muslim Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/muslim Mon, 20 Jun 2022 03:06:41 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png muslim Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/muslim 32 32 10 Hal-hal yang Membatalkan Syahadat https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/hal-yang-membatalkan-syahadat Sat, 18 Jun 2022 03:17:16 +0000 https://dalamislam.com/?p=11657 Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi. Arti secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan memberikan pengakuan. Syahadat merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia. Sempurna dan tidaknya amal seseorang tergantung apa tauhidnya. Orang yang beramal tetapi tauhidnya tidak sempurna, misalnya karena dicampuri Riya’, tidak ikhlas, […]

The post 10 Hal-hal yang Membatalkan Syahadat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi. Arti secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan memberikan pengakuan.

Syahadat merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia. Sempurna dan tidaknya amal seseorang tergantung apa tauhidnya.

Orang yang beramal tetapi tauhidnya tidak sempurna, misalnya karena dicampuri Riya’, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendapatkan kebahagiaan.

Seluruh amal harus dilakukan ikhlas karena allah, baik itu berupa sholat, zakat, sodaqoh, puasa, haji, dan lainnya.Terkadang kita sebagai orang islam tidak menyadari tingkah laku atau perbuatan yang dapat mengeluarkan kita dari agama islam atau dengan kata lain merusak syahadat yang telah diucapkan dengan lisan dan diyakini dalam hati.

Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat seseorang berarti telah mempersaksikan diri sebagai hamba Allah semata. Kalimat “Lailaaha illallahu dan Muhammadur rasulullah” selalu membekas dalam jiwanya dan menggerakkan anggota tubuhnya agar tidak menyembah selain Allah.

Baginya hanya Allah sebagai Tuhan yang harus ditaati, diikuti ajaranNya, dipatuhi perintahnya, dan dijauhi laranganNya. Caranya bagaimana, lihatlah pribadi Rasulullah saw. sebab dialah contoh hamba Allah sejati.

Adapun kedudukan syahadat dalam pandangan Islam sebagaimana dalam hadits yang riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

عَنْ عُبَادَة بن الصَامِت قَالَ قَلَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وأَنَّ عِيْسَى عبد الله ورسوله وكلمته القَاهَا إلى مريم والجَنَّةَ حَقٌّ أدْخَلَهُ الله الجنة على ما كان من الْعَمَلِ

Ubadah bin Shamit r.a. menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya serta (bersyahadat pula bahwa) surga adalah berar adanya, maka Allah pasti memasukannya ke dalam surga betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sa’id Hawwa dalam bukunya Al-Islam, banyak orang yang keliru mengira, bahwa kalau sudah mengucapkan dua kalimah syahadat atau sudah memiliki nama yang Islami, maka tidak ada satupun sikap atau perbuatan yang bisa membatalkan keislaman atau membatalkan dua kalimat syahadahnya.

Berikut ini Penyebab Batalnya Syahadat Seorang Muslim

1. Berbuat Syirik

Syirik merupakan salah satu dosa besar yang sangat dibenci Allah SWT. Sebagaimana firman Allah Ta’aala bahwa:

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan Dia dengan sesuatu, dan mengampuni dosa-dosa lainnya bagi yang Dia kehendaki.” (An-Nisa’: 116).

Syirik terbagi atas dua macam, yaitu syirik besar dan kecil. Di mana syirik besar itu mengakui adanya Tuhan selain Allah SWT, sementara syirik kecil itu berupa mengakui adanya kekuatan selain Allah Ta’ala yaitu memiliki jimat-jimat, guna-guna dan sebagainya. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menghindari syirik.

2. Murtad

Murtad dalam Islam berarti keluar dari agama Islam. Dengan demikian, hal ini otomatis syahadatnya juga batal dan semua amalan yang dilakukannya selama menjadi muslim akan sia-sia dan tidak terhitung.

3. Meyakini Hukum Thagut

Dalam sebuah riwayat disebutkan Umar bin Khattab mengatakan, thagut adalah syaitan. Sementara Jabir menjelaskan, thagut adalah tukang tenung yang turun padanya syaitan-syaitan.

Sementara hukum thagut adalah hukum yang dibuat manusia dimana hukum tersebut mengalahkan hukum Allah, dan saat ini banyak orang yang lebih menggunakan hukum ini dibandingkan hukum Islam.

Padahal jika dibandingkan tentunya hal ini sungguh tidak sebanding dengan hukum yang diciptakan oleh Allah. Ketahui juga hukum percaya dukun.

4. Membenci Sunnah Rasulullah

Perilaku ini tentunya menjadi salah satu perilaku yang membatalkan syahadat. Sebab, bagaimana mungkin seseorang mengaku Islam bila membenci sunnah rasul. Oleh sebab itulah Allah SWT pun menghapus pahala dari setiap amal kebaikan yang telah diperbuatnya. Ketahui juga macam-macam sunnah Rasulullah.

5. Mengejek atau Memperolok Agama Allah

Selain membenci sunnah rasul, tak jarang pula mereka memperolok-olok agamanya sendiri dengan alasan hanya bermain-main dan bersenda gurau. Dengan demikian, perilaku seperti ini sudah membatalkan keislaman mereka.

6. Mempelajari dan Mengamalkan Ilmu Sihir

Selain berbuat syirik, perilaku seperti ini juga merupakan salah satu perilaku yang dibenci Allah SWT. Sehingga meskipun dengan alasan apa pun, jika seorang muslim melakukannya maka perbuatannya ini telah membatalkan keislamannya. Seorang muslim penting mengetahui doa tolak sihir yang bisa menjauhkan diri dari ilmu hitam.

7. Membantu Orang Kafir Memerangi Kaum Muslim

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah SAW bersikap keras terhadap kaum kafir dan lembut terhadap muslimin. Namun, sayangnya sebagian kaum muslimin ada yang menjadi duri dalam daging. Di mana mereka hidup dan mengaku sebagai seorang muslim namun amalannya digunakan untuk memusuhi saudara-saudara seiman.

8. Meyakini Bahwa Diperbolehkan Keluar dari Syariat Allah

Perilaku ini juga salah satu penyebab batalnya syahadat seorang muslim. Bahkan saat ini kelompok yang seperti ini semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Di mana mereka adalah orang-orang yang hobi mengutak-atik agama Allah menurut selera akal mereka.

9. Tidak Mau Mempelajari dan Mengamalkan Agama

Sebagaimana kita ketahui syarat seorang muslim sejati adalah melaksanakan ajaran Allah sesuai Alquran dan sunnahnya. Namun dikarenakan kesombongannya, mereka melakukan rekayasa akal dengan cara menyelewengkan pesan Allah dalam Alquran dan sunnahnya. Sehingga perilaku seperti inilah yang dapat menyebabkan batalnya syahadat seorang muslim.

10. Mencintai Kehidupan Dunia Melebihi Akhirat

“Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada di akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir’ An-nahl(16):107.

The post 10 Hal-hal yang Membatalkan Syahadat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Rasa Malu yang Harus Dimiliki Umat Muslim https://dalamislam.com/info-islami/rasa-malu-yang-harus-dimiliki-umat-muslim Wed, 24 Feb 2021 16:40:07 +0000 https://dalamislam.com/?p=9639 Malu. Satu kata yang mulai pudar kita jumpai dalam masyarakat. Satu kata yang memiliki makna menjaga diri, harga diri, sikap, perbuatan, sehingga kita tetap berada dalam koridor Islam. Namun saat ini rasa malu tersebut mulai hilang. Seperti contoh banyaknya perempuan yang mau berjoged yang kemudian dimuat dalam media sosialnya. Rasa malu mereka hilang, bahkan mereka bangga […]

The post Rasa Malu yang Harus Dimiliki Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Malu. Satu kata yang mulai pudar kita jumpai dalam masyarakat. Satu kata yang memiliki makna menjaga diri, harga diri, sikap, perbuatan, sehingga kita tetap berada dalam koridor Islam.

