orangtua Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/orangtua Wed, 02 Aug 2017 04:59:06 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png orangtua Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/orangtua 32 32 Menikah Tanpa Izin dengan Orangtua Dalam Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/menikah-tanpa-izin-dengan-orangtua-dalam-islam Wed, 02 Aug 2017 04:59:06 +0000 http://dalamislam.com/?p=1824 Menikah adalah salah hal yang dianjurkan oleh Rasulullah Salallahu A’laihi Wassalam bagi para pemuda dan pemudi yang memang sudah siap secara lahirnya dan batinnya. Berlangsungnya sebuah pernikahan harus memenuhi setiap syarat, rukun dan kewajiban dari kedua mempelai. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya wali pernikahan. Hal ini seringkali terhambat dengan tidak adanya izin […]

The post Menikah Tanpa Izin dengan Orangtua Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Menikah adalah salah hal yang dianjurkan oleh Rasulullah Salallahu A’laihi Wassalam bagi para pemuda dan pemudi yang memang sudah siap secara lahirnya dan batinnya. Berlangsungnya sebuah pernikahan harus memenuhi setiap syarat, rukun dan kewajiban dari kedua mempelai. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya wali pernikahan. Hal ini seringkali terhambat dengan tidak adanya izin dari orangtua mempelai yang berhak menjadi walinya.

Baca:

Bahayanya, salah satu fenomena yang menjadi bentuk kenekatan para pemuda dan pemudi yang ingin menikah tetapi tidak mendapatkan izin orangtua adalah kawin lari. Mereka mengangkat sembarang orang sebagai walinya, menikah kemudian pergi jauh dari orang tua atau bahkan menikah tanpa wali dan tidak mendapatkan izin dari wali yang sah dari kedua mempelai. Lebih parahnya, mungkin saja terjadi kawin lari yang diwujudkan dengan kedua mempelai tinggal bersama dalam satu atap tanpa adanya status pernikahan. Naudzubillahimindzaliik. Pernikahan-pernikahan seperti ini-lah yang merupakan contoh-contoh dari pernikahan yang salah dan bermasalah.

baca juga:

Dalil Menikah dalam Islam

Pada hakikatnya, mempelai wanita wajib memiliki wali yang sah yakni laki-laki yang berasal dari keluarga ayahnya untuk melangsungkan sebuah pernikahan, entah itu ayahnya sendiri, kakeknya, saudara laki-lakinya seayah dan seibu, saudara laki-lakinya seayah, anak saudara laki-lakinya, atau bahkan anaknya, cucunya, atau pamannya. Kerabat laki-laki di atas kakek dari pihak ayah pun boleh menjadi wali. Utamanya yang paling berhak menjadi wali sang mempelai perempuan adalah ayahnya sendiri, tidak boleh diwakilkan jika sang ayah masih mampu dan sanggup.

Namun, jika ayahnya berhalangan atau mewakilkan kepada kerabat laki-laki yang lain, maka hal itu diperbolehkan. Seorang wali pun harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan di dalam islam, yakni : Beragama islam, seorang laki-laki, berakal yakni dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, sudah baligh, dan merupakan manusia yang merdeka, dalam artian bukan seorang hamba sahaya. Pernikahan yang mengambil seseorang yang tidak sah menjadi wali sebagai walis ama saja dengan pernikahan tanpa seorang wali.

baca juga:

Berikut dalil mengenai keharusan seorang wanita menikah dengan seizin walinya :

  • Hadits Pertama

Dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang wanita yang menikah tanpa izin walinya maka pernikahannya adalah batiil, batil, batil. Dan apabila mereka bersengketa maka pemerintah adalah wali bagi wanita yang tidak memiliki wali”. (HR. Abu Daud no. 2083, Tirmidzi no. 1102, Ibnu Majah no. 1879 dan Ahmad 6: 66.)

