riya Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/riya Sat, 31 Mar 2018 02:02:59 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png riya Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/riya 32 32 10 Penyebab Penyakit Hati Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/penyebab-penyakit-hati-dalam-islam Sat, 31 Mar 2018 02:02:59 +0000 https://dalamislam.com/?p=3162 Hati adalah bagian tubuh yang mempunyai peran penting dalam perilaku seorang manusia. Sebagaimana sabda Rasul: “Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati”. (HR Muslim, no. 1599. Hadits […]

The post 10 Penyebab Penyakit Hati Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hati adalah bagian tubuh yang mempunyai peran penting dalam perilaku seorang manusia. Sebagaimana sabda Rasul:

Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati”. (HR Muslim, no. 1599.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-beda namun maknanya sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi dalam Arba’in an-Nawawiyah, hadits no. 6, dan Riyadhush-Shalihin, no. 588)

Untuk itulah,  salah satu fungsi agama adalah menjaga hati agar tetap baik. Namun sering kali seseorang justru tidak mengerti bahwa tujuan penciptaan manusia adalah hidup dalam pedoman Al Quran dan As Sunnah sehingga muncullah penyakit hati menurut Islam yang merusak aqidahnya. Berikut adalah beberapa penyebab penyakit hati dalam Islam.

1. Kurangnya keimanan

Hal pertama yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit hati adalah karena kurangnya keimanan dalam hati.  Hati yang tidak memiliki keimanan lama kelamaan akan menjadi penyebab matinya hati.  Lakukan cara meningkatkan iman dan taqwa agar terjauh dari berbagai penyakit hati.

2. Selalu mengeluh

Allah berfirman: “Sesunguhnya mansia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (Q. S. Al ma’arij :19-21)

Hukum mengeluh dalam Islam adalah dilarang.  Manusia yang suka mengeluh akan menyebabkan terkena penyakit hati,  seperti malas,  juga iri dengki dalam Islam.

3. Kurang bersyukur

Rasa kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT akan menyebabkan penyakit hati. Dengan mengikuti cara bersyukur menurut Islam,  hati akan terhindar dari berbagai penyakit hati.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (Q. S.  Al Baqarah: 172)

4. Selalu berbuat maksiat

Perbuatan maksiat akan membuat hati menjadi keras sehingga sulit untuk menerima nasehat baik.  Orang yang suka berbuat maksiat akan menjadi egois,  berhati kotor,  dan gampang emosi. Padahal Allah telah berfirman:

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Q. S. Yusuf: 53)

5. Berbuat syirik

Syirik dalam Islam merupakan salah satu dosa besar dalam Islam.  Syirik menyebabkan pelakunya akan memiliki aqidah yang cacat selama ia melakukan syirik. Allah berfirman :

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَٱلْأَنْعَٰمِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

Artinya: “atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Q. S. Al Furqan : 44)

6. Lalai berdzikir

Salah satu keutamaan dzikir adalah mampu menjauhkan hati dari berbagai penyakit hati.  Bagi mereka yang lalai berdzikir,  maka hatinya pun akan dipenuhi dengan penyakit hati,  seperti sombong dalam Islam dan pamer dalam Islam.

وَٱقْتَرَبَ ٱلْوَعْدُ ٱلْحَقُّ فَإِذَا هِىَ شَٰخِصَةٌ أَبْصَٰرُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا بَلْ كُنَّا ظَٰلِمِينَ

Artinya: “Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim”.(Q. S. Al Anbiya: 97)

7. Terlalu mengejar dunia

Seseorang yang selalu mengejar dunia dan mengabaikan bahkan berpaling dari Islam akan terkena berbagai penyakit hati. Allah berfirman: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan akud alam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Toha: 124-126)

8. Bangga dengan amal

Merasa amal jariyah yang dilakukan sudah banyak sehingga menyebabkan timbulnya penyakit sifat sombong dalam Islam.  Ia merasa aman padahal tidak sama sekali.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallah ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga.” Mereka bertanya, “tidak pula engkau ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Tidak pula saya. Hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah).” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik al-Bukhari)

Allah berfirman: Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Q. S.  Al Mu’min: 76]

9. Meninggalkan sholat

Kewajiban seorang Muslim adalah mengerjakan sholat fardhu dan puasa Ramadhan.  Seseorang yang sering meninggalkan sholat wajib dan puasa akan menjadi resah dan gelisah dalam menjalani hidup karena sholat dan puasa adalah salah satu cara mendapat jiwa tenang.

مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut : 45)

10. Tidak bersedekah

Keutamaan sedekah menurut Islam dan hikmah sedekah dalam Islam adalah menjaga Harta dan hati tetap bersih.  Sedekah dalam Islam sangat dianjurkan karena orang yang tidak bersedekah akan memiliki sifat pelit dan kikir. Rasulullah bersabda: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali Imran 180)

Demikianlah artikel tentang penyebab penyakit hati yang singkat ini.  Maka berhati- hatilah agar terhindar dari penyakit hati karena penyakit hati dapat menyebabkan kekafiran.  Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” ( Q. S. At Taubah: 125)

The post 10 Penyebab Penyakit Hati Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
15 Cara Menghindari Riya Menurut Islam https://dalamislam.com/akhlaq/cara-menghindari-riya Sat, 15 Jul 2017 04:06:48 +0000 http://dalamislam.com/?p=1748 Pernahkah Anda melakukan sebuah amalan, lalu memamerkan atau menunjukkannya kepada orang lain dengan maksud untuk mendapatkan pujian? Berhati-hatilah, barangkali hati telah terjangkit penyakit riya’. Sifat riya’ sangatlah berbahaya. Riya’ bisa menghapus pahala, dijauhi oleh Allah SWT dan celaka di akhirat. Bahkan Nabi Muhammad SAW menggolongkan riya’ ke dalam syirik kecil. Sebagaimana sabda beliau:  ” Sesuatu […]

The post 15 Cara Menghindari Riya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pernahkah Anda melakukan sebuah amalan, lalu memamerkan atau menunjukkannya kepada orang lain dengan maksud untuk mendapatkan pujian? Berhati-hatilah, barangkali hati telah terjangkit penyakit riya’. Sifat riya’ sangatlah berbahaya. Riya’ bisa menghapus pahala, dijauhi oleh Allah SWT dan celaka di akhirat. Bahkan Nabi Muhammad SAW menggolongkan riya’ ke dalam syirik kecil. Sebagaimana sabda beliau:

 ” Sesuatu yang sangat aku takutkan yang akan menimpamu ilah syirik kecil . Nabi Muhammad saw ditanya tentang apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu , maka beliau menjawab yaitu riya’. ” (HR.Ahmad)

Menghindari sikap riya’ memang bukanlah perkara mudah. Sebab pada dasarnya sifat manusia itu senang dipuji. Hanya orang-orang tertentu berhati ikhlas yang bisa menghindari sifat riya’. Nah, berikut ini beberapa cara menghindari riya’ yang bisa Kita praktekkan.

Baca juga:

  1. Luruskan niat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)

Cara menghindari riya’ yang pertama yakni dengan meluruskan niat. Ingatlah bahwa segala macam perbuatan kita bergantung pada niat. Apabila niat kita baik, Lillahi Ta’ala (hanya karena Allah SWT) maka insyaAllah itu akan dicatat sebagai pahala. Sebaliknya, jika terbesit rasa ingin dipuji oleh manusia maka perbuatan kita tidak memperoleh apapun. Bahkan bernilai dosa. Maka itu, sebelum melakukan sesuatu pastikan untuk memperbaiki niat dalam hati. (baca: Penyakit Hati Menurut Islam)

  1. Berdoa dan memohon pertolongan Allah SWT

Manusia adalah makhluk yang penuh dengan keterbatasan. Kita bisa menghandle segala hal hanya dengan menggandalkan diri sendiri. Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk melibatkan Allah dalam segala urusan. Termasuk berlindung dari sifat-sifat yang tercela seperti riya’. Jangan pernah lelah berdoa kepada Allah agar diperkuat keimanan dan dilindungi dari bisikan syetan. 