Namun saat ini rasa malu tersebut mulai hilang. Seperti contoh banyaknya perempuan yang mau berjoged yang kemudian dimuat dalam media sosialnya. Rasa malu mereka hilang, bahkan mereka bangga jika nanti video mereka dilihat oleh ribuan orang.

“Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak membinasakan seorang hamba maka Dia mencabut darinya rasa malu. Apabila Dia telah mencabut rasa malu darinya maka engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dibenci. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan  sebagai orang yang sangat dibenci maka dicabut darinya sifat amanah. Apabila telah tercabut darinya sifat amanah maka engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang berkhianat dan terkenal sebagai pengkhianat. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang berkhianat  atau terkenal sebagai pengkhianat maka dicabut darinya sifat belas kasih. Apabila telah tercabut darinya sifat belas kasih maka engkau tidak akan mendapatinya melainkan sebagai orang yang dijatuhkan dari rahmat dan terlaknat. Apabila engkau tidak mendapatinya melainkan sebagai orang yang dijauhkan dari rahmat dan terlaknat maka tercabut darinya ikatan Islam.” (H.R. Ibnu Majah).

Sifat malu ini sangat penting bagi kita umat muslim. Sifat malu ini yang akan mampu membentengi diri kita agar selalu berada dalam koridor Islam. Sikap malu ini yang akan melindungi kita dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Apalagi pada zaman sekarang. Dunia maya sedang berkembang pesat. Jika tidak ada rasa malu, seseorang tanpa pikir panjang akan menggunakan dunia maya, tanpa mempertimbangkan efek buruk terhadap dirinya, keluarganya, agama, dan masyarakat Mereka akan lebih berani menampilkan diri tanpa mempertimbangkan ajaran agama.

Seseorang yang memiliki rasa malu akan lebih selektif dalam menggunakan media sosial. Mereka akan lebih mempertimbangkan baik dan buruknya dalam membuat sebuah status maupun content.

Mereka juga akan lebih mempertimbangkan aspek agama, sehingga tidak harus seutuhnya mengikuti zaman, namun bisa lebih selektif dan optimal dalam memanfaatkan media sosial.

Sebagai orang muslim, sudah selayaknya kita menjaga diri dari hal -hal yang tidak sesuai dengan agama. Kita seharusnya bisa membatasi diri dari hal yang berlawanan dengan agama. Oleh karena itu dibutuhkan rasa malu untuk membentengi diri kita. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap agama memiliki Budi pekerti dan Budi pekerti Islam adalah rasa malu “ (H.R  Ibnu Majah).

Rasa malu sangat penting. Rasa malu yang utama malu kepada Tuhan. Dengan adanya rasa malu tersebut seseorang akan takut melakukan hal –hal yang dilarang Tuhan. Dia akan berusaha menjalani hidup sesuai aturan agama. Selain itu malu yang terpenting, yaitu malu terhadap diri sendiri. Seseorang akan lebih menjaga harga dirinya jika memiliki rasa malu.

Rasulullah bersabda, : “Malulah kepada Allah dengan sebenar–benar malu. “Kami berkata:”Wahai Rasulullah! Segala puji bagi Allah. Sesungguh nya kami merasa malu.”. Beliau berkata: “Tidak demikian. Akan tetapi, malu kepada Allah dengan sebenar –benar rasa malu adalah: Engkau menjaga kepala dan apa yang terkumpul padanya, menjaga perut dan yang berhubungan dengannya, dan hendaklah engkau mengingat kematian serta kerapuhan jasad. Barang siapa yang menghendaki akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Orang yang melakukan hal tersebut sungguh ia telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar –benar rasa malu.” (H.R. Tirmizi).

The post Rasa Malu yang Harus Dimiliki Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
3 Cara agar Terhindar dari Perselisihan Sesama Muslim https://dalamislam.com/info-islami/cara-agar-terhindar-dari-perselisihan-sesama-muslim Wed, 24 Feb 2021 16:32:28 +0000 https://dalamislam.com/?p=9634 Wahai saudaraku kaum Muslimin dan Muslimat, pasti kalian sudah sering mendengar kisah gajah dan semut. Dalam cerita fabel dikatakan bahwa gajah takut dengan semut. Bagaimana bisa? Mengapa gajah bisa dikalahkan oleh seekor semut? Semut hanyalah hewan kecil, sedangkan gajah memiliki ukuran tubuh yang besar. Pasti gajah punya kekuatan yang besar pula. Lantas, apa yang membuat […]

The post 3 Cara agar Terhindar dari Perselisihan Sesama Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Wahai saudaraku kaum Muslimin dan Muslimat, pasti kalian sudah sering mendengar kisah gajah dan semut. Dalam cerita fabel dikatakan bahwa gajah takut dengan semut. Bagaimana bisa? Mengapa gajah bisa dikalahkan oleh seekor semut?

Semut hanyalah hewan kecil, sedangkan gajah memiliki ukuran tubuh yang besar. Pasti gajah punya kekuatan yang besar pula. Lantas, apa yang membuat semut bisa hebat? Ya, kebersamaan dan persatuanlah yang membawa semut pada sebuah kemenangan.

Kisah antara gajah dengan semut adalah tamparan keras bagi kita semua terutama umat Muslim. Semut tersebut tidak memiliki akal, namun mampu bekerjasama untuk melindungi dirinya dari gangguan musuh.

Lantas, kita sebagai manusia, saudara seiman, sesama muslim, mengapa saling bermusuhan, mengadu domba, memfitnah, menjatuhkan harga diri seseorang bahkan menggunjing hanya karena sebuah perbedaan pendapat? Bukankah kita punya akal dan pikiran? Bukankah kita dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk?

Pada akhirnya umat Islam itu sendirilah yang menghilangkan makna keindahan Islam. Kalau hal itu terus terjadi dan dibiarkan begitu saja, maka akan menjadi sebuah peluang bagi musuh-musuh Islam untuk menghancurkan umat Islam.

Dalam hal ini ada beberapa poin yang harus kita lakukan sebagai umat Islam agar terhindar dari sebuah perselisihan sesama muslim yaitu:

1. Saling mengingatkan dalam kebaikan

Perlu kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak pernah berhenti untuk memerangi umat Islam. Mereka akan terus melakukannya sampai kita mengikuti ajaran mereka.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama yang ada pada mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu sebuah perlindungan dan pertolongan dari Allah.” (QS. Al-Baqarah: 120)

Orang-orang Yahudi dan Nasrani akan melakukan berbagai cara untuk mengajak umat Islam agar mengikuti agama mereka. Jangan sampai lemah iman karena akan menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk mengajak umat Islam masuk ke dalam agama mereka.

Di sinilah peran penting dakwah sebagai sesama Muslim. Muslim yang satu dengan Muslim lainnya harus saling menasihati dan mengingatkan agar tetap berada di jalan Allah.

Menasihati disini adalah menggunakan kata-kata yang baik, sopan dan bukan dengan keterpaksaan bahkan kekerasan. Menasihati juga tak memandang siapa lawan bicara kita. Apakah seorang Muslim tersebut kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, kita tetap satu iman. Kita harus mengakui bahwa setiap Muslim adalah saudara kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

2. Saling memaafkan dan tidak boleh marah sesama Muslim lebih dari tiga hari

Marah adalah hal yang wajar dilontarkan bagi sebagian orang. Namun, jika kemarahan tersebut sudah terlalu berlebihan, hal itu dapat menimbulkan sebuah pertengkaran yang tidak diduga sebelumnya. Bahkan salah satu dari mereka melampiaskan amarahnya kepada orang yang tidak bersalah dan tidak sama sekali dikenalnya.

