masjid Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/masjid Fri, 13 May 2022 03:54:56 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png masjid Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/masjid 32 32 Sejarah Masjid Lapan Kubah Terlengkap https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-lapan-kubah-terlengkap Fri, 13 May 2022 03:54:55 +0000 https://dalamislam.com/?p=10061 Masjid Lapan Kubah terletak di Kampung Lapan Kotak, Jerteh, Terengganu adalah salah satu masjid yang unik dan menarik di negara Malaysia. Masjid Lapan Kubah dikenal dengan bentuk eksteriornya yang penuh warna dan aksitekturnya yang khas. Bagaimana sejarah dari Masjid Lapan Kubah? Simak penjelasannya di bawah ini. Mengenal Masjid Lapan Kubah di Malaysia Menurut Astro Awani, […]

The post Sejarah Masjid Lapan Kubah Terlengkap appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Masjid Lapan Kubah terletak di Kampung Lapan Kotak, Jerteh, Terengganu adalah salah satu masjid yang unik dan menarik di negara Malaysia. Masjid Lapan Kubah dikenal dengan bentuk eksteriornya yang penuh warna dan aksitekturnya yang khas. Bagaimana sejarah dari Masjid Lapan Kubah? Simak penjelasannya di bawah ini.

Mengenal Masjid Lapan Kubah di Malaysia

Menurut Astro Awani, arsitektur dan warna Masjid Lapan Kubah terinspirasi dari katedral St. Basil di Moskow. Karena itu, oleh orang lokal dikenal sebagai Masjid Rusia. Masjid ikonik ini dipelopori oleh Datuk Seri Idris Jusoh seorang anggota besut parlemen Malaysia sekitar akhir tahun 2013.

Karena keunikan ini lah Masjid Lapan kubah banyak dikunjungi oleh warga baik penduduk Malaysia bahkan luar Malaysia. Pengunjung hanya ingin melihat keunikan dari Masjid dengan bangunan ikoniknya.

Masjid Lapan Kubah memiliki warna terang merah bata dan kubah berwarna biru putih dan hijau kuning yang menambah citra menyala.

Masjid ini dibina oleh warga kampung Lapan asli dan selalu mendapat santunan dari banyak orang yang berkunjung untuk perawatan fasilitas masjid sendiri.

Dulu dan Kini Masjid Lapan Kubah

Dulunya, Masjid Lapan Kubah masih terbuat dari kayu hingga berjalan waktu mulai terjadi perombakan hingga menjadi Masjid yang menyerupai katedral berkat sebuah inspirasi. Kini bahkan Masjid Lapan Kubah menjadi destinasi selain keberadannya sebagai tempat ibadah.

Sekarang, Masjid Lapan Kubah memberi kenyamanan bagi warga setempat untuk semakin giat beribadah dan menaikan nama kampung Lapan yang sebelumnya belum banyak dikenal orang.

Bagian Masjid Lapan Kubah masih ada yang belum sempurna dibangun terutama dibagian lanskapnya.

Arsitektur Masjid Lapan Kubah

Masjid Lapan Kubah berdiri di atas tanah yang dulunya sawah padi seluas 1,2 hektar. Masjid Lapan Kubah dibuka untuk shalat berjamaah pada tahun 2018 untuk menggelar acara Idul Fitri dan bisa menampung 500 jamaah sekaligus.

Masjid ini memiliki 8 kubah yang dibangun dengan gotong royong oleh warga sekitar. Arti nama Lapan Kubah sendiri mengacu kepada kubah yang berjumlah delapan denga corak berwarna warni.

The post Sejarah Masjid Lapan Kubah Terlengkap appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sejarah Masjid Agung Semarang https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-agung-semarang Fri, 13 May 2022 03:53:53 +0000 https://dalamislam.com/?p=10136 Masjid Agung Semarang merupakan mesjid tertua di Semarang. Masjid ini menyimpan banyak sejarah karena dibangun sejak abad ke-16 dan di pugar pada tahun 1749 pada masa penjajahan Belanda. Masjid ini memiliki kekhasannya sendiri. Masjid Agung Semarang memiliki sejarah yang panjang dan berhubungan erat kaitannya dengan berdirinya kota Semarang. Bagaimana sejarah mencatat keberadaan Masjid Agung Semarang? […]

The post Sejarah Masjid Agung Semarang appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Masjid Agung Semarang merupakan mesjid tertua di Semarang. Masjid ini menyimpan banyak sejarah karena dibangun sejak abad ke-16 dan di pugar pada tahun 1749 pada masa penjajahan Belanda. Masjid ini memiliki kekhasannya sendiri.

Masjid Agung Semarang memiliki sejarah yang panjang dan berhubungan erat kaitannya dengan berdirinya kota Semarang. Bagaimana sejarah mencatat keberadaan Masjid Agung Semarang? Simak penjelasan di bawah ini.

Muasal Berdirinya Masjid Agung Semarang

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, terjadi pemberontakan kaum Tionghoa akibat permasalahan dagang dengan VOC. Hal ini, menyebabkan bercana kebakaran besar yang memusnahkan Masjid Agung Semarang di lokasi semulanya.

Masjid Agung Semarang dibangun kembali pada tahun 1759-1760. Pada tahun 1867 dilaksanakan perbaikan bangunan masjid untuk masalah politik dan pendanaan.

Pada tahun 1885 masjid kembali terbakar akibat sambaran petir dan pembangunan kembali dilaksanakan pada tahun 1889. Pembangunan masjid dibantu oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. G. A Gambier dan selesai dibangun pada tahun 1890 atas upaya dari asisten residen Semarang G. J. Blumme dan Tumenggung Raden Tjondrosipeoero sebagai Bupati Semarang.

Pada abad ke-20 Majid agung Semarang mendapat bantuan dana dari pemerintah untuk perbaikan dan menambah fasilitanya di antaranya adalah menara masjid. Masjid ini dibangun di atas salah satu petak tanah Majid Agung Semarang yang telah kembali.

Masjid ini bangun untuk meningkatkan nilai moral dan sebagai pusat ibadah umat muslim di wilayah Jawa Tengah khususnya Makasar. Sebelumnya, Masjid Agung Semarang lahir dari tanah wakaf milik Ki Ageng Pandanaran ll, Bupati Semarang pertama.

Arsitektur Masjid Agung Semarang

Hal arsitektural yang paling terlihat dari Masjid Agung Semarang adalah bentuk atapnya dan terinspirasi dari masjid-masjid bentuk sebelumnya. Atapnya berbentuk limasan bertingkat tiga. Bentuk ini pula yang berpengaruh dari rumah tradisional di pulau Jawa.

Bentuk atap yang mengadaptasi bentuk rumah tradisional Jawa ini dikarenakan Islam tidak membawa bentuk arsitektur khusus ketika masuk ke Indonesia.

Selain dari pengaruh unsur tradisional dan Belanda, Masjid Agung Semarang pun dipengaruhi oleh bangsa Arab yang merupakan asal mula datangnya Islam. Pengaruh Eropa menyebabkan bentuk atap mihrab yang berbentuk segitiga seperti beberapa bangunan Belanda yang dibangun di Indonesia.

Contohnya pada bentuk mihrab Masjid Agung Semarang yang dipengaruhi oleh dua kebudayaan berbeda yaitu Eropa dan Arab. Atap dari mihrab berbentuk kubah, yang banyak ditemui pada masjid-masjid di negara Arab dan Asia Selatan.

Terdapat pula payung di luaran masjid yang berfungsi sebagai hiasan juga bisa terbuka dalam kondisi tertentu, gaya payung tersebut diambil dari gaya arsitektur masjid Nabawi di Arab.

Masjid Agung Semarang memiliki menara asmaul husna yang dibangun setinggi 99 meter mengikuti jumlah asma Allah SWT. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Selain terdapat menara Almaul Husna, di dalamnya terdapat koleksi Al-Quran raksasa yang berukuran 145 x 95 cm. Al-Quran tersebut ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin dari pondok pesantren Al-Asyariyyah. Kalibeber, Mojotengah, dan Wonosobo.

Masjid Agung Semarang Masa Kini

Masjid Agung Semarang merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Pada tahun 2001, Masjid Agung Semarang dibangun dan selesai pada tahun 2006. Pada tahun 2006, masjid ini diresmikan oleh President dan dikelola oleh pemerintah menjadi masjid provinsi.

Pada tahun 2001 pun Masjid Agung Semarang mengalami perombakan gaya arsitektur oleh Ir. H. Ahmad Fanani. Terlihat gaya romawi dari 25 pilar dipelataran masjid. Gaya koloseum Athena Romawi dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi yang sangat indah fan menyimbolkan 25 Nabi dan Rasul.