  • Hadits Kedua :

Dari Abu Musa Al Asy’ari berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali”. (HR. Abu Daud no. 2085, Tirmidzi no. 1101, Ibnu Majah no. 1880 dan Ahmad 4: 418. shahih)

  • Hadits Ketiga

Hadits ini menjelaskan bahwa tidak boleh seorang wanita menjadi wali dari seorang mempelai wanita dalam sebuah pernikahan:

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Wanita tidak bisa menjadi wali wanita. Dan tidak bisa pula wanita menikahkan dirinya sendiri. Wanita pezina-lah yang menikahkan dirinya sendiri.” (HR. Ad Daruquthni, 3: 227.)

baca juga:

Kesimpulan dari tiga hadits diatas adalah, pernikahan tanpa izin dari wali sah atau dalam kondisi tanpa izin dari orangtua merupakan pernikahan yang tidak sah sehingga hubungan yang terbentuk termasuk ke dalam zina. Hal itu dikarenakan wali adalah salah satu syarat sah-nya sebuah pernikahan, sehingga sebaiknya sebuah pernikahan mendapatkan izin dari kedua orangtua mempelai. Izin seorang wali atau izin dari orangtua dalam sebuah pernikahan juga berkaitan dengan hadits yang menjelaskan bahwa ridho Allah bergantung kepada ridho orangtua.

Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899).

Semua orang pasti ingin pernikahan yang lancar dan kehidupan setelah pernikahan yang bahagia, salah satu faktornya adalah ridho dari orangtua. Kita memang tidak bisa mengatakan bahwa pernikahan yang tidak diridhoi akan hancur, tetapi kehidupan tanpa ridho Allah sudah pasti tidak akan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Dibalik semua itu, seorang wali juga tidak boleh melarang orang yang diwalikannya untuk menikah apabila kedua mempelai sudah memilii kecocokan dan siap secara lahir dan batin. Oleh karena itu, komunikasi yang baik sangat diperlukan antara wali dan yang diwalikan, agar tercipta kepercayaan satu sama lain untuk menikahkan dan dinikahkan.

Dalam surat Al Baqarah ayat 232, Allah Berfirman:

“Dan apabila kamu menceraikan isteri-isteri (kamu), lalu sampai masa ‘iddahnya, maka jangan kamu (para wali) halangi mereka menikah (lagi) dengan calon suaminya, apabila telah terjalin kecocokan di antara mereka dengan cara yang baik. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Itu lebih suci bagimu dan lebih bersih. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” [Al-Baqarah : 232]

baca juga:

Kesimpulannya, lebih baik jangan langsungkan pernikahan tanpa izin orangtua. Bicarakan baik-baik tujuan dan alasan kita untuk memilih menikahi seseorang kepada orangtua dan teruslah berdoa kepada Allah agar Ia melembutkan hati mereka. Percayalah, Allah-lah satu-satunya yang Maha Membolak-balikan Hati Manusia.  Sebuah hal yang mudah untuk Allah melembutkan hati setiap hamba-Nya. Sebagaimana yang tersurat di dalam hadits berikut :

Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad 3/257)

Demikian penjelasan singkat terkait bagaimana pandangan islam tentang menikah tanpa restu orangtua, semoga bermanfaat.

The post Menikah Tanpa Izin dengan Orangtua Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Keluarga Dalam Islam – Pengertian dan Perannya https://dalamislam.com/info-islami/keluarga-dalam-islam Mon, 17 Oct 2016 03:22:37 +0000 http://dalamislam.com/?p=1003 Islam adalah agama yang mengatur segala sisi kehidupan dan senantiasa menganjurkan umatnya untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia (baca fungsi agama dalam kehidupan). Dalam kehidupan seorang manusia tidaklah hidup sendiri dan tentunya ia memiliki keluarga meskipun tidak utuh. Seperti yang kita ketahui keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat dimana seseorang tumbuh dan mendapatkan pendidikan […]

The post Keluarga Dalam Islam – Pengertian dan Perannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam adalah agama yang mengatur segala sisi kehidupan dan senantiasa menganjurkan umatnya untuk menjalin hubungan baik dengan sesama manusia (baca fungsi agama dalam kehidupan). Dalam kehidupan seorang manusia tidaklah hidup sendiri dan tentunya ia memiliki keluarga meskipun tidak utuh. Seperti yang kita ketahui keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat dimana seseorang tumbuh dan mendapatkan pendidikan dari orangtuanya agar bisa menjalankan kehidupannya bermasyarakat.

Sebuah keluarga terdiri dari suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang masih terikat hubungan darah atau nasab serta hubungan pernikahan (baca arti nasab dalam islam). Islam sendiri memiliki kriteria tertentu untuk membangun dan menjalankan fungsi suatu keluarga. Lalu bagaimana sebenarnya keluarga dalam islam dan apa yang menjadi landasan keluarga dalam islam tersebut?

