shalat fardhu Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/shalat-fardhu Mon, 06 May 2019 23:57:21 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png shalat fardhu Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/shalat-fardhu 32 32 14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat https://dalamislam.com/info-islami/mengatasi-keraguan-dalam-shalat Mon, 06 May 2019 23:57:10 +0000 https://dalamislam.com/?p=6784 Shalat wajib Sudah merupakan kewajiban setiap muslim laki laki dan perempuan yang juga masuk dalam rukun islam adalah melaksanakan shalat wajib, khususnya shalat wajib lima waktu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam cara agar shalat tidak ragu, shalat shalat wajib sobat pembaca harus dilakukan dengan tidak ragu. Pengertian dari tidak ragu sendiri adalah serius, bersungguh-sungguh, khidmat, syahdu […]

The post 14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat wajib Sudah merupakan kewajiban setiap muslim laki laki dan perempuan yang juga masuk dalam rukun islam adalah melaksanakan shalat wajib, khususnya shalat wajib lima waktu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam cara agar shalat tidak ragu, shalat shalat wajib sobat pembaca harus dilakukan dengan tidak ragu.

Pengertian dari tidak ragu sendiri adalah serius, bersungguh-sungguh, khidmat, syahdu atau penuh penghayatan dalam melakukan shalat wajib itu sendiri. Sudah merupakan kerjaan si setan yang terkutuk untuk mengganggu dan mempengaruhi setiap cucu adam dalam melakukan cara agar shalat tidak ragu shalat, termasuk shalat wajib.

Maka kiat agar shalat wajib tidak ragu sudah seharusnya sobat pembaca pahami semua, sebab kenikmatan dari shalat wajib itu sangat memungkinkan untuk sobat pembaca raih saat sobat pembaca mampu melaksanakannya dengan penuh rasa tidak ragu. Yuk sobat pembaca semua simak selengkapnya dalam artikel berikut, 14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat.

1. Mengikuti Tata Cara dengan Benar

Dalam melaksanakan cara agar shalat tidak ragu, shalat shalat wajib diharuskan untuk mengikuti tata cara shalat wajib yang baik mulai dari bagian shalat wajib wudhu, niat, gerakan, tuma’ninah, kekhusyu’an, dan lain-lain. Shalat wajib yang asal-asalan akan memperbesar resiko cara agar shalat tidak ragu shalat solat sobat pembaca tidak diterima oleh Allah SWT.

Diharapkan seluruh umat muslim laki laki dan perempuan untuk selalu memperbaiki shalat wajibnya dari waktu ke waktu dengan mempelajari ilmu cara agar shalat tidak ragu shalat dari sumber yang bisa dipercaya dan dijadikan panutan dengan dasar Hadits Nabi Muhammad SAW dan tuntunan para imam besar.

2. Niat Tulus

Ada banyak orang melalui banyak media pula yang mengajarkan tentang keutamaan ikhlas dalam islam selama menjalankan shalat, namun yang perlu sobat pembaca pahami bahwa cara untuk mendapatkan shalat wajib yang tidak ragu yang terpenting itu terletak pada diri sobat pembaca sendiri. Sobat pembaca hanya perlu memahami kiat agar shalat wajib tidak ragu dan pelaksanaannya sobat pembaca sendiri yang menentukan, maka niat tulus dari dalam hati menjadi kunci utama.
kiat agar shalat wajib tidak ragu

3. Hati

Dalam melakukan cara agar shalat tidak ragu shalat shalat wajib, cara agar tidak terkena penyakit hati sehingga mendapatkan hikmah shalat yang sebenarnya seharusnya bukan hanya anggota tubuh sobat pembaca yang mengikuti gerakan demi gerakan shalat wajib. Ini yang seringkali terjadi sehingga seseorang tidak meraih shalat wajib yang tidak ragu. Namun, perlu untuk sobat pembaca mengikutkan hati sobat pembaca dalam setiap shalat wajib, dalam setiap gerakan dan bacaan dalam shalat wajib, menjadikan hati sobat pembaca ikut melaksanakan shalat wajib bersama seluruh anggota tubuh sobat pembaca.

4. Memahami Arti Shalat Wajib

Dalam setiap cara agar tidak malas shalat 5 waktu, gerakan dalam shalat wajib itu tidak lepas dari bacaannya, mulai dari lafadz takbiratul ihram hingga mengucapkan salam setelah tahiyyatul akhir di penuhi dengan bacaan-bacaan suci yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an hingga do’a – do’a dalam shalat wajib itu sendiri.

