ramalan Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/ramalan Mon, 20 Jun 2022 02:49:34 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png ramalan Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/ramalan 32 32 Apakah Mempercayai Ramalan Cuaca Termasuk Syirik? https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/apakah-mempercayai-ramalan-cuaca-termasuk-syirik Mon, 20 Jun 2022 02:49:33 +0000 https://dalamislam.com/?p=11659 Islam telah mengharamkan ramalan atas nasib, masalah jodoh, rejeki, hoki dan juga ramalan bindang. Para penyihir telah menggunakan konstalasi bintang-bintang di langit sebagai dasar atas kebohongannya. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu dari bintang-bintang, berarti telah mempelajari salah satu cabang dari ilmu sihir. Semakin bertambah ilmunya, semakin dalam […]

The post Apakah Mempercayai Ramalan Cuaca Termasuk Syirik? appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Islam telah mengharamkan ramalan atas nasib, masalah jodoh, rejeki, hoki dan juga ramalan bindang. Para penyihir telah menggunakan konstalasi bintang-bintang di langit sebagai dasar atas kebohongannya.

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Siapa yang mempelajari ilmu dari bintang-bintang, berarti telah mempelajari salah satu cabang dari ilmu sihir. Semakin bertambah ilmunya, semakin dalam ia mempelajari sihir tersebut.” (QS. Abu Dawud).

Demikian juga riwayat Al-Bazzar dengan sanad yang bagus dari Imran bin Hushain, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

Bukan termasuk golongan kita orang yang meramal atau minta diramalkan, orang yang berdukun atau minta didukunkan, orang yang menggunakan sihir (santet) atau mengambil faidah dari ilmu santet.”

Maka siapa saja yang mengaku mengetahui perihal ghaib bisa termasuk tukang nujum, atau yang sejenis itu. Karena Allah telah merahasiakan ilmu ghaib. Sebagaimana firman Allah:

“Katakanlah, tidak ada yang mengetahui keghaiban di langit dan di bumi melainkan Allah..”

Prakiraan Cuaca Bukan Ramalan Cuaca

Istilah yang benar barangkali bukan ramalan cuaca, melainkan prakiraan cuaca. Istilah “ramalan cuaca” adalah nama program siaran TVRI zaman dahulu. Para ulama di Hijaz dalam banyak kesempatan secara tegas menyebutkan bahwa prakiraan cuaca bukanlah bagian dari ramalan penyihir yang haram.

Karena prakiraan ini adalah hasil pengamatan tanda-tanda di atmosfer terkait dengan tekanan, suhu, arah angin, kelembaban dan sebagainya. Semua merupakan sebuah ilmu yang tidak ada kaitannya dengan alam ghaib.

Dan prakiraan cuaca ini sangat diperlukan untuk penerbangan dan hal lainnya. Jadi bukan mengada-ada atau bersifat klenik. Prakiraan cuaca ini terkadang meleset juga, terutama untuk negeri kita.

Barangkali karena satelite pemantau cuaca yang kita miliki sangat terbatas. Berbeda dengan beberapa negeri maju yang memang telah memiliki satelit pemantau cuara yang sudah sangat baik, sehingga akurasinya sudah sedemikian detail.

Jumlahnya pun tidak sedikit. Prakiraan cuaca didasarkan atas hasil pengamatan satelit buatan ini. Satelit mengawasi cuaca dan iklim Bumi, dan dapat melihat lebih banyak awan dan sistem awan, termasuk juga cahaya perkotaan, kebakaran, polusi, cahaya aurora, badai pasir ataudebu, tumpukan salju, pemetaan es, gelombang samudra, pembuangan energi dan lainnya.

Yang menarik, dengan satelit cuaca ini, semua gambar yang dikirim akan terlhat real time, sehingga memang wajar kalau bisa diperkirakan akan terjadi hujan di mana dalam berapa lama dan seterusnya. Karena pergerakan awan memang bisa terlihat dengan jelas.

Namun secanggih apa pun sebuah satelit pengamat cuaca, harus diakui bahwa karakteristik lokal setempat mempunyai peranan sangat penting pada pola cuaca lokal.

Jadi belum tentu apa yang terlihat di layar satelit itu menjadi kenyataan di atas tanah. Salah satu diantara sebab kesalah-pahaman dalam membaca adalah kurang bisa memahami istilah.

Terlebih istilah yang ambigu. Sebagian orang memahami seuatu istilah tidak sebagaimana konteksnya. Salah satu contohnya adalah ramalan.