Dari Abi Ayub al-Anshariy, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim jika ia mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam.”(HR. Muslim)

Berdasarkan hadist diatas dikatakan bahwa orang yang terlebih dahulu memberikan salam kepada saudaranya adalah yang terbaik. Hal ini memberikan makna untuk saling memaafkan sesama Muslim karena kemarahan yang membuat keduanya tidak berbicara lebih dari tiga hari akan memutuskan hubungan silaturahim. Perbuatan seperti itu sangat tidak disukai Allah.

Permintaan maaf bukanlah sebuah simbol bahwa kita kalah dan kita salah. Justru itu adalah simbol kebijaksanaan, kesabaran dan kerendahan hati seorang hamba Allah.

3. Tetap berdo’a dan meminta hidayah kepada Allah

Kita adalah makhluk ciptaan Allah yang terbaik. Kita adalah manusia yang diciptakan oleh Allah dengan berbagai keunikan sehingga patut untuk disyukuri. Mereka yang berkulit hitam, mereka yang berkulit putih, mereka yang pemarah dan mereka yang penyabar. Perbedaan sifat dan karakter mengajarkan kita untuk saling memahami satu sama lain.

Namun, kita hanyalah manusia. Kita sering berbuat salah dan khilaf. Kita tidak memegang kekuasaan untuk berhak menyombongkan diri atas semua yang kita miliki. Kita semua akan kembali kepada Allah. Semua yang kita lakukan selama di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Kita tidak tahu apakah hari ini kita masih tetap menjadi orang baik ataukah esok sudah tidak lagi.

Allah adalah Maha yang membolak-balikkan hati seorang hamba. Maka untuk itu tetaplah berdo’a agar Allah melindungi kita dari segala keburukan dan kejahatan yang menimpa kita. Berdo’alah agar Allah menjaga iman kita dan terus berada di jalan yang lurus.

Ketiga poin diatas dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ajaklah saudara-saudara kita untuk saling mengingatkan satu sama lain. Mari kita bersatu. Jangan mau diinjak-injak oleh musuh-musuh Islam di luar sana.

Mulai sekarang kita harus berbenah karena jika tidak, maka kita akan menjadi santapan empuk bagi mereka yang siap menerkam dan menghantui kapan saja mereka mau.

The post 3 Cara agar Terhindar dari Perselisihan Sesama Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hal Dasar yang Harus Diketahui Umat Muslim https://dalamislam.com/dasar-islam/hal-dasar-yang-harus-diketahui-umat-muslim Tue, 23 Feb 2021 07:17:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=9581 Manusia diciptakan Tuhan dengan berbagai bentuk, rupa dan keanekaragamannya, hal itu bukan berarti harus dijadikan sebagai dasar diperbolehkannya untuk merasa lebih tinggi daripada yang lain. Selain mengajarkan tatacara berhubungan dengan Tuhan (hablun minallah), Islam mengajarkan hal-hal mendasar dalam berhubungan dengan manusia (hablun minannas). Berikut adalah hal mendasar yang harus diketahui oleh umat Islam: Tuhan mengangkat […]

The post Hal Dasar yang Harus Diketahui Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Manusia diciptakan Tuhan dengan berbagai bentuk, rupa dan keanekaragamannya, hal itu bukan berarti harus dijadikan sebagai dasar diperbolehkannya untuk merasa lebih tinggi daripada yang lain.

Selain mengajarkan tatacara berhubungan dengan Tuhan (hablun minallah), Islam mengajarkan hal-hal mendasar dalam berhubungan dengan manusia (hablun minannas). Berikut adalah hal mendasar yang harus diketahui oleh umat Islam:

  • Tuhan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan (QS. al-Mujadilah [58]: 11)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya:

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Untuk pertama, manusia harus tahu dimana kedudukannya. Dalam di atas, keimanan menjadi penentu tinggi derajatnya seseorang sebagai kekasih Allah. Ketika Allah mengakui seseorang sebagai kekasihnya, maka Ia akan menganugerahkan pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain.

  • Islam mengajarkan “orientasi kerja” (achievement orientation) (QS. al-Kahfi [18]: 110)

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Artinya:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya

Hal ini searah dengan ungkapan para ulama “penghargaan di zaman Jahiliyah itu berdasarkan keturunan, sedangkan penghargaan dalam Islam berdasarkan amal kebaikan”

  • Tinggi rendahnya ketakwaan seseorang ditentukan oleh kualitas amal saleh (QS. al-Hujurat [49]: 13)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu manusia harus selalu berada dalam lingkaran “perilau baik” agar dia bisa bersosial dengan yang lain. Karena akan sulit bagi manusia yang berperilaku buruk untuk berhubungan dengan sesame manusia.

  • Menghargai manusia bagaimanapun dia diciptakan (QS. al-Baqarah [2]: 34)

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir

Bagaimanapun fisik manusia, semuanya harus dihormati apapun warna kulitnya, dari manapun asalnya, malaikat saja menghormati manusia, berarti tinggal bagaimana menempatkan posisinya sebagai manusia, bukan malah melakukan perilaku yang jauh dari sifat kemanusiaan.

Itu adalah sebagian kecil dari petikan ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi rujukan atau dasar dalam berhubungan antar sesama. Jadi, setelah kita mengetahui hal ini, tinggal bagaimana kita melaksanakannya dalam keseharian kita, karena ilmu tanpa amal sama saja dengan pohon yang diharapkan buahnya tapi tak kunjung berbuah.

The post Hal Dasar yang Harus Diketahui Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Perbedaan Hamba Allah dan Penyembah Allah https://dalamislam.com/dasar-islam/perbedaan-hamba-allah-dan-penyembah-allah Wed, 03 Feb 2021 06:38:45 +0000 https://dalamislam.com/?p=8911 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56) Ketika mendengar ini di setiap majelis yang membahas tazkiyatun nafs, yang terbayang di benak kita ialah tujuan penciptaan manusia hanyalah beribadah pada Allah saja. Apa yang kita lakukan […]

The post Perbedaan Hamba Allah dan Penyembah Allah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

Ketika mendengar ini di setiap majelis yang membahas tazkiyatun nafs, yang terbayang di benak kita ialah tujuan penciptaan manusia hanyalah beribadah pada Allah saja.

Apa yang kita lakukan selama di dunia, adalah tabungan untuk kita laporkan kelak di Yaumil Hisab. Sebagian lainnya adalah sarana untuk hidup, bertahan sampai Allah memanggil, dan dengan bertahan itulah kita menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala.

Jasad adalah amanah, makanya kalau diberi kesehatan, patut kita bersyukur. Lisan mengucap ‘Alhamdulillah’, raga menjaganya agar tidak terserang berbagai penyakit. Dengan begitu kita bisa beribadah pada Allah Ta’ala sepanjang waktu, dengan berbagai perbuatan yang biasa dilakukan manusia. Itu semua ada nilainya di mata Allah.

Begitulah sederhananya jika dikatakan bahwa hidup ini untuk ibadah. Dengan pemahaman yang sempit orang bisa saja meninggalkan kewajiban ‘manusia normal’, seperti bekerja, berdagang, mengurus anak dan keluarga, dan bermasyarakat. Ditinggalkannya semua itu, hanya untuk ibadah inti, yakni shalat sepanjang waktu. Pandangan ini bisa benar, bisa juga salah.