Arti Keluarga Dalam Islam

Dalam islam, keluarga memiliki sebuah arti penting dimana keluarga merupakan bagian dari masyarakat islam dan dalam keluargalah seseorang belajar mengenal islam sejak kecil.

  • Dibangun dengan pondasi pernikahan syar’i

Keluarga dalam islam merupakan rumah tangga yang dibangun dari suatu pernikahan antara seorang pria dan wanita yang dilaksanakan sesuai syariat agama islam yang memenuhi syarat pernikahan dan rukun nikah yang ada. Pernikahan juga awal membangun rumah tangga islam dan keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Adapun hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs.Ar-Ruum : 21)

  • Keharmonisan dalam rumah tangga

Memiliki keluarga yang harmonis dan sesuai dengan ajaran agama islam adalah dambaan setiap muslim dan untuk mewujudkannya ada beberapa cara menjaga keharmonisan dalam rumah tangga tersebut. Keluarga sakinah, mawaddah warahmah yang berarti keluarga yang penuh kasih sayang, cinta dan ketentraman dibangun diatas nilai-nilai islam dan berawal dari pernikahan yang hanya mengharap ridha Allah SWT. Dalam Alqur’an Allah SWt berfirman :

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً

“Dan orang orang yang berkata : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS Alfurqan : 74)

Peran Keluarga Dalam Islam

Sebuah keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan karena setiap manusia atau muslim tentunya berangkat dari sebuah keluarga. Jadi bisa disimpulkan bahwa keluarga adalah tempat dimana pondasi nilai-nilai agama diajarkan oleh kedua orangtua dan anggota keluarga lainnya kepada seorang anak. Adapun peran keluarga dalam islam antara lain

  1. Menanamkan ajaran islam

Meskipun tidak semua muslim mendapatkan keislamannya dari keluarga yang melahirkannya, tetap saja keluarga adalah tempat pertama dimana seorang anak belajar tentang agama islam. Dalam sebuah keluarga, suami istri yang menikah akan menjalankan dan membangun rumah tangga dengan ajaran agama islam dan hal tersebut juga akan diajarkan pada anak-anaknya.

Dari sebuah keluarga, seorang anak akan melihat bagaimana orangtuanya shalat, berpuasa, membaca alqur’an dan lain sebagainya. Sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah akan senantiasa menanamkan iman dan membentuk anak-anaknya menjadi pribadi dengan akhlak dan budi pekerti yang baik terutama saat bergaul dalam masyarakat (baca cara meningkatkan akhlak terpuji dan pergaulan dalam islam). Sebagaimana disebutkan dalam dalil berikut ini

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمً

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs Al isra : 23)

  1. Memberikan rasa tenang

Keluarga adalah orang terdekat bagi setiap manusia dan tempat mencurahkan segala isi hati maupun masalah. Keluarga juga merupakan tempat berkeluh kesah bagi setiap anggotanya karena hanya keluargalah yang ada dan senantiasa memberikan perhatian kepada setiap orang meskipun keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda. Dalam Alqur’an sendiri disebutkan bahwa keluarga yang sakinah adalah keluarga yang dipenuhi dengan ketentraman dan ketenangan hati.

  1. Menjaga dari siksa api neraka

Telah disebutkan sebelumnya bahwa keluarga adalah tempat dimana nilai-nilai islam dan ajaran agama diajarkan untuk pertama kali dan dalam keluarga juga, orangtua serta anak-anaknya akan menjaga satu sama lain dari perbuatan maksiat dan saling mengingatkan. (baca cara mendidik anak dalam islam) Seperti yang disebutkan dalam QS At Tahrim ayat 6 bahwa seorang muslim harus menjaga dirinya dan keluarganya dari perbuatan dosa dan siksa api neraka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari (kemungkinan siksaan) api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah para malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ( QS Altahrim : 6).

  1. Menjaga kemuliaan dan wibawa manusia

Menjaga nama baik keluarga adalah tugas setiap manusia karena saat manusia berbuat kesalahan maka hal tersebut juga tidak hanya ditimpakan pada dirinya melainkan juga kepada keluarganya. Memiliki sebuah keluarga membuat seseorang bertanggung jawab tidak hanya pada dirinya tetapi juga kepada keluarganya.

