarga lebih dari itu membutuhkan komitmen serta tanggung jawab dari masing-masing peran suami istri. Maka itu keberhasilan rumah tangga berasal dari niat yang ada di dalam masing-masing pasangan.

Terlebih lagi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pria dan wanita apabila ingin melanjutkan hidup ke jenjang pernikahan. Seperti terdapat beberapa Cara Mendapatkan Jodoh Menurut IslamWanita yang Baik Dinikahi Menurut IslamKriteria Calon Suami Menurut IslamKriteria Calon Istri yang Baik Menurut Islam, dan juga tentang Kewajiban Menikah di dalam Islam.

  1. Ilmu dan Pengetahuan Tentang Keluarga

Sebelum memasuki pernikahan dan Rumah Tangga Menurut Islam , hendaknya masing-masing pasangan juga mengerti dan memahami ilmu tentang keluarga. Pembelajaran ini tentu tidak hanya dilakukan saat sebelum menikah saja, melainkan sesudah menikah dan ketika menjalankan pernikahan itu sendiri.

Akan tetapi, setidaknya masing-masing harus mengetahui dan meamahami dasar-dasarnya mengenai pengetahuan berkeluarga khususnya berlandaskan ajaran islam. Misalnya saja ilmu tentang Perencanaan Keuangan Keluarga. Tidak akan ada yang berhasil sebuah keluarga jika di dalamnya tidak didasari oleh ilmu dan pengetahuan yang benar. Untuk itu, selagi belum menikah galilah ilmu tersebut agar menjadi berkah ketika melaksanakannya.

Selain itu hal lainnya yang perlu diketahui dalam mempersiapkan pernikahan adalah mengenai  Kewajiban istri terhadap suami dalam islamKewajiban suami terhadap istri, dan hal Mendidik anak dalam islam.

  1. Kesiapan Karir

Karir adalah hal yang penting. Manusia di muka bumi diciptakan untuk menjadi khalifah fil ard yaitu yang bertugas membangun bumi dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mencapai Tujuan Hidup Menurut IslamTujuan Penciptaan Manusia , dan Konsep Manusia dalam Islam. Untuk itu, dibutuhkan karir dari masing-masing orang.

Karir tidak melulu soal jabatan atau status atau pekerjaan. Pada intinya karir adalah peran yang kita laksanakan sebagai kontribusi kita untuk ummat berbasis kepada ilmu dan kemampuan yang kita miliki.

Tentu saja, ketika akan menikah bukan berarti karir kita harus matang atau sukses terlebih dahulu. Akan tetapi, setidaknya kita memiliki kesiapan dalam berkarir, memiliki arah dan orientasi yang jelas, serta goal yang ingin dituju. Sehingga sebelum menikah, pasangan mengetahui apa arah hidup kita, dan bagaimana masing-masing bisa menyesuaikan.

Tentu dengan begitu juga akan mendukung terbentuknya Keluarga Sakinah Dalam Islam  dan Keluarga Harmonis Menurut Islam dengan proses ilmu dan pembelajaran yang lebih matang sebelum, sesudah, dan saat menjalankan pernikahan atau rumah tangga. ( Baca juga: Wanita Karir dalam Pandangan Islam)

  1. Kematangan Diri dan Kedewasaan

Kematangan diri dan kedewasaan adalah hal yang paling penting untuk dimiliki sebelum melaksanakan pernikahan. Kematangan diri dan kedewasaan tentu bukan sesuatu yang instant untuk didapatkan. Kedewasaan dan kematangan ini membutuhkan proses dan pembelajaran yang terus menerus dan istiqomah.

Untuk itu, minimal sebelum menikah karakter, kematangan diri, kemantapan diri, pengalaman memecahkan masalah, dan kesabaran menghadapi berbagai dinamika kehidupan bisa dihadapi. Bukan berarti ketika menikah kebahagiaan pasti akan terus didapatkan, justru akan selalu ada ujian dan tantangan yang akan didapatkan. Poin ini dibutuhkan agar kita mampu menangani hal – hal penting seperti Mendidik Anak Menurut Islam Yang BaikMendidik Anak PerempuanKewajiban dalam Rumah Tangga, juga Cara Membahagiakan Istri Tercinta 

Sebelum menikah, hendaknya masing-masing pasangan juga mengenal satu sama lain. selain itu juga harus mengetahui bagaimana Kriteria calon istri menurut islam dan kriteria calon suami menurut islam. Maka itu, Taaruf Menurut Islam sangat penting untuk mengetahui Pria yang Baik dalam Islam dan Wanita Muslimah Menurut Islam,  agar semua  Tujuan Pernikahan Dalam Islam dapat terpenuhi. Jangan lupa ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan menikah, seperti Kewajiban Anak Perempuan Terhadap Orang Tua setelah Menikah dan  Kewajiban Laki-Laki Setelah Menikah dalam Islam.

Bagi yang hendak menikah muda tentunya ini adalah hal yang juga cukup penting mengingat usia yang belia dan muda biasanya belum betul-betul mengenal dan memahami karakter manusia secara umum. Pada awalnya selalu kebaikan yang dilihat sedangkan untuk kekurangan dan berbagai kelemahan kurang dipahami. Dampaknya kekagetan atau ketidakpuasan bisa muncul setelahnya.

Kehidupan Setelah Menikah Menurut Islam memiliki beberapa Kunci Rumah Tangga Bahagia Menurut Islam yang harus dipelajari. Oleh karena itu, sebelum menikah, kita di anjurkan untuk mempelajari ilmu pernikahan dalam Islam. Seperti Hukum Pernikahan dalam IslamSyarat Pernikahan dalam IslamFiqih Pernikahan. Sehingga walaupun kita menikah muda, kita tetap selalu berada di jalanNya.

Untuk itu, dibutuhkan masa taaruf atau perkenalan agar masing-masing bisa mengenal dan meamhami karakter. Masa ini sangat penting dan tentunya harus berjalan secara alamiah, bukan penuh kekakuan dan mencitrakan yang baik-baik saja. Semuanya harus dipahami bersama dan dimaknai bersama agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan ketika sudah menikah. Karena Konflik dalam Keluarga akan selalu ada untuk itu perlu mengetahui mengenai cara menjaga keharmonisan dalam rumah tangga menurut islam.

The post Hukum Menikah Muda Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Fenomena LGBT Menurut Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/lgbt-menurut-islam Mon, 03 Apr 2017 08:42:58 +0000 http://dalamislam.com/?p=1425 Realitas LGBT telah ada sejak zaman terdahulu, khususnya ada dalam sejarah Nabi Luth AS. Masyarakat Nabi Luth yang tidak mau taat Rukun Islam, Rukun Iman, Fungsi Agama, Hubungan Akhlak dengan Iman, dan Akhlak Dalam Islam . Mereka memilih untuk hidup menyukai sesama jenis ketimbang lawan jenisnya. Semua itu didasarkan mereka atas dasar hawa nafsu dan kebodohan. Dapat […]

The post Fenomena LGBT Menurut Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Realitas LGBT telah ada sejak zaman terdahulu, khususnya ada dalam sejarah Nabi Luth AS. Masyarakat Nabi Luth yang tidak mau taat Rukun Islam, Rukun Iman, Fungsi Agama, Hubungan Akhlak dengan Iman, dan Akhlak Dalam Islam .

Mereka memilih untuk hidup menyukai sesama jenis ketimbang lawan jenisnya. Semua itu didasarkan mereka atas dasar hawa nafsu dan kebodohan. Dapat kita lihat sendiri akhirnya mereka mendapatkan adzab dari Allah berupa hujan batu yang menghancurkan kotanya.

Di zaman sekarang ini realitas tersebut bukan tidak ada lagi. Realitas LGBT atau homoseksual atau penyuka sesama jenis tetap masih ada. Dalam perkembangannya argumentasi tentang LGBT pun meluas menjadi argumen kebebasan dan menjadi hak asasi masing-masing manusia dalam memilih dengan siapa pasangannya, termasuk sesama jenis atau lawan jenis.

Berikut adalah penjelasan mengenai LGBT menurut pandangan islam, dengan dalil-dalil Al-Quran dan ilmu pengetahuan.

Melawan Argumentasi Tentang LGBT

Beberapa argumentasi dan dukungan terhadap LGBT kemudian muncul dengan derasnya untuk melegalisasi hubungan LGBT. Sebagai umat islam tentunya kita harus menjaga hukum-hukum Allah di muka bumi dan menerapkan hukum keseimbangannya agar tidak terjadi keburukan dan kerusakan di muka bumi sebagaimana dalam sejarah Nabi Luth.

Berikut adalah argumentasi-argumentasi dalam menentang adanya legalisasi LGBT.

  1. Melawan Fitrah Manusia

LGBT tentu saja melawan fitrah manusia. Fitrah manusia tidak bisa dirubah apalagi diganti oleh manusia. Fitrah adalah bawaah dan pemberian yang Allah berikan. Jika hal tersebut ditentang dan dirubah oleh manusia maka pasti akan merusak hukum keseimbangan yang telah Allah tetapkan.

Misalnya saja, jika ada seorang laki-laki yang ingin merubah dirinya menjadi wanita. Tentu hal ini akan merusak dirinya sendiri. Mulai dari aspek fisik, kelami, hormonal, psikologis semuanya saling mempengaruhi sedangkan apa yang Allah ciptakan sangat kompleks dan tidak mungkin manusia rubah sendiri satu persatu.

Untuk itu, sebagai manusia harus menyadari jati dirinya sebagai apa dan menjaga fitrah tersebut tetap ada dalam diri manusia. Semua keseimbangan dalam diri manusia dan masyarakat berawal dari manusia menyadari fitrah dan jati dirinya.

  1. Hubungan LBGT tetap ada yang Menjadi Laki-Laki dan Perempuan

Kita bisa menelisik bahwa hubungan LGBT yang dilakukan oleh seseorang pada hakikatnya adalah hubungan yang tidak konsisten. Dalam sebuah hubungan LGBT pasti ada satu orang yang menjadi laki-laki dan satu orang yang menjadi perempuan. Jika dua-duanya menyerupai laki-laki atau perempuan maka tidak akan ada timbul rasa senang dan suka diantaranya.

