puasa sunnah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/puasa-sunnah Mon, 22 Aug 2022 03:09:02 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png puasa sunnah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/puasa-sunnah 32 32 10 Cara Mengajarkan Anak Berpuasa Sejak Dini Efektif https://dalamislam.com/hukum-islam/anak/cara-mengajarkan-anak-berpuasa-sejak-dini-efektif Wed, 24 Aug 2022 04:25:00 +0000 https://dalamislam.com/?p=11770 Puasa merupakan salah satu kewajiban yang dilakukan oleh umat Islam. Puasa menurut terminologinya adalah suatu keadaan menahan lapar, haus, dan nafsu dengan tidak makan, minum, dan melakukan hal-hal yang mengganggu puasa. Puasa ini diawali dengan sahur pada terbitnya matahari dan diakhiri dengan berbuka pada saat terbenamnya matahari. Sementara anak yang belum baligh tidak diwajibkan berpuasa […]

The post 10 Cara Mengajarkan Anak Berpuasa Sejak Dini Efektif appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa merupakan salah satu kewajiban yang dilakukan oleh umat Islam. Puasa menurut terminologinya adalah suatu keadaan menahan lapar, haus, dan nafsu dengan tidak makan, minum, dan melakukan hal-hal yang mengganggu puasa. Puasa ini diawali dengan sahur pada terbitnya matahari dan diakhiri dengan berbuka pada saat terbenamnya matahari.

Sementara anak yang belum baligh tidak diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan, namun tidak ada salahnya mengajarkan anak berpuasa sejak dini agar mereka lebih siap saat diminta berpuasa. Pada umumnya anak mengenal puasa antara usia 3-5 tahun. Di usia tersebut, anak-anak sudah bisa diajak sahur, buka puasa atau kegiatan lainnya selama Ramadhan.

Pengajaran sejak dini bagi anak-anak memang sangatlah penting agar anak semakin terbiasa melakukan puasa, berikut ini yang bisa kamu ikuti untuk mengajarkan anak secara dini.

Inilah 10 Cara Mengajarkan Anak Berpuasa Sejak Dini Secara Efektif

  • Memberi Pemahaman Tentang Rukun Islam

Hal pertama yang harus dilakukan ketika melatih anak-anak untuk berpuasa adalah mengajari mereka rukun Islam. Karena puasa adalah salah satu dari lima rukun Islam dalam agama Islam.

Dari Abu Abdirrahman bin Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata:

Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu: Syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah al Haram”.

Melatih anak berpuasa lebih mudah dengan memahami dan mengamalkan rukun Islam.

  • Beritahu Tentang Keutamaan Puasa

Menahan keinginan untuk makan dan minum bisa jadi sulit bagi anak-anak. Namun, kamu bisa menjelaskan keutamaan puasa, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”

Orang-orang yang berpuasa juga melatih diri untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menerima pahala dari-Nya.

  • Beritahu Larangan Saat Berpuasa

Berikan pemahaman mengenai larangan puasa sesuai dengan pemahaman anak. Misalnya, jangan makan atau minum, jangan berbohong, dan mengalami kemarahan.

Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti, beritahu bahwa ketika berpuasa kita harus melakukan amalan-amalan yang baik.

  • Berlatih Puasa Secara Bertahap

Kita tahu bahwa kemampuan anak -anak berbeda dari orang dewasa. Karena itu, kamu dapat mulai melatih anak selama 3-4 jam saat anak berpuasa.

Ketika anak-anak sudah siap, latihlah untuk berpuasa sampai sore hari. Jika dia merasa lapar atau haus pada waktu yang ditentukan, maka beri keringanan untuk berbuka puasa. Kemudian, lanjutkan berpuasa lagi sampai waktunya berbuka.

  • Menyediakan Makanan Sahur dan Berbuka Favoritnya

Ketika orang tua memberikan makanan atau minuman kesukaannya sesuai dengan kebutuhannya, maka anak akan merasa sangat senang. Itu tidak membutuhkan terlalu banyak minuman atau makanan yang mahal. Setidaknya anak itu merasa puas dengan hidangan yang dikirim oleh ibu pada saat berbuka.

  • Beri Pujian Jika Anak Berhasil Berpuasa

Mendapatkan apresiasi adalah sesuatu yang sangat disukai anak-anak dan dapat meningkatkan motivasi mereka.

Jika berhasil menjalankan puasa selama satu hari penuh sesuai tujuan dan protokol, maka berikan pujian atau hadiah kecil untuk membangkitkan semangat anak.

Kamu tidak boleh dimarahi jika anak tidak berhasil menjalankan puasa sehari penuh. Orang tua tetap perlu menyemangatinya agar dia bisa berpuasa lebih baik besok.

  • Buat Acara Ngabuburit Makin Seru

Ngabuburit merupakan tradisi yang masih berkembang, dilakukan oleh banyak orang. Ngabuburit adalah acara yang diadakan pada sore hari sebelum jam buka, tepatnya sekitar jam 3 sore. Tujuannya bukan hanya untuk menunggu berbuka, tapi ngabuburit juga bisa jadi selingan.

Dengan melakukan ngabuburit, anak-anak teralihkan dari makanan dan minuman sebelum berbuka puasa. Misalnya, ajak mereka jalan-jalan, main game seru atau baca Alquran. Biarkan ngabuburit menjadi happy hour mereka.

  • Awasi Kesehatan Anak Anda

Jika anak  memiliki masalah kesehatan, kamu harus berbicara dengan dokter sebelum dia mulai belajar puasa. Ada dua hal yang perlu diperhatikan orang tua saat berpuasa, yaitu hipoglikemia dan dehidrasi.

Jika anak terlihat lemas, pucat, sulit berkonsentrasi, dan berkeringat hingga tubuh gemetar, ini merupakan tanda gula darah rendah.

Jika anak terlihat lemah, mata cekung, bibir kering, kulit keriput, dan sedikit buang air kecil, ini adalah tanda-tanda dehidrasi. Jika anak  berada dalam salah satu dari situasi ini, sebaiknya segera hentikan atau batalkan puasanya.

  • Perhatikan Nutrisi Menu Sahur dan Buka Puasa

Selama berpuasa, nutrisi anak tetap harus terpenuhi untuk menunjang tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, orang tua harus memastikan menu makan sahur dan buka puasa anaknya mengandung gizi yang seimbang.

Makanan selama puasa harus mengandung zat gizi makro (protein, karbohidrat, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) agar dapat memenuhi kebutuhan gizinya dengan baik. Perhatikan juga suplemen cairan tubuh anak di malam hari untuk mencegah dehidrasi.