Baca juga:

  1. Menyadari kedudukan diri hanyalah seorang hamba

Manusia terkadang sering lupa diri. Kenikmatan dunia yang begitu memakau (seperti harta benda, kedudukan, wajah yang rupawan, dan keturunan) kerapkali membuat manusia menjadi sombong dan riya’ (pamer). Padahal semua kenikmatan tersebut adalah pemberian Allah SWT. Tapi manusia menganggap itu diperoleh dari usahanya sendiri. Na’udzubillahi mindzalik. Pemikiran inilah yang kemudian memicu munculnya penyakit hati. Hingga membawa manusia ke dalam kesesatan.

Hendaknya kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba Allah. Ciptaan Allah. Tak ada yang kita miliki di dunia ini. Semuanya hanya titipan yang bersifat fana dan pasti akan musnah. Apabila hati kita sanggup menyadari hal tersebut maka insyaAllah kita akan terhindar dari sifat riya’.

  1. Mengendalikan hati

Berusahalah mengendalikan hati agar tidak terbuai dengan pujian manusia. Sebuah pujian memang bisa memotiviasi diri menjadi lebih baik. Namun demikian, terkadang pujian juga bisa menjadi racun hingga membuat kita jadi riya’. Maka dari itu, cobalah untuk tidak berbangga diri. Ingatlah dan terus mengingat bahwa apa yang kita lakukan saat ini semata-mata karena izin Allah SWT. Kita mampu beramal karena diberikan rezeki berkecukupan. Kita bisa sholat dengan sempurna karena diberikan kesehatan. Jadi berterimakasihlah pada Allah SWT.

Baca juga:

  1. Memperbanyak bersyukur

Bersyukur dapat menjadi salah satu cara menghindari sifat riya’. Dengan memperbanyak rasa syukur kepada Allah SWT, kita tidak akan terlalu mengharapkan pujian dari orang lain. Cukup Allah yang menjadi saksi hidup kita. Dan sering-seringlah mengucapkan Alhamdulillah. Jangan sampai kita pamer ibadah hanya agar banyak teman, agar dicintai, diagung-agungkan atau mungkin agar naik jabatan. Percayalah pujian dari manusia tidak akan berlangsung selamanya. Lebih syukuri apa yang ada dan niatkan segala sesuatu hanya untuk Allah SWT. (baca: cara bersyukur menurut islamManfaat ucapan Alhamdulillah)

  1. Terus-menerus mengingat Allah Ta’ala

Telah dijelaskan dalam Al-Quran bahwasahnya syaitan tidak akan pernah lelah menggoda manusia menuju jalan yang sesat. Sebab itu, manusia harus sering meminta perlindungan kepada Allah, salah satunya lewat berdizikir.  Aktivitas dzikir akan membuat kita terus mengingat Allah. Dengan demikian, syaitan akan sulit mencari celah untuk masuk. Umumnya orang-orang yang gemar berlaku riya; jarang sekali menyebut asma Allah, sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142).

  1. Sembunyikan amal kebaikan seperti menyembunyikan aib

Cara selanjutnya untuk menghindari riya’ yakni dengan menyembunyikan ibadah dan amal-amal kebaikan. Tapi ibadah umum yang tidak bisa disembunyikan, seperti solat jamaah di masjid, membaca Al-quran atau puasa tak perlu ditutupi. Yang terpenting berusahalah ikhlas. Sedangkan ibadah yang bersifat pribadi seperti beramal ke masjid, bersedekah, solat tahajjud sebaiknya tak perlu dipamerkan. Cukup diri sendiri dan Allah Ta’ala yang tahu. Sembunyikan amal kebaikan layaknya kita menyembunyikan aib-aib dalam diri. Dengan demikian kita pun bisa terhindar dari pujian manusia dan jauh dari sifat riya’.

  1. Belajar ikhlas

Ikhlas adalah tiangnya sebuah amal shalih agar dapat diterima oleh Allah. Seseorang yang beramal dengan niat ikhlas dan tidak berharap pujian dari orang lain maka insyaAllah amalnya diterima oleh Allah SWT.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda:  “Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu”. (HR. Muslim)

Baca juga:

  1. Mengingat kematian

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR At-Trimidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Jika memang sulit untuk menghindari riya’, cobalah memperbanyak mengingat kematian. Baik di hati maupun lisan. Ingatlah bahwa hidup tidak akan selamanya. Pujian manusia tidak berarti apapun dan tidak mendatangkan pahala. Jadi, untuk apa mengejar pujian manusia? Pujian berlebihan justru bisa menjerumuskan manusia ke lubang neraka.