Seorang pria maupun wanita bisa menjaga kehormatannya jika mereka menikah dan membangun sebuah keluarga sehingga pernikahan tersebut bisa membantu seseorang memenuhi kebutuhannya tanpa harus terperosok dalam maksiat seperti halnya perbuatan zina (baca cara bertaubat dari zina dan hukum zina tangan) Seperti yang disebutkan dalam Surat Albaqarah ayat 187 dikatakan bahwa suami istri adalah pakaian satu sama lain dan hal tersebut artinya suami istri menjaga kehormatan keduanya satu sama lain.

  1. Melanjutkan keturunan dan memperoleh keberkahan

Salah satu tujuan pernikahan dan membentuk keluarga adalah untuk memiliki keturunan yang baik dan saleh. Memiliki anak yang saleh dan shalehah adalah karunia dan berkah Allah SWT kepada setiap orangtua. Membangun sebuah rumah tangga dan keluarga pada dasarnya adalah jalan menuju keberkahan karena didalam keluarga ada orangtua dan ridha Allah SWT adalah juga merupakan ridha orangtua. (baca Keutamaan berbakti kepada orangtua)

Demikianlah arti keluarga dalam islam dan peran keluarga dalam mewujudkan agama islam itu sendiri. Semoga bermanfaat.

The post Keluarga Dalam Islam – Pengertian dan Perannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Rumah Tangga Menurut Islam https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/rumah-tangga-menurut-islam Mon, 17 Oct 2016 03:06:21 +0000 http://dalamislam.com/?p=1001 Membangun rumah tangga yang harmonis adalah impian setiap manusia terutama bagi pasangan yang baru menikah. Pernikahan adalah jalan menuju suatu rumah tangga dan pernikahan yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran agama islam tentunya akan membawa kemudahan dan berkah dalam mewujudkan suatu keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Allah SWT dan Rasulnya senantiasa memerintahkan umatnya untuk menikah dan […]

The post Rumah Tangga Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Membangun rumah tangga yang harmonis adalah impian setiap manusia terutama bagi pasangan yang baru menikah. Pernikahan adalah jalan menuju suatu rumah tangga dan pernikahan yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran agama islam tentunya akan membawa kemudahan dan berkah dalam mewujudkan suatu keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Allah SWT dan Rasulnya senantiasa memerintahkan umatnya untuk menikah dan membangun rumah tangga untuk memenuhi separuh iman dan mengharapkan ridha Allah SWT. (baca hukum pernikahan dalam islam dan fiqih pernikahan)

Pernikahan Sebagai Awal Rumah Tangga

Suatu rumah tangga baru tidak akan terjadi tanpa adanya pernikahan. Rumah tangga sendiri diartikan sebagai suatu tempat dimana seseorang menjalin hubungan dengan pasangan yang dinikahinya dan bersama-sama membangun suatu keluarga. Rumah tangga yang islami didasari oleh pernikahan yang sesuai dengan ajaran agama islam dan memenuhi segala syarat pernikahan dan rukun nikah yang berlaku.

Terlepas dari itu semua, agar nantinya rumah tangga bisa berjalan dengan baik maka sebelum menikah, memilih pasangan adalah suatu hal yang harus dilakukan. Memilih calon istri atau calon suami yang baik adalah kewajiban bagi setiap muslim. (baca kriteria calon istri yang baik dan kriteria calon suami yang baik menurut islam).

Berikut adalah penjelasan mengenai rumah tangga menurut islam :

Ciri-ciri Rumah Tangga Islami

Suatu rumah tangga yang berlandaskan ajaran agama islam atau rumah tangga islami tentunya memiliki tanda-tanda atau ciri-ciri tertentu. Cirri tersebut akan menandakan suatu rumah tangga sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan syariat dan ajaran agama islam. Adapun ciri-ciri rumah tangga islami dijelaskan sebagai berikut

  1. Dilandasi pernikahan yang sesuai syariah

Pernikahan adalah langkah awal membangun rumah tangga. Dalam suatu pernikahan tentunya ada hal-hal yang harus dipenuhi. Jika pernikahan yang dilangsungkan adalah untuk mendapatkan ridha Allah SWT maka pernikahan tersebut dapat menjadi pondasi dari rumah tangga islami yang harmonis. Dengan memiliki suami atau istri yang shalehah maka seseorang bisa membangun rumah tangganya dengan tentram dan damai sehingga terwujudlah keluarga sakinah yang sesuai dengan apa yang difirmankan Allah SWT dalam ayat berikut

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS Ar rum : 21)

  1. Tolong menolong dalam beribadah

Rumah tangga yang islami adalah rumah tangga yang didalamnya ada suami dan istri yang saling mendukung dan tolong menolong dalam hal beribadah dan berbuat kebaikan. Seorang istri hendaknya senantiasa mendukung ibadah yang dilakukan oleh suaminya dan memotivasinya demikian juga sebaliknya.