Untuk itu, kita bisa melihat dan mengambil pelajaran hakikatnya secara fitrah manusia selalu berpasang-pasangan. Tidak mungkin ada yang mau dengan pasangan yang sama-sama laki laki atau sama sama perempuan. Fitrahnya kecintaan dan ketentraman itu lahir dari karakteristik dan jenis yang berbeda.

LGBT tidak mau menerima fitrah insani tetapi ia sendiri tidak konsisten menjalankan hubungannya dengan bentuk yang pada hakikatnya kembali ke fitrah manusia.

  1. Hilangnya Keturunan

Jika hubungan LGBT ini terus disosialisasikan dan dilegalisasi di masyarakat, maka ummat manusia bisa punah dan hilangnya keturunan di muka bumi. Hubungan LGBT tidak akan bisa menghasilkan keturunan karena fitrahnya keturunan lahir dari adanya laki-laki dan perempuan.

Walaupun teknologi dihasilkan untuk menciptakan manusia baru sekalipun, hal ini tidak akan bisa menggantikan peran dari seorang ibu, ayah yang sama-sama melahirkan anak ke dunia. Anak-anak hasil dari teknologi tentu tidak akan mungkin menjadi manusia yang benar-benar mendapat kasih sayang, kejelasan status keluarga, status diri, pertanggungjawaban hak asuh, dsb.

  1. Hak Asasi Manusia Tidak Boleh Melawan Fitrah

Orang-orang LGBT sering kali mengangakat isue dan pembelaan diri tentang dirinya dengan argumentasi hak asasi manusia. Manusia tentunya memiliki hak untuk memilih, akan tetapi setiap pilihan disertai konsekwensi dan pertanggungjawaban yang harus diemban.

Hak asasi manusia tentu tidak boleh merusak atau bahkan menghilangkan hukum keseimbangan yang ada di muka bumi. Untuk itu, sebagai muslim tentunya kita harus mencegah terjadinya kerusakan tersebut dengan cara yang benar dan objektif.

Menentang LGBT tentu tidak bisa dilawan dengan kekerasan atau bahkan dilawan dengan cara-cara radikal. Islam senantiasa menyuruh menyelesaikan persoalan dengan cara yang benar, sesuai konteks masalah dan juga menyelesaikan tanpa ada efek yang negatif.

Dalil Tentang Hidup Berpasang-pasangan

Di dalam islam, Allah memerintahkan agar manusia hidup berpasang-pasangan, membentuk keluarga, dan menghasilkan keturunan yang shalih-shalihah. Semua itu dilakukan dalam bingkai keluarga yang sakinah, mawaddah, dan penuh rahmah. Berikut adalah ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan berpasang-pasangan di dalam Al-Quran.

  1. Menciptakan Manusia Berpasangan

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS Adz-Zariyat : 49)

Allah dalam ayat diatas menjelaskan bahwa manusia diciptakan berpasanga-pasangan. Bahkan hewan pun Allah ciptakan berpasangan untuk bisa melestarikan jenisnya sendiri. Begitupun manusia, Allah ciptakan laki-laki dan perempuan bukan sesama jenis saja agar manusia bisa saling melengkapi, melahirkan keturunan, dan tercipta rasa tentram di dalamnya.

Tentu tidak akan terjalin suatu yang baik, tentram, dan harmonis jika suatu hubungan cinta timbul dari sesuatu yang sejenis. Begitupun sama dengan hewan, fitrahnya selalu berbeda-beda hingga menimbulkan satu yang baru. Untuk itu, dari berpasangan ini supaya manusia dapat membentuk Keluarga Bahagia Menurut Islam , Keluarga Dalam Islam, Keluarga Sakinah Dalam Islam, Keluarga Harmonis Menurut Islam, dan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah Menurut Islam.

  1. Manusia Terdiri Dari Pria dan Wanita

dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.” (QS An Najm : 45)

Allah di dalam Al-Quran tidak menyebutkan kembali selain dari golongan pria dan wanita. Untuk itu, yang seharusnya adalah adanya pria dan wanita. Jika ada pria yang seperti wanita dan wanita seperti pria tentunya hal ini menjadi suatu permasalahan. Jika pun ditinjau dari aspek fisik dan psikologis, hal ini perlu diperbaiki dan perlu menjadi fokus untuk diselesaikan.

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (QS An Nur : 26)

Begitupun ayat di atas menjelaskan bahwa Alah menyebutkan wanita untuk laki-laki dan laki-laki untuk wanita. Tidak ada lagi informasi jenis kelamin selain dari hal tersebut. Untuk itu, sebagai manusia tentunya kita harus menerima akan ketetapan Allah terhadap diri kita, apakah jati diri kita laki-laki atau perempuan, tentunya harus bisa dipahami dan dimaknai oleh manusia.

Untuk itu LGBT harus dihindari salah satunya dengan Cara Meningkatkan Akhlak , mempelajari Cara Menjadi Wanita Baik , atau Pria yang Baik dalam Islam, mencari Cara Mendapatkan Jodoh menurut Islam, dan meningkatkan Fungsi Iman Kepada Allah SWT.

The post Fenomena LGBT Menurut Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Kunci Rumah Tangga Bahagia Menurut Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/kunci-rumah-tangga-bahagia Wed, 04 Jan 2017 09:45:12 +0000 http://dalamislam.com/?p=1274 Rumah tangga yang bahagia adalah dambaan setiap pasangan yang sudah menikah. Rumah tangga yang bahagia tentu tidak dapat terjadi tanpa adanya proses dan pembelajaran dari masing-masing pasangan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan dalam rumah tangga bukanlah sebagai hasil yang tiba-tiba melainkan tahapan yang membutuhkan jatuh bangunnya usaha. Islam sendiri memerintahkan agar manusia yang menikah hendaknya mengurus […]

The post 5 Kunci Rumah Tangga Bahagia Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Rumah tangga yang bahagia adalah dambaan setiap pasangan yang sudah menikah. Rumah tangga yang bahagia tentu tidak dapat terjadi tanpa adanya proses dan pembelajaran dari masing-masing pasangan. Hal ini dikarenakan kebahagiaan dalam rumah tangga bukanlah sebagai hasil yang tiba-tiba melainkan tahapan yang membutuhkan jatuh bangunnya usaha.

Islam sendiri memerintahkan agar manusia yang menikah hendaknya mengurus keluarganya, agar tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Tentu bukan hal mudah, namun juga bukan berarti tidak bisa. Yang jelas rumah tangga sakinah mawaddah dan rahmah adalah proses yang berkelanjutan dan harus dipertahankan bukan sekali tercapai dan terus menerus akan ada di setiap pasangan. Berikut adalah beberapa  Kunci Rumah Tangga Bahagia :

Kesatuan Rumah Tangga

Kesatuan dalam rumah tangga tentu sangat diperlukan dan harus disiapkan sebelum pasangan ini lebih lanjut menjalankan kehidupan berumah tangga. Kesatuan ini berkaitan dengan bagaimana arah dan dengan apa rumah tangga ini akan dijalankan. Hal-hal dasar ini jika tidak ditentukan dari awal, maka tidak akan membuat rumah tangga menjadi satu kesatuan yang utuh karena tidak dibangun oleh dasar atau pondasi yang kuat.

Untuk itu, hal-hal berikut adalah yang harus diperhatikan dalam membangun kesatuan dan keutuhan rumah tangga.

  1. Tujuan Berumah Tangga

Tujuan berumah tangga dari masing-masing pasangan haruslah jelas. Apa motif dan tujuannya. Adakah juga kesamaan tersebut ada. Perbedaan tujuan tentu menjadi potensi untuk meretakkan rumah tangga tersebut dan membuat rumah tangga tidak harmonis. Apa artinya jika hidup bersama namun berbeda tujuan. Untuk itu memperjelas tujuan adalah hal yang harus dilakukan agar mendapat kebahagiaan rumah tangga.

Berumah tangga juga tidak lepas dari tujuan dasar kehidupan manusia sesuai dengan konsep Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, yaitu menjalankan misi khalifah fil ard dan memakmurkan kehidupan di muka bumi.

  1. Nilai-Nilai yang Diterapkan di dalam Rumah Tangga

Sebagaimana sebuah organisasi, rumah tangga adalah seperti organisasi. Dalam menjalankan dan menggerakkan fungsinya maka harus ada nilai-nilai dan landasan yang digunakan. Hal ini berperan untuk menghidupkan budaya di rumah tangga, menyelesaikan masalah yang ada, dan lain sebagainya.

Jika tanpa ada nilai-nilai yang sama maka sulit suatu masalah dapat terpecahkan secara baik. Dalam hal ini islam memerintahkan agar kaum muslimin hendaknya menikah dengan satu agama stau sesama muslim. Selain dari agar saling memperkuat umat muslim, juga berhubungan dengan bagaimana keluarga tersebut menjalankan fungsinya.

Perbedaan agama otomatis akan mempengaruhi nilai-nilai yang ada. Untuk itu kebahagiaan akan dicapai jika nilai-nilai yang diterapkan sama dan konsisten.

Niat Ibadah

Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah, bahwa setiap amalan tergantung kepada niatnya. Niat yang buruk walaupun amalan terlihat baik tentu bernilai buruk dan keliru. Tentu saja hal ini tidak bisa menjadi pahala di hadapan Allah SWT.

Ada banyak niat yang dimiliki setiap orang untuk berumah tangga. Ada yang sekedar karena cinta manusia, ada yang karena harta, ada yang karena prestis, dan lain sebagainya. Tentu saja umat islam harus menjalankan rumah tangga atas niat karena ibadah. Niat ini tentunya adalah niat diatas segala niat.

Niat ibadah ini sebagaimana disampaikan Rasulullah bahwa menikah adalah menggenapkan setengah dien-agama. Untuk itu, menjalankan rumah tangga tentu saja bagian dari ibadah karena di dalamnya suami istri bisa saling membangun akhlak, mengingatkan, mensupport, menghasilkan keturunan, dan lain sebagainya.