  1. Menggiatkan ibadah

Salah satu ciri orang yang suka riya’ biasanya ibadanya tidak rutin. Kadang solat, kadang tidak solat. Kebiasaan ini membuat seseorang semakin jauh dari Allah SWT. Hatinya semakin kosong, sehingga penyakit pun mudah ‘hinggap’. Berbeda dari orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah. Mereka sering membaca doa, Al-Quran, bersolawat, solat juga rutin sehingga hatinya pun menjadi tenang dan tidak mudah tergoda dengan pujian manusia.

  1. Membaca buku-buku agama

Orang tidak berilmu biasanya mudah terjerumus ke jalan yang sesat. Mudah ikut-ikutan dan tidak memiliki prinsip hidup. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa kebodohan dan kedzaliman adalah pangkal dari segala keburukan. Maka sebab itu, agar tidak terbawa pada keburukan maka perbanyaklah menggali ilmu pengetahuan. Khususnya ilmu agama. Karena agama menjadi perkara penting yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

Dengan memperbanyak membaca buku-buku agama, kita bisa memperoleh pengetahuan tentang bahayanya sifat riya’. Dan perihal pahala-pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT untuk orang-orang yang ikhlas. Dengan demikian kita bisa semakin termotivasi untuk berbuat ikhlas.

Baca juga:

  1. Menyadari bahwa Allah selalu mengawasi

Cara menghindari riya’ selanjutnya dengan menyadari bahwa Allah SWT selalu mengawasi kita. Bahkan disaat kita sendirian. Walaupun kita tidak bisa melihat Allah, tapi Allah bisa melihat kita. Rasulullah shollalllahu alaihi wasallam bersabda:

“Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu” (hadist Muttafaqun alaih)

Artikel Islam Lainnya:

  1. Selalu mengingat bahaya riya’

Sebagian dari kita mungkin masih menganggap bahwa riya’ adalah hal yang sepele. Bahkan terkadang kita tidak sadar bahwa telah melakukan riya’. Ketahuilah bahwa riya’ itu sifat yang sangat berbahaya. Riya’ tidak hanya membuat kita terjerumus ke neraka, tapi riya’ juga dianggap syirik kecil, menghapus amal pahala, dan dianggap lebih kejam dari fitnah Dajjal.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih aku takutkan bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” “Iya”, sahut sahabat. Beliau pun bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR. Ibnu Majah)

  1. Hidup dalam kesederhaan

Walaupun kita memiliki banyak harta, kerabat atau teman, sebaiknya jangalah bersikap sombong. Cobalah untuk tetap sederhana dalam bersikap. Kesederhaan membuat kita menjadi sosok yang lebih baik, ikhlas, dan tidak mudah melakukan riya’. Tidak perlu memamerkan amalan kita agar dipuji. Cukup bertindak sederhana, orang lain pasti bisa menilai apakah kita benar-benar orang baik atau bukan.

Baca juga:

  1. Memperbanyak meminta ampun pada Allah

Sering-seringlah meminta ampunan kepada Allah SWT. Kita manusia adalah tempatnya dosa dan khilaf. Terkadang bersikap pamer tapi tidak menyadari. Oleh karena itu, perbanyaklah beristighfar agar dosa-dosa kita dihapus oleh Allah. Dan teruslah memperbaiki diri dan bertaubat dari perbuatan-perbuatan yang tercela.

Demikianlah beberapa cara menghindari riya’ yang bisa kita lakukan. Intinya kita harus belajar ikhlas agar terhindar dari sifat riya’. Serta tak lupa memohon pertolongan dari Allah SWT secara terus-menerus. Semoga bermanfaat.

The post 15 Cara Menghindari Riya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/pamer-dalam-islam Mon, 19 Jun 2017 04:21:22 +0000 http://dalamislam.com/?p=1698 Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk Riya. Pamer dalam Islam tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu seperti apakah riya dan bagaimana jika dilakukan di dalam islam. Apakah riya sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum […]

The post Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk Riya. Pamer dalam Islam tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu seperti apakah riya dan bagaimana jika dilakukan di dalam islam. Apakah riya sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.