Di gerbang masjid terdapat tulisan dua kalimat syahadat dan pada bidang data tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guni Gapiraning Gustu.” yang artinya kemauan dan upaya yang tulus embawa ke arah ridha Allah.

Terdapat ruang studio radio dakwah Islam dan pemancar TKU, sedangkan di lantai 2 dan 3 digunakan sebagai museum kebudayaan Islam. Ada pula kafe muslim yang tepatnya berada di lantai 18 dan disusul dengan lima teropong pandang sebagai pusat wisata religi yang bisa digunakan pengunjung di lantai 19.

Pada tahun 1427 H tepatnya pada awal Ramadhan, teropong tersebut digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal oleh tim Rukya jawa Tengah yaitu mulainya hari berpuasa dan teropong tersebut adalah teropong canggih yang berasal dari Boscha.

Letak Masjid Agung Semarang

Letak Masjid Agung Semarang berada di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Jalan Gajah Raya merupakan salah satunya akses untuk menuju ke Masjid Agung Semarang dan merupakan jalur penghubung antara jalan jolotundo raya dan jalan tambak boyo barat raya, yang kerap menibulkan macet.

Masjid Agung Semarang berada dipusat kota semarang berdekatan dengan gedung-gedung pemerintahan dan juga berjarak jauh dari pusat perdagangan.

Masjid Agung Semarang selain menjadi tempat beribadah juga menjadi wisata religius. Kini, Masjid Agung Semarang telah memiliki fasilitas lengkap dengan adanya wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas tersebut.

The post Sejarah Masjid Agung Semarang appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sejarah masjid Laweyan, Masjid Pertama di Surakarta https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-laweyan Fri, 13 May 2022 03:53:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=10059 Di Surakarta berdiri sebuah Masjid tertua dan merupakan Masjid pertama yang berada di Surakarta yakni Masjid Laweyan. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Laweyan. Simak penjelasan di bawah ini. Mengenal Lebih Tentang Masjid Laweyan Masjid Laweyan didirikan pada tahun 1546 M jauh sebelum didirikannya Masjid Surakarta oleh Sultan Hadi Wijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Joko Tingkir […]

The post Sejarah masjid Laweyan, Masjid Pertama di Surakarta appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Di Surakarta berdiri sebuah Masjid tertua dan merupakan Masjid pertama yang berada di Surakarta yakni Masjid Laweyan. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Laweyan. Simak penjelasan di bawah ini.

Mengenal Lebih Tentang Masjid Laweyan

Masjid Laweyan didirikan pada tahun 1546 M jauh sebelum didirikannya Masjid Surakarta oleh Sultan Hadi Wijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Joko Tingkir saat berkuasa di Kerajaan Pajang, kerajaan yang menjadi cikal bakal Kerajaan Mataram. Kerajaan ini terletak di kawasan Laweyan, Surakarta, Jawa tengah.

Masjid ini dikenal sebagai salah satu saksi sejarah bagi pertumbuhan dan perkembangan Islam di Karesidenan Surakarta. masjid ini adalah masjid pertama dan masjid tertua yang didirikan di wilayah Surakarta dan usia Masjid laweyan sudah hampir lima abad.

Masjid Laweyan berlokasi di Jalan Liris 1, Pajang, Laweyan, Surakarta ini. Meskipun demikian, posisi masjid yang berada di atas bahu jalan dan tampak lebih tinggi di bandingkan dengan bangunan di sekitarnya.

Dulunya, Masjid Laweyan terletak di tepi Sungai Jenes yang kawasan Kampung Batik Laweyan. Sungai yang mengalir tersebut bukanlah sembarang sungai.

Sungai Jenes pernah menjadi jalur perdagangan yang menghubungkan daerah-daerah di Pulau Jawa. Karena letak strategis inilah yang membuat Masjid Laweyan dikenal. Kawasan tersebut dinamai dengan Bandar Kabanaran.

Oleh Pakubowono ke-10 Masjid Laweyan yang semulanya hanyalah tempat mushola diresmikan menjadi Masjid besar bersamaan dengan Masjid Agung Surakarta.

Masjid Laweyan Merupakan Peninggalan Hindu

Masjid Laweyan awal mulanya adalah pura agama Hindu sehingga sekilas bangunan majid Laweyan mirip dengan bangunan pura. Pembangunan masjid tidak terlepas dari persahabatan Ki Ageng Henis sebagai pemuka agama Islam kerajaan-kerajaan yang masih merupakan cucu Prabuwijaya Pakubuwono ke-5 dengan pedeta Hindu di daerah Laweyan yakni, Ki Beluk.

Raden Fatah mengutus Ki Ageng yang tinggal di derah Pandean yang sekarang dikenal Purwodadi untuk mengajak masyarakat menyeru agama Islam di daerah Laweyan. Saat itulah, Ki Beluk tertarik dan masuk agama Islam. Ki Beluk juga mengubah pura menjadi tempat ibadah orang muslim.

Masyarakat daerah Laweyan kebanyakan dulunya beragama Hindu, sebelum Ki Ageng Henis datang. Masjid Laweyan diremikan pada masa Pakubuwono X dan bangunannya pun dirombak total menjadi bentuk yang sekarang.

Kekhasan Masjid Laweyan

Masjid ini memiliki khas yakni sebuah pura Hindu. Menurut sejarah, pada masa Kerajaan Pajang, seorang pemeluk Hindu bernama Ki Beluk sempat tinggal dan membangun sebuah pura di pinggir sungai Kabanaran, sungai yang dulunya digunakan sebagai sarana lalu lintas perdagangan para sudagar batik.

Peninggalan Hindu memang tidak lagi ditemukan dalam Masjid Laweyan, tetapi hal tersebut menjadi karakteristik yang khas. Terdapat sebuah gapura raksasa bertuliskan makam Kiai Agung Laweyan.

Pada tahun 1745 M, dibangun sebuah pendopo diluar tembok Masjid yang bentuknya masih asli sejak dibangun hingga saat ini.

Di sebuah komplek pemakaman terdapat pemakaman dari kerabat keraton Pajang, keraton Karto Suro dan keraton Kasenanak Surakarta Diningrat. Di belakang Masjid Laweyan terdapat Balai Kencur yakni pemakaman tua dari pejabat dan kerabat keraton Pajang.

Tata ruang masjid Laweyan sendiri mengikuti tata ruang masjid Jawa pada umumnya. ruang masjid dibagi menjadi tiga bagian, yakni ruang induk (utama), serambi kanan (kaum perempuan), dan serambi kiri (bagian perluasan masjid untuk tempat shalat berjamaah).

Masjid Laweyan memiliki tiga buah lorong di bagian depan masjid sebagai jalur masuk ke dalam Masjid Laweyan. Tiga lorong itu merupakan simbol atau perlambang tiga jalan dalam upaya menuju tata kehidupan yang bijak yakni Islam, Iman dan Ihsan.

Masjid Laweyan memiliki kekhasan lain yakni sebuah mata air sumur yang berada di kompleks masjid. Mata air ini dipercaya muncul dari injakan kaki Sunan Kalijaga. Air sumur ini tidak pernah kering meskipun sedang dalam musim kamarau panjang. Masjid Laweyan memiliki kekhasan cat berwarna hijau.

Keaslian Masjid Laweyan

Sebagian besar Masjid Laweyan terjaga keasliannya dan hanya beberapa saja yang direnovasi tahun 1998-1999 pada halaman belakangnya. Mimbarnya adalah sebuah peninggalan dari Pakubowo 10. Tidak ada hal signifikasn yang merubah bangunan Majid Laweyan. Hamya ada beberapa penambahan seperti dibuat toilet pada tahun 1970-an.

Selain itu, ditambah juga tempat wudhu karena dulu masih terbilang sedikit. Ada juga beduk dan kentongan yang usianya ratusan tahun. Sisa bangunan yang usianya tua adalah 12 tiang utama masjid yag terbuat dari kayu jati.

Masjid Laweyan Masa Kini

Kini, elemen-elemen Hindu memang tidak lagi ditemukan sebagai penghias masjid. Meskipun begitu, sejarah mengatakan lain bahwa tetap saja masjid ini dulunya adalah bekas pura Hindu. Banyak yang mengunjungi Masjid Laweyan untuk berziarah ke makam Ki Ageng Henis dan ketika malam banyak yang datang untuk shalat dan itikaf.

Kondisi Masjid Laweyan masih dalam keadaan terawat. Dipilihnya kayu yang berasal dari keraton Surakarta yang tidak mudah keropos.

Masjid Laweyan masih digunakan sebagai fungsi masjid pada umumnya. Selain tempat ibadah, sekitar Masjid Laweyan digunakan sebagai tempat pemakaman. Bukan hanya itu, ada juga beberapa orang yang kerap melangsungkan akad pernikahan di Masjid Laweyan.