  • Benar, bahwa shalat itu ibadah utama, dihisabnya pun pertama kali, sebelum ibadah yang lain.
  • Salah, jika persepsinya ‘ibadah = shalat’. Dalam Islam, ibadah bukan hanya itu saja. Masih ada dimensi lain yang seluruhnya terikat dengan Allah.

Misalnya mencari nafkah. Hukumnya wajib, termasuk ibadah, meski tidak melakukan gerakan dan lafazh tertentu. Tapi karena tujuannya untuk memenuhi hak keluarga, Allah berikan ganjaran untuk itu.

Demikian juga dengan berempati pada sesama manusia. Setiap orang bisa empati. Tapi jika diniatkan untuk meringankan beban sesama, menghibur sesama, mengajak orang mengingat Allah, dan mendekatkan diri kepada-Nya, nilai dari sebuah empati itu sangat berharga di sisi Allah.

Persepsi yang Harus Diperbaiki

Logika bahwa ibadah hanya shalat, sebetulnya dapat menimbulkan kerancuan yang berbahaya. Seringkali luput dari kita, bahwa kita adalah hamba Allah, bukan penyembah Allah. Memang apa bedanya?

Hamba Allah, hakikatnya kita harus siap dituntut untuk mengikuti perintah Allah, tanpa tapi, tanpa nanti. Bayangkanlah seorang budak yang diperintah tuannya untuk melakukan sesuatu, pasti takkan membantah, karena cambuk siap melukai tubuhnya. Ia punya pilihan, antara patuh atau membantah. Tapi ia memilih taat, karena konsekuensi membantah adalah cambuk.

Inilah analogi antara Allah dengan hamba-Nya. Bedanya, jika tuan dari kalangan manusia hanya memerintah beberapa aspek tertentu, Allah memerintahkan kita untuk patuh di setiap aspek. Kalau tuan dari kalangan manusia memerintah untuk kepuasan pribadinya, Allah memerintahkan segalanya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Allah tidak butuh ketaatan kita. Tapi kita butuh taat kepada Allah, sebab kita tahu hikmah dari ketaatan pada Allah itu dahsyat tidak terbayang akal manusia.

Sedangkan penyembah Allah, berarti hanya mendatangi Allah pada waktunya saja. Waktu shalat ia shalat. Tapi muamalah dan hubungan sosialnya berantakan. Kehidupan beragama dipisahkan dari kehidupan keseharian. Agama hanya sebatas shalat 5 waktu dan puasa Ramadhan, sisanya terserah sendiri saja. Ini adalah penyembah Allah.

Terkait perbedaan antara penyembah Allah dan hamba Allah, Mohammed Faris dalam bukunya Muslim Produktif mengatakan sebagai berikut:

  • Seorang  penyembah memiliki pilihan tentang kapan dia akan menyembah dan kapan tidak menyembah, tapi seorang hamba tidak memiliki pilihan sama sekali, dia selalu menjadi hamba.
  • Seorang penyembah memiliki waktu-waktu tertentu ketika dia dipanggil untuk menyembah, tetapi seorang hamba dapat dipanggil untuk melayani/ bekerja/ menyembah kapanpun.
  • Seorang penyembah melakukan tindakan-tindakan khusus (berdoa, bersedekah, berpuasa), seorang hamba melakukan itu semua ditambah apapun yang diminta dari Tuannya.
  • Penghambaan bersifat permanen. Di sisi lain, penghambaan tidak bersifat permanen.

Seorang muslim berada di antara kedua kondisi ini, apakah ia hamba Allah atau penyembah Allah. Sedangkan mukmin dan muttaqin, sudah pasti mereka hamba Allah. Inilah perbedaan kondisinya.

Pilihan berada di tangan kita, apakah hendak menjadi hamba Allah atau penyembah Allah?

Tahapan Menjadi Hamba Allah Sejati

Untuk menjadi hamba Allah yang sejati, kita perlu melakukan beberapa langkah berikut. Semuanya dilakukan dengan dasar cinta pada Allah, bukan semata-mata ingin menjadi mukmin atau muttaqin saja.

  • Niat

Segala sesuatu dimulai dengan niat. Coba kita niatkan hidup ini untuk mengabdi pada Allah lewat segala aspek kehidupan.

  • Belajar

Hamba Allah selalu terikat perkara hukum yang 5, yakni wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Maka pelajari, mana yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Sebab, kita tidak akan bisa merasa terhubung dengan Allah kalau 5 hukum ini tidak diperhatikan.

Kemudian, hubungan manusia dalam memanfaatkan benda dan juga harus diperhatikan, mana halal, mana haram. Sekali kita mengenakan dan makan yang haram, ibadah kita tidak akan dilirik oleh Allah Ta’ala.

  • Mulai Menjadwalkan Agenda Harian

Sistematika kegiatan bisa membuat kita semakin fokus ibadah pada Allah. Mengapa? Karena waktu yang terbuang dan tidak efektif akan mudah diidentifikasi untuk kemudian diisi dengan aktivitas yang membuat kita terhubung dengan Allah.

  • Minta kepada Allah agar Istiqamah

Istiqamah adalah anugerah yang Allah berikan. Meski begitu, kita bisa memohon pada-Nya untuk diberikan keistiqamahan dalam beribadah kepada-Nya. Maka mintalah, supaya dinaikkan derajat kita menjadi manusia yang istiqamah berhubungan dengan Allah.

Jadi, apakah kamu sudah siap menjadi hamba sejati?

The post Perbedaan Hamba Allah dan Penyembah Allah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
2 Perbedaan Mukmin dan Muslim yang Harus dipahami https://dalamislam.com/landasan-agama/aqidah/perbedaan-mukmin-dan-muslim Sun, 26 Jul 2020 10:23:27 +0000 https://dalamislam.com/?p=8755 Menurut pendapat para ulama, istilah mukmin dan muslim jika berdiri sendiri memiliki makna yang sama. Namun sebaliknya, jika kedua kata tersebut disatukan akan memberikan makna yang berbeda. Di manakah perbedaannya? Berdasarkan Pengertian Merujuk asal katanya, kata mukmin berasal dari bahasa Arab yaitu aamana-yukminu-iimaanun yang berarti tashdiq atau membenarkan. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mukmin […]

The post 2 Perbedaan Mukmin dan Muslim yang Harus dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Menurut pendapat para ulama, istilah mukmin dan muslim jika berdiri sendiri memiliki makna yang sama. Namun sebaliknya, jika kedua kata tersebut disatukan akan memberikan makna yang berbeda. Di manakah perbedaannya?

Berdasarkan Pengertian

Merujuk asal katanya, kata mukmin berasal dari bahasa Arab yaitu aamana-yukminu-iimaanun yang berarti tashdiq atau membenarkan.

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mukmin umumnya merujuk pada orang yang beriman atau percaya kepada Allah.

Dengan demikian yang dimaksud dengan mukmin atau orang yang beriman adalah orang yang percaya dan membenarkan seluruh ajaran Islam.

Sedangkan kata muslim, berasal dari kata aslama-yuslimu-islam yang berarti menyerahkan diri. Dengan demikian, muslim adalah orang yang tunduk dan berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, muslim umumnya merujuk pada penganut agama Islam.

Berdasarkan Ciri-Ciri

Ciri-ciri mukmin atau ciri-ciri orang yang beriman antara lain sebagai berikut.