Pengertian dan Unsur Riya (Pamer)

Perbuatan pamer tentunya memiliki motif yang berbeda-beda. pamer sendiri memiliki dosa yang beratnya tidak sama masing-masingnya. Berikut adalah tujuan daripada berbuat riya biasanya adalah:

  • Tidak ada tujuan untuk mencari pahala, hanya untuk mencari pengakuan orang lain (misalnya : shalat saat ada yang melihat).
  • Tujuan mencari pahala yang sangat lemah, mencari pahala tapi hanya sedikit.
  • Tujuan mencari pahala sekaligus riya (berimbang).
  • Tujuan ibadah yaitu, penglihatan orang yang yang menjadi penguat dan pendorong mengerjakan amalan. Ada atau tidaknya orang tidak akan berpengaruh terhadap amalan yang dilakukannya.

Point ke empat adalah tentu suatu perilaku yang diharapkan ada pada umat islam. Tidak ada jaminan seseorang beribadah tanpa riya kecuali dirinya dan Allah sendiri yang menilai dan Maha Mengetahui. Untuk itu, maka penting kiranya sebelum melakukan ibadah kita mengecek terlebih dahulu niat yang ada dalam diri kita.

baca juga:

Selain tujuan tersebut, ada juga pamer dengan berbagai tujuan yang berbeda-beda. Diantaranya adalah:

  1. Tujuan Untuk Bisa Berbuat Maksiat

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan agar kita bisa berbuat maksiat. Misalnya saja adalah menghadiri suatu acara majelis ilmu demi untuk dapat maksiat mata yaitu melihat gadis-gadis cantik. Atau misalnya lagi menampakkan suatu kebaikan atau kesalihan demi disasksikan orang banyak dan mendapatkan kedudukan tertentu. Melakukan kebaikan agar tidak dibilang zhalim atau berdosa oleh orang-orang yang melihat. Misalnya korupsi, namun menampakkan suka sedekah.

Tentu saja untuk bisa menilai seperti ini, hanya Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Menilai. Tujuan seperti ini tidak akan bisa dideteksi secara sempurna oleh manusia pada orang lain. Tentu orang tersebut, malaikat, dan juga Allah yang Maha Mengetahui segala-galanya.

  1. Tujuan Untuk Mendapatkan Bagian Dunia yang Diperbolehkan

Pamer dengan tujuan seperti ini adalah riya yang berorientasi agar mereka mendapatkan keuntungan atau kebahagiaan tertentu dari kehidupan dunia. Misalnya saja mendapatkan harta, wanita, atau kedudukan dari perilaku riya tersebut. Mereka menjalankan amalan kebaikan bukan karena memang tulus untuk menjalankan perintah Allah, melainkan untuk mendapatkan sesuatu untuk kehidupan dirinya yang mengaburkan amalan-amalan shalihnya.

  1. Tujuan Untuk Bisa Dipandangan oleh Orang Khusus

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan untuk mendapatkan penghargaan, pandangan, dan juga kekhususan dari orang lain. Tentu saja untuk tujuan seperti ini tidak diperbolehkan dan juga tidak dikehendaki oleh Allah. Maka itu jauhkan dari hal tersebut.

Baca juga info islami lainnya:

Bahaya Berperilaku Riya (Pamer)

Perilaku riya bukan tidak mendatangkan pada mudharat. Perilaku ini tentu saja bertentangan dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam. Tentu saja ada bahaya-bahaya yang terjadi jika perilaku riya ini dilakukan oleh kita,khususnya sebagai seorang muslim. Berikut adalah bahaya riya, jika dilakukan.

  1. Membatalkan Amalan

 “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS Al Baqarah :264)

Dengan berbuat riya, hal ini akan membatalkan amalan kita atau menghilangkan amalan-amalan kebaikan kita. Hal ini dikarenakan niat kita bukan dilakukan karena keikhlasan pada Allah, melainkan untuk mendapatkan pujian, menyakiti hati orang lain, atau bahkan membuatnya menjadi sesuatu yang dibangga-banggakan. Tentu saja, hal ini harus dijauhi agar amalan kita tetap terjaga keikhlasannya dan pahalanya tidak menguap begitu saja.