The post Sejarah masjid Laweyan, Masjid Pertama di Surakarta appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sejarah Masjid Lawang Kidul, Simak Penjelasan Berikut https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-lawang-kidul Fri, 13 May 2022 03:52:07 +0000 https://dalamislam.com/?p=10058 Siapa yang tidak menganal Masjid Lawang Kidul? Terlebih lagi warga kota Palempang. Masjid Lawang Kidul merupakan masjid yang sangat menyimpan sejarah terlebih lagi dalam perkembangan Islam. Simak penjelasan di bawah ini mengenai sejarah lengkap Masjid Lawang Kidul. Lokasi Dan Pendiri Masjid Lawang Kidul Masjid Lawang Kidul termasuk salah satu masjid tertua di Palembang, Sumatera Selatan […]

The post Sejarah Masjid Lawang Kidul, Simak Penjelasan Berikut appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Siapa yang tidak menganal Masjid Lawang Kidul? Terlebih lagi warga kota Palempang. Masjid Lawang Kidul merupakan masjid yang sangat menyimpan sejarah terlebih lagi dalam perkembangan Islam.

Simak penjelasan di bawah ini mengenai sejarah lengkap Masjid Lawang Kidul.

Lokasi Dan Pendiri Masjid Lawang Kidul

Masjid Lawang Kidul termasuk salah satu masjid tertua di Palembang, Sumatera Selatan setelah Masjid Agung dan juga Masjid Ki Muara Ogan. Masjid ini berdiri pada tahun 1881 Masehi atau 1310 H oleh Kyai Haji Mas Agus Abdul Hamid bin Mahmud atau lebih dikenal dengan Kyai Muara Ogan.

Masjid Lawang Kidul diwakafkan oleh Kyai Muara Ogan pada 23 April 1893 Masehi bersamaan dengan Masjid Muara Ogan. Kyai Muara Ogan membiayai seluruh pembangunan Masjid Lawang Kidul karena beliau adalah seorang pengusaha kaya yang sukses pada masanya.

Masjid Lawang Kidul memegang peran penting salah satunya sebagai pusat penyebaran Islam juga dijadikan markas pejuang setempat untuk menghadapi tentara Belanda.

Masjid ini terletak di bantaran Sungai Musi, yakni semacam tanjung yang terbentuk oleh pertemuan dengan muara sungai. Lokasinya persis bersebelahan dengan Kawasan Pelabuhan Boom Baru, pelabuhan tua di tepian Sungai Musi di kota Palembang yang masih berfungsi hingga kini. Dan lokasinya juga tidak terlalu jauh dari pasar Kuto.

Pendiri Masjid Lawang Kidul

Ki Muara Ogan lahir pada tahun 1811 M yang masih keturunan Kesultanan Palembang dari Sunan Cinde Balang. Di usia muda, Ki Muara Ogan belajar agama Islam di tanah Arab dan salah satu gurunya adalah seorang ulama asal Palembang yakni, Syeikh Abdul Somad Alpelembani.

Masjid Lawang Kidul didirikan karena Ki Muara Ogan begitu khawatir terhadap minimnya masjid di Palembang saat itu, sementara umat Islam sangat banyak. Beliau membangun sekaligus dua masjid di Palembang.

Ki Muara Ogan kemudian mewakafkan hartanya untuk membangun Masjid Lawang Kidul dan Masjid Ki Muara Ogan.

Alasan lain mengapa Ki Muara Ogan membangun masjid di kawasan tersebut karena berada di daerah asal istri pertamanya, Masayu Maznah.

Arsitektur Dan Asal Muasal Nama Masjid Lawang Kidul

Material Masjid Lawang Kidul terbuat dari campuran batu kapur dengan putih telur dan pasir sehingga membuat masjid ini dapat bertahan dengan lama. Inti dari bangunan Masjid Lawang Kidul sebagian besar masih terjaga keasliannya dan hampir 99 persen merupakan bangunan asli dan belum ada yang di ganti sejak masa dibangunnya.

Majid Lawang Kidul sudah berdiri sekitar 140 tahun yang lalu dan bangunannya memiliki kekhasan seperti pada umumnya bangunan jaman dulu.

Pada tahun 1890, Masjid Lawang Kidul sudah ada satu unit bimbar berdiri yang terbuat dari kayu dengan aksen desain bunga yang kental dengan budaya Melayu dan masih kokoh sampai saat ini.

Masjid Lawang Kidul memiliki hal spesial karena masjid ini memiliki menara berupa tiga undakan dan atapnya yang melebar dengan desain arsitektur khas Tiongkok. Sampai saat ini belum ada perubahan yang di ganti. Hanya saja, pernah dilakukan penambahan keramik dibagian lantai utama.

Masjid Lawang Kidul memiliki banyak pintu dan pintu utama terdapat di pinggiran sungai Musi yang menghadap ke arah selatan. Itulah awal mula di sebut dengan Lawang Kidul. lawang yang artinya pintu dan kidul yang artinya selatan.

Dulu, Kyai Muara Ogan berdakwah melalui sampan dari satu masjid ke masjid lainnya menggunakan perahu sebagai akses.

Masjid Lawang Kidul memiliki 17 huruf yang merupakan simbol dari shalat fardhu yang dikerjakan sehari semalam sebanyak 17 rakaat. Kyai Muara Ogan berharap dengan adanya Masjid ini bisa meningkatkan seangat ibadah shalat fardhu.

Masjid Lawang Kidul diberi nama demikian karena letaknya yang berada di Lawang Kidul, Ilir Timur 3.

Kekhasan Masjid Lawang Kidul

Masjid Lawang Kidul selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat khususnya dari para habaib dan para guru-guru syekh yang berasal dari Arab. Masyarakat yang berasal dari Kampung Arab seberang sungai Musi tidak lagi memiliki alasan untuk tidak mengunjungi Masjid Lawang Kidul karena sudah mudahnya akses.

Meskipun terletak di seberang sungai Musi, Masjid Lawang Kidul tidak pernah sama sekali terendam banjir saat air pasang, padahal daerah sekitar Masjid Lawang Kidul sedang terendam air. Hal tersebut menjadi bukti nyata yang Allah SWT berikan dan juga merupakan kekhasan Masjid Lawang Kidul.

Masjid Lawang Kidul memiliki menara khas yang bentuknya belum pernah diubah sejak dibangunnya bangunan ini. 99 persen banguan Masjid Lawang Kidul masih utuh dengan mempertahankan aksennya.

Peran Masjid Lawang Kidul

Masjid Lawang Kidul memegang peran penting dalam perkembangan Islam di Indonesia. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, Masjid Lawang Kidul menjadi pintu selatan berkembangnya agama Islam.

Pada saat itu perkembangan agama Islam berkembang pesat. Selain Masjid Agung, Masjid Lawang Kidul adalah Masjid kedua yang patut didatangi ketika berkunjung ke Palembang.

Meskipun terlihat kecil, pasalnya Masjid Lawang Kidul sangat luas dan bisa menampung banyak jamaah sekitar 700 hingga 1.500 orang.Masyarakat setempat juga menganggap Masjid Lawang Kidul sebagai kebanggaan tersendiri karena bangunan masjid ini sebagian besar masih terjaga keasliannya.

Masjid Lawang Kidul menjadi salah satu destinasi wisata religi yang cukup populer di Palembang.

The post Sejarah Masjid Lawang Kidul, Simak Penjelasan Berikut appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Masjid Tanpa Kubah di Indonesia yang Perlu diketahui https://dalamislam.com/info-islami/masjid-tanpa-kubah-di-indonesia Fri, 13 May 2022 03:25:49 +0000 https://dalamislam.com/?p=11285 Dalam hal kemegahan, masjid-masjid di Indonesia mungkin tidak bisa menandingi kemegahan masjid-masjid di Arab Saudi. Tapi apa yang mereka kurang dalam kemegahan, mereka menebus orisinalitas karena negara kita memiliki beberapa masjid paling eklektik di dunia. Hal ini sebagian berkat keragaman budaya Indonesia yang kaya, dengan arsitektur lokal yang berpadu dengan desain masjid kuno, menghasilkan landmark khas […]

The post 5 Masjid Tanpa Kubah di Indonesia yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam hal kemegahan, masjid-masjid di Indonesia mungkin tidak bisa menandingi kemegahan masjid-masjid di Arab Saudi. Tapi apa yang mereka kurang dalam kemegahan, mereka menebus orisinalitas karena negara kita memiliki beberapa masjid paling eklektik di dunia.

Hal ini sebagian berkat keragaman budaya Indonesia yang kaya, dengan arsitektur lokal yang berpadu dengan desain masjid kuno, menghasilkan landmark khas Indonesia. Dan berikut ini adalah beberapa masjid tanpa kubah yang ada di penjuru Nusantara.