  • Orang yang benar-benar beriman dan tauhidnya juga benar, segala perkataan yang keluar dari mulutnya adalah perkataan yang baik dan merupakan kebenaran
  • Orang yang benar-benar beriman akan senantiasa melahirkan amal shaleh yakni amalan yang dibangun atas dasar keikhlasan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
  • Orang yang benar-benar beriman umumnya memiliki akhlak yang mulia yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala

Adapun seseorang disebut muslim jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  • Beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam arti mengimani keesaan Allah subhanahu wa ta’ala Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam berbagai macam bentuk ibadah dan tidak menyekutukan-Nya, dan mengimani nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala dan sifat-sifat-Nya.
  • Beradab kepada Allah subhanahu wa ta’ala
  • Beradab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
  • Mencintai para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ahli baitnya dan senantiasa menjaga adab terhadap para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ahli baitnya,
  • Senatiasa menjaga adab kepada para ahli qira’at, ahli hadits, dan ahli fiqih
  • Senantiasa menjaga adab kepada para pemimpin negara
  • Selalu mendidik diri, mensucikan jiwa, menjalankan segala kebaikan, dan menjauhi keburukan
  • Mengakui dan memenuhi hak kedua orang tua
  • Mengakui dan memenuhi hak-hak anak
  • Senantiasa menjaga adab kepada saudaranya
  • Mengakui adab-adab suami istri
  • Senantiasa menjaga adab kepada kerabat dan famili
  • Mengakui hak-hak yang dimiliki tetangga dan senantiasa menjaga adab kepada tetangga
  • Mengakui hak-hak yang dimiliki setiap muslim dan senantiasa menjaga adab kepada setiap muslim
  • Senantiasa menjaga adab kepada non-muslim
  • Senantiasa menjaga adab kepada hewan
  • Senantiasa menjaga adab dalam majelis
  • Senantiasa menjaga adab-adab syar’i saat makan dan minum
  • Senantiasa menjaga adab bepergian
  • Senantiasa menjaga adab terhadap sifat-sifat fitrah
  • Senantiasa menjaga adab tidur

Wallahu a’lam.

The post 2 Perbedaan Mukmin dan Muslim yang Harus dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
3 Cara Mengajak Non Muslim Masuk Islam https://dalamislam.com/info-islami/cara-mengajak-non-muslim-masuk-islam Wed, 08 Jan 2020 05:26:37 +0000 https://dalamislam.com/?p=8210 Jika mau mengajak non muslim masuk ke agama islam jangan mengajak dengan cara sembarangan. Misalnya dengan cara merayu, memberi uang atau bahkan memberi sesuatu barang yang ia senangi. Sampai-sampai ia terpengaruh akan omongan anda tersebut. Ajaklah ia masuk ke agama islam dengan bertanya terlebih dahulu kepada si pengikut tersebut apakah ia benar-benar ingin masuk ke […]

The post 3 Cara Mengajak Non Muslim Masuk Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Jika mau mengajak non muslim masuk ke agama islam jangan mengajak dengan cara sembarangan. Misalnya dengan cara merayu, memberi uang atau bahkan memberi sesuatu barang yang ia senangi. Sampai-sampai ia terpengaruh akan omongan anda tersebut. Ajaklah ia masuk ke agama islam dengan bertanya terlebih dahulu kepada si pengikut tersebut apakah ia benar-benar ingin masuk ke agama islam dengan sepenuh hati. Jika ia masuk ke agama islam dengan yakin dan sepenuh hati maka ia akan bisa menjalankan caranya satu persatu dengan baik dan benar meskipun sebelumnya belum ia ketahui.

Sebelum mengajak non muslim masuk Islam, ada baiknya kita memberi tahu mengenai keuntungan menjadi mualaf. seperti salah satunya adalah dihapuskan dosanya dari awal. Sehingga dapat menambah kepercayaannya mengenai agama islam. Berikut ini cara mengajak non muslim masuk islam:

1. Mengucap Dua Kalimat Syahadat

Jika kita mengajak seorang non muslim masuk islam coba terlebih dahulu bertanya apakah ia benar-benar ingin mengikuti agama itu dengan hati percaya dan yakin ingin berpindah keyakinan. Ketika dia sudah yakin dan mau maka bimbinglah ia mengucap dua kalimat syahadat. Dimana syahadat merupakan salah satu rukun islam yang pertama

Cara pertama yang dianjurkan dalam agama islam untuk menghargai dan meyakini bahwa kita percaya terhadap agama tersebut. Yang mempunyai arti bahwasanya anda mempercayai bahwa tiada tuhan selain ALLAH dan bersaksi bahwa nabi muhammad adalah utusan ALLAH. Dan ikrar dua kalimat syahadat harus diucapkan di depan kaum muslim minimal dua orang muslim yang baik.Tujuan diadakan saksi tersebut agar mualaf tersebut diakui oleh masyarakat lain bahwasanya dia sudah berpindah agama atau keyakinan.

Berikut ini dua kalimat syahadat dalam bahasa arab

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

“Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah”.

2. Menjalankan Solat 5 Waktu

Jika seseorang yang sudah masuk islam maka ia akan diwajibkan untuk melaksanakan solat lima waktu setiap harinya. Ajaklah ia menunaikan solat dimana setiap solat itu mempunyai waktu-waktu tertentu yang terdiri dari solat subuh 2 rakaat, dzuhur 4 rakaat, asar 4 rakaat, magrib 3 rakaat, isya 4 rakaat. Maka dari itu dia harus bisa mencari guru atau orang yang bisa membimbing dia melaksanakan ibadah tersebut dengan baik dan benar. Ibadah tersebut dilakukan tidak harus di masjid tapi dirumah juga bisa asalkan kita melaksanakannya dengan niat dan hati yang ikhlas. Karena salat adalah sebaik-baik amalan kedua setelah dua kalimat syahadat.

3. Berpuasa Pada Bulan Ramadhan

Bagi orang yang sudah masuk islam akan dianjurkan untuk berpuasa pada saat bulan suci ramadhan selama sebulan penuh, menahan lapar makan dan haus minum. Puasa ini dilakukan oleh orang-orang yang sudah berakal dan balig, puasa tidak boleh dikerjakan oleh orang-orang yang tidak berakal sehat seperti, orang gila, anak-anak yang belum dewasa atau disebut juga belum berakal,puasa juga tidak bisa dikerjakan oleh orang yang sedang hamil, ibu menyusui dan orang yang baru melahirkan.

Ada banyak keutamaan puasa bulan ramadhan yang dapat memperbanyak pahala umat muslim.Nah puasa juga bukan dikerjakan pada bulan puasa ramadhan bisa saja dikerjakan pada hari biasa seperti macam-macam puasa sunnah senin kamis dimana pahala yang kita peroleh akan lebih besar dan dijalankan dengan hati yang ikhlas dan sabar. Ketika kita berpuasa kita harus bisa menahan segala apapun, seperti godaan makanan,air minuman es dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya dalam sekejap.

Niat puasa dalam bahasa arab

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghodin an’ adaai fardhi syahri romadhoona haadzihis sanati lillahi ta’ala.”

Artinya: ” Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan ramadan tahun ini karena Allah Ta’ala.

Demikian artikel cara mengajak non muslim masuk islam artikel ini tidak bertujuan untuk menyinggung siapa saja, karena setiap orang mempunyai sifat dan prinsip masing-masing yang berbeda dan mempunyai keyakinan masing-masing.

The post 3 Cara Mengajak Non Muslim Masuk Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Berteman dengan Non Muslim dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-berteman-dengan-non-muslim Wed, 27 Jun 2018 08:24:16 +0000 https://dalamislam.com/?p=3684 Berteman sudah hampir menjadi hal yang sering terjadi pada manusia. Persahabatan dalam Islam sangatlah penting karena pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial. Sebagai umat haruslah pandai untuk berteman namun tetap hati-hati. Namun bagaimana hukum umat muslim berteman dengan teman non muslim. Apakah diperbolehkan? Berteman pada dasarnya dijelaskan dalam hadits berikut, الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ […]

The post Hukum Berteman dengan Non Muslim dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Berteman sudah hampir menjadi hal yang sering terjadi pada manusia. Persahabatan dalam Islam sangatlah penting karena pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial. Sebagai umat haruslah pandai untuk berteman namun tetap hati-hati. Namun bagaimana hukum umat muslim berteman dengan teman non muslim. Apakah diperbolehkan?