5. Mendalami Makna Bacaan Shalat

Salah satu penyebab seseorang menjadi sulit mendapatkan shalat wajib yang tidak ragu adalah tidak tahu apa arti dan makna lafadz yang dibacanya dalam shalat wajib yang akhirnya membuat shalat wajibnya berjalan begitu saja tanpa bisa dia hayati. Maka mulailah mempelajari dan memahami satu per satu bacaan shalat wajib sobat pembaca begitu juga arti keutamaan dzikir setelah shalat. Dan mencoba untuk terus menghayatinya dalam setiap shalat wajib yang sobat pembaca lakukan.

6. Fokus

Saat melakukan shalat wajib itu di tujukan di tempat sobat pembaca sujud, tidak melirik apalagi menengok kiri dan kanan. Itu agar sobat pembaca fokus dalam shalat wajib sobat pembaca. Namun yang lebih penting lagi pikiran sobat pembaca juga harus fokus bahwa sobat pembaca sementara melakukan shalat wajib, sobat pembaca sedang menghadap kepada Allah SWT

7. Pusatkan Pikiran Hanya Kepada Allah SWT

Netralkan pikiran sobat pembaca dari berbagai hal-hal yang berbau dunia mulai dari masalah pekerjaan, keluarga, sekolah, kampus, harta, tahta, wanita, pria, dan lain sebagainya. Serahkan diri sobat pembaca sepenuhnya hanya kepadaNya untuk menjalankan kewajiban yang diperintahkan kepada sobat pembaca.

8. Menyadari Bahwa Sobat pembaca Sedang Menghadap Tuhan

Ciptakan suatu alam pikiran di mana sobat pembaca sedang berhadapan dengan sesuatu yang luar biasa dahsyat dan tiada tandingannya di dunia maupun di akhirat. Sesuatu yang lebih dari atasan sobat pembaca, orangtua sobat pembaca, preman kampung, lurah, camat, bupati, walikota, gubernur, presiden, artis, jin, setan, iblis, malaikat, dan lain sebagainya.

9. Munculkan Makna Bacaan Shalat dalam Hati

Mempelajari dan Memahami Arti dan Makna Bacaan Shalat wajib. Pelajarilah arti dan makna di balik ucapan-ucapan sobat pembaca saat sedang shalat wajib, lalu pahami dan hapalkan. Munculkan arti dan makna bacaan shalat wajib sobat pembaca saat sobat pembaca sedang shalat wajib.

10. Menganggap Shalat terakhir

Menganggap Shalat wajib Yang Sedang Dilakukan adalah Shalat wajib Terakhir. Setiap manusia maupun jin tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang termasuk hari kematian.

11. Mengingat Kematian

Anggap saja sobat pembaca akan meninggal dunia saat shalat wajib berlangsung maupun setelah shalat wajib. Orang mukmin yang tahu dia mau wafat maupun mau kiamat besar, maka orang itu akan segera meningkatkan cara agar shalat tidak ragu shalatnya serta menjalankan cara agar shalat tidak ragu shalat dengan sebaik-baiknya.

12. Konsentrasi

Jika Pikiran Terganggu Segera Kembali Konsentrasi Apabila sobat pembaca tiba-tiba tersadar bahwa sobat pembaca sedang terlena dengan buaian alam pikiran dunia sobat pembaca, maka bersegeralah kembali kepada arti dan makna bacaan shalat wajib sobat pembaca atau kembali mengingat Allah SWT.

13. Memperhatikan Kondisi Tubuh Sebelum Shalat Wajib

Pastikan bahwa sobat pembaca sudah merasa nyaman dan siap untuk melaksanakan cara agar shalat tidak ragu shalat shalat wajib sobat pembaca dengan baik, seperti sudah buang air, sudah makan yang cukup, pikiran sudah netral, bersih dari najis dan hadas, tidak sedang menstruasi, dan lain sebagainya.

14. Memperhatikan Kondisi Lingkungan Sebelum Shalat wajib

Usahakan cari tempat shalat wajib yang terbaik bagi sobat pembaca dilihat dari aspek kebersihan, kenyamanan, kebisingan, gangguan orang lain, gangguan anak-anak, keamanan, perizinan, dan lain-lain.