  • Ajarkan Anak untuk Bersabar

Sudah menjadi kewajiban setiap orang tua untuk melatih anak berpuasa sejak usia dini. Walaupun kelihatannya sulit untuk dilakukan, beberapa cara di atas bisa dijadikan sebagai pilihan bagi anak-anak untuk berlatih.

Tidak perlu memaksakan caranya, harus bisa langsung puasa, dan orang tua harus sabar membimbing anaknya berpuasa dan biarkan anak terbiasa.

Itulah 10 rekomendasi cara yang bisa kamu lakukan untuk mengajarkan anak berpuasa. Agar bisa terbiasa berpuasa memang harus diajarkan sedari dini agar ketika menginjak usia dewasa mereka sudah terbiasa dan tidak merasa kesulitan.

The post 10 Cara Mengajarkan Anak Berpuasa Sejak Dini Efektif appeared first on DalamIslam.com.

]]>
4 Keutamaan Puasa Sunnah Ayyamul Bidh Beserta Niatnya https://dalamislam.com/puasa/keutamaan-puasa-sunnah-ayyamul-bidh Tue, 02 Feb 2021 03:36:19 +0000 https://dalamislam.com/?p=8886 Dalam islam, ibadah puasa masuk kepada salah satu rukun Islam. Akan tetapi, ibadah yang dimaksud pada rukun Islam tersebut adalah puasa wajib, yakni puasa di Bulan Ramadhan. Sedangkan yang akan dibahas pada artikel ini adalah salah satu puasa Sunnah, yaitu puasa Sunnah Ayyamul Bidh. Ibadah puasa terbagi menjadi dua jenis, diantaranya puasa wajib, dan puasa […]

The post 4 Keutamaan Puasa Sunnah Ayyamul Bidh Beserta Niatnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam islam, ibadah puasa masuk kepada salah satu rukun Islam. Akan tetapi, ibadah yang dimaksud pada rukun Islam tersebut adalah puasa wajib, yakni puasa di Bulan Ramadhan. Sedangkan yang akan dibahas pada artikel ini adalah salah satu puasa Sunnah, yaitu puasa Sunnah Ayyamul Bidh.

Ibadah puasa terbagi menjadi dua jenis, diantaranya puasa wajib, dan puasa Sunnah. Sudah disebutkan sebelumnya, bahwa puasa wajib adalah puasa Ramadhan. Sedangkan contoh puasa Sunnah cukup banyak. Diantaranya ada puasa Senin-Kamis, puasa di bulan Muharram, puasa di bulan Syawal, puasa di bulan Dzulhijjah, puasa Daud, dan puasa Ayyamul Bidh.

Dari berbagai puasa Sunnah yang kita ketahui, puasa Ayyamul Bidh ini juga salah satu puasa yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam kepada kita sebagai ummatnya.

Pelaksanaan puasa Ayyamul Bidh menurut para pendapat ulama dilakukan pada pertengahan di bulan Hijriyah, yakni pada tanggal 13, 14, 15 (di setiap bulan Hijriyah). Mengenai dasar hukum puasa Ayyamul Bidh, termasuk dalam ibadah Sunnah. Hal ini diambil dan hadist Nabi Muhammad SAW.

Ibnu Milan Al Qaisiy dari ayahnya ia berkata, “Rasulullah SAW biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada Ayyamul Bidh yaitu 13,14,15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Abu Daud no. 2449 dan Anak Nasai no. 2434 Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ada beberapa Keutamaan puasa Ayyamul Bidh, diantaranya:

1. Bagaikan Puasa Satu Tahun Penuh

Keutamaan puasa Ayyamul Bidh bagaikan puasa satu tahun penuh. Bila kita menjaga di setiap bulannya, maka akan memperoleh pahala puasa selama satu tahun penuh.

“Sungguh cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam satu bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang kau lakukan. Karena itu, maka puasa Ayyamul Bidh sama dengan puasa setahun penuh”. (HR. Bukhari dan Muslim)

“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979).

2. Menjalankan Wasiat Rasulullah SAW

Menunaikan puasa Ayyamul Bidh menunjukkan sebagai bentuk umat Nabi Muhammad SAW. Karena sebelum Rasulullah SAW wafat, beliau menyampaikan tiga nasehat:

Dari Abu Hurairah r.a berkata: “Kekasihku (Rasulullah) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: (1) mengerjakan puasa selama tiga hari setiap bulannya (2) mengerjakan shalat Dhuha (3) mengerjakan shalat witir sebelum tidur” (HR. Bukhari).

3. Berkah Mengikuti Ajaran Nabi SAW

Keutamaan puasa Ayyamul Bidh ini ialah berusaha mengikuti ajaran Nabi SAW. Sebagai bentuk cinta kita, alangkah baiknya kita mengikuti ajaran baik yang ditunaikan oleh Rasul, sehingga kita mendapat keberkahan atas puasa tersebut.

4. Pintu Surga Ar Rayyan Bagi yang Rajin Puasa

Menurut hadits yang disampaikan bahwa hamba yang rajin menjaga kebiasaan puasa, jika kelak nanti memasuki pintu surga akan masuk pada pintu yang bernama Ar Rayyan, yang diperuntukkan khusus bagi seorang muslim yang kerap puasa selama hidupnya.

“Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “Ar Rayyan”. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “mana orang yang berpuasa”, lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya”. (HR Bukhari no. 1896 dan Muslim no 1152).

Niat Puasa Ayyamul Bidh

Setelah beberapa keutamaan puasa Ayyamul Bidh, maka disini akan kita tulis bagaimana niat puasa Ayyamul Bidh. Niat puasa dilakukan bisa saat malam hari sebelum tidur, ataupun juga bisa pada saat sahur.

Niat puasa Ayyamul Bidh sebagai berikut:

نٙوٙيْتُ صٙوْمٙ غٙدٍ أٙيّٙامٙ الْبِيْضِ سُنّٙةً لِلّٰهِ تٙعٙلٙى

Artinya: “Saya niat berpuasa besok pada Ayyamul Bidh Sunnah karena Allah Ta’ala”.

Dari penjelasan tentang puasa Ayyamul Bidh di atas, semoga semangat kita dalam menjalani ibadah puasa Sunnah bertambah dan mendapatkan keberkahan atas puasa yang kita tunaikan.