1. Masjid Agung Sumatera Barat 

Masjid Agung Sumatera Barat

Meskipun sebagian besar dikenal karena membawa kelezatan rendang dan nasi padang ke dunia yang lebih luas, orang-orang Minang memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan daripada makanan yang layak ngiler. Masjid Agung Sumatera Barat  di Padang menampilkan sisi lain dari budaya mereka melalui arsitekturnya yang unik.

Sebagai pengganti kubah khas, masjid mengadopsi atap gaya Minang yang dikenal sebagai gonjong mirip dengan Rumah Gadang tradisional mereka . Fasadnya juga dihiasi dengan ukiran tradisional Minang yang dihiasi dengan berbagai karya kaligrafi Islami.

Interiornya juga sama indahnya, dengan mihrab , ceruk di dinding kiblat yang dihadapi umat Islam saat berdoa, yang dibentuk seperti Hajar Aswad Mekkah . Terbentang dari mihrab adalah banyak karya kaligrafi emas yang menunjukkan 99 Nama Tuhan yang menjangkau sampai ke langit-langit masjid.

2. Masjid Muhammad Cheng Hoo

Masjid Muhammad Cheng Hoo

Masjid yang terletak di Provinsi Jawa timur ini juga termasuk salah satu masji unik tampa kubah yang justru terlihat seperti rumah ibadah agama Hindu. Namun setelah ditelusuri lebih dalam dan jauh, arsitektur di dalamnya kental dengan arsitektur kebudayaan Islam.

Atapnya dirancang mengikuti pagoda Cina dan warna merah, kuning, dan hijau, yang dalam budaya Cina mewakili keberuntungan dan keberuntungan, mendominasi bangunan.

Dibandingkan dengan masjid-masjid lain dalam daftar ini, Masjid Cheng Hoo agak kecil tapi tetap menakjubkan di dalamnya. Langit-langit delapan sisi sekali lagi mewakili keberuntungan dan masing-masing sisi dihiasi dengan kaligrafi Islam, membuktikan bahwa dua identitas budaya yang berbeda dapat hidup berdampingan secara damai.

Masjid yang tercantum di sini sebenarnya baru yang pertama, dan yang paling terkenal, dari rangkaian Masjid Cheng Hoo yang tersebar di seluruh nusantara. Semuanya dibangun dan dikelola oleh cabang-cabang lokal Asosiasi Muslim Tionghoa Indonesia , dan masjid-masjid di Indonesia ini mewakili keragaman budaya yang sangat dibanggakan orang Indonesia.

3. Masjid Tubaba

Masjid Tubaba

Dirancang oleh arsitek terkenal Indonesia Andra Matin , Masjid Tubaba di Islamic Center Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung mengadopsi desain yang sangat tidak konvensional. Tidak ada menara, tidak ada kubah, beton ekspos terlihat agak tidak menarik, dan sama sekali tidak ada yang menunjukkan bahwa bangunan itu sebenarnya adalah masjid pada pandangan pertama.

Di dalam, itu adalah cerita yang berbeda, karena lantai kayu keras, desain udara terbuka, dan udara sejuk dari kolam sebelah menyatu menjadi satu ruang yang nyaman dan tenang, ideal untuk para penyembah. Setelah Anda selesai berdoa, luangkan waktu untuk mendinginkan diri di tepi kolam di mana Anda dapat melihat dan memberi makan ikan-ikan yang hidup di kompleks tersebut.

Langit-langit setinggi 30 meter khususnya cukup menarik untuk dilihat, dengan 99 bukaan di bagian atas yang, ketika matahari berada pada sudut yang tepat, memproyeksikan cahaya ke lantai kayu keras. Jumlah bukaan itu sendiri melambangkan 99 Nama Tuhan, yang juga diukir di langit-langit bawah masjid.

4. Masjid Al Safar

 Masjid Al Safar

Masjid kedua yang dibangun oleh Ridwan Kamil ini pernah dituding dengan tudingan yang tidak sedap, hanya karena desain masjid yang lain dari umumnya. Padahal masjid yang diapresiasi oleh dunia Internasional ini mempunyai tiap makna dalam sudut bangunannya.

Kang Emil, begitu sapaan khas beliau, menuturkan bahwa apa yang ada dalam desain bangunan masjid tersebut adalah sebuah inspirasi dari geometri. Sedangkan ilmu geometri sendiri merupakan kekhasan seni dalam peradaban Islam.

Kang Emil menjelaskan, desain Al Safar terinspirasi dari bentuk alam yang tidak beraturan. Untuk membangun bentuk tidak beraturan, dia menggunakan teknik lipatan seperti origami Jepang. Masjid yang terletak di rest area KM 88B di Tol Cipularang. Masjid yang diresmikan pada 19 Mei 2017 ini mempunyai bentuk bangunan yang unik dan modern menyerupai topi adat Sunda.

5. Masjid Al-Irsyad

Masjid Al-Irsyad

Hal pertama yang mungkin menarik perhatian seseorang tentang masjid di Kota Baru Parahyangan (KBP) ini adalah tidak adanya kubah, yang hampir selalu menjadi ciri khas masjid. Namun, para arsitek telah menginformasikan bahwa kubah bukanlah identitas budaya/agama, sehingga bukan keharusan dalam mendesain tempat ibadah Islam.

Arsitektur masjid KBP tergolong unik karena menggunakan batu tumpuk sebagai fasad utama untuk menciptakan efek tektonik, serta menyematkan teks/kaligrafi Islam pada fasad sebagai elemen grafis dan pengingat shalat.

Bentuk utama masjid berbentuk persegi, yang tampaknya paling efisien karena umat Islam berdoa dalam barisan lurus menghadap ke arah tertentu atau kiblat. Kolom struktural disusun sedemikian rupa sehingga fasad seolah-olah tidak didukung oleh bingkai apa pun. Bentuk ini juga menyinggung Ka’bah, struktur terpenting di dunia Islam, yang menjadi tujuan doa semua Muslim.

Dengan daya tampung kurang lebih 1.000 orang, masjid ini juga didesain ‘blend in’ dengan alam. Batu-batu yang ditumpuk memungkinkan ventilasi alami tanpa perlu AC. Dikelilingi oleh air, suhu lingkungan di sekitar masjid akan lebih rendah selama musim panas. Begitu masuk, orang-orang dapat melihat keluar dan menghargai pemandangan luar.

The post 5 Masjid Tanpa Kubah di Indonesia yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Masjid Terunik di Dunia yang Perlu diketahui https://dalamislam.com/info-islami/masjid-terunik-di-dunia Fri, 13 May 2022 03:16:38 +0000 https://dalamislam.com/?p=11263 Islam selain dikenal dengan ajaran rahmatan lil alamin mempunyai tempat peribadatan yang dinamakan masjid. Masjid sudah sejak zaman Nabi Muhammad dikenal sebagai pusat kegiatan atau sebagai denyut jantung kota. Namun modern ini fungsi masjid sedikit bergeser dari sebagai denyut jantung kota menjadi sebuah tempat untuk melaksanakan kegiatan ibadah seperti shalat, i’tikaf, dan kegiatan beragama lainnya. […]

The post 8 Masjid Terunik di Dunia yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam selain dikenal dengan ajaran rahmatan lil alamin mempunyai tempat peribadatan yang dinamakan masjid. Masjid sudah sejak zaman Nabi Muhammad dikenal sebagai pusat kegiatan atau sebagai denyut jantung kota. Namun modern ini fungsi masjid sedikit bergeser dari sebagai denyut jantung kota menjadi sebuah tempat untuk melaksanakan kegiatan ibadah seperti shalat, i’tikaf, dan kegiatan beragama lainnya.

Walaupun begitu masjid tidak kehilangan fungsi utamanya dan betapa pentingnya masjid bagi umat Islam. Banyak yang dibangun untuk menunjukkan warisan dan kejayaan Islam melalui desain dan arsitekturnya. Kubah, menara, dan ruang sholat adalah beberapa kesamaan yang menonjol di banyak masjid di seluruh dunia tetapi tergantung pada lokasinya, masing-masing akan memiliki identitas uniknya sendiri. 

Dan berikut ini masjid-masjid unik yang ada di seluruh dunia.

1. Masjidil Haram

Masjidil Haram

Siapa yang tak kenal dengan masjid ini? Seluruh umat Islam dunia pasti mengenal dan ingin mengunjungi masjid pusat kiblat di dunia ini. Seperti yang diketahui, didalam masjid ini ada Ka’bah yang sangat diagungkan kesuciannya.

Di Masjidil Haram juga sering digunakan sebagai tempat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Ini juga merupakan masjid terbesar di dunia dan mampu menampung hingga 1,5 juta jamaah setiap saat sepanjang tahun. Jumlah ini akan terus meningkat secara signifikan selama musim haji.  