Untuk berbuat baik dan melakukan hal kebaikan memang tidaklah mudah. Ada tantangan dan hambatan yang harus dilalui.

  1. Mendatangkan Murka Allah

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Lukman : 18)

Bagi mereka yang riya, tentunya mereka sebagaimana orang-orang yang sombong dan angkuh. Tentu Allah murka dan tidak menyukai orang-orang tersebut. Jangan sampai kita kehilangan Rahmat dan Kecintaan dari Allah hanya karena kita tidak benar-benar tulus dan ikhlas untuk menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Karena, tanpa Rahmat dari Allah tentunya manusia akan kehilangan nikmat yang banyak.

  1. Orang yang Celaka

 “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun :4-7)

Di surat Al-Mauun dijelaskan bahwa ada orang-orang yang celaka yaitu karena mereka lalai dan riya terhadap shalatnya. Mereka shalat dan melakukan ibadah hanya karena ada orang lain yang melihatnya. Tentu celakalah orang-orang seperti orang tersebut.

Jangan lupa baca:

Cara Menghindari Riya Menurut Islam

Agar kita terhindar dan terjauh dari bahaya riya, maka berikut adalah hal-hal yang harus kita lakukan. Jangan sampai ibadah kita rusak, amalan kita musnah, dan pahala kita hancur gara-gara kita riya dalam berbuat amalan.

  1. Bermujahadah atau Bersungguh-Sungguh dalam Ibadah

Setiap kali ibadah kita akan dihadiri oleh rasa riya, maka segera jauhkan keinginan tersebut dan hadirkanlah motivasi keakhiratan, ketauhidan, agar keinginan tersebut tidak hadir dalam ibadah kita. Jangan sampai riya tersebut hadir saat sebelum, saat ibadah, atau setelahnya. Jauhilah rasa tersebut agar tidak sampai pada kemurkaan Allah.

  1. Menghilangkan Penyebab Riya

Menghilangkan akar penyebab riya diantaranya adalah menjauhi segala sanjungan. Kita serahkan dan kembalikan sanjungan tersebut kepada Allah SWT. Jangan biarkan sanjungan tersebut membuat kita sombong dan memamerkannya kepada orang lain. Jangan sampai tertipu dengan sanjungan karena hal itu bisa membakar pahala kita.

  1. Memahami Tujuan Hidup

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyat : 56)

Allah sudah menetapkan kita hidup di dunia adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Menjadikan Allah sebagia tempat bergantung dan hanya Allah yang paling berkuasa atas diri manusia. Untuk itu, tidak mungkin kita menyombongkan diri dan melakukan riya karena hal tersebut bertentangan dengan tujuan hidup kita. Tentu fungsi agama , menginginkan manusia sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

  1. Memahami Nilai Dunia

Mengingat kembali bahwa dunia ini adalah sementara, maka kebahagiaan kita yang sejati adalah di akhirat. Tentu tidak berguna jika kita mengharapkan pujian, pujaan, dan kebangaan dari orang lain. Sejatinya manusia adalah makhluk lemah, dan tempat kembali kita adalah di akhirat. Maka pikirkanlah ibadah kita untuk akhirat.

baca juga info islam lainnya:

Sifat pamer sangatlah tidak disukai oleh Allah SWT. Begitu pula dengan Rasulullah SAW yang amat sangat tidak menganjurkan umatnya untuk tetap bersikap rendah hati terhadap semua makhluk. Sehingga tidak ada timbul perselisihan dan rasa iri yang menyebabkan renggangnya silaturahmi antar umat Rasullullah SAW.