Bisa kita nyatakan, kata ini termasuk ambigu. Bisa digunakan dalam banyak kalimat dengan konteks yang berbeda.

Seperti ramalan cuaca dan ramalan paranormal, jelas konteksnya berbeda. Karena masing-masing disimpulkan dari cara yang berbeda.

Terkait hukum ramalan cuaca, Imam Ibnu Utaimin memberikan beberapa catatan yang perlu digaris bawahi, Pertama, Rincian keterangan tentang turunnya hujan termasuk ilmu ghaib (informasi yang hanya diketahui oleh Allah). Allah berfirman:

:إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

Sesungguhnya Allah, hanya miliknya informasi kapan kiamat, dia yang menurunkan hujan, dan dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Tidaklah satupun jiwa mengetahui apa yang akan dia lakukan besok, dan tidak ada satupun jiwa dimana dia akan mati..” (QS. Luqman: 34)

Untuk itu, siapa yang mengklaim mengetahui hal yang ghaib, termasuk mengaku mengetahui kapan hujan turun, berapa jumlahnya, dst. maka dia telah melakukan perbuatan kekafiran, karena mendustakan firman Allah:

قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

Katakanlah, tidak ada satupun di langit dan di bumi yang mengetahui hal ghaib, kecuali Allah. (QS. An-Naml: 65).

Kedua, Menggunakan Indikator lahiriyah, bukan termasuk menebak ilmu ghaib Imam Ibnu Utsaimin mengatakan:

وأما من أخبر بنزول مطر أو توقع نزول مطر فيl المستقبل بناءً على ما تقتضيه الآلات الدقيقة التي تقاس بها أحوال الجو فيعلم الخبيرون بذلك أن الجو مهيأ لسقوط الأمطار فإن هذا ليس من علم الغيب بل هو مستند إلى أمر محسوس والشيء المستند إلى أمر محسوس لا يقال إنه من علم الغيب

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridahiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan belakangnya” [al-Jin/: 26-27].

Menyampaikan informasi tentang turunnya hujan atau perkiraan turunnya hujan pada beberapa waktu berikutnya, berdasarkan hasil penelitian dengan alat canggih, untuk memprediksi kondisi cuaca, sehingga ahli meteorologi bisa menyimpulkan bahwa cuaca mengarah pada turunnya hujan. Informasi semacam ini, tidak termasuk ilmu ghaib.

Namun prakiraan cuaca mengacu pada indikator lahiriyah. Semua kesimpulan yang mengacu pada indikator lahiriyah, tidak bisa disebut bahwa itu ilmu ghaib.

The post Apakah Mempercayai Ramalan Cuaca Termasuk Syirik? appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Membaca Garis Tangan Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-membaca-garis-tangan-dalam-islam Thu, 16 Aug 2018 03:11:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=4077 Dunia ramal meramal semakin eksis akhir-akhir ini. Bahkan semakin banyak para peramal dadakan yang terkenal di televisi. Salah satu bentuk ramalan yang banyak dipelajari dan digunakan adalah membaca garis tangan. Beberapa orang mengaku dapat membaca jodoh, rejeki, dan perkara lainnya melalui garis tangan. Mereka bahkan menjadi orang yang selalu didatangi ketika klien mereka mempunyai masalah. […]

The post Hukum Membaca Garis Tangan Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dunia ramal meramal semakin eksis akhir-akhir ini. Bahkan semakin banyak para peramal dadakan yang terkenal di televisi. Salah satu bentuk ramalan yang banyak dipelajari dan digunakan adalah membaca garis tangan.

Beberapa orang mengaku dapat membaca jodoh, rejeki, dan perkara lainnya melalui garis tangan. Mereka bahkan menjadi orang yang selalu didatangi ketika klien mereka mempunyai masalah.

Sesungguhnya Islam tidak pernah mengenal dengan ilmu membaca garis tangan. Membaca garis tangan atau ramalan menurut Islam adalah salah satu cara setan untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa syirik dalam Islam.