2. Masjid Nabawi

Masjid Nabawi

Selain Masjidil Haram yang selalu ingin dikunjungi oleh umat Islam di dunia, masjid Nabawi juga tidak ketinggalan menarik minat semua Muslim untuk dikunjungi. Karena sejarahnya, banyak Muslim yang tertarik dan ingin mengetahui jejak Rasul di tanah Madinah tersebut.

Masjid terbesar kedua ini mampu menampung jemaah sebanyak kurang lebih 1 juta jamaah. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah, di Masjid ini juga dapat ditemukan makam Baginda Rasullullah Shallahu alaihi wa Salam.

3. Masjid Sheikh

Masjid Sheikh

Masjid Sheikh Lotfollah di Iran merupakan sebuah mahakarya arsitektur Islam Persia. Konon, masjid ini dibangun untuk digunakan oleh para Hareem atau wanita istana yang ingin ke masjid dan aman dari pandangan bukan Mahramnya.

Hal ini pula yang membuat masjid ini tidak mempunyai lapangan dan menara yang biasa digunakan sebagai panggilan untuk shalat ke masyarakat luas. Nama masjid ini diambil dari nama ayah mertua Shah Abbas, Sheikh Lutfallah ilmuwan islam yang dihormati dan meninggal pada 1622.

Keunikan lain dari masjid ini adalah perbedaan arah ibadah dan pintu masuk utama. Oleh karena itu, arsitek merancang koridor berbentuk L yang menghubungkan pintu masuk kiblat.

Kubah dengan tinggi 32 meter dan diameter 12 meter ini tidak berada pada sumbu yang sama dengan pintu masuk utama masjid. Dari kejauhan, kubah dan pintu masuk masjid tampak tidak sejajar, dan bagian dalam masjid Syekh Lotfollah dilapisi ubin asimetris yang sengaja dibuat, melambangkan ketidaksempurnaan arsitektur manusia terhadap ciptaan Tuhan.

Ubin biru bulat menguraikan sudut-sudut kubah. Kubah juga dihiasi dengan ubin krem ​​​​yang berubah menjadi merah muda di siang hari. Diperkirakan waktu terbaik untuk menyaksikan perubahan warna ini adalah saat matahari terbenam.

4. Masjid Hazrat Sultan

Masjid Hazrat Sultan

Masjid Hazrat Sultan adalah salah satu masjid terbesar di Asia Tengah, dibangun dengan gaya Islam klasik dengan ornamen tradisional Kazakh. Masjid ini juga memiliki kubah terbesar di Kazakhstan dengan empat menara dengan masing-masing ketinggian mencapai 77 meter.

Ketinggian masjid 40 m juga melambangkan waktu ketika Nabi Muhammad (SAW) menerima wahyu, sedangkan menara panjang 63 m melambangkan waktu kematiannya. Masjid Hazrat Sultan terletak di tepi Sungai Yesil yang memisahkan Astana.

Secara keseluruhan, masjid ini didominasi oleh orang kulit putih. Dilihat dari atas, kompleks Masjid Hazrat Sultan memiliki beberapa tingkat yang mengarah ke bangunan utama. Masjid ini dibangun untuk menghormati Khoja Ahmed Yasawi, seorang ulama Sufi Kazakh abad ke-12 yang bangga.

Selain sebagai seorang Muslim yang taat, ia juga seorang penyair. Karyanya yang paling terkenal termasuk puisi Divan-i Hikmet.

5. Masjid Shah Faisal

Masjid Shah Faisal

Bangunan masjid ini dibangun oleh Raja Faisal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi sebagai hadiah untuk rakyat Pakistan. Masjid ini dirancang oleh arsitek Turki Vedat Dalokay, yang memenangkan kompetisi desain internasional, dan selesai pada tahun 1986. Dari atas, masjid tampak seperti tenda dengan empat pintu.

Dirancang dan dibentuk berdasarkan tenda Badui gurun, masjid ini berfungsi sebagai masjid nasional Pakistan dengan arsitektur Islam modern di garis depan.

6. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien

Masjid unik selanjutnya datang dari Brunei Darussalam. Terletak di Bandar Sri Begawan, ibu kota Brunei Darussalam, masjid ini secara luas dianggap sebagai salah satu masjid terindah di Asia Tenggara. Selain tempat ibadah, masjid ini juga merupakan situs sejarah utama dan objek wisata yang terkenal. 

Pengunjung pasti tidak ingin melewatkan struktur ini karena bentuk dari bangunan yang mendominasi cakrawala dengan salah satu menaranya menjadi bangunan tertinggi di Bandar Sri Begawan. Hal yang disebabkan karena Sultan memerintahkan agar lantai atas bangunan di dekatnya disingkirkan, agar tidak melebihi ketinggian menara. 

Keunikan lainnya adalah masjid ini dibangun di atas laguna atau kolam buatan di tepi sungai Brunei di Kampong Ayer, “kampung yang terletak di atas air”. Sementara itu, sebuah jembatan membentang di tengah laguna menuju Kampong Ayer di tengah sungai. Sebuah jembatan marmer lainnya menuju ke bangunan yang merupakan replika Perahu Mahligai Kerajaan milik Sultan Bolkiah yang memerintah pada abad ke-16.

7. Masjid Sheikh Zayed

Masjid Sheikh Zayed

Masjid terbesar di kota ini dinamai mendiang Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, presiden pertama Uni Emirat Arab (UEA). Arsitektur dan desain bangunan yang unik dibuat berdasarkan visi Sheikh

Visi beliau adalah bahwa masjid akan berada 11 meter di atas permukaan laut dan 9,5 meter di atas tanah, sehingga bangunan dapat terlihat jelas dari segala arah. Dikutip dari laman Abudhabi.ae, Masjid Agung Sheikh Zayed dibangun sebagai monumen pemantapan budaya Islam dan pusat utama kajian ilmu keislaman.

Sesuai keinginannya, masjid ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhirnya ketika meninggal pada tahun 2004. Selama pembangunan masjid, Sheikh Zayed meminta agar masjid dibangun di tengah masjid, di kota Abu Dhabi, antara Jembatan Musaffah dan Jembatan Maqta.

Masjid ini memiliki 82 kubah, lebih dari 1.000 kolom, lampu gantung berlapis emas 24 karat, dan karpet rajutan tangan terbesar di dunia. Itu mampu   menampung 41.000 jamaah dan merupakan salah satu dari sedikit masjid di wilayah yang juga terbuka untuk non-Muslim.

8. Masjid Hassan II

Masjid Hassan II

Arsitektur luar biasa ini dibangun untuk memperingati ulang tahun ke-60 mendiang Raja Maroko, Hasan II. Bersama dengan menara setinggi 210 m, masjid ini menjulang di atas lautan dengan penuh keindahan visual dan didapuk sebagai masjid terbesar ketiga di dunia. 

Masjid Hassan II memiliki lantai berpemanas, atap yang dapat dibuka, bagian dari lantai kaca dan juga lampu laser di atas menaranya, yang menunjuk ke Mekah setiap malam. Masjid ini mulai dibangun ketika Raja Hassan II menyatakan keinginannya agar kota itu “diberkahi dengan sebuah bangunan besar dan bagus yang dapat dibanggakan sampai akhir zaman” pada hari ulang tahunnya, karena fakta bahwa Casablanca tidak memiliki monumen bersejarah apa pun.

Tiga belas tahun kemudian, ia meresmikan Masjid Hassan II yang dibangun di atas singkapan berbatu di tanah reklamasi, kawasan kumuh dekat laut, namun kemudian kawasan yang kumuh itu disulap menjadi indah dan berkelas.

The post 8 Masjid Terunik di Dunia yang Perlu diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sejarah Masjid Kasepuhan Cirebon, Dulu Hingga Kini https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-kasepuhan-cirebon Mon, 27 Sep 2021 13:16:26 +0000 https://dalamislam.com/?p=10080 Masjid Kasepuhan Cirebon yang lebih dikenal dengan Masjid Agung Cirebon adalah Masjid tertua di Cirebon. Masjid ini dibangun sejak tahun 1480 yang sejarahnya menjadi banyak diinginkan oleh masyarakat. Seperti apa sejarahnya? Simak penjelasan di bawah ini. Cerita Perkembangan Pesat Islam Di Cirebon Sebelum Terbentuknya Masjid Kasepuhan Islam berkembang pesat kala itu di Indonesia, khususnya Pulau […]

The post Sejarah Masjid Kasepuhan Cirebon, Dulu Hingga Kini appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Masjid Kasepuhan Cirebon

Masjid Kasepuhan Cirebon yang lebih dikenal dengan Masjid Agung Cirebon adalah Masjid tertua di Cirebon. Masjid ini dibangun sejak tahun 1480 yang sejarahnya menjadi banyak diinginkan oleh masyarakat. Seperti apa sejarahnya? Simak penjelasan di bawah ini.