The post 4 Keutamaan Puasa Sunnah Ayyamul Bidh Beserta Niatnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Niat Puasa Tasu’a Dan Asyura dan Dalilnya https://dalamislam.com/info-islami/niat-puasa-tasua-dan-asyura Tue, 17 Sep 2019 08:51:42 +0000 https://dalamislam.com/?p=7912 Bulan Muharram merupakan bulan yang mulia, dimana kita bisa memperbanyak macam-macam amal shaleh dengan melakukan ibadah puasa sunnah. Selain Puasa sunnah Senin dan Kamis, puasa sunnah yang hanya ada di bulan Muharram yaitu Puasa Tasu’a dan Asyura. Kedua puasa sunnah tersebut memiliki keistimewaannya masing-masing. Adapun keutamaan Puasa Tasua terdapat dalam dalil di bawah ini. عَنْ […]

The post Niat Puasa Tasu’a Dan Asyura dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan Muharram merupakan bulan yang mulia, dimana kita bisa memperbanyak macam-macam amal shaleh dengan melakukan ibadah puasa sunnah. Selain Puasa sunnah Senin dan Kamis, puasa sunnah yang hanya ada di bulan Muharram yaitu Puasa Tasu’a dan Asyura.

Kedua puasa sunnah tersebut memiliki keistimewaannya masing-masing. Adapun keutamaan Puasa Tasua terdapat dalam dalil di bawah ini.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ قَالَ يَعْنِي يَوْمَ عَاشُورَاءَ

Artinya, “Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalau sekiranya aku hidup hingga tahun depan, niscaya aku kan puasa pada hari Sembilan (Muharram)’ pada riwayat Abu Bakar ia berkata, yakni ‘pada hari sepuluh (Muharam),’” (HR Muslim).

Puasa Tasua asal katanya dari tis’a yang artinya sembilan. Oleh karena itu, puasa ini dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram. Keutamannya untuk menyelisihi orang Yahudi. Sebab dalam budaya Yahudi dan Nasrani, tanggal 9 Muharram merupakan tanggal yang diagungkan.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam melakukan puasa ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa ‘Asyura, maka para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, ia adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.”

Maka beliau bersabda, “Jika begitu, pada tahun mendatang kita juga akan berpuasa pada hari kesembilan, insya Allah.”

Ternyata tahun berikutnya belum datang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam telah wafat.” (HR. Muslim no. 1134)

Sedangkan, Puasa ‘Asyura merupakan salah satu puasa sunnah di bulan Muharram yang sangat dianjurkan. Puasa Asyura memberikan manfaat kepada yang menjalankan, yakni dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

“Adapun puasa Asyura, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya,” (Hadits Riwayat Muslim no. 1976)

Dalam Fatwa Islam (no. 21785) dinyatakan:

قال الشافعي وأصحابه وأحمد وإسحاق وآخرون : يستحب صوم التاسع والعاشر جميعا ; لأن النبي صلى الله عليه وسلم صام العاشر , ونوى صيام التاسع

Imam As-Syafii dan pengikut madzhabnya, imam Ahmad, Ishaq bin Rahuyah, dan ulama lainnya mengatakan: Dianjurkan puasa di hari kesembilan dan kesepuluh (Muharam) secara berurutan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaksanakan puasa di tanggal 10 dan beliau telah meniatkan puasa tanggal 9 (Muharram).

Niat menjadi hal yang wajib diucapkan sebelum menjalankan macam-macam puasa sunnah. Termasuk saat akan menjalankan Puasa Tasu’a dan Puasa Asyura. Berikut inilah niatnya:

Inilah bacaan niat Puasa Asyura,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ

Artinya: Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.

Sementara, bacaan niat puasa Tasu`a yaitu,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ

Artinya: Aku berniat puasa sunah Tasu`a esok hari karena Allah SWT.

Itulah ulasan mengenai niat Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura yang dapat Anda ketahui. Semoga kita semua dapat menjalani puasa sunnah yang jatuh pada tanggal 9 dan 10 September 2019 ini, serta amalan di bulan Muharram lainnya dengan ikhlas lillahi ta’ala. Aamiin.

The post Niat Puasa Tasu’a Dan Asyura dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Manfaat Puasa Muharram yang Wajib Diketahui Setiap Umat Muslim https://dalamislam.com/info-islami/manfaat-puasa-muharram Tue, 17 Sep 2019 08:48:13 +0000 https://dalamislam.com/?p=7913 Satu dari sekian banyak bulan dalam tahun hijriah yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ialah bulan Muharram. Pada bulan ini, selain dianjurkan untuk meraih pahala orang yang menyantuni anak yatim, umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa sunnah. Ada beberapa puasa sunnah yang dapat dijalankan yaitu Puasa Senin Kamis, Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura. Setiap […]

The post Manfaat Puasa Muharram yang Wajib Diketahui Setiap Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Satu dari sekian banyak bulan dalam tahun hijriah yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ialah bulan Muharram. Pada bulan ini, selain dianjurkan untuk meraih pahala orang yang menyantuni anak yatim, umat Islam juga dianjurkan untuk berpuasa sunnah.

Ada beberapa puasa sunnah yang dapat dijalankan yaitu Puasa Senin Kamis, Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura. Setiap jenis puasa sunnah tersebut memiliki manfaat yang luar biasa.

Apa sajakah manfaat puasa sunnah di bulan Muharram?

Simak selengkapnya berikut ini!

Puasa Senin Kamis

Sebenarnya Puasa Senin Kamis ini bisa dilakukan kapan saja selagi dalam waktu diperbolehkannya berpuasa. Namun, tak ada salahnya bila kita ulas dalam amalan sunnah di bulan Muharram.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi (shahih dilihat dari jalur lainnya)Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1041)

Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 4897)

Salah satu manfaat dari keutamaan Puasa Senin Kamis yaitu mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Puasa Tasu’a dan ‘Asyura

Keistimewaan bulan Muharram ini karena adanya anjuran Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura yang jatuh pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Pada tahun 2019 ini, puasa sunnah ini dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 September 2019.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى الله بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka: “Ada apa ini?”

Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.”

Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saya lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan kalian.” Maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa ‘Asyura.”(HR. Bukhari no. 2204 dan Muslim no. 1130)

Seperti yang tertuang dalam dalil di atas, keutamaan Puasa Tasua adalah untuk menyelisihi orang Yahudi. Sebab pada zaman kenabian, orang Yahudi memiliki kebiasaan berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja.

Setelah menjalankan Puasa Tasua, dianjurkan pula untuk melanjutkan amalan sunnah Puasa ‘Asyura. Ada kemuliaan tersendiri bagi yang menjalankannya yakni pahalanya mampu menghapuskan dosa setahun yang lalu, sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini.

Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura, dan beliau menjawab, Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162).

Itulah ulasan mengenai manfaat puasa sunnah di bulan Muharram yang dapat Anda ketahui. Semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk bisa mengamalkannya. Aamiin.