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa selain dosa itu (syirik) bagi siapa yang dia kehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh dia telah melakukan dosa yang besar.” (An-Nisaa: 48)

Allah ta’ala berfirman,

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tiada seorang penolongpun bagi orang-orang zhalim tersebut.” (QS. Al Maa’idah: 72)

Baca juga:

Allah ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada para Nabi sebelum engkau, ‘Jika kamu berbuat syirik maka pastilah seluruh amalmu akan lenyap terhapus dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah memberitakan bahwa Dia mengutus para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitabNya agar manusia menegakkan yaitu keadilan. Salah satu di antara keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok terbesar dan pilar penegak keadilan. Sedangkan syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik merupakan kezaliman yang paling zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil…” (Ad Daa’ wad Dawaa’, hal. 145)

Syirik merupakan dosa besar dalam Islam. Dosa yang tidak terampuni dalam Islam adalah syirik karena merupakan bentuk kezaliman yang paling zalim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabatnya yang artinya, “Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa-dosa yang paling besar?” (beliau ulangi pertanyaan itu tiga kali) Maka para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Berbuat syirik terhadap Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga:

Allah sangat membenci para pelaku syirik, baik yang meramal maupun yang minta diramalkan. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, “Aku adalah Zat yang Maha Kaya dan paling tidak membutuhkan sekutu, oleh sebab itu barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang dia mempersekutukan sesuatu dengan-Ku di dalam amalnya itu maka pasti Aku akan telantarkan dia bersama kesyirikannya itu.” (HR. Muslim)

Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan,

“Barang siapa yang bisa membersihkan diri dari ketiga macam syirik ini dalam penghambaaan dan tauhidnya kepada Allah, dia mengesakan Zat-Nya, beribadah hanya kepada-Nya dan mengesakan sifat-sifatNya, maka dialah muwahhid sejati. Dialah pemilik berbagai keutamaan khusus yang dimiliki oleh kaum yang bertauhid. Dan barangsiapa yang kehilangan salah satu bagian darinya maka kepadanyalah tertuju ancaman yang terdapat dalam firman Allah ta’ala, semacam,

“Sungguh jika kamu berbuat syirik niscaya akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar termasuk orang yang merugi”. Camkanlah perkara ini, sebab inilah perkara terpenting dalam masalah akidah…” (Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah, Syarh wa Ta’liq, hal. 17-18)

Lalu bagaimana bisa beberapa ramalan justru tepat? Hal ini telah informasi dari langit dan menyampaikannya pada si peramal. Imbalan yang diminta dari si peramal pun tidak main-main, yakni menemani mereka di neraka.

Allah berfirman, “Dan sesungguhnya kami telah menjadikan dilangit gugusan bintang dan kami telah menghiasi langit itu untuk orang-orang yang memandangnya dan kami telah menjaganya dari dari setiap setan yang terkutuk kecuali yang telah mencuri berita yang didengarnya (melalui malaikat) lalu dia dikejar-kejar oleh semburan api yang terang.” (Al-Hijr 16 – 18)

Allah berfirman “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).

Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10). Berita langit yang setan tersebut curi sangat sedikit sekali. (I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, 2/14-15, Terbitan Ulin Nuha, tahun 2003.)

Baca juga:

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ * وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ * لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ * دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ * إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ

Sesungguhnya Aku telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka,syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, Akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang terang.” (QS. As-Shaffat: 6 – 10).

Bahkan dalam sebuah hadits dijelaskan tentang bagaimana para setan mencuri berbagai informasi dari langit.

“Setan-setan penyadap berita itu pun mendengarkan berita itu. Para penyadap berita itu posisinya saling bertumpuk-tumpukkan. Mereka memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-jemarinya.

Jika setan yang di atas mendengar berita itu, maka segera disampaikan kepada setan yang berada di bawahnya. Kemudian yang lain juga menyampaikan kepada setan yang berada di bawahnya hingga sampai kepada tukang sihir dan dukun.”

“Terkadang setan penyadap berita itu terkena api sebelum sempat menyampaikan berita itu. Terkadang pula setan itu bisa menyampaikan berita itu sebelum terkena api. Lalu dengan berita yang didengarnya itulah tukang sihir atau dukun membuat 100 kedustaan. Orang-orang yang mendatangi tukang sihir atau dukun pun mengatakan,

“Bukankah pada hari ini dan itu, dia telah mengabarkan kepada kita bahwa akan terjadi demikian dan demikian?” Akibatnya, tukang sihir dan dukun itu pun dipercaya karena satu kalimat yang telah didengarnya dari langit. (HR. Bukhari no. 4800)

Itulah cara bagaimana setan bekerjasama dengan para peramal dalam membaca garis tangan. Demikianlah artikel tentang hukum membaca garis tangan dalam Islam yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