Cerita Perkembangan Pesat Islam Di Cirebon Sebelum Terbentuknya Masjid Kasepuhan

Islam berkembang pesat kala itu di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, jauh setelah berkembangnya Hindhu-Budha. Perkembangan Islam di Cirebon kala itu tidak lepas dari perjuangan salah seorang Wali Songo setelah mendapat kesempatan kekuasaan untuk memegang roda pemerintahan Kesultanan Cirebon.

Wali Songo tersebut adalah Sunan Gunung Jati yang membawa penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.

Seiring berkembangnya Islam di Pulau Jawa, setelah berdirinya Kesultanan Cirebon dan Demak disusul oleh kerajaan Islam lain seperti Banten, maka bangunan keraton mulai didirikan.

Selain keraton sebagai tempat tinggal juga sebagai kekuasaan sultan, bangunan lain juga mulai dibangun seperti tempat ibadah. Salah satunya adalah Masjid Kasepuhan Cirebon.

Pembangunan Masjid Kasepuhan Cirebon

Sesuai dengan namanya, Masjid ini berada di kompleks Keraton Kesepuhan Cirebon. Masjid ini dibangun dan dipelopori oleh Nyi Ratu Pakungwati serta dibantu oleh sejumlah anggota Wali Songo. Beberapa tenaga ahli dari Kesultanan Demak pimpinan Raden Patah juga ikut membantu dalam pembangunan masjid ini.

Sunan Gunung Jati menjadi salah satu Wali Songo yang berperan dalam merintis pembangunan Masjid Kasepuhan Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah suami dari Ratu Dewi Pakungwati, yakni seorang putri Pangeran Cakrabuana, sosok pendiri Kasepuhan Cirebon.

Sunan Kalijaga juga merupakan sunan lain yang ikut kontribusi dalam memimpin proyek pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Sunan Kalijaga berperan sebagai arsitek perancang masjid, nama tersebut adalah Raden Sepat yang memimpin para ahli bangunan dari Jawa.

Sunan Kalijati adalah seorang putra Adipati Tuban Tumenggung Wilatikta.

Pembangunan ini dilakukan dalam kurun waktu 1498-1500 M. Masjid ini tentunya menjadi Masjid bersejarah yang berada di daerah Cirebon.

Gaya Bangunan Masjid Kasepuhan Cirebon

Masjid Kasepuhan Cirebon dibanguun dan dikerjakan oleh 500 pekerja dari Majapahit, Demak dan cirebon. Gaya bangunan Masjid Kasepuhan Cirebon mengambil perpaduan gaya Jawa dan Hindu Majapahit.

Hal ini bisa terlihat dari gapura di bagian halaman masjid dan serambi, serta atap masjid yang menyerupai rumah Joglo yait rumah adat masyarakat Jawa.

Masjid Kasepuhan Cirebon atau yang juga dikenal dengan Masjid Sang Cipta Rasa memiliki bangunan yang agung, sengaja dibangun untuk dipergunakan umat untuk beribadah kepada sng mha pencipta, Allah SWT.

Hal ini juga digambarkan dalam tiga kata yang mewakili nama masjid, yaitu Sang yang berarti keagungan, Cipta yang berarti dibangun dan Rasa yang bermakna digunakan.

Ciri Khas Masjid Kasepuhan Cirebon

Ciri Khas Masjid Kasepuhan Cirebon di antaranya terletak pada bentuk masjid dan konsep yang melatar belakanginya, bahan-bahan bangunan masjid, ornamen-ornamen yang berada di dalamnya dan lain sebagainya.

Ruang masjid menghadap ke kiblat dan terdapat lantai ubin terakota pada serambi sebelah selatan berukuran 28×28 cm berjajar warna merah memudar. Dinding bangunan masjid terpisah dari atap dengan tinggi sekitar 3 meter dan tebal 56 cm. Fungsi dinding ini sebagai pemisah antara ruang dalam dengan serambi dan terbuat dari batu kapur setebal 5-7 cm.

Seluruh dinding berwarna jingga dan polo kecuali bagian atas pintu tengah pada dinding utara dan selatan karena terdapat hiasan tumpal bergerigi berukuran 6 cm.

Masjid Kasepuhan Cirebon memiliki atap yang nonkemuncak. Bentuk limasan susun tiga itu disebut pula sebagai lambang teplok. Tiang majid terbuat dari kayu jati berderat dari timur ke barat dan salah satunya kayu disebut ak thtal (tiang dari serpiha kayu yang diikat dengan tali dari rerumputan).

Sekarang, tiang ini sudah diganti dengan tiang-tiang besi. Semuanya dihubungkan dengan balok-balk melintang dengan cara membuat lubang dan pengunci debagai penguat kontruksi.

Mimbar atau mihrab masjid terletak di tengah dinding barat bangunan inti dengan kemiringan 17 derajat dari rah timur-barat. Dengan ruangan berbentuk kapsul terbuka pada bagian timur, menonjol keluar dari dinding barat.

Kekhasan lainnya adalah atapnya melengkung, permukaan lantainya datar, dinding sisi utara dan selatan tegak lurus serta dinding barat melengkung setengah lingkaran.

Masjid Kasepuhan Cirebon Masa Kini

Masjid Kasepuhan Cirebon kini banyak menjadi inspirasi untuk bangunan di masa sekarang lantaran desain dan arsitekturnya, terutama pada bentuk atap Limasan Lambang-Teploknya dan pola-pola kontruksinya.

Peniruan desain Masjid Kasepuhan Cirebon dikarenakan agar terjaganya pelestariaan warisan budaya. Kota Cirebon adalah kota tua bahkan lebih tua dari sejarah awal kerajaan Mataram Islam.

Kini Masjid Kasepuhan Cirebon tidak hanya digunakan menjadi tempat beribadah saja, juga digunakan sebagai tempat acara keagamaan taklim. Banyak masyarakat mengunjungi Masjid Kasepuhan Cirebon untuk mengambil air sumur para wali.

Tempat wudhu yang biasa digunakan para Wali Songo pada masanya adalah air yang memiliki tingkat keasaman tinggi.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa air yang berasal dari sumur tersebut boleh diminum secara langsung, meski begitu tetap saja untuk tidak sering meminunya. Mayoritas masyarakat percaya bahwa air sumur di Masjid Kasepuhan Cirebon bisa membawa berkah.

The post Sejarah Masjid Kasepuhan Cirebon, Dulu Hingga Kini appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sejarah Masjid Namira Lamongan yang Memiliki Banyak Keunikan https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-namira-lamongan Mon, 27 Sep 2021 13:13:58 +0000 https://dalamislam.com/?p=10149 Siapa yang tidak mengenal Masjid Namira? Adalah sebuah masjid yang terletak di desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan. Simak sejarah lengkap Masjid Namira di bawah ini. Nama Masjid Namira terinspirasi dari sebuah masjid yang berada di Saudi Arab letaknya di antara Masjidil Haram dengan Arafah, tepatnya di Jabal Rahmah. Nama Masjid Namira diambil sebab banyak […]

The post Sejarah Masjid Namira Lamongan yang Memiliki Banyak Keunikan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Masjid Namira Lamongan

Siapa yang tidak mengenal Masjid Namira? Adalah sebuah masjid yang terletak di desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan. Simak sejarah lengkap Masjid Namira di bawah ini.

Nama Masjid Namira terinspirasi dari sebuah masjid yang berada di Saudi Arab letaknya di antara Masjidil Haram dengan Arafah, tepatnya di Jabal Rahmah. Nama Masjid Namira diambil sebab banyak tetangga dari masjid Namira yang ingin berangkat menunaikan ibadah haji namun tak pernah tertunaikan.

Masjid Namira memiliki keunikan tersendiri karena interiornya masjid yang terlihat mewah dan terang, keberadaan kiswah kabah yang berada di mihrab imam. Masjid Namira memiliki arsitektur minimalis seperti kebanyakan masjid di Timur Tengah. Masjid Namira juga dilengkapi dengan fasilitas parkiran luas ditambah pemandangan asri.

Asal Usul Nama Namira

Masjid Namira adalah sebuah masjid miliki masyarakat Lamongan. Masjid ini bernama Namira konon karena pemilik tersebut bersykur kepada Allah SWT karena telah dikaruniai seorang anak perempuan bernama Namira. Pemberian nama Namira ini diambil dari nama anak tengah anak keempat pasangan pendiri masjid Namira yakni, Ghasani Namira Mirza.

Ada juga yang mengatakan bahwa masjid ini diambil dari nama masjid yang terletak di Arafah, Arab Saudi. Kata Namira dalam bahasa Arab memiliki arti sopan.