The post Manfaat Puasa Muharram yang Wajib Diketahui Setiap Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Kamu Amalkan https://dalamislam.com/info-islami/puasa-sunnah-di-bulan-muharram Sat, 14 Sep 2019 03:06:27 +0000 https://dalamislam.com/?p=7903 Puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan. Menurut pengertiannya, puasa ialah menahan diri dari lapar dan haus, serta dari segala hal yang mampu membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Manfaat dari puasa ini lebih dari sekadar mengistirahatkan perut. Tetapi lebih dari itu, puasa dapat menjadi saran untuk melatih diri agar lebih sabar […]

The post Puasa Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Kamu Amalkan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan. Menurut pengertiannya, puasa ialah menahan diri dari lapar dan haus, serta dari segala hal yang mampu membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Manfaat dari puasa ini lebih dari sekadar mengistirahatkan perut. Tetapi lebih dari itu, puasa dapat menjadi saran untuk melatih diri agar lebih sabar dan sederhana.

Jika puasa wajib dijalankan pada bulan Ramadhan, puasa sunnah ini dapat dijalankan pada hari-hari biasa yang tidak ada larangan untuk berpuasa. Salah satunya ialah bulan Muharram. Puasa sunnah merupakan amalan di bulan Muharram yang istimewa.

Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:

‏أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (syahrullah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardhu” (HR. Muslim, no. 1982).

Lantas, apa sajakah macam-macam puasa sunnah di Bulan Muharram?

Simak selengkapnya berikut ini!

Puasa Sunnah Senin Kamis

Puasa sunnah Senin Kamis ialah puasa yang dilakukan pada Hari Senin dan Kamis dalam setiap pekan. Kecuali bila hari tersebut bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dan Hari Tasyrik yang diharamkan untuk berpuasa.

Keutamaan Puasa Senin Kamis terdapat dalam dalil berikut ini.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739. All Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Puasa Tasu’a dan Puasa ‘Asyura

Puasa Tasu’a jatuh pada tanggal 9 Muharram dan Puasa ‘Asyura jatuh pada tanggal 10 Muharram. Keduanya merupakan puasa sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Puasa Tasu’a untuk menyelisihi puasa ahli kitab. Sedangkan Puasa ‘Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits berikut ini.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkomentar, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW pun menjawab, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi SAW sudah wafat” (HR. Muslim no. 1916).

Adapun dalil tentang keutamaan Puasa ‘Asyura ialah sebagai berikut.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa hari ‘Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu” (HR. Muslim no. 1975).

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ؟ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Dari Abu Qatadah Al-Anshari RA, Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari ‘Asyura, maka beliau bersabda: “Puasa ‘Asyura dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162).

Itulah beberapa puasa sunnah yang dianjurkan pada bulan Muharram. Semoga kita semua dapat mengamalkannya dengan baik. Sebaiknya pelajarilah syarat dan ketentuan sebelum menjalani puasa sunnah tersebut agar tidak menjadi jenis amal yang sia-sia dalam Islam.

Akan lebih baik lagi jika Anda mengawali bulan Muharram ini dengan membaca doa awal Muharram dan memperbanyak amal-amal baik.

The post Puasa Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Kamu Amalkan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Keutamaan Puasa Tasu’a dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/info-islami/keutamaan-puasa-tasua Sat, 14 Sep 2019 03:04:29 +0000 https://dalamislam.com/?p=7908 Bulan Muharram merupakan bulan yang baik dalam Islam. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini. إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ “Sesungguhnya bilangan […]

The post Keutamaan Puasa Tasu’a dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan Muharram merupakan bulan yang baik dalam Islam. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (QS. At-Taubah: 36)

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; DzulQo’dah, Zulhijah, Muharam dan Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, awalilah bulan Muharram ini dengan mengamalkan doa awal Muharram dan melakukan puasa sunnah yang dianjurkan. Salah satu puasa sunnah tersebut ialah Puasa Tasu’a yang dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram Tahun Hijriyah.

Puasa Tasu’a merupakan salah satu dari macam-macam puasa sunnah yang memiliki keutamaan tersendiri. Sebagaimana yang tertuang dalam dalil berikut ini.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkomentar, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW pun menjawab, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi SAW sudah wafat” (HR. Muslim no. 1916).

Dalam arti lain, Puasa Tasu’a dilaksanakan untuk menyelisihi ahli kitab yang pada zaman dahulu yang hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja. Adapun puasa pada tanggal 10 Muharram itu disebut dengan Puasa ‘Asyura dan merupakan amalan hari Asyura yang sangat dianjurkan. Apabila Anda tidak dapat mengerjakan Puasa Tasu’a dan hanya mengerjakan Puasa ‘Asyura saja tidaklah mengapa.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menanggapi persoalan ini dengan mengatakan, “Puasa hari ‘Asyura menjadi kafarat (penghapus) dosa selama satu tahun dan tidak dimakruhkan berpuasa pada hari itu saja” (Al-Fatawa Al-Kubra Juz IV; Ikhtiyarat, hlm. 10).

Niat Puasa Tasu’a

Seperti halnya adab puasa Ramadhan yang wajib dilaksanakan, puasa sunnah juga diawali dengan niat pada malam hari sebelum hari puasa sunnah tersebut. Adapun niat Puasa Tasu’a yaitu,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ

Artinya: Aku berniat puasa sunah Tasu`a esok hari karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Itulah uraian mengenai keutamaan Puasa Tasu’a yang dapat Anda ketahui. Semoga ulasan ini mampu membuat pembaca semua bersemangat dalam mengerjakan berbagai macam-macam amal shaleh. Termasuk menjalankan Puasa Tasu’a. Aamiin.