The post Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Riya’ Dalam Islam – Hukum, Jenis, Ciri – Ciri dan Bahayanya https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/riya-dalam-islam Tue, 24 Nov 2015 09:57:53 +0000 http://dalamislam.com/?p=395 Dalam bahasa Arab, arriya’ (الرياء) berasal dari kata kerja raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan. Riya’ merupakan memperlihatkan sekaligsu memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya […]

The post Riya’ Dalam Islam – Hukum, Jenis, Ciri – Ciri dan Bahayanya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam bahasa Arab, arriya’ (الرياء) berasal dari kata kerja raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan. Riya’ merupakan memperlihatkan sekaligsu memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Adapun amal perbuatan yang diridhai Allah SWT ialah yang diniatkan kepada Allah semata, dikerjakan dengan ikhlas sesuai dengan kemampuan, tidak pilih kasih, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam. Sementara ibadah yang tidak akan diterima oleh Allah merupaka amal ibadah yang dikerjakan dengan niat bukan kepada Allah, tidak ikhlas karena ingin mendapat imbalan (bisa berupa pujian atau penghargaan), serta mengada-ada.

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (Q. S. Al-Baqarah : 264).

Bersamaan dengan sum’ah, riya’ merupakan perbuatan tercela dan masuk ke dalam syirik kecil. Allah SWT berfirman yang artinya;

Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An-Nisa’ : 142)

Hukum Riya’

Perbuatan riya’ termasuk ke dalam syirik kecil sehingga dilarang oleh agama Islam dan hukumnya adalah haram. Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.”

Jenis – Jenis Riya’

1. Riya’ dalam niat

Berkaitan dengan niat di dalam hati seseorang yang merupakan awal daripada setiap perbuatan yang menyebabkan tidak adanya rasa ikhlas. Dalam sebuah hadist yang artinya;

“Aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar; ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; ‘Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan.” (H. R. Bukhari Muslim).

2. Riya’ dalam perbuatan

Lanjutan daripada niat di dalam hati tadi, yakni menunjukkan segala tindak perbuatan atau ibadah dihadapan orang lain dengan tujuan untuk diperhatikan dan mendapat pujian. Macam-macam riya’ dalam perbuatan adalah:

  • Riya’ badan. Misalnya; memamerkan tubuh yang kurus tanda rajin berpuasa.
  • Riya’ dalam pakaian. Misalnya; menganakan pakaian yang sesuai dengan syar’i agar dianggap sebagai orang yang alim.
  • Riya’ dalam ucapan. Misalnya; membaca Al-Qur’an dengan suara yang, merdu dan fasih dihadapan orang agar dipuji.

Ciri dari Perbuatan Riya’

Ada tiga ciri dasar yang merupakan akar daripada perbuatan riya’ yakni;

  • Serius dan giat bekerja ketika mendapat pujian, dan sebaliknya, akan malas jika tidak ada yang memerhatikan atau tidak ada yang memberi penghargaan. Bahkan cenderung melepas tanggung jawab atas pekerjaan tersebut apabila ada orang lain yang mencela.
  • Saat bekerja kelompok akan sangat bersemangat dan profesional, namun menjadi sangat malas saat mengerjakan sesuatu sendirian.
  • Ketika berada dihadapan banyak orang akan selalu mawas diri daripada perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Sebaliknya, saat orang lain tidak melihat maka akan melakukan perbuata-perbuatan yang tercela.

Bahaya terhadap Riya’

Riya’ kini sudah begitu merajalela. Meskipun dari setiap orang memiliki kadar yang berbeda, tetap saja tujuannya adalah sama-sama ingin mendapat pujian dari manusia dan tidak ikhlas. Riya’ berbahaya karena merupakan salah satu daripada penyakit hati yang menjadikan seseorang masuk dalam golongan orang munafik.

Riya’ juga merupakan dosa besar karena tergolong dalam perbuatan syirik yang mendatangkan murka Allah SWT. Balasannya tidak lain adalah siksa api neraka.

Riya’ dapat menimpa siapa saja bahkan termasuk orang mukmin yang shaleh dan shalehah sekalipun.  Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa golongan yang pertama kali dihisab adalah yang mati syahid, mempelajari dan mengajarkan ilmu, dan bersedekah.

Akan Allah SWT justru melempar ketiganya ke dalam api neraka karena amal ibadah yang mereka lakukan tidak dengan niat kepada Allah SWT.  Firman Allah SWT yang artinya;

“Dan apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya’ di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An Nisa ayat 142).