Pemilik Masjid Namira

Pemilik Masjid Naira sendiri adalah pasanga H. Helmy Riza dan Hj. Eny Yuli arifah yang merupakan warga asli Lamongan. keduanya adalah pemilik toko emas terbesar di wilayah Lamongan. Mereka juga seorang pengusaha yang banyak menjalankan bisnis besar selain emas seperti, SPBU dan tambak.

H. Helmy merupakan keturunan keluarga Muhammadiyah dari ibu yang bernama Hj. Nin Humaiyah. Beliau adalah saudara tertua Hj. Nur Saadah yang merupakan istri almarhum H. Bisri Ilyas dan H Chasan Majedi Affandi.

Mereka dikenal sebagai tokoh dermawan Muhammadiyah. Begitu pun dengan H. Helmy yang membuat hartanya untuk membangu majid yag unik dan megah.

H. Helmy dan sang istri membangun Masjid Namira Lamongan yang dilengapi dengan berbagai fasilitas agar dapat memenuhi keinginan jamaahnya.

Pembangunan Masjid Namira

Pada mulanya, Masjid Namira dibangun di atas tanah seluas satu hektar dengan kapasitas jamaah sekitar 500 orang. Namun sekarang, Masjid Namira Lamongan mampu menampung jamah sekitar tiga kali lipat dengan luas tanah sekitar 2,7 hektar.

Masjid Namira didirikan atas inspirasi tanah suci Masjidil Haram, karena nuansa dan bentuknya yang menyerupai Masjidil Haram. Masjid Namira Lamongan dibangu agar setiap masyarakat yang rindu atau bahkan yang belum sempat mengunjungi Baitullah bisa merasakan nuansa masjid ini. Bahkan aroma Masjid Namira menyerupai wangi Masjidil Haram.

Terdapat Kiswah besar yang sengaja didatangkan langsung dari Masjidil Haram. Kiswah tersebut diletakkan di depan mihrab imam.

Kiswah tersebut dilindungi kaca dan berdiri dengan kokoh dan tersebar kiswah kecil yang panjang di sekeliling masjid. Masjid Namira dilengkapi dengan karpet seperti Roudhoh Madinah yang empuk.

Masjid Namira benar-benar dibangun untuk mereka yang rindu dengan Masjidil Haram. Segala fasilitas dilengkapi agr nuansanya terasa dengan Majidil Haram sungguhan.

Pembangunan Masjid Namira dibangun dengan desain minimalis agar terlihat rapi dan bisa dikunjungi oleh semua golongan.

pada tanggal 1 Juni 2013, Masjid Namira lamongan mulai dibuka untuk berjamaah.

Masjid Namira mengalami perluasan karena semakin banyak jemaah yang mengunjungi Masjid Namira. Oleh karena itu diadakan renovasi Masjid Namira yang diresikan pada tanggal 2 Oktober 2016 yang dikeukakan oleh Ahrian Saifi selaku Wakil Ketua Takmir Masjid.

Bangunan masjid baru terletak kurang lebih sekitar 300 meter dari bangunan masjid lama.

Masjid Namira Masa Kini

Masjid Namira sempat viral karena bentuknya yang menyerupai Masjidil Haram. Masjid ini dapat dikunjungi di Jl. Raya Lamongan-Mantup, Sanur, Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Kini, Masjid Namira sangat megah tidak seperti dulu karena beberapa renovasi. Menambah keindahan dari Masjid Namira. Selain menjadi tepat ibadah, ternyata masjid ini juga digunakan sebagai acara keagamaan. Bahkan ada yang menjadikan Masjid Namira sebagi tepat dilaksakan akad pernikahan.

The post Sejarah Masjid Namira Lamongan yang Memiliki Banyak Keunikan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sejarah Masjid Raya Bandung, Masjid Megah di Bumi Pasundan https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-raya-bandung Mon, 27 Sep 2021 13:10:57 +0000 https://dalamislam.com/?p=10144 Masjid Raya Bandung dulunya bernama Masjid Agung Bandung adalah masjid yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Masjid ini memiliki sejarah di bumi sunda. Simak kisah sejarah Masjid Raya Bandung di bawah ini. Awal Mula Sejarah Masjid Raya Bandung Perkembangan Pada Abad ke-18 Pada tahun 1812, Masjid Raya Bandung didirikan pertama kali di Bandung bersamaan […]

The post Sejarah Masjid Raya Bandung, Masjid Megah di Bumi Pasundan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Masjid Raya Bandung

Masjid Raya Bandung dulunya bernama Masjid Agung Bandung adalah masjid yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Masjid ini memiliki sejarah di bumi sunda. Simak kisah sejarah Masjid Raya Bandung di bawah ini.

Awal Mula Sejarah Masjid Raya Bandung

Perkembangan Pada Abad ke-18

Pada tahun 1812, Masjid Raya Bandung didirikan pertama kali di Bandung bersamaan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang.

Pada mula, Mjid Raya bndung dibangun denganbentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhu.

Pada tahun 1825, air kolam ini berfungsi sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun bandung. Pada tahun 1826, setahun setelah kebakaran dilakukan perombakkan terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu erta atapnya dengan bahan dari kayu.

Pada tahun 1850 terjadi perombakan lagi seiring dengan pembangunan Jalan Groote Postweg yang kini lebih dikenal dengan Jaan Asia Afrika. Masjid Raya Bandung mengalami perluasan dan perobakkan atas instruksi Bupati R. A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti dengan genteng sedangkan dindingnya diganti dengan tembok batu-bata.

Pada tahun 1851, kemegahan Masjid Raya Bandung diabadikan dalam lukisan oleh seorang pelukis dari Inggris benama w Spreat. Lukisan tersebut menampakkan limas besar bersusun tiga tinggi menjulang dan masyarakat menyebutknya dengan sebutan bale nyungcung.

Pada tahun 1875, bangunan masjid mengalami perubahan dengan penambahan pondasi dan pagar tembok yang mengelilingi masjid.

Perkembangan Pada Abad Ke-19

Seiring perkembangan waktu, masyarakat Bandung menjadikan Masjid Raya Bandung sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan umat seperti pengajian, perayaan muludan, rajaban, dan hari besar Islam lainnya. Beberapa masyarakat juga ada yang menyelenggarakan akad nikah di masjid ini.

Pada tahun 1900 dilengkapi sejumlah perubahan untuk seperti pembuatan mihrab dan pawatren (teras di samping kiri dan kanan). Kemudian, pada tahun 1930, dilakukan perombakkan kembali dengan membangun sebuah pendopo sebagai teras masjid serta pembangunan dua buah menara yang berbentu persis seperti bentuk atap masjid.

Kekhasan ini yang membuat Masjid Raya Bandung menjadi cantik dan dikenal bentuk nyungcungnya.

Menjelang Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Raya Bandung mengalami perombakan besar-besaran. Atas rancangan presiden pertama RI, I.R Soerkarno, merubah total ai antaranya kubah dari yang sebelumnya di sebut dengan nyungcung menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang.

Menara di kiri dan kanan masjida serta pawastren juga teras depan dibongkar menjadi ruangan masjid. Pada saat itu, Masjid Raya Bandung hanya digunakan sebagai tempat ibadh para tamu konferensi Asia Afrika.

Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno hanya bertahan sekitar 15 tahun. Pada tahun 1967 terjadi kerusakan akibat tertiup angin kencang dan akhirnya mendapat perbaikan. Kemudian. Pada tahun 1970, kubah bawang diganti dengan bentuk bukan bawang lagi.

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Raya Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Tempat ruang basement digunakan sebagai tempat wudhu.

Di depan masjid dibangun menara baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap kubah masjid berbentuk Joglo.

Perkembangan Abad Ke-20 Hingga Sekarang

Pada tahun 2001 terjadi perobakan terakhir yang akhirnya dirancang untuk penataan ulang alun-alun Bandung yang kehadirannya tidak terpisahkan dari Masjid Raya Bandung. Proses pembangunannya memakan waktu selama 829 hari atau 2 tahun 99 hari.

Masjid Raya Bandung diresmikan tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana. Pembangunannya dinyatakan selesai pada tanggal 13 Januari 2004. Pada saat itu masjid ini, berubah nama menjadi Masjid Raya Bandung yang tadinya bernama Masjid Agung Bandung.

Arsitektur Pada Masjid Raya Bandung

Arsitektur Masjid Raya Bandung merupakan hasil rancangan 4 orang dari Bandung yakni bernama Ir. H. Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Numan dan Prof. Dr. Slamet Wiraonjaya.

Rancangan masjid masih tetap mempertahankan sebagian bangunan lama termasuk penghubung masjid dengan alun-alun yang melintas di atas jalan alun-alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan di sisi depan masjid.