Menjalankan Peran Istri

Kunci kebahagiaan yang juga sangat penting adalah menjalankan peran dari masing-masing suami istri, yaitu sesuai dengan Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Islam, Kewajiban Istri Terhadap Suami dalam Islam, Kewajiban Wanita dalam Islam. Menjalankan peran istri tentu saja menjadi kunci kebahagiaan dari rumah tangga. Peran istri ini sangat penting karena selain dari melayani dan mensupport suami, istri ini juga berperan sebagai ibu dan pendidik bagi anak-anak.

Peran istri yang menjadi kunci adalah sebagai berikut:

  • Mengelola Amanah dan Harta Suami
  • Melayani dan Mensupport Pekerjaan Suami, tentunya adalah pekerjaan yang halal
  • Sebagai ibu jika sudah memiliki keturunan, dan berperan untuk mendidik anak-anak
  • Memberikan kenyamanan dan kasih sayang pada suami, serta menjaganya dari perbuatan maksiat
  • Tidak mempersulit suami dalam menghasilkan nafkah yang halal
  • Menglola Aset rumah tangga

Peran dan fungsi di atas sangat penting dan dibutuhkan dari kehidupan rumah tangga suami istri. Jika peran tersebut tidak dilaksanakan oleh istri, maka kebahagiaan dalam rumah tangga tentunya sulit untuk tercapai. Walaupun bukan kepala keluarga, istri juga memiliki peran penting dan mempengaruhi kebahagiaan rumah tangga. Untuk itu, hal-hal tersebut, sebagai peran istri harus dijalankan dengan baik.

Menjalankan Peran Suami

Rumah tangga juga sebagaimana organsasi yang membutuhkan pemimpin untuk mengarahkan dan mengatur rumah tangga menjadi harmoni dan sesuai tujuan. Islam menjadikan laki-laki sebagai pemimpin dari wanita.

Untuk itu, tugas-tugas dari suami adalah sebagai berikut:

  • Menjadi pemimpin keluarga
  • Memberikan nafkah dan memastikan finansial keluarga dapat terpenuhi
  • Memberikan nafkah batin pada istrinya
  • Menjadi pendidik bagi istri dan anak anaknya
  • Mengatur keluarga dengan nilai-nilai yang sudah ditetapkan sebelumnya, sesuai dengan nilai-nilai islam

Saling Memahami dan Menutupi Kekurangan

Suami dan istri dalam rumah tangga masing-masing memiliki fungsi tersendiri, karater yang berbeda, dan juga latar belakang yang bermacam-macam. Untuk itu,dalam rumah tangga yang ingin bahagia tentu saja harus saling memahami dan menutupi kekurangan.

Setiap perbedaaan dan kekurangan maka tidaklah harus menjadi perdebaan dan menjadi hal yang membuat pertikaian atau perceraian. Masing-masing kekurangan harus ditutupi dengan kelebihan masing-masing. Tidak ada pasangan yang sempurna dan tidak ada pula rumah tangga yang pasti paling bahagia atau paling sempurna.

Semua yang ada di dunia ini pasti memiliki kekurangan atau cacatnya, karena hanya Allah lah yang Maha Sempurna. Untuk itu, jalan satu-satunya untuk dapat bahagia adalah saling memahami dan menutupi kekurangan dengan kelebihan yang ada.

5 hal tersebut adalah kunci agar keluarga atau rumah tangga mendapatkan kebahagiaan. Tentunya membutuhkan proses dan pembelajaran hingga tercapainya keluarga sesuai konsep Keluarga Dalam Islam, Keluarga Sakinah Dalam Islam, Keluarga Harmonis Menurut Islam, Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah ,

The post 5 Kunci Rumah Tangga Bahagia Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Keluarga Bahagia Menurut Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/keluarga-bahagia-menurut-islam Wed, 04 Jan 2017 06:35:59 +0000 http://dalamislam.com/?p=1273 Keluarga adalah bagian terpenting dalam kehidupan. Setiap orang pasti mendambakan memiliki keluarga bahagia dan harmonis. Namun yang jadi pertanyaan, bilamanakah keluarga dikatakan bahagia? Apakah mereka yang memiliki banyak harta? Mempunyai suami tampan? Istri cantik rupawan? Ataukah yang dikaruniai banyak anak? Ketika ada orang yang menikah, Rasulullah SAW selalu membaca doa “barokallahulaka, wa baroka’alaika, wajama’a bainakuma […]

The post Keluarga Bahagia Menurut Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Keluarga adalah bagian terpenting dalam kehidupan. Setiap orang pasti mendambakan memiliki keluarga bahagia dan harmonis. Namun yang jadi pertanyaan, bilamanakah keluarga dikatakan bahagia? Apakah mereka yang memiliki banyak harta? Mempunyai suami tampan? Istri cantik rupawan? Ataukah yang dikaruniai banyak anak?

Ketika ada orang yang menikah, Rasulullah SAW selalu membaca doa “barokallahulaka, wa baroka’alaika, wajama’a bainakuma fii khoir” yang artinya “Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan.”  Dari doa tersebut, kita bisa melihat bahwa Rasul tidak mengatakan supaya suatu keluarga jadi kaya-raya, melainkan agar diberkahi Allah SWT. Maksudnya berkah adalah hidupnya selalu dikarunia Tuhan, rezekinya tercukupi dan bisa membawa kebaikan.

(Baca juga: Tips Keluarga Bahagia dalam Islam dan Keluarga Dalam Islam: Pengertian dan Perannya)

Keluarga Bahagia Dalam Prespektif Islam

Tidak ada orang yang menginginkan kegagalan dalam kehidupan berumah tangga. Setiap orang pasti berlomba-lomba untuk mencapai keharmonisan di keluarganya. Sebab keluarga adalah kunci utama kebahagiaan seseorang. Keluarga bisa menjadi surga namun bisa juga menjadi neraka dunia.

Tahukah kamu, kebahagian keluarga tidak hanya bergantung pada materiil. Keluarga bahagia menurut islam adalah sebuah keluarga yang berjalan sesuai dengan akidah dan syariat agama, sehingga tercapai kehidupan yang barokah, sakinah, mawaddah, warahmah. Nah, dibawah ini beberapa tanda keluarga bahagia menurut islam:

  1. Istri yang shalehah

Laki-laki mana sih yang tidak ingin mendapatkan pasangan yang shalehah? Pastinya seorang wanita yang shalehah adalah idaman setiap lelaki. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Dunia adalah harta dan sebaik-baiknya harta adalah wanita yang shalehah.” Dari hadist tersebut, telah jelas bahwa kedudukan wanita shalehah lebih mulia dibandingkan harta di dunia.

Seorang istri shalehah mampu menciptakan surga dalam kehidupan keluarganya. Ia patuh kepada suaminya, penyabar, taat kepada perintah Allah SWT, mendidik anak-anaknya dengan ajaran agama, senantiasa menjaga melindungi diri dari perbuatan maksiat, dan tidak mengumbar aib suaminya. Sungguh, suami manapun pasti akan jatuh cinta dengan istri yang shalehah. Oleh karena itu, apabila hendak mencari istri, carilah yang baik akhlaknya sebelum melihat rupa, harta, dan kedudukan wanita tersebut.

Baca juga: Cara Membahagiakan Istri Tercinta Menurut Islam dan Kriteria Calon Istri yang Baik Menurut Islam)

  1. Anak-anak yang berakhlakul karimah

Anak adalah salah satu elemen penting dari keluarga. Diriwayatkan oleh Dailami, dari Ibn Asaskir, Rasulullah SAW bersabda: “Ada empat kunci kebahagiaan bagi seseorang muslim, yaitu mempunyai isteri yang salehah, anak-anak yang baik, lingkungan yang baik dan pekerjaan yang tetap di negerinya sendiri.”

Selain memiliki istri shalehah, kriteria kebahagiaan keluarga juga diukur dari sifat sang anak. Bayangkan saja anda mempunyai anak yang bandel dan nakal, pasti ketenangan keluarga juga akan terusik. Sebaliknya, seorang anak yang dididik sesuai agama semenjak kecil,maka ia akan tumbuh menjadi generasi rabbani nan qurani. Akhlaknya pun akan baik. Kelak anak tersebut bisa menjadi kebanggaan orang tua di dunia, dan mereka juga merupakan penolong ayah ibunya di akhirat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

(Baca juga: Cara Mendidik Anak yang Baik Menurut Islam dan Pendidikan Anak Dalam Islam)

  1. Keluarga yang barokah

Ciri ketiga keluarga bahagia menurut islam adalah keluarga yang barokah. Ingat, kebahagian bukan diukur dari harta yang melimpah ruah. Tetapi bagaimana kita memanfaatkan rezeki yang ada menjadi lebih berkah. Antara suami dan istri haruslah saling bahu-membahu. Tidak apa-apa walaupun kita tak kaya, yang penting harta kita diperoleh dengan cara yang halal. Kemudian jangan lupa untuk bersedekah dan senantiasa bersyukur. Dengan demikian, jiwa kita akan lebih tentram dan kebahagian bisa diperoleh.

Di samping harta, umur dan waktu kita juga seharusnya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Hidup di dunia memang menyenangkan, tapi jangan melupakan kehidupan di akhirat karena disitulah kita akan kekal selama-lamanya.

  1. Keluarga sakinah (Penuh Ketenangan)

Sakinah memiliki arti ketenangan, kedamaian, ketentraman, dan keamanan. Untuk mencapai keluarga sakinah yaitu keluarga yang penuh kedamaian, pasangan suami istri harus bisa menjalani hidupnya sesuai dengan prinsip keimanan, saling menyayangi satu sama lain, menerima kekurangan masing-masing, dan saling melengkapi.