Jika ada salah satu yang lalai maka yang lain akan mengingatkannya. Melaksanakan iabadah bersama-sama adalah salah satu hal yang dapat membantu mewujudkan keluarga harmonis. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah berikut (baca cara menjaga keharmonisan dalam rumah tangga)

“Semoga Alloh merahmati suami yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula istrinya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati istri yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula suaminya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah).

  1. Memenuhi kewajiban dan tanggung jawab

Baik suami maupun istri dalam rumah tangganya memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang berbeda. Kewajiban suami terhadap istrinya adalah memimpin, mendidik serta memenuhi kebutuhan istrinya dan mencari nafkah sementara kewajiban istri terhadap suami adalah dengan melayani, memenuhi kebutuhannya dan menjaga keluarganya saat suami mencari nafkah.

Rumah tangga yang memiliki pembagian tugas yang baik dan manajemen yang tepat bisa membantu mengurangi dan mencegah terjadinya konflik dalam keluarga sehingga keluarga bisa berjalan dengan baik dan harmonis. Di sisi lain, suami istru yang tidak bisa membagi kewajiban dan tugasnya akan kesulitan menyatukan pendapat dan akhirnya bisa menimbulkan perpecahan. Hal ini disebutkan dalam dalil berikut

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs An Nisa ; 32)

  1. Tercukupi semua kebutuhannya

Tugas seorang suami adalah memenuhi kebutuhan istri dan anggota keluarganya dan seorang istri juga memiliki tugasnya sendiri untuk ikut membantu memenuhi kebutuhan dalam rumah tangganya. Oleh sebab itu, salah satu tanda rumah tangga yang harmonis dan islami adalah tercukupinya kebutuhan baik kebutuhan materi maupun nonmateri seperti yang dijelaskan dalam salah satu firman Allah SWT berikut : (baca juga Tips mengatur keuangan rumah tangga dalam islam)

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian…………….. (Qs Al Baqarah : 233)

  1. Memiliki hubungan yang mesra

Rumah tangga yang sakinah mawaddah dan warahmah adalah rumah tangga yang dipenuhi cinta dan kasih sayang . Tidak hanya itu, rumah tangga yang islami juga diliputi dengan kesabaran dan kelembutan diantara pasangan suami istri. Jika salah satu melakukan kesalahan maka yang lain akan memberikan nasehat dan menunjukkan ke jalan yang benar dan seorang suami wajib member nasehat dan hukuman bila diperlukan jika istrinya melawan dan tidak menaatinya (baca ciri-ciri istri durhaka dan hukum wanita minta cerai). Sebagaimana Rasul bersabda :

“Nasehatilah wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari rusuk adalah bagian atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya. Dan seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah dengan baik.” (HR Imam al-Bukhari dan Muslim)

  1. Menghindari maksiyat

Perbuatan maksiat dan segala yang menyangkut dengannya harus dijauhkan dari suatu rumah tangga yang islami. Suami istri harus bisa mendidik anak-anaknya dengan baik dan menjauhkan sesuatu yang dilarang oleh agama dilakukan didalam rumah misalnya memasang lukisan, gambar yang tidak senonoh, mendengarkan musik, acara yang tidak mendidik dan lain sebagainya.

Demikian penjelasan mengenai hakikat rumah tangga menurut islam dan ciri-ciri rumah tangga yang dilandasi dengan ajaran dan nilai-nilai agama islam. Semoga bermanfaat.