Berteman pada dasarnya dijelaskan dalam hadits berikut,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Artinya: “(Agama) seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Hakim dan Ahmad)

Hal ini menjelaskan bahwa berteman itu sangat penting dan harus saling memengaruhi satu sama lain sehingga umat muslim harus memperhatikan siapa yang menjadi teman dekat seperti hadits berikut

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Artinya: “Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2: 344.)

Ada beberapa hadits yang menyebutkan bahwa ada baiknya untuk berada dalam lingkaran pertemanan yang baik artinya sesama muslim. Sebab pada dasarnya muslim memang bersaudara dan berusaha untuk menghindari non muslim untuk berteman lebih jauh. Ada penjelasan dalam dalam Alquran mengenai larangan untuk berteman, Allah SWT bersabda sebagai berikut

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.” (QS. Al-Mumtahanah: 1)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَrا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran: 118)

Adapun dalam sebuah surat di dalam Alquran yang menjadikan seorang mukmin menjadi seorang yang munafik sebagai berikut:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

Artinya: “Kabarkanlah orang-orang munafik bahwa mereka memiliki hukuman yang menyakitkan, yaitu Mereka yang mengambil orang-orang kafir sebagai teman penolong dengan meninggalkan orang mukmin, Apakah mereka mencari kekuatan di sisi kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisa: 138-139)

Walaupun beberapa surat dalam Al-quran menyebutkan untuk tidak berteman dengan orang kafir, namun tidak menutup kemungkinan untuk berteman dengan mereka. Hal yang harus diperhatikan dalam persahabatan dengan orang non muslim adalah tidak menjadikan mereka orang terdekat yang dicintai yang melebihi kaum muslim. Apabila seorang muslim hanya sekadar bertemu dan berbincang sesaat, makan bersama, atau hal yang bersifat umum tersebut diperbolehkan.

The post Hukum Berteman dengan Non Muslim dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
9 Cara Berpakaian Pria Menurut Islam Ala Rasulullah https://dalamislam.com/info-islami/cara-berpakaian-pria-menurut-islam Wed, 25 Oct 2017 08:03:28 +0000 https://dalamislam.com/?p=2138 Menghakimi seseorang hanya dari penampilan luarnya saja memang tidaklah adil karena tidak selamanya penampilan seseorang itu menentukan kepribadian dan kualitas keimanan yang dimilikinya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan adalah hal pertama yang dapat kita telaah dan teliti untuk mengetahui kepribadian dan keimanan seseorang. Seberapa tertutup dan seberapa terbukanya pakaian seseorang, seberapa rapi dan tidaknya […]

The post 9 Cara Berpakaian Pria Menurut Islam Ala Rasulullah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Menghakimi seseorang hanya dari penampilan luarnya saja memang tidaklah adil karena tidak selamanya penampilan seseorang itu menentukan kepribadian dan kualitas keimanan yang dimilikinya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan adalah hal pertama yang dapat kita telaah dan teliti untuk mengetahui kepribadian dan keimanan seseorang. Seberapa tertutup dan seberapa terbukanya pakaian seseorang, seberapa rapi dan tidaknya pakaian seseorang turut menjadi salah satu faktor penentu bgaimana perangai yang dimiliki oleh orang tersebut. (Baca juga: Pria yang Baik dalam Islam).

Islampun mengatur tata cara berbusana baik bagi laki-laki maupun perempuan, karena bukan hanya perempuan saja yang memiliki aurat akan tetapi laki-laki juga dimana hal tersebut sudah menjadi kewajiban kita semua sebagai umat muslim untuk senantiasa menjaga diri dan aurat kita dari pandangan orang lain. Hal ini secara jelas telah tertuang dalam alqur’an surat al-A’raf ayat 26 yang artinya:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. Hal itu semua merupakan ayat-ayat Allah, supaya mereka berdzikir mengingat-Ku.” (QS. al-A’raf : 26).

Baca juga:

Untuk itu artikel kali ini akan membahas adab-adab yang harus diperhatikan seorang lelaki muslim dalam berpakaian.

  1. Wajib Menutup Aurat

Di awal telah dijelaskan bahwa aurat dimiliki oleh manusia baik yang berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan dan keduanya wajib untuk menutupi auratnya masing-masing dengan menggunakan penutup atau pakaian. Aurat yang tidak ditutup dan dijaga dengan baik akan dapat menimbulkan kerusakan dan dosa bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dalam Islam, aurat seorang laki-laki adalah bagan tubuh dari lutut hingga pusar. Namun jika sedang bersama dengan perempuan sebaiknya seoang laki-laki menutup bagian perut hingga lehernya atau dengan menggunakan pakaian lengan panjang atau pendek karena jika bagian tersebut terekspos dan terlihat oleh perempuan dapat menimpulkan ‘fitnah’ dan dosa bagi keduanya. (Baca juga: Tidur Tanpa Busana Menurut Islam).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya. ….” (HR. Muslim)

  1. Menghindari Pakaian Syuhrah (Sensasional)

Pakaian syuhrah adalah pakaian yang sekiranya menundang perhatian banyak orang karena jenis atau bentuknya tidak biasa, seperti terlalu mewah, terlalu berbeda atau terlalu lusuh dan compang-camping terlebih jika tujuannya adalah sengaja untuk menjadi terkenal dan menuai sensasi di kalangan masyarakat atau dalam suatu acara. (Baca juga: Kewajiban Muslim Terhadap Muslim Lainnya)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, maka Allah akan memakaikan pakaian yang serupa pada hari kiamat nanti. Kemudian, dalam pakaian tersebut akan dinyalakan api Neraka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

  1. Mengenakan Pakaian Sederhana

Menggunakan pakaian yang mewah dan telalu mahal adalah salah satu bentuk pemborosan dan dapat menimbulkan banyak fitnah negatif seperti membuat orang lain minder bahkan iri, menimbulkan sifat sombong, pamer bahkan takabur pada diri sendiri. Tentunya hal tersebut sangat dilarang dalam Islam. (Baca juga: Sedekah Menurut IslamSifat Sombong Dalam Islam)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa meninggalkan suatu pakaian dengan niat tawadhu’ karena Allah, sementara ia sanggup mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih perhiasan iman mana saja yang ingin ia pakai.” (HR. Ahmad, dan Tirmidzi).

  1. Menggunakan Pakaian Warna Putih

Islam tidak membatasi pemilihan warna dalam berpakaian namun warna putih dikatakan lebih baik dari warna lain terlebih jika digunakan untuk ibadah seperti haji, sholat, dan lainnya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Pakailah pakaian berwarna putih, karena pakaian berwana putih lebih suci dan lebih baik. Kafankanlah jenazah kalian dengan kain putih” (HR. Ahmad, an-Nasaa’i).

  1. Menghindari Pakaian Yang Terlalu Panjang (Isbal)

Isbal adalah pakaian atau kain yang panjangnya melewati mata kaki manusia. Dalam Islam, Laki-laki tidak diperkenankan untuk memakai pakaian yang panjangnya melewati mata kaki. Banyak hadis yang meriwayatkan tentang larangan ini, mulai dari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Huraira, Anas, Abu Dzar, dan masih banyak lagi. (Baca juga: Celana Cingkrang Menurut Islam)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam secara tegas bersabda:

“Kain sarung yang terjulur di bawah mata kaki tempatnya ialah di neraka.” (HR. Bukhari).