(Baca juga: Keluarga Sakinah Dalam Islam dan Keluarga Harmonis Menurut Islam)

  1. Keluarga mawaddah (Saling Mencintai)

Secara bahasa, mawaddah didefinisikan sebagai  rasa cinta. Keluarga yang mawaddah berarti keluarga yang kehidupannya diliputi dengan cinta dan penuh harapan. Apabila suami-istri bisa saling mencintai, maka insyaAllah rumah tangganya akan terasa lebih indah, harmonis, dan langgeng. (Baca juga: Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Islam dan Kewajiban Istri Terhadap Suami dalam Islam)

Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚإِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Rum: 21)

  1. Keluarga yang rahmah (Saling Menyayangi dan dirahmati Allah SWT)

Wa Rahmah merupakan kelanjutan dari mawaddah (cinta), dimana Wa berarti “dan”, Rahmah berarti “rahmat atau karunia atau anugerah Allah SWT”. Rahmah juga bisa didefinisakan sebagai kasih sayang.

Kebahagiaan keluarga akan semakin lengkap bilamana seorang suami memberikan kasih sayang kepada istrinya, menghargai, tidak membentak-bentak, dan menafkahi secara ikhlas. Begitupun dengan seorang istri, ia juga harus memberikan cinta tulus kepada suami dan anak-anaknya. Serta tak melupakan menjalankan perintah agama dan mengamalkan sunnah Rasulullah SAW agar kelak kehidupan rumah tangga memperoleh rahmat dari Allah SWT.

Baca juga: Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah Menurut Islam dan Kehidupan Setelah Menikah Menurut Islam)

Itulah beberapa ciri keluarga bahagia menurut islam. Semoga kita bisa membangun bahtera rumah tangga yang berprinsip pada islam, dengan tetap menjalankan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman sehingga didapatkan kebahagiaan yang hakiki. (Baca juga: Hidup Bahagia Menurut Islam: Penjelasan dan Dalil-nya dan Tips Hidup Bahagia Menurut Islam)

The post Keluarga Bahagia Menurut Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kehidupan Setelah Menikah Menurut Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/kehidupan-setelah-menikah Mon, 02 Jan 2017 00:21:50 +0000 http://dalamislam.com/?p=1267 Kehidupan setelah menikah pastinya berbeda dengan saat masih single. Ada banyak perubahan yang dirasakan oleh kedua pasangan. Sebut saja sosok istri, dia yang mungkin dulunya selalu malas-malasan atau sering hang out bersama teman, setelah menikah waktunya pasti akan tersita dengan mengurus suami, anak, dan membersihkan rumah. Begitupun dengan suami yang harus lebih giat bekerja demi […]

The post Kehidupan Setelah Menikah Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kehidupan setelah menikah pastinya berbeda dengan saat masih single. Ada banyak perubahan yang dirasakan oleh kedua pasangan. Sebut saja sosok istri, dia yang mungkin dulunya selalu malas-malasan atau sering hang out bersama teman, setelah menikah waktunya pasti akan tersita dengan mengurus suami, anak, dan membersihkan rumah. Begitupun dengan suami yang harus lebih giat bekerja demi menafkahi keluarga.

Pada dasarnya, kehidupan setelah menikah itu tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang di tengah-tengah pernikahan ada permasalahan dan pertengkaran yang datang silih berganti. Hal semacam itu wajar, namun bila tidak cepat diselesaikan bisa membahayakan keutuhan rumah tangga. Untuk itu, suami dan istri haruslah mengetahui kewajiban dan hak masing-masing.

Nah, bagi kalian yang hendak menapaki kehidupan baru ataupun yang telah menjalani bahtera rumah tangga, marilah kita belajar bersama-sama cara membangun keluarga yang islami agar kelak kehidupan kita bisa lebih tentram dan bahagia.

(Baca juga: Tips Keluarga Bahagia dalam Islam dan Keluarga Dalam Islam: Pengertian dan Perannya)

Menikah Menurut Ajaran Islam

Pernikahan adalah salah satu sunnah rasul yang sangat dianjurkan bagi seluruh umat muslim. Menikah itu fitrah dan merupakan sarana untuk membentuk keturunan dengan jalan yang diridhoi Allah SWT. Dengan menikah, seseorang berarti telah menyempurnakan separuh agamanya.  Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.”

Untuk hukum pernikahan sendiri, ulama mengatakan bahwa menikah itu hukumnya bisa wajib dan kadang menjadi sunnah. Hal itu tergantung pada situasi dan kondisi orang tersebut. Bila orang itu sudah mampu secara finansial dan memang takut terjerumus ke dalam perzinaan, maka diwajibkan atas dirinya untuk menikah. Sedangkan untuk orang yang merasa kurang dalam segi ekonomi dan khawatir tidak bisa memenuhi nafkah, maka hukum menikah menjadi sunnah.

Walau demikian, kita tidak boleh takut miskin hanya karena menikah. Asalkan kita mau berusaha, Allah SWT pasti akan memberikan kelapangan rizki bagi seseorang yang telah berumah tangga.

 

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS An Nur : 32).

(Baca juga: Kewajiban Menikah – Menurut Al-Quran dan Ulama dan Perencanaan Keuangan Keluarga dalam Islam)

Membangun Keluarga Sakinah dan Islami

Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan kehidupan keluarga yang harmonis, sakinah, mawaddah, dan wa rahmah. Namun di zaman sekarang ini, rasanya cukup sulit mewujudkan hal tersebut kecuali kita bisa berpedoman pada konsep ajaran islami.

Nah, berikut ini beberapa cara membangun keluarga islami:

  1. Didasarkan dengan niatan ibadah

Sejatinya, menikah itu merupakan bentuk ibadah. Tidak sekedar menyatukan dua insan, tetapi juga mengubah sesuatu yang awalnya haram menjadi halal bahkan bernilai pahala. Rumah tangga yang dibentuk dengan niatan ibadah kepada Allah SWT,  insyaAllah bisa lebih berkah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila seorang hamba (manusia) telah menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agama, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625).

  1. Dihiasi oleh sunnah-sunnah Nabi SAW

Banyak sekali orang yang membangun rumah megah dengan tujuan agar rumah tangganya lebih bahagia. Membeli perkakas yang mewah, liburan ke luar negeri, dan memuaskan kebutuhan batin setiap saat. Mereka berpikir semua itu bisa menjamin keharmonisan berumah tangga. Padahal belum tentu.

Keutuhan pondasi keluarga akan kuat bila kita mengamalkan sunnah-sunnah rasul di rumah kita. Misalnya membaca Al-Quran, bersolawat, puasa sunnah, sholat dhuha, berdzikir, dan amalan lainnya. Sungguh, akan ada cahaya yang menerangi rumah tangga kita sehingga menjadi lebih terang dan mentetramkan. (Baca juga: Sunnah Rasul Malam Jumat Dalam Islam dan Macam-Macam Puasa Sunnah dalam Agama Islam)

  1. Memahami kewajiban masing-masing

Ketika seseorang  membangun bahtera rumah tangga, hal utama yang harus disadari adalah kewajiban sebelum ia menuntut haknya. Seorang istri, ia berkewajiban merawat suaminya serta memberikan pendidikan yang sesuai ajaran islam kepada anak-anaknya, agar kelak mereka bisa tumbuh menjadi generasi rabbani nan qurani.

Sedangkan seorang suami, mereka adalah nahkoda dalam bahtera rumah tangga. Tugasnya adalah membimbing keluarganya menuju jalan yang lurus. Suami harus bisa bersikap tegas demi kebaikan. Allah SWT berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Namun perlu diingat, suami tidak boleh kasar terhadap istri. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, istri diibaratkan seperti tulang rusuk. Jika diluruskan dengan paksa, tulang itu akan patah. Sebaliknya jika dibiarkan akan tetap bengkok. Oleh karena itu, suami diharuskan mengingatkan istri dengan cara yang baik dan lemah lembut.

(Baca juga: Kewajiban Istri Terhadap Suami dalam Islam dan Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Islam)

Meneladani Kehidupan Rumah Tangga Rasulullah SAW

Rasulullah SAW adalah suri tauladan bagi seluruh umat, baik dalam hal beribadah, bermasyarakat maupun cara beliau menjalani kehidupan rumah tangga. Rasulullah dikenal sangat lembut terhadap istri-istrinya. Bahkan pada urusan sepele sekalipun, beliau selalu berusaha menyenangkan hati istrinya. Misalnya saja, ketika sang istri memasak makanan yang hambar atau keasinan, nabi tidak pernah mengeluh namun justru mengatakannya lezat.

Di samping itu, Rasul juga tidak pernah menampakkan wajah masam di hadapan istinya. Sesulit apapun masalah yang dipegangnya, ia selalu berusaha ceria, menunjukan wajah cerah, dan terkadang bersenda gurau. Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, ”Apa hak istri terhadap suaminya?” Rasulullah saw. menjawab, “Memberi makan apa yang kamu makan, memberi pakaian apa yang kamu pakai, tidak menampar mukanya, tidak membencinya serta tidak boleh memboikotnya.”

Perilaku lainnya dari Rasulullah SAW yang bisa kita contoh adalah cara beliau mengekspresikan cintanya kepada sang istri. Beliau sering mencium istrinya, dan memanggil sang istri dengan sebutan-sebutan yang indah, misalnya “Ya Humairo” yang artinya “wahai si pipi merah jambu”. Bayangkan saja, kira-kira wanita mana yang tidak senang bila dipanggil “humairo”? Pastilah setiap wanita akan tersipu malu jika disebut dengan panggilan demikian.

Dijelaskan dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

Ya, begitulah islam mengajarkan kita untuk menjalani kehidupan setelah menikah. Yaitu dengan sikap saling menyayangi, menghormati, memahami tanggung jawab masing-masing, dan tak lupa menghiasi rumah dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, serta mengamalkan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman. Dengan begitu, keutuhan rumah tangga bisa terjaga dengan baik.