The post Rumah Tangga Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
6 Keutamaan Berbakti Kepada Orang tua dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/keutamaan-berbakti-kepada-orang-tua Mon, 19 Sep 2016 03:44:10 +0000 http://dalamislam.com/?p=878 Setiap manusia terlahir dengan adanya orangtua dan semua orang pasti memiliki orang tua baik yang masih ada bersama kita maupun yang sudah tiada. Orangtua dapat dikatakan sebagai orang yang paling berjasa dalam hidup kita karena setiap manusia ada karena orangtua dan orangtualah yang senantiasa menjaga dan merawat kita dari kecil. Islam sendiri adalah agama yang […]

The post 6 Keutamaan Berbakti Kepada Orang tua dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap manusia terlahir dengan adanya orangtua dan semua orang pasti memiliki orang tua baik yang masih ada bersama kita maupun yang sudah tiada. Orangtua dapat dikatakan sebagai orang yang paling berjasa dalam hidup kita karena setiap manusia ada karena orangtua dan orangtualah yang senantiasa menjaga dan merawat kita dari kecil. Islam sendiri adalah agama yang sangat menjunjung bakti kepada orangtua atau yang dikenal dengan istilah birrul walidain. Lalu apa sajakah keutamaan dari berbakti pada orangtua? Simak penjelasan berikut ini (baca fungsi agama dalam kehidupan)

Pengertian Birrul Walidain

Birrul walidain berasal dari kata al birr yang dalam bahasa Arab  berarti kebaikan, sedangkan lawannya yakni al `uquuq berarti kejelekan atau dapat diartikan sebagai perbuatan menyia- nyiakan hak orang lain. Kata walidain yang dimaksud adalah merujuk pada orangtua atau orang yang memiliki nasab (baca arti nasab dan muhrim dalam islam )atau hubungan darah langsung dengan seseorang yakni dalam hal ini adalah bapak dan ibu. Meskipun demikian walidain juga mencakup nasab diatas ayah dan ibu dan orang-orang lain yang terkait nasab dengan orang tersebut. (baca juga hukum waris dalam islam dan pembagian harta warisan menurut islam)

Birrul walidain dapar diartikan sebagai perbuatan baik pada orangtua atau dengan kata lain adalah bakti kepada orangtua. Sebagaimana yang disebutkan oleh Urwah bin Zubair bahwa seseorang harus selalu menaati orangtuanya dan jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikitpun. Pernyataan tersebut adalah didasarkan pada surat Al isra ayat 24  yang berbunyi “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan”. (QS. Al-Isra`: 24).

Dasar Hukum Birrul Walidain

Allah SWT sendiri selalu memerintahkan umatnya untuk berbakti pada orangtua sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya dalam alqur’an berikut ini (baca fungsi Alqur’an bagi umat manusia dan manfaat membaca alqur’an dalam kehidupan)

  • QS Al Isra ayat 24

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia(1).Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Israa’: 23-24)

  • QS Al Ahqaaf ayat 13

”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”(Al-Ahqaaf:15)

  • QS Luqman ayat 14

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(QS. Luqmaan: 14)

Dari ayat-ayat tersebut maka jelaslah bahwa Allah SWT  memerintahkan umatnya untuk senantiasa berbakti dan berbuat baik kepada orangtua bahkan Allah menggandengkan perintah tauhid dengan perintah berbuat baik pada kedua orang tua. Hal tersebut menandakan bahwa berbakti pada orangtua adalah sesuatu yang sangat penting dilakukan oleh seorang muslim.

Keutamaan Berbakti pada Orangtua

Tidak hanya menjadi perintah bagi muslim untuk menaati dan berbuat baik pada orangtuanya melainkan berbakti pada orangtua memiliki beberapa keutamaan. Diantara keutamaan berbakti kepada orang tua tersebut diantaranya

  1. Berbakti pada orangtua setara dengan jihad

Dalam suatu hadits Rasulullah, disebutkan bahwa perintah berbakti pada orangtua sama pentingnya dengan berjihad. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut ini

Dari Abdullah ibn ’Amru ibn al-’Ash semoga Allah meridhoi kepada keduanya, ia berkata : ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW dan seorang laki-laki tersebut berkata : saya baiat kepada mu untuk mengikuti hijrah dan jihad dengan harapan saya mencari pahala dari Allah. Rasulullah bertanya : apakah kamu masih memiliki kedua orang tua ( ibu Bapak ) yang masih hidup atau salah satunya ? laki-laki tersebut menjawab benar ( saya masih memiliki kedua ibu bapak ) bahkan keduanya masih hidup, Nabi bertanya apakah kamu mau mencari pahala dari Allah ? dia (laki-laki) menjawab : benar. Maka Rasulullah bersabda : kembalilah kepada kedua orang ibu bapak mu dan temanilah keduanya dengan berbuat baiklah kepada keduanya.” ( HR Muttafaqun ’alaih).