The post Hukum Membaca Garis Tangan Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Percaya Ramalan Menurut Islam – Boleh atau Tidak? https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/ramalan-menurut-islam Thu, 30 Mar 2017 07:09:18 +0000 http://dalamislam.com/?p=1413 Sering kali manusia menginginkan hidupnya sukses dan terencana dengan baik menurut kesuksesan Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam. . Akan tetapi, sering kali usaha untuk sukses dan merencanakan hidup tersebut dilakukan bukan atas dasar aqidah dan syariat yang benar dalam islam. Segala cara bahkan hal-hal […]

The post Hukum Percaya Ramalan Menurut Islam – Boleh atau Tidak? appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sering kali manusia menginginkan hidupnya sukses dan terencana dengan baik menurut kesuksesan Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam. . Akan tetapi, sering kali usaha untuk sukses dan merencanakan hidup tersebut dilakukan bukan atas dasar aqidah dan syariat yang benar dalam islam. Segala cara bahkan hal-hal yang mengandung kesyirikan dilakukan agar bisa mencapai tujuannya.

Salah satu yang sering dilakukan masyarakat dan tanpa sadar mengikutinya adalah persoalan ramalan. Dalam hal ini umat islam perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan ramalan dan juga ramalan seperti apa yang dilaran oleh islam, sehingga bisa mendekatkan kepada kesyirikan.

Padahal Allah telah berfirman dalam Al-Quran “Katakanlah (hai Muhammad) tidak ada seorang pun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara gaib kecuali Allah saja” (QS : An-Naml: 65)

Sebelum menentukan boleh atau tidaknya ramalan, tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ramalan, jenisnya, dan pandangan islam terhadap ramalan itu sendiri. Dengan mengetahui seluk beluknya secara detail, maka umat islam tidak akan terjebak dalam ramalan yang menyesatkan dan menjerumuskan manusia pada kesyirikan.

Baca juga:

Pengertian Ramalan

Secara umum, ramalah berarti memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang dengan pendapat atau perkiraan manusia. Ramalan sendiri bersifat prediktif karena tidak ada yang bisa memastikan atau menentukan secara pasti tentang kondisi mendatang kecuali hanya kekuasaan Allah SWT.

Hal ini dikarenakan ramalan berasal dari makhluk Allah yang sangat realtif bukan mutlak. Dalam memperkirakan atau memprediksi terkadang manusia sering keliru atau salah karena banyak variabel atau aspek-aspek yang terlewat dan tidak masuk dalam perhitungan. Untuk itu, ramalan manusia sering kali meleset atau keliru.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali melakukan ramalan-ramalan. Tentunya ramalan sendiri bukan hal yang harus 100% dipercaya secara mutlak dan dijadikan sebagai pegangan utama dalam kehidupan. Ramalan bisa bersifat reference atau malah bahkan diharamkan ketika masuk ke dalam ranah syirik atau menduakan kebesaran Allah SWT.

Baca juga:

Jenis-Jenis Ramalan dan Contohnya

Dalam pengertiannya ramalan bersifat prediksi atau perkiraan yang akan datang. Secara umum, ramalah terdiri dari 3 jenis. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis ramalan.

  1. Ramalan Ilmiah

Ramalan ilmiah adalah ramalan yang berasal dari perkiraan yang berbasiskan ilmu pengetahuan atau keilmiahan. Ramalan seperti ini, masih diperbolehkan dan tidak diharamkan selagi memiliki manfaat dan kemasalahatan yang bagi ummat.

Allah sendiri memberikan perintah untuk mengikuti pengetahuan bukan hawa nafsu, “Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun” (QS Ar-Rum :29)

Contoh Ramalan yang berbasis kepada fakta ilmiah, data, dan penelitian ini misalnya adalah:

  • Prediksi turunnya hujan
  • Prediksi turunnya bencana.
  • Prediksi kelahiran bayi.
  • Prediksi akibat sebuah penyakit.
  • Prediksi kondisi kesehatan.
  • Prediksi keuangan.
  • Prediksi karakteristik suatu benda atau alam.

Prediksi-prediksi ini bersifat ilmiah dan menggunakan ilmu pengetahuan alam yang benar. Jika digunakan sesuai sunnatullah yang Allah berikan tentu akan memberikan manfaat yang banyak bagi ummat manusia.