The post Kehidupan Setelah Menikah Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Cara Membahagiakan Istri Tercinta Menurut Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/cara-membahagiakan-istri-tercinta Sat, 31 Dec 2016 04:11:30 +0000 http://dalamislam.com/?p=1265 Membahagiakan orang tercinta adalah keinginan setiap orang. Salah satunya adalah membahagiakan istri. Seorang istri tentu saja juga mengharapkan kebahagiaan yang didapatkan juga dari suaminya. Untuk itu, suami dan istri harus saling memberikan kebahagiakan. Seorang suami, terkadang bingung bagaimana untuk bisa memberikan kebhagiaan pada istrinya. Hal ini karena ada beberapa suami yang tidak benar-benar mengetahui psikologis […]

The post 5 Cara Membahagiakan Istri Tercinta Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Membahagiakan orang tercinta adalah keinginan setiap orang. Salah satunya adalah membahagiakan istri. Seorang istri tentu saja juga mengharapkan kebahagiaan yang didapatkan juga dari suaminya. Untuk itu, suami dan istri harus saling memberikan kebahagiakan.

Seorang suami, terkadang bingung bagaimana untuk bisa memberikan kebhagiaan pada istrinya. Hal ini karena ada beberapa suami yang tidak benar-benar mengetahui psikologis dan karakteristik dari istrinya. Akhirnya ia pun bingung, harus seperti apa terhadap istrinya. Padahal, istrinya mengharapkan pemberian kebahagiaan yang lebih. Berikut adalah cara-cara bagaimana membahagiakan istri dalam 5 langkah.

Rasulullah Membagiakan Istrinya

Di dalam islam, membahagiakan istri adalah juga menjadi tanggung jawab suami. Seorang istri memiliki kewajiban terhadap suami, namun suami juga wajib untuk memperlakukan istrinya dengan baik juga. Ada kalanya suami yang selalu berpendapat bahwa istrilah yang harus memperlakukan dan melayani dirinya dengan baik. Tentu hal ini tidak sesuai.

Rasulullah, adalah seorang suami yang baik. Ia menunaikan kewajiban untuk istrinya, baik dalam hal psikologis, material, dan spiritual. Seorang Nabi, ia pun juga memperhatikan betul kebutuhan istrinya dan tidak pernah berbuat kasar. Hal-hal berikut yang Rasulullah lakukan :

  • Memanggil istrinya dengan panggilan kesayangan, humairah, yaitu pipi yang kemerah-merahan
  • Menemani istrinya dan berdikusi atau bercanda dengan istrinya
  • Memberikan kebahagiaan berupa kebutuhan biologis

Hal-hal di atas adalah sebagai contoh yang telah Rasulullah lakukan. Tentunya, sebagai umat islam yang mengikuti Rasulullah, termasuk dalam membahagiakan istri pun harus kita ikuti dan contoh. Keluarga Rasulullah adalah keluarga yang didalamya masing-masing suami istri melaksanakan, Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Islam, Kewajiban Istri Terhadap Suami dalam Islam, Kewajiban Wanita dalam Islam.

Manfaat Membagiakan Istri dalam Pembangunan Keluarga

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS : Ar-Ruum:21)

Di dalam islam, Allah telah menyampaikan bahwa laki-laki diftrahkan berpasangan dengan wanita sebagai istrinya dan diorientasikan agar kehidupannya dapat merasa tentram dan nyaman dengan kasih sayang. Untuk mencapai hal tersebut, tentu saja bukanlah suatu yang mudah atau singkat. Untuk itu, membahagiakan istri adalah salah satu langkah yang dapat membentuk keluarga tersebut.

  1. Menjaga Keharmonisan Keluarga

Keharmonisan keluarga dapat tercapai jika masing-masing dari pasangan saling berbahagia dan mendapatkan kenyamanannya masing-masing. Banyak pasangan yang senantiasa bertengkar atau mengalami konflik karena berbagai masalah yang menempa dan tidak bisa menyelesaikannya. Sedangkan, konflik keluarga dapat menyebabkan pada pecahnya keluarga tersebut jika tidak mampu diselesaikan.

Dengan membahagiakan istri, istri akan merasakan kebahagiaan yang akan juga memberikan kembali kebahagiaan tersebut kepada suaminya. Istri yang tidak mendapatkan kebahagiaan akan merasa sulit dan tidak akan bisa juga memberikan kebahagiaan kepada suaminya. Untuk itu, saling memberikan kebahagiaan harus dimulai juga oleh salah satu pihak agar sama-sama memberikan kebahagiaan tersebut.

  1. Membentuk Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah

Keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah adalah keluarga yang nyaman, berkah, dan penuh rahmat dari Allah. Keluarga Dalam Islam, Keluarga Sakinah Dalam Islam, Keluarga Harmonis Menurut Islam, Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah , adalah hal yang ingin dicapai oleh setiap orang. Tentu saja hal ini tidak akan bisa diperoleh jika masing-masing dari suami atau istri tidak bisa memberikan kebahagiaan atau mencari jalan untuk bisa membahagiakan masing-masing.

Untuk itu, suami sebagai imam keluarga bisa memberikan contoh untuk dapat memberikan kebahagiaan tersebut pada istrinya. Jika masing-masing sudah bahagia, maka pasti akan mudah untuk terus menerus memelihara keluarga, menggapai berkah, dan rahmat Allah. Keluarga yang tidak bahagia, selalu bertengkar, tentu saja akan sulit mendapatkan keberkahan karena yang ada dalam dirinya hanyalah emosi dan pertengkaran.

  1. Mempengaruhi Psikologis Anak-Anak

Istri yang bahagia tentunya juga mempengaruhi pada anak-anak. Seorang istri atau ibu adalah orang yang paling pertama dan sering untuk bertemu dan mendidik anak-anak. Jika seorang istri tidak bahagia tentu akan mempengaruhi anak-anak yang diurus dan dididiknya. Tidak jarang seorang ibu marah dan emosi karena ia tidak mendapatkan kebahagiaan, stress yang menerpa, dan hal lainnya yang memicu emosi.

Untuk itu, membahagiakan istri adalah salah satu jalan atau manfaatnya terhadap psikologis anak anak. Anak-anak yang tumbuh sehat salah satunya adalah karena keluarganya juga sehat dan bahagia.

Langkah-Langkah Membahagiakan Istri

Memberikan kebhagiaan kepada istri tercinta tentu saja bukanlah hal yang sulit. Hal-hal kecil bisa membuat istri tersenyum dan bahagia. Seorang suami yang memberikan kebahagiaan tersebut, tidaklah berarti suami tersebut tidak memiliki wibawa atau kehormatan, justru akan membuat istri semakin hormat dan juga merasa bersyukur atas suaminya. Berikut adalah beberapa cara membahagiakan istri tercinta :

  1. Memberikan Kejutan

Memberikan kejutan pada istri tidaklah harus dengan hal yang mewah dan mahal. Istri diberikan bunga, makanan kesukaannya, banju baru, atau sekedar membelikan hal yang diiginkan istri juga menjadi hal yang istimewa bagi wanita. Memasakkan sesuatu untuk dirinya dengan hasil tangan sendiri juga menjadi hal yang istimewa bagi istri.

  1. Menggantikan Tugas-Tugasnya

Menggantikan tugas-tugas istri seharian atau membantu tugasnya di rumah adalah hal yang juga membahagiakan bagi istri. Misalnya saja, membantunya memasak, membersihkan rumah, merapihkan kamar, dan lain sebagainya. Satu hari menggantikan seorang istri bekerja di rumah tentu saja membuat istri menjadi bahagia.

Tugas-tugas istri tentu saja bisa digantikan suami karena sama-sama bagian dari Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam.

  1. Memuji dan Bersikap Romantis

Memuji dan memanggilnya dengan panggilan yang romantis tentu saja membuat istri akan bahagia. Hal ini biasanya jarang dilakukan oleh mereka yang sudah lama berumah tangga. Melakukan hal ini akan membuat istri bahagia dan merasa dihargai selayaknya seorang wanita dan istri yang baik. Tentu saja mereka membutuhkan hal ini, atas apa yang telah dilakukannya sehari-hari untuk suami dan keluarganya.

  1. Meluangkan Waktu Bersama

Meluangkan waktu bersama adalah hal yang dapat juga membahagiakan istri. Hal ini misalnya saja berjalan-jalan bersama, berdiam di rumah sambil berdiskusi atau mengobrol atau bercerita, dan lain sebagainya. Terkadang keharmonisan keluarga tidak timbul hanya karena-karena minimnya waktu bersama dan kurangnya waktu untuk masing-masing memberikan kebahagiaan.

  1. Melakukan Pendidikan yang Baik

Melakukan pendidikan yang baik untuk istri adalah salah satu yang dapat membahagiakan mereka juga. Tentu saja, pendidikan pada seorang istri adalah kewajiban dari seorang suami sebagai imam keluarga. Sebagai seorang imam keluarga tentu saja melakukan pendidikan pada istri harus dilakukan secara baik, lembut, dan tidak boleh bersikap kasar.

Pendidikan suami terhadap istri yang shalehah tentunya adalah yang diharapkan dari mereka. Menanamkan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman adalah bagian dari kebahagiaan istri shalehah.

The post 5 Cara Membahagiakan Istri Tercinta Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
6 Tips Keluarga Bahagia dalam Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/tips-keluarga-bahagia-dalam-islam Wed, 28 Dec 2016 08:00:25 +0000 http://dalamislam.com/?p=1254 Keluarga adalah bagian dari hidup yang sangat penting posisinya bagi kita. Dalam keluarga lah akan muncul keturunan, potensi untuk berkembang, menghidupi diri, bekerjasama dengan suami istri, dan juga muncul cinta dan kasih sayang. Tentunya keluarga lah tempat pertama dimana kita akan meminta bantuan dan menyelesaikannya. Keluarga juga menjadi bagian dari proses mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, […]

The post 6 Tips Keluarga Bahagia dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Keluarga adalah bagian dari hidup yang sangat penting posisinya bagi kita. Dalam keluarga lah akan muncul keturunan, potensi untuk berkembang, menghidupi diri, bekerjasama dengan suami istri, dan juga muncul cinta dan kasih sayang. Tentunya keluarga lah tempat pertama dimana kita akan meminta bantuan dan menyelesaikannya.

Keluarga juga menjadi bagian dari proses mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam .

Keluarga yang baik dalam islam tentunya harus sesuai dengan bagaimana nilai-nilai islam. Dengan mengikuti aturan islam, akhirnya adalah kebahagiaan yang dicapai. Hal ini sebagaimana disampaikan Allah dalam ayat berikut, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS:  Ar-Rum : 30)

Untuk bisa mencapai keluarga bahagia tersebut, berikut adalah tips cara membangun keluarga yang bahagia, sesuai dengan landasan dan nilai-nilai islam.

Membangun Keluarga Bahagia dalam Islam

Setiap orang yang membangun keluarga tentunya menginginkan kebahagiaan. Tidak ada satupun orang yang menginginkan keluarganya hancur dan berantakan. Walaupun ada berbagai ujian dan cobaan yang menerpa, tentu saja keluarga muslim harus dapat mengatasinya. Untuk itu, agar mencapai kebahagiaan tersebut berikut adalah tips keluarga bahagia dalam islam :

  1. Membangun Kekuatan Keluarga dengan Visi Ketauhidan

Ketauhidan adalah nilai dasar yang harus ada dalam diri seseorang ketika akan membangun keluarga. Ketika keluarga tidak dibangun atas landasan atau visi ketauhidan, maka keluarga tersebut juga tidak akan menjalankan kehidupan berkeluarganya dengan nilai-nilai yang sesuai islam. Untuk itu, membangun visi ketauhidan adalah hal yang harus dilakukan sebelum menikah dan seterusnya selama masa pernikahan atau berkeluarga dilakukan.

Hal ini sebagaimana Allah sampaikan dalam Al-Quran, bahwa Allah adalah segala tempat untuk kembali dan tidak boleh ada yang dapat menjadikan hal lain sekutu atau penentang Allah, termasuk dalam hal keluarga. Keluarga yang mengikuti aturan Allah, tentu saja akan mendapatkan keberkahan dan keselamatan dunia dan akhirat.

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah : 22)

  1. Membangun Podansi Keluarga dengan Cinta dan Kasih Sayang

Rasa cinta dan kasih sayang ini adalah sebagai alat untuk dapat bersama-sama pasangan membangun Keluarga Dalam Islam. Jika tanpa cinta dan kasih sayang, tentu saja satu sama lain tidak akan bisa berkorban dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Untuk itu, pasangan suami istri harus senantiasa mencari jalan dan cara untuk senantiasa merawat dan memupuk cinta atau kasih sayang yang tercurah untuk keluarganya.

 “Di antara tanda- tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, sehingga kamu merasa tenteram (sakinah) dengannya, dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah). Dan di dalam itu semua terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS: Ar-Ruum : 21)

Dalam hal ini, menumbuhkan cinta dan kasih sayang tentu harus dilakukan oleh pasangan suami istri. Bentuk dan teknisnya, tentu bergantung kepada masing-masing kebiasaan dan karakter diri.

  1. Membangun Potensi Ekonomi

Ekonomi atau financial keluarga adalah hal penting yang harus dibangun oleh keluarga. Tanpa ekonomi tentu saja akan sulit berkembang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Banyak sekali pasangan yang bercerai, keluarganya retak, dan berakibat kepada kelangsungan hidup serta anak-anaknya karena masalah ekonomi. Untuk itu, kekuatan ekonomi harus menjadi pondasi dari keluarga, agar sejahtera dan bahagia. Salah satu caranya dengan membuat Perencanaan Keuangan Keluarga.

Namun, tentunya tidak perlu mengkhatirkan bagaimana rezeki itu datang. Allah akan memberikan rezeki, potensi ekonomi, dan kecukupan bagi orang-orang yang berpikir dan berusaha sebaik-baiknya dengan jalan yang halal. Untuk itu, sebagaimana disampaikan dalam ayat berikut,

“Katakanlah: “Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.” (QS Saba : 24)

  1. Selalu Berusaha Menunaikan Hak Lahir dan Batin Pasangan

Masing-masing pasangan, baik suami atau istri harus dapat menunaikan hak-hak dari pasangannya masing-masing. Hal ini pun juga menjadi hal yang dapat mengatur kebahagiaan dalam keluarga. Hak lahir dan batin tentu saja bukan tugas dari salah satu pihak saja melainkan keduanya karena keluarga dan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama.

Untuk itu, masing-masing harus pintar memahami dan memenuhi apa yang diinginkan oleh masing-masing. Keinginan dan kebahagiaan dari masing-masing sangat mempengaruhi terwujudnya Keluarga Sakinah Dalam Islam  dan Keluarga Harmonis Menurut Islam. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Allah dalam Al-Quran,

“Dan pergaulilah pasanganmu dengan ma’ruf (baik). Apabila kamu tidak menyukai (salah satu sifat) mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (di sisi lain)”. (QS. An-Nisa:19).

  1. Memberikan Manfaat untuk Lingkungan

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. (QS Al-Isra :26)

Jika keluarga memiliki potensi ekonomi atau energi lebih, tentu saja hal ini bisa dioptimalkan untuk membantu sesama. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam ayat diatas bahwa harta jangan dihambur-hamburkan dan dikeluarkan secara boros. Lebih baik dioptimalkan untuk kebermanfaatan lebih di lingkungan masyarakat.

Banyak keluarga yang hanya membesarkan keluarganya saja tanpa memperdulikan orang lain atau keluarga yang kekurangan. Tentu hal ini menjadi kewajiban keluarga yang mampu agar dapat membantu sesamanya. Untuk itu, kebersamaan dalam keluarga dan saling menyayangi akan semakin kuat antar suami istri, jika dalam keluarganya penuh keberkahan.

  1. Evaluasi dan Saling Membenahi Diri

Akhlak dan kesabaran menghadapi perjuangan rumah tangga adalah hal yang harus diperhatikan oleh setiap pasangan suami istri. Keluarga, baik suami, istri, ataupun anak-anak sejatinya adalah ujian. Tidak selalu keluarga akan mendapatkan kebahagiaan dan juga tidak selalu sulit. Untuk itu kesabaran dan istiqomah memegang visi adalah hal yang harus dilakukan.

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS : Ath-Taghabun : 14-15)

Saat seperti ini terjadi, masing-masing dari pasangan harus memperbaiki diri, mengevaluasi diri, dan tentu membangun bersama satu sama lain. Bukan dengan cara menghina, merendahkan pasangan, apalagi membuatnya sakit hati, terluka yang dapat memicu Konflik dalam Keluarga.

The post 6 Tips Keluarga Bahagia dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
6 Kewajiban dalam Rumah Tangga Menurut Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/kewajiban-dalam-rumah-tangga Tue, 27 Dec 2016 10:20:25 +0000 http://dalamislam.com/?p=1250 Rumah Tangga adalah bagian dari proses mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam . Di dalam kehidupan berumah tangga tentunya tidak hanya […]

The post 6 Kewajiban dalam Rumah Tangga Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Rumah Tangga adalah bagian dari proses mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam .

Di dalam kehidupan berumah tangga tentunya tidak hanya sekedar kehidupan biasa yang tanpa adanya tanggung jawab dan kewajiban. Semua yang terlibat dalam kehidupan rumah tangga, baik suami atau istri, bahkan anak memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dipenuhi dan akan saling mempengaruhi jika satu sama lain tak dipenuhi. Untuk itu ada kewajiban-kewajban dalam rumah tangga yang sama-sama dilakukan oleh suami istri. Berikut adalah penjelasannya.

Peran Suami Istri dalam Rumah Tangga

“Di antara tanda- tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, sehingga kamu merasa tenteram (sakinah) dengannya, dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah). Dan di dalam itu semua terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS: Ar-Ruum : 21)

Adanya pernikahan yang diperintahkan oleh Allah kepada manusia adalah untuk saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan masing-masing. Dengan adanya pasangan tersebut, berharap akan tercipta keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Untuk itu ada rasa cinta dan kasih sayang agar manusia dan pasangannya dapat saling bekerjasama dengan baik.

Tugas membangun rumah tangga beserta kewajiban-kewajiban yang ada di dalamnya, tidak hanya berkaitan dengan salah satu pihak saja. Suami memiliki kewajiban, begitupun dengan istri juga memiliki kewajiban. Jatuh bangunnya, berhasil gagalnya, suatu rumah tangga bukan ditentukan oleh satu pihak saja, melainkan oleh keduanya. Yaitu suami dan istri.

Tugas suami dan istri yang berbeda bukan berarti salah satunya lebih berat, melainkan sama-sama sesuai kadar dan kapasitasnya. Wanita tidak diwajibkan mencari nafkah namun ia diwajibkan untuk menjaga anak-anak dan aset yang dimiliki keluarga. Suami tidak berkewajiban menyusui, mengandung, melahirkan karena memang tidak bisa dan bukan kapasitasnya. Untuk itu, suami memiliki kewajiban bertugas mencari nafkah.

Kewajiban dan Tanggung Jawab Bersama

Sebagaimana disampaikan di atas, kewajiban suami dan istri akan sama-sama berkewajiban terhadap perkembangan keluarga-nya. Berikut adalah kewajiban dalam rumah tangga yang diembang oleh suami dan istri. Tugas ini secara universal ditanggung bersama walaupun secara detail kewajiban dan pekerjaannya akan berbeda masing-masing keluarga.

  1. Membuat Visi dalam Keluarga

“Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Rabb mu yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memberikan keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain , dan (peliharalah) hubungan kasih sayang. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian”. (QS An-Nisa : 1)

Membuat serta menentukan visi dalam keluarga adalah hal yang sangat penting. Visi adalah tujuan jangka panjang yang dar perjalanan. Jika suami dan istri dalam rumah tangga tidak memiliki visi yang sama dan baik, tentu akan sulit ketika akan menjalankannya. Untuk itu, pertama kali yang dilakukan adalah bekewajiban untuk membuat visi dalam keluarga, agar tidak tersesat, dan salah jalan.

  1. Mengelola Aset dan Keuangan Keluarga

Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka wanita yang shalihat, adalah yang tunduk dan taat (qanitat) serta mampu menjaga (hafizhat) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka”. (QS. An-Nisa’:34).