Masih banyak lagi bahaya perbuatan riya’ yang tentu saja sangat merugikan, yakni:

  • Menghapus amalan yang dikerjakan
  • Pada hari kiamat akan dipermalukan dihadapan seluruh makhluk
  • Menjadikan amal ibadah yang baik menjadi batal, berubah buruk, dan berbuah dosa
  • Lebih berbahaya daripada fitnah
  • Terhalang daripada taufik dan hidayah Allah SWT
  • Menimbulkan kesempitan dalam hidup
  • Menjadi penyebab jiwa yang tidak tenang dan gelisah
  • Khilangnya wibawa dan kharisma diri di hadapan orang lain, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hajj ayat 18, yang artinya; “Barangsiapa yang dihinakan Allah, niscaya tiada seorangpun yang akan memuliakannya.”
  • Profesionalisme kerja tidak ada lagi
  • Terjebak dalam sikap sombong yang hanya akan menyulitkan diri sendiri
  • Menghilangkan keimanan
  • Menimbulkan kesengsaraan
  • Akan mendapat siksa di akhirat

Beberapa Perkara yang Disangka Riya dan Syirik

Pada dasarnya, perbuatan riya’ itulah adalah didasarkan daripada niatnya dalam mengerjakan amal ibadah yang ditujukan kepada selain Allah SWT. Oleh karena niat, orang lain tidak akan tahu bahwa apa yang dikerjakan itu tujuannya adalah untuk mendapat pujian. Oleh sebab itu, baiknya mengenali beberapa perkara yang kebanyakan dikira riya’ dan syirik, padahal bukan.

  • Tidak dengan sengaja mendapat pujian dari orang lain atas perbuatan baik yang dilakukan. Dari Abu Dzar: “Ditanyakan kepada Rasulullah SAW;

“Beritakan kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda: “itu adalah kabar gembira yang segera bagi seorang mukmin.” (H. R. Muslim).

  • Ibadah yang dilakukan dengan giat tidak hanya dihadapan orang lain tapi juga saat sendirian.
  • Membaguskan pakaian bukan untuk pamer atau ingin dipuji melainkan karena Allah SWT menyukai keindahan. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Nabi Muhammada SAW bersabda yang artinya;

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (H. R. Muslim).

  • Tidak membeberkan atau menceritakan dosa sendiri, bukan maksud untuk menutupi kekurangan agar hanya dilihat kebaikannya. Tapi berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya;

Semua umatku akan diampuni (atau : tidak boleh dighibah) kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya), lalu ketika pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”, padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya. ” (H. R Bukhari dan Muslim).

  • Seorang hamba Allah yang memperoleh ketenaran di antara sesama manusia bukan karena ia sendiri yang mencarinya sehingga tidak ada unsur ujub di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Maukah kalian aku beritakan tentang penghuni neraka ; yaitu setiap orang yang berperangai jahat serta kasar, orang gemuk yang berlebih-lebihan dalam berjalannya, dan orang-orang yang sombong,” (H. R Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Agar Terbebas dari Riya’

  1. Senjata paling ampuh adalah dengan berdoa kepada Allah SWT agar dihindarkan daripada sifat riya’.
  2. Sebisa mungkin menyembunyikan segala macam bentuk ibadah dan amalan.
  3. Menumbuhkan semangat beribadah dengan cara memandang kecil kepada amalan-amalan yang sering kita lakukan.
  4. Tumbuhkan rasa takut bahwasanya ibadah akan ditolak jika tidak dikerjakan dengan ikhlas hanya kepada Allah SWT.
  5. Jangan terpengaruh orang lain.
  6. Sadar bahwa sebaik-baiknya pujian adalah kebaikan di hadapan Allah SWT.
  7. Sadar bahwa yang menentukan baik atau buruk, surga atau neraka, hanyalah Allah SWT.
  8. Ingatkan diri bahwa saat meninggal pun, kita akan sendirian di dalam kubur dan yang bisa menemani kita hanya amal ibadah yang kita lakukan secara ikhlas semasa hidup.

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

The post Riya’ Dalam Islam – Hukum, Jenis, Ciri – Ciri dan Bahayanya appeared first on DalamIslam.com.

]]>