Selain itu, Beliau juga menjelaskan dalam hadis berikutnya yang artinya:

“Tiga macam orang yang pada hari kiamat nanti Allah tidak akan mengajak bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Kemudian beliau melanjutkan, “(Yaitu) musbil (orang yang isbal), mannaan (orang yang mengungkit-ungkit pemberian), dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Abu Dawud)

Larangan pakaian yang isbal ini bukan tanpa sebab, dikatakan bahwa Isbal termasuk haram dan dosa besar terlebih jika hal tersebut disertai dengan kesombongan. Mengenai hal ini, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Hati-hatilah kamu dari isbal, karena sesungguhnya isbal merupakan kesombongan.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, lihat Shahiih Abi Dawud).

Penggunaan pakaian (sarung/celana) untuk laki-laki muslim yang tepat adalah yang sesuai dengan sunnah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yakni di sekitar betis, baik itu tepat di tengah betis, di atas tengah betis maupun di antara tengah betis seperti yang telah diriwayatkan dalam hadis bahwa ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Sarung Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ialah sampai di tengah betis beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi).

Kemudian Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma juga berkata, “Sarung seorang mukmin ialah sampai di tengah betis.” (HR. Muslim)

Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan sabdaannya terkait dengan permasalahan ini:

“Sarung seorang mukmin ialah sampai sedikit di atas tengah betis, kemudian sampai tengah betis, kemudian sampai dua mata kaki. Maka barangsiapa di bawah kedua mata kaki, maka dia di Neraka.” (HR. Ahmad dan Abu ‘Awwaanah)

(Baca juga: Hak Muslim Terhadap Muslim Lainnya , Siksa Neraka Bagi Pezina)

  1. Mendahulukan Anggota Tubuh Sebelah Kanan

Islam menganjurkan untuk memulai segala sesuatunya dengan menggunakan tangan kanan terlebih untuk urusan yang mulia. (Baca juga: Keutamaan Menjaga Lisan dalam Islam)

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan:

“Kaidah dalam syariat bahwasanya disunnahkan memulai dengan kanan dalam semua urusan yang berkaitan dengan kemuliaan dan keindahan. ” (Syarh Muslim)

Kemudian Ummul mukminin juga menceritakan bahwa ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata:

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam suka mendahulukan bagian kanan daripada bagian yang kiri ketika mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang mulia).” (Muttafaqun ‘alaih)

  1. Menghindari Pakaian Sutra Dan Emas

Emas dan pakaian sutra adalah dua hal yang indah dan biasa dipakai oleh perempuan namun kedua hal tersebut dilarang untuk digunakan oleh kaum laki-laki muslim. (Baca juga: Hukum Pria Memakai Emas dalam Islam).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Emas dan sutra dihalalkan bagi kaum wanita dari umatku, dan diharamkan bagi kaum laki-laki.” (HR. Ahmad dan Nasaa’i, lihat Shahiihul Jaami’ : 209)

  1. Menghindari Pakaian Yang Menyerupai Orang Kafir

Selain memakai pakaian yang halal dan rapi serta bersih, hal yang penting untuk diingat adalah seorang muslim tidak diperkenankan untuk menggunakan pakaian yang menyerupai seperti orang kafir. Pakaian seorang muslim harus sesuai dan juga mencerminkan agama yang dianutnya yakni Islam. (Baca juga: Manfaat Mempelajari Ushul Fiqh dalam Islam)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).

  1. Tidak Mengenakan Pakaian Yang Menyerupai Wanita

Hal ini telah jelas dan tegas diriwayatkan dalam banyak hadis, bahwa seorang lelaki muslim tidak diperkenankan untuk memakai pakaian atau berpenampilan yang menyerupai perempun, begitupun sebaliknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Bukhari)

Beliau juga bersabda:

“Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud dan Hakim).

(Baca juga: Mencukur Bulu Kemaluan Pria Dalam Islam , Tanggung Jawab Anak Lelaki Terhadap Ibu)

Demikianlah pembahasan artikel mengenai tata Cara Berpakaian Pria Menurut Islam. Semoga artikel ini dapat menambahkan khazanah keilmudan dan keimanan kita semua. Amin.

The post 9 Cara Berpakaian Pria Menurut Islam Ala Rasulullah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
12 Hak Muslim Terhadap Muslim Lainnya https://dalamislam.com/akhlaq/hak-muslim-terhadap-muslim-lainnya Mon, 14 Aug 2017 04:30:32 +0000 http://dalamislam.com/?p=1895 Islam merupakan agama yang telah mengatur etika pergaulan antara sesama manusia baik untuk sesama muslim ataupun dengan sesama non muslim. Di dalam etika pergaulan, ajaran Islam sudah secara detail memberikan pengajaran tentang hak dan juga kewajiban yang harus dilakukan antara sesama muslim. Aturan yang ada dalam Islam memang lebih terperinci dan lebih memperhatikan fitrah dalam […]

The post 12 Hak Muslim Terhadap Muslim Lainnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam merupakan agama yang telah mengatur etika pergaulan antara sesama manusia baik untuk sesama muslim ataupun dengan sesama non muslim. Di dalam etika pergaulan, ajaran Islam sudah secara detail memberikan pengajaran tentang hak dan juga kewajiban yang harus dilakukan antara sesama muslim. Aturan yang ada dalam Islam memang lebih terperinci dan lebih memperhatikan fitrah dalam sebuah masyarakat dari sisi baik yang akan didapatkan dengan menjalankan etika tersebut. Berikut ini, akan kami berikan penjelasan tentang hak muslim terhadap muslim lainnya yang harus dilakukan di tengah hidup bermasyarakat supaya bisa tercipta hubungan yang harmonis diantara sesama umat muslim.

Artikel terkait:

  1. Memenuhi Undangan

Apabila ada sesama muslim yang mengundang anda untuk datang ke acara makan atau acara lainnya, maka hak yang harus dilakukan antara sesama muslim adalah untuk memenuhi undangan tersebut. Memenuhi sebuah undangan adalah sunnah mu’akkadah yang bisa menarik hati bagi orang yang mengundang dan juga menimbulkan cinta serta kasih sayang. Terkecuali dalam hal ini adalah tentang undangan pernikahan. Undangan pernikahan merupakan hal yang wajib dengan syarat yang sudah dikenal.

“Dan siapa yang tidak memenuhi (undangannya) maka dia telah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Hadits diatas menjelaskan jika seseorang mengundang anda maka penuhilah undangan tersebut termasuk dalam memberikan pertolongan yang sedang dibutuhkan orang tersebut.

“Setiap mu’min satu sama lainnya bagaikan bangunan yang saling menopang” (HR. Bukhori dan Muslim).

  1. Mengucapkan Salam

Mengucapkan atau memberi salam yaitu Assalamu’alaikum, semoga Anda berada dalam keselamatan juga merupakan sunnah yang amat disarankan sebab ini merupakan cara untuk menumbuhkan rasa cinta dan juga kedekatan diantara sesama muslim.

Hal ini juga selaras dengan yang diajarkan Rasulullah SAW, “Demi Allah tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kuberitahukan sesuatu yang jika kalian lakukan akan menumbuhkan rasa cinta di antara kalian?, Sebarkan salam di antara kalian” (HR. Muslim).