Laki-laku memiliki kewajiban untuk memenuhi nafkah keluarga. Bukan berarti ketika laki-laki menjadi pemimpin dan menafkahi wanita tidak memiliki kewajiban untuk mengelolanya dengan baik. Wanita dalam hal ini juga bertugas untuk mengelola aset dan segala nafkah yang diberikan oleh suaminya untuk dioptimalkan dalam keuangan keluarga. Dalam hal ini suami dan istri sama-sama bekerja sama. Bukan berarti ketika laki-laki mencari nafkah maka ia bisa semena-mena dan berbuat tidak adil terhadap istrinya.

  1. Menjaga Keharmonisan Keluarga

 “Dan pergaulilah pasanganmu dengan ma’ruf (baik). Apabila kamu tidak menyukai (salah satu sifat) mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (di sisi lain)”. (QS. An-Nisa:19).

Menjaga keharmonisan keluarga adalah kewajiban yang harus dilakukan dalam rumah tangga baik oleh suami ataupun istri. Untuk itu, ketika ada kekurangan suami atau istri, hendaknya tidak diperbesar,dan bersabar untuk menghadapinya. Agar keharmonisan keluarga dapat tercipta dengan baik.

  1. Merawat dan Mendidik Anak-Anak

Tugas merawat dan mendidik anak-anak bukanlah tugas dari salah satu pihak saja, melainkan tugas dari suami dan istri. Ayah dan ibu berperan penting bagi tumbuh kembang anak. Untuk itu, kewajiban ini harus ditanggung bersama dalam rumah tangga. Anak pastinya membutuhkan sosok ibu dan sosok ayah, bukan hanya salah satunya saja.

  1. Saling Menjaga dan Memperkuat

Wanita-wanita yang jahat adalah untuk laki-laki yang jahat, dan laki-laki yang jahat adalah untuk wanita yang jahat pula; dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanitwanita yang baik pula” (QS. An-Nur, 24:26)

Kewajiban dalam rumah tangga lainnya adalah berbuat untuk menjaga dan memperkuat suami istri satu sama lain. Hal ini sebagaimana ayat di atas bahwa wanit yang baik akan bersama laki-laki yang baik. Untuk itu mereka saling mempengaruhi dan membentuk kepribadian satu sama lain. Hal inilah yang membuat dalam rumah tangga, kewajiban menjaga dan memperkuat suami istri adalah kewajiban yang penting untuk dilakukan.

  1. Membantu Keluarga Lain

Baik kiranya, jika keluarga yang mampu dapat juga membantu keluarga lain misalnya keluarga yang kurang mampu. Dengan hal ini membuat rumah tangga dan keluarga menjadi lebih produktif dan tidak hanya sekedar menghiupi orang dalam rumah tangga saja, melainkan keluarga lain. Hal ini tentunya berpahala karena memberikan manfaat bagi orang-orang lain di sekitar keluarga kita.

Semoga para pasangan suami istri dimanapun mereka berada selalu dapat menjalankan rumah tangganya sesuai dengan prinsip dasar yang ada dalam rukun islam, rukun iman, fungsi agama islam, dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia.

The post 6 Kewajiban dalam Rumah Tangga Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pindah Rumah Menurut Islam https://dalamislam.com/info-islami/pindah-rumah-menurut-islam Mon, 24 Oct 2016 03:30:12 +0000 http://dalamislam.com/?p=1029 Rumah dalam kehidupan manusia adalah menjadi kebutuhan yang mendasar. Rumah adalah tempat tinggal sekaligus tempat perlindungan dari manusia dan keluarga. Tanpa rumah tentu tidak ada istilah kembali atau pulang dimana ada orang-orang yang menunggu dan tempat bercengkrama bersama dengan keluarga. Walaupun tempat tinggal bukan milik sendiri, namun rumah adalah hal yang pasti dibutuhkan untuk menjalani […]

The post Pindah Rumah Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Rumah dalam kehidupan manusia adalah menjadi kebutuhan yang mendasar. Rumah adalah tempat tinggal sekaligus tempat perlindungan dari manusia dan keluarga. Tanpa rumah tentu tidak ada istilah kembali atau pulang dimana ada orang-orang yang menunggu dan tempat bercengkrama bersama dengan keluarga. Walaupun tempat tinggal bukan milik sendiri, namun rumah adalah hal yang pasti dibutuhkan untuk menjalani kehidupan dan aktivitas terutama yang sifatnya personal atau rahasia.

Rumah yang sebagai tempat tinggal juga sebagai tempat untuk membangun Rumah Tangga Menurut Islam. Tentunya membutuhkan pasangan yang siap menjalani dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Perselingkuhan dalam Islam dan Konflik dalam Keluarga  terjadi karena rumah tangga tersebut dijalankan dengan kurang baik atau tanpa komitment tinggi. Untuk itu, dalam rumah juga harus terbentuk  Keluarga Sakinah Dalam Islam dan Keluarga Harmonis Menurut Islam. Hal ini dikarenakan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah  adalah tujuan dari adanya rumah itu sendiri.

Dalam menempati tempat tinggal atau rumah, terkadang manusia tidak selalu tetap disana. Untuk itu terkadang harus berganti atau pindah ke tempat yang lain. Di dalam islam sendiri tidak ada aturan yang baku mengatur mengenai pindah rumah. Hanya saja, seorang muslim dapat mempertimbangkannya sebagaimana syariah islam.

Untuk itu, rumah yang dimiliki adalah anugerah Allah yang patut untuk disyukuri dan wajib untuk dipelihara hingga waktunya Allah mengambilnya.

“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).“ (QS An-Nahl : 80)

Hal-Hal yang Dipertimbangkan Ketika Pindah Rumah

Untuk pindah rumah selain dari alasan menginginkan suasana baru, atau mungkin rumah sebelumnya sudah habis kontrak, atau alasan-alasan yang lain tentu saja pertimbangan dibutuhkan agar tidak salah memilih rumah yang baru. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya bahwa islam sendiri tidak memiliki aturan baku mengenai aturan pindah rumah, yang paling terpenting adalah adanya hal-hal berikut ini dalam pertimbangan pindah rumah menurut islam.

  1. Aspek Lingkungan atau Budaya

Aspek lingkungan dan budaya adalah hal penting dalam pertimbangan ketika akan pindah rumah. Untuk itu, sebelum pindah rumah bisa dipertimbangkan tempat tinggal tersebut apakah memiliki lingkungan yang kondusif atau tidak. Lingkungan yang kondusif ini adalah lingkungan yang dapat memberikan ketenangan hidup dalam keluarga, tidak terjadi kerusuhan di antar warganya, dan hal-hal lainnya.

Terutama, jika di dalam keluarga terdapat anak-anak kecil atau anak-anak dalam masa pertumbuhan. Orang tua dalam keluarga pun dapat mempertimbangkan adalah teman sepermainan atau lingkungan yang baik agar anak-anak tidak mendapat lingkungan yang buruk dalam kehidupannya sehari-hari.

Walaupun memang kita tidak harus terpengaruh oleh lingkungan atau budaya saja, namun bagaimanapun jika dapat memilih dan membangun budaya yang baik di lingkungan seseorang akan memilih tempat tinggal di lingkungan atau budaya yang baik.

  1. Aspek Sarana Ibadah

Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya ketika memilih rumah atau akan berencana pindah tempat tinggal, maka aspek sarana ibadah juga dipertimbangkan. Di dalam ajaran islam tentu ibadah-ibadah tertentu membuthukan sarana dan kebersamaan dengan orang lain. Hal ini misalnya terkait dengan shalat taraweh, shalat idul fitri, shalat idul adha, dan shalat sunnah lainnya yang dikerjakan bersama-sama umat muslim lainnya.

Untuk memudahkan akses, maka sebelum pindah rumah alangkah lebih baiknya meninjau atau mencari tau mengenai aspek sarana ibadah ini. Selain dari kenyamanan lingkungan tentu sarana ibadah juga sangat dibutuhkan umat muslim. Sarana ibadah yang tersedia, lengkap dan bagus tentu akan memudahkan kita untuk beribadah, semangat untuk menjalankan dan juga membantu anak-anak dalam kelaurga juga memiliki kebiasaan untuk turut serta mengaktifkan sarana tersebut sejak mereka kecil.

Hal ini dikarenakan lingkungan dan akses sarana ibadah adalah hal mendasar dan bagian dari Rukun Iman dan Rukun Islam yang harus dijalankan. Sarana ibadah juga sekaligus menjalankan fungsi Al-quran bagi umat manusia dalam ibadah sehari-hari.

  1. Akses untuk Menjalani Aktivitas dan Bekerja

Aspek sarana atau akses untuk menjalani aktifitas dan bekerja adalah hal yang cukup penting juga untuk dipertimbangkan. Misalnya saja jangan sampai kita memilih tempat tinggal yang jauh dari kantor. Resiko yang ada misalnya sebagai ibu rumah tangga anda akan kehilangan waktu dengan keluarga karena terlalu lama berada di jalan kantor ke rumah. Tentu sangat tidak efektif dan membuang waktu. Padahal tugas ibu atau bapak (orang tua) terhadap anaknya juga cukup banyak.

Beberapa orang yang tinggal di perkotaan banyak mempertimbangkan memilih tempat tinggal adalah yang dekat dengan temat bekerjanya, mengingat di perkotaan tingkat kemacetan sangat tinggi dan lalu lintas sangat padat. Untuk itu, memilih lingkungan rumah dengan akses yang dekat dengan kantor adalah salah satu pilihan yang perlu dipertimbangkan matang-matang oleh yang akan pindah rumah.

  1. Kemudahan Akses untuk Kebutuhan Hidup Sehari-hari

Untuk pindah rumah tentu yang harus dipertimbangkan selanjutnya adalah adakah atau mudahkan akses untuk pendidikan dan tempat bermain anak-anak. Anak-anak yang masih dalam usia sekolah tentu harus dipertimbangkan juga akses pendidikannya oleh orang tua. Akses yang terlalu jauh juga akan membuat tidak efektif untuk anak dapat bersekolah. Selain itu juga perlu diperhatikan mengenai akses lainnya seperti tempat mengaji, tempat bermain yang kondusif untuk anak-anak, dsb.