The post Keutamaan Puasa Tasu’a dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Fungsi Puasa Ayyamul Bidh Dalam Islam https://dalamislam.com/puasa/fungsi-puasa-ayyamul-bidh Mon, 26 Aug 2019 03:07:57 +0000 https://dalamislam.com/?p=7739 Puasa ayyamul bidh adalah salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Puasa ayyamul bidh biasanya dilakukan pada hari ke 13, 14, dan 15 di bulan Hijriah. Puasa ayyamul bidh memiliki beberapa fungsi atau kegunaan yang sangat baik seperti di bawah ini: 1. Mengikuti sunnah Nabi Puasa ayyamul bidh adalah puasa yang biasa dikerjakan […]

The post 7 Fungsi Puasa Ayyamul Bidh Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa ayyamul bidh adalah salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Puasa ayyamul bidh biasanya dilakukan pada hari ke 13, 14, dan 15 di bulan Hijriah. Puasa ayyamul bidh memiliki beberapa fungsi atau kegunaan yang sangat baik seperti di bawah ini:

1. Mengikuti sunnah Nabi

Puasa ayyamul bidh adalah puasa yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah semasa hidupnya. Mengerjakan puasa ayyamul bidh merupakan slaah satu bentuk meneladani sunnah Rasul.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)

2. Mendapat pahala seperti puasa setahun

Puasa ayyamul bidh tak hanya menambah pahala, namun pahala yang didapatkan sama seperti puasa selama setahun. Sungguh balasan yang begitu besar bagi para pelakunya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)

Baca juga:

3. Mendapatkan dua kebahagiaan

Orang yang melakukan puasa ayyamul bidh akan mendapatkan dua kebahagiaan sebagaimana yang telah Allah janjikan. Dari Abu Hurairah  yang berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Setiap amal Bani Adam dilipatgandakan, satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah subhana hua ta’ala berfirman, ”Kecuali puasa, ia untukKu dan Aku yang membalasnya. Dia meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku.” Orang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan. Kebahagiaan pada waktu berbuka dan kebahagiaan pada waktu bertemu Rabbnya. Sungguh aroma mulut orang yang berpuasa adalah lebih harum di sisi Allah daripada minyak kasturi.” (Hadis Riwayat Abu Hurairah)

4. Mendapatkan pintu khusus di surga

Orang yang suka melaksanakan puasa, termasuk puasa ayyamul bidh akan mendapatkan jalan masuk khusus di surga kelak. Mereka akan masuk ke dalam surga melalui sebuah pintu yang hanya bisa dilewati oleh orang yang suka berpuasa.

Rasul bersabda,

إن في الجنة بابًا يقال له: الريان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة لا يدخل منه أحد غيرهم. يقال: أين الصائمون؟ فيقومون لا يدخل منه أحد غيرهم، فإذا دخلوا أغلق فلم يدخل منه أحد

“Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang namanya “Ar-Rayyan,” yang akan di masuki oleh orang-orang yang sering berpuasa kelak pada hari kiamat, tidak akan masuk dari pintu itu kecuali orang yang suka berpuasa. Di katakan : Manakah orang-orang yang suka berpuasa? maka mereka pun berdiri dan tidak masuk lewat pintu itu kecuali mereka, jika mereka telah masuk, maka pintu itu di tutup sehingga tidak seorang pun masuk melaluinya lagi. (HR Bukhori dan Muslim).

Baca juga :

5. Mendapatkan ampunan

Puasa ayyamul bidh tak hanya memberikan pahala pada pelakunya, namun juga akan diampunkan segala dosanya. Hal ini sesuai dengan janji Allah dalam Al Quran,

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, kaum pria yang patuh dan kaum wanita yang patuh, dan kaum pria serta wanita yang benar (imannya) dan kaum pria serta kaum wanita yang sabar (ketaatannya), dan kaum pria serta wanita yang khusyu’, dan kaum pria serta wanita yang bersedekah, dan kaum pria serta wanita yan berpuasa, dan kaum pria dan wanita yang menjaga kehormatannya (syahwat birahinya), dan kaum pria serta wanita yang banyak mengingat Allah, Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” [A-Ahzab : 35]

6. Menjaga diri dari maksiat

Puasa ayyamul bidh juga akan melindungi kita dari perbuatan maksiat lainnya, terutama zina. Maka dari itu, bagi mereka yang belum menikah sangat dianjurkan untuk mengamalkan puasa sunnah ini sebagai pengontrol diri.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

يَامَعْشَرَالشَبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu ba’ah[3] hendaklah menikah, karena menikah lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaklah puasa karena puasa merupakan wijaa’ (pemutus syahwat) baginya” [Hadits Riwayat Bukhari 4/106 dan Muslim no. 1400 dari Ibnu Mas’ud]

Baca juga :

7. Dijauhkan dari neraka

Puasa ayyamul bidh juga akan membuat kita jauh dari neraka. Hal ini dikarenakan puasa ayyamu bidh menjauhkan kita dari perbuatan dosa dan membuat kita mendapatkan pahala yang besar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُوْمُ يَوْمًا فِي سَبِيْلِ اللَّهِ إِلاَّبَاعَدَ اللَّهُ بَذَلِكَ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا

“Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim” [Hadits Riwayat Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa’id Al-Khudry, ini adalah lafadz Muslim. Sabda Rasulullah : “70 musim” yakni : perjalanan 70 tahun, demikian dikatakan dalam Fathul Bari 6/48]

Itulah beberapa fungsi dari puasa ayyamul bidh yang sangat baik dikerjakan secara rutin. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga kita termasuk orang yang mampu merutinkan sunnah Rasul yang satu ini dan berada di barisan orang sholeh. Aamiin.

The post 7 Fungsi Puasa Ayyamul Bidh Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Alasan Tidak Boleh Puasa Saat Hari Idul Fitri https://dalamislam.com/info-islami/alasan-tidak-boleh-puasa-saat-hari-idul-fitri Sat, 22 Jun 2019 09:53:55 +0000 https://dalamislam.com/?p=7232 Idul Fitri merupakan waktu bagi para umat muslim kembali ke fitrahnya. Hadirnya Idul Fitri setelah menjalani puasa bulan Ramadhan selama satu bulan penuh sesuai dengan perintah Allah SWT. Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 185 sebagai berikut : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ […]

The post Alasan Tidak Boleh Puasa Saat Hari Idul Fitri appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Idul Fitri merupakan waktu bagi para umat muslim kembali ke fitrahnya. Hadirnya Idul Fitri setelah menjalani puasa bulan Ramadhan selama satu bulan penuh sesuai dengan perintah Allah SWT. Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah ayat 185 sebagai berikut :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu. ”

Puasa Ramadhan telah sesuai dengan firman Allah seperti ayat diatas, Setelah berpuasa Ramadhan tibalah hari Raya idul Fitri. Menyambut idul fitri tidak diperbolehkan untuk berpuasa. Apa alasan tidak boleh puasa saat hari Idul fitri ini?

1. Termasuk Puasa Haram

Alasan tidak boleh puasa saat hari idul fitri adalah karena termasuk puasa haram, yaitu puasa yang dilakukan pada waktu-waktu yang diharamkan atau dilarang puasa. Terutama puasa pada hari Raya Idul Fitri dan Idul adha pada tanggal 10 Dzulhijah. Haram hukumnya berpuasa pada waktu itu. Berpuasa pada hari raya Idul Fitri termasuk dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa sehingga haram hukumnya jika umat muslim berpuasa.