Salah satu perubahan pada pada bangunan lama adalah perubahan bentuk atap masjid dari bentuk atap limas diganti kubah besar setengah bola berdiameter 30 meter sekaligus menjadi kubah utama.

Untuk mengurangi beban, kubah tersebut didirikan dengan kontruksi space frame yang kemudian ditutup dengan material metal yang dipanaskandalam suhu sangat tinggi. Selain satu kubah utama dengan dua kubah yang ukurannya semakin kacil masing-maing berdiameter 25 meter ditempatkan di atar kontruksi tambahan.

Dua kubah tersebut sama seperti kubah utama memakai konturksi space frame namun ditutup dengan bahan transfaran untuk memberi efek cahaya ke dalam masjid.

Terdapat sebuah dua menara kembar yang mengapit bangunan utama masjid. Pada lantai tertinggi di lantai 19, para pengunjung yang datang bisa menikmati pemandangan 360 derajat kota Bandung.

Tampilan Dalam Masjid Raya Bandung

Di dalam masjid terdapat dua bagian ruangan, yaitu : ruang dalam bagian depan yang cukup luas dan ruang sholat utama. Ruang dalam bagian depan masjid dipakai sebagai aula untuk acara pengajian, pernikahan dan beberapa tempat istirahat pengunjung.

Bagian shola t utama terletak di ruang terpisah dari ruag dalam bagian depan. Kedua ruangan ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya terdapat ruang wudhu. Ruangan utama ini sangat luas dan memiliki dua lantai.

The post Sejarah Masjid Raya Bandung, Masjid Megah di Bumi Pasundan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sejarah Masjid At-Tin, Masjid Megah di Kawasan TMII https://dalamislam.com/sejarah-islam/sejarah-masjid-at-tin Mon, 27 Sep 2021 13:08:43 +0000 https://dalamislam.com/?p=10150 At-Tin adalah surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dan merupakan surah ke-95 dalam urutan penulisan Al-Quran. Nama masjid ini berasal dari At-Tin. Bagaimana kiah masjid ini bisa dibangun? Simak penjelasannya di bawah ini. Sejarah Pendirian masjid At-Tin Masjid At-Tin adalah masjid yang identik dengan almarhum Ibu Negara Republik […]

The post Sejarah Masjid At-Tin, Masjid Megah di Kawasan TMII appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Masjid At-Tin

At-Tin adalah surah dalam Al-Quran yang merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dan merupakan surah ke-95 dalam urutan penulisan Al-Quran. Nama masjid ini berasal dari At-Tin. Bagaimana kiah masjid ini bisa dibangun? Simak penjelasannya di bawah ini.

Sejarah Pendirian masjid At-Tin

Masjid At-Tin adalah masjid yang identik dengan almarhum Ibu Negara Republik Indonesia yaitu Ibu Tien Soeharto dan masjid ini pun mengambil nama yang sama dengan nama beliau.

Masjid At-Tin adalah salah satu di antara dua masjid megah di kawasan TMII (Taman Mini Indah Indonesia). Masjid At-Tin dibangun pada bulan April 1997 dan dibuka secara resmi pada tanggal 26 November 1999.

Berdirinya Masjid At-Tin tidak bisa dilepaskan dari peran dan jasa Ibu Tien selama mendampingi Pak Harto sebagai presiden RI ke-2. Pengelolaan masjid ini juga berada di bawah Yayasan Ibu Tien Soeharto. Oleh karena itu, nama At-Tin dibangun sebagai doa dan wujud rasa cinta yang tulus dari anak kepada ibunda atau cucu kepada neneknya.

Masjid At-Tin dibangun atas gagasan dari Ibu Tien Soeharto. Ide pembangunan masjid ini muncul pada tahun 1999. Pada saat itu, Ibu Tien berangkat naik haji dan berdoa agar suaminya, yakni Presiden Soeharto segera membangun masjid.

Masjid At-Tin mulai dibangun setahun setelah Ibu Tien kembali kepangkuan-Nya terlebih dahulu sebelum Masjid At-Tin selesai.

Kisah Ibu Tien Pendamping Mantan Presiden Soeharto

Di masa Orde Baru, TMII menjadi tempat kebanggan rezim. Ibu Tien atau Siti Hartinah, yang dinikahi Pak Harto 26 Desember 1947 adalah seorang yang berasal dari kelaurga priyayi keturunan Mangkunegara Solo.

Di zaman kolonial dan zaman pra-Islam di Indonesia, anak perempuan priyayi akan rendah derajatnya jika menikahi laki-laki dari rakyat jelata. Namun, ketika Ibu Tien menikahi Pak Harto, zaman sudah berubah. Indonesia sudah merdeka dan tetanan feodalisme agak terganggu.

Menikahi Ibu Tien membuat Psk Harto menjadi dipandang dikalangan masyarakat karena Pak harto dulu adalah anak jelata. Pada tahun 1947, pangkat Pak Harto hampir Letnan Kolonel. Ibu Tien berada dalam penyelamatan karir Pak Harto tahun 1959.

Ibu Tien juga berjuang melobi Gatot Subroto yan ketika itu adalah wakit kepala staf angkatan darat yang membuat Pak Harto tidak dipecat, hanya disekolahkan ke Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD). Pak Harto diberi jabatan yang menurut sebagian pihak tidak prestisius, yakni komandan pasukan cadangan.

Kisah Pak Harto memanglah berlaku dengan semboyan “di balik laki-laki sukses ada perempuan hebat.”Setelah Soeharto jadi presiden, Ibu Tien menjadi Ibu Negara. Perannya begitu penting bagi Pak Harto.

Ibu Tien adalah perempuan yang cukup berkuasa di samping suaminya yang menjadi presiden. Hi

Asal Usul Nama Majid At-Tin

Selaim mengambil nama dari mendiang Ibu Tien, nama At-Tin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran wahyu ke-27 yang diterima Nabi Muhammad SAW. Surah At-Tin memiliki makna buah yang manus, enak dan penuh gizi. Buah ini dipercaya memiliki banyak khasiat baik yang belum matang atau sesudahnya.

Arsitektur Masjid At-Tin

Masjid At-Tin dirancang oleh pasangan arsitek anak dan ayah yakni Fauzan Noe’man dan Ahmad Noeman. Keduanya adalah seorang arsitek handal dan menghasilkan rancangan unik dengan memadukan berbagai seni bina bangunan masjid dunia dan nusantara.

Masjid At-Tin memiliki bangunan megah modern yang indah dengan struktur utama bangunan masjid At-Tin dibangun layaknya sebuah masjid megah Usmaniah di Turki. Dengan kubah tunggal berukuran raksasa di atap masjid, masjid ini terkesah megah seperti bangunan masjid di Eropa.

Atap masjid dilengkapi dengan empat menara tinggi di empat penjuru ditambah dengan satu menara tunggal yang lebih tinggi terpisah dari bangunan utama.

Masjid At-Tin meski dirancang menyerupai masjid di Eropa, tetap tidak meninggalkan kekhasan nusantara yang dicirikan dengan atap masjid berbentuk limas atau joglo yang dimunculkan pada bentuk ornamen di seluruh dinding masjid.

Ornamen berbentuk atap limas terebut sekaligus membentuk anak panah yang menghadap ke langit. Mencoloknya lekukan, konstruksi dan ornamen yang berbentuk anak panah paa tiap bagian masjid ini memberikan gambaran bahwa rancangan bangun Masjid At-Tin didesain se-minimal mungkin.

Hal tersebut bertujuann untuk mengekspos elemen estetis terputus dengan mengedepankan gerakan geometris yang terus tersambung seperti yang tergambar dalam sudut masing-masing anak panah yang saling berhubungan.

Bentuk anak panah ini memiliki makna agar umat manusia tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat Allah SWT yang terlukis seperti bentuk anak panah mulai dari titik awal hingga titik akhir.

Interios Masjid At-Tin tidak menggunakan lampu gantung tunggal dalam ukuran besar yang menggantung di bawah kubah utamanya. Lampu gantung dirancang sendiri dengan menjuntai berjejer di bawah kubah utama.

Masjid Yang Tidak Pernah Sepi Jamaah

Meskipun kondisi covid-19, Masjid At-Tin selalu kedatangan jamaah dengan protokol kesehatan yang ketat. Masjid At-Tin tidak memiliki jamaah yang tetap, kebanyakan pendatang yang sekadar berkunjung dan menunaikan shalat.

Masjid At-Tin dibangun di atas lahan seluas 70 ribu meter persegi dan dirancang untuk dapat menampung hingga lebih dari 10 ribu jamaah dengan perincian 9000 jamaah di dalam masjid dan 1850 jamaah di luar masjid sekitar selasar dan plaza.

The post Sejarah Masjid At-Tin, Masjid Megah di Kawasan TMII appeared first on DalamIslam.com.

]]>