  1. Perbuatan yang dicintai Allah SWT

Tidak hanya Rasulullah saja yang mencintai perilaku birrul walidain akan tetapi Allah SWT juga mencintai perbuatan tersebut. Hal ini disebutkan dalam salah satu hadits Rasulullah SAW yang berbunyi (baca juga cinta menurut islam)

“Diriwayatkan bahwa Abi Abdurahaman Abdullah ibn Mas’ud bertanya kepada Rasulullah SAW, Amal apa yang paling dicintai oleh Allah SWT ? rasul menjawab : sholat tepat pada waktunya, kemudian aku menanyakan lagi, amal apa lagi ? Rasul menjawab  birrul walidain (atau berbakti pada orang tua), kemudian aku menanyakan lagi, amal apa lagi ? Rasul menjawab : jihad di jalan Allah, ( HR. Muttafaqun alaih ).

  1. Ridha Allah bergantung pada Ridha orangtua

Disebutkan dalam suatu hadits bahwa  ridha Allah SWT adalah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah SWT juga bergantung pada murka orangtua. Oleh sebab itu sebagai umat islam tentunya kita menyadari bahwa apa yang mendapatkan ridha atau restu orangtua dalam segala sesuatu adalah suatu hal yang penting.  Rasulullah SAW, bersabda :

 ”Ridho Allah terdapat dalam ridhonya kedua orang tua ( ibu bapak), dan murka Allah terdapat dalam murkanya kedua orang tua”. ( HR At-Tirmizi )

  1. Dimudahkannya segala perkara

Perlu diketahui bahwa mungkin jika seseorang memiliki kesulitan dalam hidupnya adalah karena ia durhaka pada kedua orangtuanya dan apabila seseorang mendapatkan kebaikan dan kemudahan dalam perkaranya adalah mungkin karena perbuatan baik dan baktinya kepada orangtua. Oleh sebab itu seorang muslim hendaknya senantiasa berbakti pada orangtua dan berusaha merawat mereka dengan sebaik mungkin sehingga Allah SWT berkenan menghilangkan segala kesulitan hidup yang dialami oleh orang tersebut. (baca cara mendidik anak dalam islam dan pendidikan anak dalam islam)

  1. Diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya

Sebagaiamna kita ketahui bahwa silaturhami dapat memperluas rizki dan memanjangkan umur seseorang dan silaturahmi yang paling utama adalah silaturahmi dengan orangtua dan senantiasa berbuat baik kepada mereka. Jika orangtua tinggal jauh dengan anak maka sang anak hendaknya selalu berusaha menyambung komunikasi dengan mereka dan mengunjungi orangtuanya pada suatu waktu untuk memastikan kondisi kedua orangtuanya. (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi)

  1. Memperoleh imbalan surga dan dijauhkan dari malapetaka

Seorang anak yang berbuat kejahatan atau durhaka pada orangtuanya maka surga haram baginya dan sebaliknya mereka yang berbakti pada kedua orangtuanya, Allah menjanjikan surga bagi mereka. Tidak hanya itu, dosa-dosa yang dilakukan seseorang di dunia mungkin akan mendapat balasannya di akhirat namun dosa yang dilakukan seorang anak kepada kedua orangtuanya di dunia,hukumannya tidak hanya ia dapatan diakhirat saja melainkan disegerakan hukumannya di dunia (baca dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT). Dengan kata lain azab akan selalu diberikan bagi mereka yang durhaka pada orangtua, sedangkan mereka yang berbakti pada orangtua senantiasa akan dijauhkan dari malapetaka oleh Allah SWT. (baca juga ibu tiri dalam islam)

Demikian pengertian birrul walidain, dasar hukum serta keutamaan berbakti kepada orang tua. Semoga sebagai seorang umat islam yang senantiasa beriman kepada Allah SWT, kita dapat selalu berbuat baik dan berbakti kepada orangtua. Amin (baca juga fungsi iman kepada Allah SWT dan Cara makan Rasulullah)

The post 6 Keutamaan Berbakti Kepada Orang tua dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>