2. Merayakan Hari Kemenangan

Tanggal 1 syawal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral bagi umat beragama Islam. Hari Idul Fitri adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Oleh karena itu, syariat islam mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat haram.

Meski pada hari Idul Fitri tidak tersedia makanan yang bisa dimakan, paling tidak harus membatalkan puasa atau tidak sedang berniat untuk puasa. Sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Rasulullah, sebagai berikut hadistnya:

Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari; Hari Idul Fitri dan Hari Idul Adha (HR. Muttafaq ‘alaihi)

3. Tidak Memenuhi Syarat Sah Berpuasa

Setiap umat muslim ketika akan berpuasa harus sesuai dengan tuntunan agama islam. Salah satunya adalah syarat sah berpuasa. Karena puasa tidak bisa dilakukan setiap saat karena terdapat waktu dilarang untuk berpuasa. Syarat sah puasa adalah sebagai berikut ini:

  • Islam : Syarat sah puasa yang utama dan pertama dalah beragama islam selama dia menjalani puasa. Beragama islam artinya mengakui bahwa hanya Allah SWT semata sebagai Tuhan yang patut disembah oleh umat islam dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun itu dan mengakui bahwa Nabi Muhammada adalah utusan Allah
  • Berakal : syarat sah puasa yang kedua adalah berakal. Berakal yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk. Berakal juga bisa berarti masih berfungsinya akal manusia yang dimiliki serta sedang dalam keadaan akal sehat dan normal. Dengan syarat ini maka orang gila dianggap tidak cakap jika harus beribadah apalagi berpuasa.
  • Suci dari Haid dan Nifas : Syarat sah puasa ketiga adalah suci, Haid adalah darah yang keluar dari dinding Rahim seorang wanita apabila telah menginjak masa baligh. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar disebabkan oleh setelah kelahiran anak.
  • Puasa pada waktunya : Syarat sah puasa ke empat adalah pada waktu puasa. Maksudnya adalah berpuasalah di waktu yang tepat untuk berpuasa. Misalnya pada waktu Bulan Ramadhan. Syarat ini berlaku juga untuk semua jenis puasa yang akan dilaksanakan, baik puasa wajib maupun puasa sunnah.

Itulah syarat sah puasa agar puasa bisa dilakukan dan diterima amalnya oleh Allah SWT. Puasa juga merupakan wujud dari ibadah umat islam.

4.  Berbuka Puasa

Idul Fitri hadir setelah kaum muslim berpuasa di Bulan Ramadhan selama satu bulan. Diwaktu selesainya puasa dan berganti menjadi hari Raya Idul Fitri maka berbuka puasa adalah pilihan tepat ketika Hari kemenangan tiba. Seperti cerita sebagai berikut:

Abdullah bin Yusuf pernah menceritakan bahwa Malik mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Abu ‘ubaid maula Ibnu Azhar, beliau mengatakan bahwa

Aku pernah menyaksikan hari raya bersama Umar bin Khattab r.a, Rasulullah mengatakan : Dua hari ini telah Rasulullah SAW larang untuk berpuasa padanya; Hari Idul Fitri yaitu berbukanya alian dari berpuasa dan hari lain saat kalian makan dari sembelihan kalian

Dalam riwayat lain disebutkan,

“Sesungguhnya Rasulullah melarang puasa pada dua hari raya ini. Mengenai hari raya Idul Fitri, karena ia merupakan saat berbuka dari puasamu (Ramadhan), sedangkan saat Idul Adha, makanlah daging kurbanmu.” (HR. Ahmad dan Imam empat dari Umar bin Khattab)

5. Hari Syiar Agama

Dalam hadist lainnya, Nabi Muhammad SAW bersabda,

“hari raya merupakan syiar agama, sesungguhnya setiap bangsa pasti mempunyai hari raya dan hari raya Idul Adha dan Idul Fitri adalah hari raya kita ” (HR. Al-Bukhari, no. 909 dan Muslim no. 892)

Dinamakan Idul Fitri karena manusia telah beribadah kepada Allah sewaktu bulan Ramadhan. Dan berbuka puasa maka mereka merayakannya sebagai bentuk syukur atas sempurnanya kenikmatan mereka dan karena Allah SAW telah memudahkan mereka dalam beribadah.

6. Mudik dan Bersilahturahmi

Umat beragama islam yang sedang berpuasa akan lebih bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun, karena hari raya idul fitri adalah momen bersilahturahmi bahkan mudik ke kampung halaman. Maka lebih baik untuk tidak berpuasa, karena akan banyak sajian makanan.

Untuk ikut merayakannya maka hari idul fitri tidak boleh berpuasa, untuk mensyukuri nikmat setelah berpuasa di bulan ramadhan. Dan agar mudik menjadi lebih tenang sebab tidak perlu menahan haus dan lapar. Sehingga konsentrasi bersilahturahmi semakin baik. Kami juga mengetahui bahwa setelah berpuasa maka berbuka. Tidak ada anjuran untuk berpuasa terus menerus.

7. Puasa Terus Menerus  

Puasa secara terus menerus, dalam suatu riwayat Muslim disebutkan dengan hadist Abu Qutadah bahwa umar pernah bertanya kepada Nabi SAW bahwa bagaimana dengan orang yang puasa terus menerus?

Rasulullah mengatakan,

“Dia tidak puasa dan juga tidak bisa disebut tidak puasa”

Maksudnya bisa saja puasa terus menerus termasuk pada hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. Puasa yang dilarang yaitu seperti pada Idul Fitri dan Idul Adha. Sehingga tidak boleh puasa terus menerus karena memasuki hari yang dilarang untuk berpuasa.

Itulah alasan tidak boleh puasa pada saat hadir Idul Fitri. Meskipun puasa merupakan ibadah yang diperintahkan. Namun, dalam islam da beberapa waktu yang dilarang berpuasa, sehingga tidak dapat melaksanakan puasa tersebut. Pada ayat ini Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S. Al Baqarah, 2:183)

Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa Allah tidak mengatakan dengan berpuasa maka umat muslim akan bertakwa, tetapi mudah-mudahan setelah berpuasa umat muslim bisa menjadi orang yang bertakwa. Sehingga berpuasalah pada waktunya agar mendapatkan berkah dan kenyamanannya.

Demikianlah pembahasan mengenai alasan tidak boleh puasa saat hari idul fitri. Semoga bermanfaat.