Mempertimbangkan aspek kemudahan berbelanja, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga dipertimbangkan ketika akan pindah rumah. Mislanya saja ketersediaan air bersih, kualiatas air, keberadaan rumah sakit, akses kesehatan, sarana transportasi yang melintas, dan lain-lain harus dipertimbangkan ketika akan pindah rumah. Untuk itu perlu juga tips mengatur keuangan rumah tangga menurut Islam agar sarana-sarana tersebut dapat dikelola dengan baik.

  1. Perkenalan Awal dan Mendoakan Keberkahan Rumah

Setelah pindah rumah ada baiknya melakukan perkenalan dengan masyarakat sekitar minimal dengan yang RT nya sama. Hal ini sebagai perkenalan awal dengan tetanggga dan saling mengetahui akan keberadaan keluarga baru di rumah tersebut. Biasanya bagi umat islam, perkenalan ini dilangsungkan dengan acara pengajian atau syukuran kecil sambil berdoa untuk keberkahan rumah baru yang ditinggali.

Perkenalan awal dan melakukan doa bersama selain untuk dapat mengikat tali silahturahmi adalah hal yang baik untuk bisa menjaga keberkahan hidup di lingkungan masayrakat tersebut dan saling terbuka mengenai keberadaan tetangga satu sama lain. Tetangga adalah salah satu lingkungan terdekat selain dari keluarga. Untuk itu, sangat dibutuhkan untuk melakukannya.

Tentunya sebagaimana Tujuan Penciptaan Manusia , Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam kita tidak bisa menjalankannya secara sendirian saja di rumah atau di lingkungan kita. Tentu membutuhkan orang lain dan yang paling terdekat adalah dengan tetangga. Untuk itu silahturahmi dengan tetangga juga perlu dilakukan dan dijaga.

The post Pindah Rumah Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Membangun Rumah Menurut Islam https://dalamislam.com/info-islami/membangun-rumah-menurut-islam Mon, 24 Oct 2016 03:19:06 +0000 http://dalamislam.com/?p=1030 Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan untuk tinggal dan menetap dalam rumah. Rumah adalah bagian dari kebutuhan dasar setiap manusia yang berfungsi untuk melindungi diri dari cuaca, kenyamanan bersama keluarga, dan tentunya melindungi privasi. Tanpa rumah tentunya manusia akan tinggal di sembarang tempat, tidak ada perlindungan, dan minimnya kekuatan keluarga yang dibangun. Untuk itu, rumah adalah […]

The post Membangun Rumah Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan untuk tinggal dan menetap dalam rumah. Rumah adalah bagian dari kebutuhan dasar setiap manusia yang berfungsi untuk melindungi diri dari cuaca, kenyamanan bersama keluarga, dan tentunya melindungi privasi. Tanpa rumah tentunya manusia akan tinggal di sembarang tempat, tidak ada perlindungan, dan minimnya kekuatan keluarga yang dibangun. Untuk itu, rumah adalah aset yang berharga bagi keluarga.

Memiliki tempat tinggal bukan berarti harus memiliki dengan kemewahan. Memiliki rumah substansinya adalah tempat berlindung dan fasilitas yang memadai untuk mendukung kehidupan. Bukan berarti harus mewah, besar, atau berlebih-lebihan. Ada banyak sekali orang yang menganggap bahwa rumah yang baik harus dengan ornamen mahal, design yang juga mewah atau sesuai keinginan pribadi, menurut perhitungan fengshui atau lain-lainnya.

Dalam islam dan fungsi agama, tidak ada istilah tersebut, dan tidak ada penentuan baku terkait cara atau proses dalam membangun rumah menurut islam (atau yang terdapat pada Rukun Iman dan Rukun Islam , fungsi Al-quran bagi umat manusia). Pada prinsipnya tidak berlebih-lebihan, menzalimi orang lain dan tidak peduli pada masyarakat sekitarnya.

Larangan Bermegah-Megahan dalam Membangun Rumah

Islam melarang umatnya untuk bermegah-megahan atau berlebih-lebihan. Hal ini sebagaimana aturan islam bahwa semakin seseorang memiliki harta yang banyak maka harus tinggii pula harta atau kekayaannya yang diberikan untuk islam. Tentu akan menjadi percuma hidup bermegah-megahan namun tidak sesuai dengan aturan Allah mengenai  Tujuan Penciptaan Manusia Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam

Kita bisa melihat ada banyak sekali orang-orang yang menimbun harta, mengkoleksi perhiasan, bahkan memiliki aset rumah yang dibangun dan dimiliki namun tidak digunakan untuk kemaslaahatan hanya digunakan untuk pajangan atau koleksi saja. Tentu saja tidak akan ada manfaatnya yang mengalir. Rumah prinsipnya adalah untuk tempat tinggal dan tempat berteduh, namun jika sampai memiliki rumah yang banyak dan tidak digunakan tentu saja itu sama dengan zalim terhadap diri sendiri. Hal ini dikarenakan kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawbaan yang berat.

  1. (QS At-Takasur : 1)

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu”

Dalam Al-Quran bermegah-megahan dalam hal dunia akan membuat kita menjadi lalai. Sebanyak apapun harta yang dimiliki termasuk rumah yang dimiliki, tidak akan dapat membuat seseorang sanggup mengelola hartanya sendirian dan dinikmati sendirian. Manusia adalah makhluk yang terbatas termasuk dalam menikmati kebahagiaan harta berupa rumah pun juga akan terbatas. Untuk itu, tidak ada gunanya bermegah-megahan dan bermewah-mewahan dalam membangun rumah.

2. (QS At Takatsur : 6-8)

“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”

Setiap kemegahan yang dibangun manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban dan kelak akan dipertanyakan. Jika manusia tidak mampu untuk mempertanggungjawabkan tentu akan menjadi balasan di neraka jahim.

3. (QS : Al Qasas : 79-80)

 “Maka keluarlah karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia : Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan karun. Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keuntungan yang besar. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu : “kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar”

Membangun rumah yang bermegah-megahan jika tidak ada manfaat dan kebaikan yang diberikan, tentu Allah akan membalasnya dan itu tidak lebih baik dari pahala yang Allah berikan kepada manusia.

4. (QS Al Hadid : 20)

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Apa yang dimiliki di dunia sejatinya adalah tipuan belaka. Ia kaan habis dan berhenti. Termasuk kebanggan dalam membangun rumah yang megah atau berlebihan akan juga sirna sesuai waktu hidup kita di dunia. Apalagi aset-aset tersebut juga tidak akan pernah dibawa mati oleh manusia.

Rumah yang Baik Menurut Islam

Membangun rumah yang baik menurut islam sebetulnya tidak ada aturan baku namun Allah memberikan dasar-dasarnya saja dalam Al-Quran. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika membangun rumah yang baik dan membawakan keberkahan.

  1. Tidak Bermegah-megahan dan Berlebihan

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya maka dalam membangun rumah atau harta apapun itu untuk kepemilikan pribadi tidak bisa secara bermegah-megahan atau berlebihan. Andai kata dalam satu keluarga itu hanya terdapat 4 orang (Ayah, Ibu dan 2 orang anak) tentu saja berlebihan jika memiliki rumah yang sebesar istana dan memilikinya lebih dari satu rumah. Apa tujuannya jika hanya untuk bermegah-megahan, mengumpulkan harta dan menjadikannya sebagai kebangaan pribadi.

Untuk itu perlu diingat bahwa bermegah-megahan dan berlebihan hanya akan melalaikan dan mengantarkan manusia ke jalan neraka. Jangan sampai kelak Allah meminta pertanggungjawaban dan kita tidak bisa mempertanggungjawabkannya.

2. Kondusif untuk Sarana Ibadah

Rumah yang baik adalah rumah yang di dalamnya anggota keluarga tersebut dapat kondusif untuk melaksanakan ibadah. Untuk itu, diusahakan agar ada sarana ibadah minimal musholla, alat shalat, al-Quran yang mendukung seseorang untuk dapat beribadah dengan baik dan khusuk. Akan menjadi percuma jika rumah yang besar, dengan ornamen megah dan mewah namun di dalamnya tidak terdapat sarana dan kondusifitas untuk beribadah.

3. Kondusif untuk Membangun Keluarga yang Sakinah ma Waddah wa Rahmah

Hal yang juga terpenting ketika akan membangun rumah adalah bukan hanya pada aspek fisiknya namun pada aspek keberkahan di dalamnya. Akan menjadi percuma jika seseorang hanya membangun rumah secara fisik namun keluarga yang menempati tidak menjadi dan terbangun keluarga yang sakinah ma waddah dan rahmah. Untuk itu, aspek ini juga harus dibangun agar rumah berkah segalanya dengan keluarga yang sakinah menempatinya.

Untuk itu, yang paling terpenting dalam membangun rumah kelak adalah dapat tercapainya tujuan membangun Keluarga Sakinah Dalam Islam dan Keluarga Harmonis Menurut Islam. Hal ini dikarenakan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah  adalah impian setiap pasangan keluarga.

Rumah Tangga Menurut Islam tentunya membutuhkan komitment pasangan  yang siap menjalani dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Perselingkuhan dalam Islam dan Konflik dalam Keluarga  terjadi karena rumah tangga tersebut dijalankan dengan kurang teroganisir. Mementingkan membangun rumah secara fisik namun tidak mempertimbangkan pembangunan keluarga nya tentu akan menjadi rumah yang sia-sia dan jauh dari keberkahan.

4. Sarana dan Fasilitas yang Cukup

Sarana dan fasilitas yang cukup bertujuan untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini misalnya keberadaan :

  • Kamar Tidur yang Cukup
  • Fentilasi yang baik untuk sirkulasi udara
  • Cahaya yang cukup (Matahari)
  • Keberadaan Air bersih
  • Keberadaan Sanitasi dan Kamar Mandi Bersih
  • Dapur yang cukup untuk Memasak dan sarananya
  • Tempat untuk beribadah
  • Ruang bersama keluarga
  • Privasi yang terjaga untuk keluarga

The post Membangun Rumah Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>