Rasulullah SAW selalu memulai salam saat Beliau bertemu dengan siapapun bahkan saat ia bertemu dengan anak-anak, Ia juga memulai untuk memberikan salam.

baca juga:

  1. Memberikan Nasehat

Hak sesama muslim selanjutnya adalah memberi nasihat, yaitu apabila ada seseorang yang datang dan meminta nasihat pada anda untuk sebuah masalah yang sedang dialaminya, maka berikan nasihat sebab ini termasuk dalam agama.

Hal ini juga terdapat dalam hadits Rasulullah SAW, “Agama adalah nasihat: Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada para pemimpin kaum muslimin serta rakyat pada umumnya.” (HR. Muslim).

Apabila seseorang datang dan tidak meminta nasihat, akan tetapi terdapat bahaya atau perbuatan dosa yang sudah dilakukan orang tersebut, maka nasihati juga perbuatan tersebut meski tidak diarahnya padanya, sebab hal ini masuk dalam menghilangkan bahaya serta kemunkaran dari kaum muslim.

Namun, jika tidak ada bahaya serta dosa pada orang itu dan ia melihat hal lain selain nasihat bisa lebih bermanfaat, maka ini tidak harus dilakukan kecuali ia meminta nasihat maka wajib untuk memberikan nasihat pada orang tersebut.

Artikel terkait:

  1. Menjawab Hamdalah Saat Bersin

Menjawab Hamdalah saat bersin yakni Yarhamukallah merupakan bentuk rasa syukur dengan memuji Allah disaat bersin. Apabila orang tersebut bersin dan tidak berucap hamdalah, maka ia juga tidak berhak memberikan ucapan itu dan inilah balasan bagi seseorang yang sedang bersin namun tidak berucap hamdalah.

Menjawab orang bersin yang berucap hamdalah adalah wajib hukumnya dan juga wajib untuk menjawab dengan mengucapkan Yarhamukallah dengan ucapan Yarhamukallah  wa yuslih balakum. Jika orang tersebut bersin secara terus menerus lebih dari tiga kali, maka pada bersin yang keempat ucapkan Aafakallah [semoga Allah menyembuhkanmu] sebagai pengganti dari ucapan Yarhamukallah.

  1. Mengantar Jenazah

Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya yang juga mengandung pahala besar adalah mengantarkan jenazah.

“Siapa yang mengantarkan jenazah hingga menshalatkannya maka baginya pahala satu qhirath, dan siapa yang mengantarkannya hingga dimakamkan maka baginya pahala dua qhirath”, beliau ditanya: “Apakah yang dimaksud qhirath ?”, beliau menjawab: “Bagaikan dua gunung yang besar“ (HR. Bukhori dan Muslim).

  1. Menjenguk Orang Sakit

Membesuk orang sakit adalah hak dan kewajiban saudaranya yang seiman khususnya apabila yang sedang sakit tersebut masih merupakan kerabat, tetangga atau teman. Untuk cara membesuknya, bergantung dari orang yang sedang sakit dan juga jenis penyakitnya, sebab kondisi tertentu terkadang menuntut orang tersebut untuk lebih sering dijenguk untuk memperhatikan keadaannya.

Menjenguk orang sakit adalah hal yang disunnahkan sekaligus menanyakan keadaan dan mendoakan sekaligus memberikan penghiburan serta harapan sebab ini akan mendatangkan kesehatan serta kesembuhan bagi orang yang sedang sakit tersebut.

baca juga:

  1. Tidak Saling Membenci

Hak antara sesama musim lainnya adalah untuk tidak saling mendengki antara sesama muslim, memendam perasaan dendam pada sesama muslim atau pun berprasangka buruk pada sesama muslim.

  1. Mengharapkan Sesuatu Yang Baik

Sesama muslim juga harus selalu mengharapkan segala sesuatu yang baik bagi sesama muslim lainnya seperti yang diharapkan untuk diri sendiri. Selain itu, hak muslim juga untuk membenci segala sesuatu yang tidak baik bagi mereka seperti juga membenci hal tidak baik tersebut untuk diri sendiri.

Artikel terkait:

  1. Membantu Saat Teraniaya

Antara muslim dan muslim lainnya juga harus saling membantu apabila ada saudara sesama muslim yang sedang dianiaya. Sudah menjadi hak muslim untuk menolong sesama muslim yang sedang teraniaya dan berada dalam situasi yang membuat dirinya lemah.

Hal ini juga sejalan dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Bantulah saudaramu apabila ia menjadi orang yang menganiaya atau orang yang teraniaya”. Seorang sahabat bertanya: Kita memang membantunya jika ia menjadi orang yang teraniaya, tetapi bagaimana pula boleh kita membantunya, jika ia menjadi orang yang menganiaya? Jawab Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam: Kita melarangnya dari menganiaya orang lain itulah berarti kita membantunya.”

  1. Tidak Saling Mencaci dan Mendengki

Hak sesama muslim lainnya adalah untuk tidak saling mencaci dan mendengki antara sesama muslim. Selain itu, tidak juga untuk saling bersaing dalam urusan tawar menawar apabila sedang berhajat atau hendak membeli sesuatu.

Hal ini juga sejalan dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah kamu dengki-mendengki, jangan bersaingan dalam tawar-menawar (sedang kamu tiada berhajat untuk membeli), jangan bermusuh-musuhan, dan jangan seseorang kamu menambah harga atas sesuatu barang yang telah dibeli oleh setengah kamu, dan jadilah kamu sekalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain, tidak boleh menganiayanya, atau merendahkan kedudukannya, menghinanya, atau mendustakannya. Taqwa berada di sini, sambil baginda mengisyaratkan ke dadanya (disebutkannya tiga kali). Memadailah seorang manusia itu dikira telah berbuat jahat dengan menghina seorang saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim terhadap Muslim yang lain, haram darahnya dan hartanya dan kehormatan dinnya.”

  1. Membantu Dalam Kesusahan

Sesama muslim juga memiliki hak untuk melepaskan seorang muslim yang lain dari kesusahan yang berhubungan dengan duniawi. Dengan melakukan hal ini, maka niscaya Allah juga akan melepaskan kita dari kesusahan yang akan dirasakan pada hari kiamat nanti.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang Muslim suatu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskannya suatu kesusahan dari kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Barang siapa yang meringankan suatu kesempitan seorang, niscaya Allah akan meringankan kesempitannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup (keaiban) seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup (keaiban)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa bersedia untuk membantu hambaNya, selama hamba itu senantiasa bersedia untuk membantu saudaranya.”

Artikel terkait:

  1. Mengambil Berat Urusan Muslim Lain

Antar umat muslim juga memiliki hak untuk mengambil berat berhubungan dengan keperluan saudara sesama muslim supaya nantinya Allah juga akan mengambil berat terhadap segala sesuatu yang diperlukan.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa senantiasa mengambil berat tentang keperluan saudaranya, niscaya Allah senantiasa mengambil berat terhadap keperluannya”. Sabda-Nya lagi, “Barang siapa tiada mengambil berat terhadap urusan kaum Muslimin, maka dia bukanlah dari golongan mereka sendiri.”

Selain keduabelas hak muslim terhadap muslim lainnya, masih banyak lagi hak muslim lainnya. Apabila seseorang berusaha untuk mewujudkan sikap ukhuwwah pada saudaranya, maka ia juga akan berusaha untuk mendatangkan kebaikan pada semua saudaranya sekaligus menjauh dari segala perbuatan yang menyakitinya dan inilah indahnya Islam yang sangat mengesankan kaum muslim. Ini membuktikan betapa agungnya etika agama Islam dalam urusan mengikat persatuan dan juga keimanan yang bisa dijadikan sarana dalam saling mencintai antara satu pribadi muslim dengan muslim yang lainnya.

The post 12 Hak Muslim Terhadap Muslim Lainnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>