The post Alasan Tidak Boleh Puasa Saat Hari Idul Fitri appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Puasa Syawal Sebelum Qadha Puasa Ramadhan https://dalamislam.com/puasa/hukum-puasa-syawal-sebelum-qadha-puasa-ramadhan Sun, 09 Jun 2019 11:12:25 +0000 https://dalamislam.com/?p=7178 Untuk melengkapi  istiqomah setelah ramadhan, disunahkan untuk puasa 6 hari di bulan Syawal. Hal ini merupakan puasa sunnah yang dicontohkan Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam. Namun bagi wanita yang berhalangan berpuasa di bulan ramadhan, bagaimana hukum puasa syawal sebelum qadha puasa ramadhan tersebut? Yuk simak lebih lanjut. Diriwayatkan bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda […]

The post Hukum Puasa Syawal Sebelum Qadha Puasa Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Untuk melengkapi  istiqomah setelah ramadhan, disunahkan untuk puasa 6 hari di bulan Syawal. Hal ini merupakan puasa sunnah yang dicontohkan Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam. Namun bagi wanita yang berhalangan berpuasa di bulan ramadhan, bagaimana hukum puasa syawal sebelum qadha puasa ramadhan tersebut? Yuk simak lebih lanjut.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama setahun.”

Itulah kenapa dalam memenuhi ibadah di bulan Ramadhan. Maka baik hukumnya melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal. Tentu saja agar amalan dan pahala yang kita dapat bisa dihitung secara utuh dan lebih sempurna.

Namun tentu saja, muncul beragam pertanyaan terkait fiqih yang melandasi ibadah sunnah tersebut. Seperti semisal di sebuah kasus ada seorang perempuan yang puasa ramadhan nya tidak penuh (dikarenakan masa Haid) dan kemudian dia belum melakukan puasa pengganti di luar bulan Ramadhan, apakah diperbolehkan dia melaksanakan Ibadah Puasa sunnah di bulan syawal?

Alasan Kenapa Puasa Sunnah Syawal Berbeda dengan Puasa Sunnah yang Lain

Dalam menganalisa hukum puasa syawal sebelum qadha puasa ramadhan, kita harus paham dulu pembagian puasa sunnah yang berkaitan dengan bulan Ramadhan, dan puasa sunnah yang tidak berkaitan dengan bulan Ramadhan.

Baca juga :

Puasa sunnah yang tidak berkaitan dengan bulan Ramadhan antara lain :

1 Puasa Senin kamis

Amalan yang dilakukan hanya pada hari senin dan kamis. Meskipun namanya senin-kamis, namun karena jenis amalannya berbeda, maka boleh hukumnya apabila melaksanakan puasa kamis terlebih dahulu kemudian senin, melaksanakannya di hari senin meski tidak melaksankannya di hari kamis dan sebaliknya.

2. Puasa muharram

Puasa ini dilaksanakan hanya pada bulan Muharram. Biasannya dilaksanakan pada tanggal 10 dan lebih dikenal dengan puasa Asyura

3. Puasa bulan Sya’ban

Merupakan Amalan yang dilaksanakan hanya di bulan Sya’ban

4. Puasa Nabi Dawud

Puasa Nabi Dawud adalah puasa yang dilakukan secara selang seling. Yang mana sehari kita berpuasa, maka besok tidak, lalu dilanjutkan luasa puasa lagi dan seterusnya

5. Puasa Dzulhijjah

Merupakan puasa yang sunnah dilaksanakan selama 10 hari di bulan dzulhijjah menjelang Idul Adha.

6. Dan lain-lain

Perbedaan puasa Syawal dibanding puasa-puasa sunnah yang disebutkan diatas adalah hubungannya dengan bulan Ramadhan. Bahwasannya, apabila menilik Hadist yang berbunyi :

Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama setahun.

Nah, bisa dikatakan bahwa puasa syawal merupakan follow up dari puasa Ramadhan.

Baca juga :

Apa Hukum Puasa Syawal Sebelum Qadha Puasa Ramadhan?

Untuk memahami hal ini, mari simak Fatwa yang diutarakan oleh Imam Ibnu Utsaimin berkaitan tentang wanita yang memiliki utang puasa ramadhan, sementara dia ingin puasa syawal.

Beliau mengatakan

إذا كان على المرأة قضاء من رمضان فإنها لا تصوم الستة أيام من شوال إلا بعد القضاء ، ذلك لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول : ( من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال ) ومن عليها قضاء من رمضان لم تكن صامت رمضان فلا يحصل لها ثواب الأيام الست إلا بعد أن تنتهي من القضاء

Apabila seorang wanita memiliki hutang puasa di bulan ramadhan, maka dia tidak boleh puasa syawal kecuali setelah selesai qadha. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal…”. Sementara orang yang masih memiliki utang puasa ramadhan belum disebut telah berpuasa ramadhan. Sehingga dia tidak mendapatkan pahala puasa 6 hari di bulan syawal, kecuali setelah selesai qadha. (Majmu’ Fatawa, 19/20).

Atas Fatwa diatas, dapat disimpulkan bahwasannya, hukumnya tidak boleh melaksanakan Puasa Sunnah Syawal apabila belum ‘membayar hutang’ puasa Ramadhan. Karena posisi puasa sunnah syawal ada di belakang puasa Ramadhan secara langsung, dan semisal puasa utama nya belum komplit, maka puasa sunnah follow up nya tidak boleh dilaksanakan sebelum hutang puasa wajib terbayar.

Mengamalkan Amalan Puasa Sunnah Lain sebelum Mengqadha Puasa Ramadhan

Lantas bagaimanakah kedudukan puasa sunnah yang lain apabila dilaksanakan sebelum Qadha? Berdasarkan hadist diatas, maka amalan yang lain boleh dilakukan, pasalnya puasa sunnah yang lain tidak berhubungan langsung dengan puasa Ramadhan.

Namun tentu saja, apabila kita memiliki waktu untuk melaksanakan puasa Sunnah, maka yang lebih utama dilaksanakan adalah meng Qadha puasa Ramadhan rerlebih dahulu, karena dilihat dari skala prioritas, maka puasa Ramadhan yang sifatnya wajib tapi ‘berlubang’ alangkah baik apabila digenapi terlebih dahulu. Karena pada dasarnya, setiap hutang yang kita lakukan apabila kita sudah mampu untuk melunasinya, maka baik segera dilunasi. Agar apapun yang terjadi di kemudian hari tidak merugikan kita sendiri.

Baca juga:

Apakah Boleh Hukumnya Membayar Puasa Ramadhan dan Melakukan Puasa Sunnah Syawal dalam Satu Niat?