Akan tetapi, walaupun bersifat ilmiah dan memiliki dasar pengetahuan ramalan ini pun juga bisa saja salah. Hal ini dikarenakan adanya kelemahan manusia, ketidaktelitian, kurangnya variabel yang diperkirakan, dan lain sebagainya. Untuk itu, penempatan ramalan ini hanya bersifat perkiraa, reference, dan bukan sebagai kepercayaan mutlak sebagai satu-satunya yang benar.

Contohnya adalah perkiraan dokter terhadap kelahiran bayi, bisa bersifat benar dan bisa bersifat salah karena berubah-rubahnya kondisi dan variabel. Dan itulah titik kelemahannya manusia.

Baca juga:

  1. Ramalan Berasal Dari Jin atau Tanpa Dasar

Ramalan yang berasal dari ilmu hitam, jin, atau orang pintar (six sense), adalah hal yang dilarang oleh islam.

Hal ini disampaikan dalam Al-Quran dalam QS Jin : 8-10, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui rahasia langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan lontaran api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan berita-beritanya. Tetapi sekarang barangsiapa yang mencoba mendengar-dengarkan seperti itu tentu akan menjumpai lontaran api yang mengintai untuk membakarnya. Dan sungguh dengan adanya penjagaan tersebut kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.”

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Jin bisa mencuri informasi masa depan. Untuk itu, banyak sekali peramal atau orang-orang yang merasa bisa membaca masa depan tanpa dasar apapun karena bisikan setan atau berkawan dengan jin. Hal inilah yang mendekatkan kepada kesyirikan, karena telah menggantungkan informasi ghaib kepada jin atau setan.

Dalam hal lain, ada juga yang merasa memiliki kemampuan untuk membaca masa depan, padahal dirinya hanyalah manusia dan juga memiliki keterbatasan. Hal ini juga disampaikan dalam sebuah hadist.

“Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu menanyakan kepada tentang satu ramalan, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam” (HR. Muslim)

Contoh meminta ramalan dari seorang yang menggunakan orang pintar, jin, atau dukun yang diharamkan adalah:

  • Meminta ramalan jodoh.
  • Meminta ramalan rezeki.
  • Meminta ramalan kematian.
  • Meminta ramalan nasib beberapa tahun kedepan atau waktu kedepan.
  • Meminta ramalan pekerjaan yang akan didapatkan.
  • Ramalan Bintang atau Zodiak.
  • Dan lain sebagainya.

Hal ini tentu dilarang, karena semuanya bergantung kepada doa dan ikhtiar manusia bukan pada apa yang diramalkan. Nasib manusia bisa berubah ketika manusia bisa berusaha dengan ikhtiar yang kuat dan ketawaqalan kepada Allah SWT. Jangan sampai kita mengikuti ramalan jin, paranormal, atau dukun hingga bertentangan dengan rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman.

Hikmah Menjauhi Ramalan Jin, Dukun, atau Paranormal

Ada banyak sekali hikmah jika kita menjauhi bahkan tidak mempercayai ramalan-ramalan yang berasal dari jin, dukun, atau paranormal. Mereka semua tentu bukan informasi yang valid, bisa sangat salah, bahkan tidak ada pendasaran yang kuat dari apa yang telah diramalkannya.

  1. Menjaga Keimanan Kepada Allah SWT

Kita dapat terhindar dari kesyirikan jika mengindari ramalan tersebut. Tentu saja setan selalu menggoda manusia dari berbagai pintu dan usaha. Untuk itu, jika tidak mempercayai dan menggunakan ramalan kita telah menutup satu pintu godaan setan dan menjaga keimanan kita, agar tetap yakin dan terjaga.

Keimanan kepada Allah adalah hal utama karena merupakan pondasi dari Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama.

  1. Ikhtiar dan Tawakal Lebih Kuat

Dengan selalu menjauhi ramalan, tentunya ikhtiar kita lebih kuat dan lebih besar. Hal ini dikarenakan kita fokus pada usaha bukan pada apa yang diramalkan oleh orang lain. Tentu saja keberhasilan orang lain tentu berdasarkan kepada ikhtiar yang kuat dan ketawakalan kepada Allah SWT. Semoga kita terhindari dari usaha-usaha jin, setan, dan kejahatan manusia terhadap keimanan dan kesyirikan terhadap Allah SWT.

The post Hukum Percaya Ramalan Menurut Islam – Boleh atau Tidak? appeared first on DalamIslam.com.

]]>