Pertanyaan seperti ini bisa saja muncul dikarenakan kita melaksanakan Qadha berdekatan dengan puasa Sunnah Syawal. Adapun pada dasarnya puasa 6 Hari Syawal tidak memiliki ketentuan, tanggal dan bisa dilaksanakan di tanggal mana saja selama masih di bulan Tersebut.

Apabila semisal kita meniatkan meng Qadha puasa Ramadhan di tanggal 1-4 Sya’ban kemudian diikuti melakukan Puasa Sunah Syawal di tanggal 5-10. Apakah niatnya menjadi satu? (satu niat)

Jawabannya tentu saja tidak. Pasalnya meskipun dilaksanakan secara berurutan, namun itu merupakan 2 amalan yang berbeda. Jadi tidak bisa dijadikan satu. Kembali ke syarat melaksanakan Puasa Syawal terlebih dahulu yang mana Puasa Ramadhan harus komplit. Maka puasa Syawal hanya boleh dilaksanakan setelah Qadha puasa Ramadhan.

Itulah sedikit penjelasakn perihal hukum puasa syawal sebelum qadha puasa ramadhan. Kesimpulannya adalah Tidak boleh, berdasarkan kepada Hadist yang merujuk pada ketentuan Puasa Ramadhan harus komplit terlebih dahulu dan Puasa Sunnah Sya’ban baru boleh dilaksanakan.

Termasuk tidak masuk akal juga apabila seorang mendahulukan amalan sunnah didepan amalan wajib. Hal tersebut tidak dibenarkan. Wallahu a’lam  bishowab

Selebihnya, mari kita lebih memperdalam kembali ilmu-ilmu perihal fiqih agar kita menjadi pribadi yang lebih baik dibanding hari kemarin. Semoga kita selalu diberikan petunjuk oleh Allah untuk tetap di jalan yang benar. Amin, InsyaAllah

Hamsa,

The post Hukum Puasa Syawal Sebelum Qadha Puasa Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Menggabungkan Niat Puasa Sunnah Dengan Puasa Qadha Ramadhan https://dalamislam.com/puasa/hukum-menggabungkan-niat-puasa-sunnah-dengan-puasa-qadha-ramadhan Wed, 08 May 2019 01:40:38 +0000 https://dalamislam.com/?p=6544 Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang pelaksanaannya diwajibkan bagi seluruh umat Islam yang mukallaf. Hal ini didasarkan atas firman Allah SWT dalam Al Qur’an yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 183) Namun, Islam tidak mewajibkan berpuasa […]

The post Hukum Menggabungkan Niat Puasa Sunnah Dengan Puasa Qadha Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang pelaksanaannya diwajibkan bagi seluruh umat Islam yang mukallaf. Hal ini didasarkan atas firman Allah SWT dalam Al Qur’an yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
(QS. Al Baqarah : 183)

Namun, Islam tidak mewajibkan berpuasa bagi perempuan yang mengalami haid dan nifas di bulan Ramadhan, orang yang sakit di bulan Ramadhan dan orang yang sedang bepergian. Meskipun begitu, mereka diwajibkan untuk menggantinya atau mengqadha puasanya sebanyak hari yang ditinggalkan di luar bulan Ramadhan.

Selain itu, Islam juga mengatur mereka yang diberi keringanan dan yang boleh meninggalkan puasa serta cara menggantinya. Lalu, bagaimana hukum menggabungkan niat puasa sunnah dengan puasa qadha Ramadhan?

Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata : ‘Kami pernah kedatangan hal itu (haid), maka kami diperintahkan mengqadha puasa dan tidak diperintahkan mengqadha shalat.”
(HR. Muslim)

Allah SWT berfirman,

“… Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain … “
(QS. Al-Baqarah : 184)

Baca juga:

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah boleh menggabungkan niat puasa sunnah dengan puasa qadha dan bagaimana hukumnya? Terkait dengan hal ini, ada beberapa pendapat yang berkaitan dengan hukum menggabungkan niat puasa sunnah dengan puasa qadha Ramadhan sebagai berikut.

1. Tidak dibolehkan menggabungkan niat puasa Syawal dengan niat puasa qadha Ramadhan

Sebagian ulama berpendapat bahwa mereka yang hendak berpuasa sunnah enam hari di bulan Syawal diharuskan menyelesaikan qadha puasa Ramadhannya terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar mereka memperoleh pahala puasa seperti puasa selama setahun. Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa yang puasa Ramadhan, kemudian dia ikuti dengan enam hari puasa Syawal, maka seperti puasa setahun.”
(HR. Muslim)

Baca juga :

2. Tidak dibolehkan menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan niat puasa sunnah lainnya

Sebagian ulama berpendapat bahwa menggabungkan niat puasa qadha dengan niat macam-macam puasa sunnah lainnya adalah tidak boleh karena masing-masing merupakan dua jenis ibadah yang berbeda sehingga harus dikerjakan sendiri-sendiri. Menurut Fatawa Syabakah Islamiyah,

“Orang yang melaksanakan puasa wajib, baik qadha Ramadhan, puasa kaffarah, atau puasa lainnya, tidak sah untuk digabungkan niatnya dengan puasa sunnah. Karena masing-masing, baik puasa wajib maupun sunnah, keduanya adalah ibadah yang harus dikerjakan sendiri-sendiri. Dan puasa sunnah bukan turunan dari puasa wajib. Sehingga tidak boleh digabungkan niatnya.”
(Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 7273)

Baca juga :

3. Boleh menggabungkan niat puasa sunnah dengan niat puasa qadha Ramadhan

Sebagian ulama berpendapat bahwa menggabungkan niat puasa sunnah dengan niat puasa ganti Ramadhan atau qadha Ramadhan dibolehkan sepanjang puasa sunnah itu tidak memiliki keterkaitan dengan puasa wajib. Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,

“Orang yang melakukan puasa hari Arafah, atau puasa hari Asyura, dan dia punya tanggungan qadha Ramadhan, maka puasanya sah. Dan jika dia meniatkan puasa pada hari itu sekaligus qadha Ramadhan, maka dia mendapatkan dua pahala : pahala puasa Arafah, atau pahala puasa Asyura dan pahala puasa qadha. Ini untuk puasa sunnah mutlak, yang tidak ada hubungannya dengan Ramadhan.”
(Fatawa as-Shiyam, 438)

Dari ulasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa yang paling mendekati kebenaran adalah dibolehkan menggabungkan niat puasa sunnah dengan puasa qadha selain puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Allahu ‘alam.

Demikianlah ulasan singkat tentang hukum menggabungkan niat puasa sunnah dengan puasa qadha Ramadhan. Semoga bermanfaat.

The post Hukum Menggabungkan Niat Puasa Sunnah Dengan Puasa Qadha Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>