Agar sobat pembaca bisa shalat wajib dengan tidak ragu sobat pembaca harus solat pada waktu yang paling utama, yaitu shalat wajib tepat waktu di awal waktunya. Untuk laki-laki shalat wajib berjamaah di masjid atau mushola setelah panggilan adzan dan komat, sedangkan untuk yang perempuan boleh dilaksanakan di rumah.

Shalat wajiblah dengan santai dengan menikmati setiap detiknya menghadap langsung kepada sang khalik walaupun sebenarnya sobat pembaca sedang diburu waktu. Ikhlas Semata-Mata Untuk Mendapatkan Ridho Allah SWT Buang jauh-jauh tujuan shalat wajib sobat pembaca selain untuk mendapatkan ridho dari Alloh SWT seperti untuk pamer / riya, ingin dilihat atasan, ingin dilihat pacar, ingin dianggap orang sebagai orang alim, sekedar ikut-ikutan orang lain, dan lain sebagainya.

Berusaha Untuk Selalu Memperbaiki Shalat wajib Sobat pembaca. Muslim laki laki dan perempuan yang baik akan terpacu terus-menerus melakukan perbaikan cara agar shalat tidak ragu shalat maupun hal-hal yang lain untuk menyempurnakan dirinya sesuai dengan Al-Qur’an dan tuntunan hadist Nabi Muhammad SAW. Amatlah rugi apabila sobat pembaca melakukan cara agar shalat tidak ragu shalat belum sesuai dengan kaidah yang ada serta tidak ada keinginan sedikit pun untuk belajar memperbaiki diri. Shalat wajib Terakhir.

Allah SWT berfirman dalam salah satu ayatnya bahwa tidak satupun manusia yang luput dari kematian, maka seharusnya itu menjadi bahan perenungan yang kuat agar keseharian sobat pembaca bisa lebih terjaga. Begitupun dalam shalat wajib, sobat pembaca akan lebih mudah mendapatkan shalat wajib yang tidak ragu ketika sobat pembaca selalu menanamkan dalam hati bahwa ini adalah shalat wajib sobat pembaca yang terakhir, setelah saya melakukan shalat wajib kali ini maka kematian akan menjemput.

Sebagai makhluk Allah yang pasti akan mati sudah seharusnya sobat pembaca menyadari itu, dengan menghadirkan perasaan sobat pembaca akan mati dalam shalat wajib sobat pembaca, maka mau tidak mau sobat pembaca akan bersungguh-sungguh menjadikan shalat wajib sobat pembaca seperti cara terakhir untuk bertaubat, cara agar shalat tidak ragu shalat terakhir bekal menuju akhirat.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan yang berkualitas, jangan lupa selalu baca artikel islami di dalamislam.com agar sobat selalu update mengenai informasi islami dan tidak kuper. Oke sobat, sampai jumpa di artikel berikutnya. Semoga bisa selalu menjalankan shalat dengan tidak ragu. Terima kasih.

The post 14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Waktu Akhir Shalat Isya Menurut Islam https://dalamislam.com/shalat/waktu-akhir-shalat-isya-menurut-islam Fri, 21 Sep 2018 06:55:46 +0000 https://dalamislam.com/?p=4356 Setiap hari seorang muslim harus menunaikan shalat fardhu yang lima waktu. Lima waktu shalat fardhu atau shalat wajib tersebut telah ditetapkan dalam Islam yang meliputi Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Shubuh. Lima waktu ini bergulir sejak pagi hingga malam hari dan tentu saja shalat fardhu ini dikerjakan di sela aktivitas-aktivitas lainnya. Ketika seorang muslim hendak […]

The post Waktu Akhir Shalat Isya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap hari seorang muslim harus menunaikan shalat fardhu yang lima waktu. Lima waktu shalat fardhu atau shalat wajib tersebut telah ditetapkan dalam Islam yang meliputi Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Shubuh. Lima waktu ini bergulir sejak pagi hingga malam hari dan tentu saja shalat fardhu ini dikerjakan di sela aktivitas-aktivitas lainnya.

Ketika seorang muslim hendak melakukan shalat Zhuhur, ia mungkin saja sedang disibukkan aktivitas kerjanya, sehingga ia harus mengetahui pentingnya menjaga waktu dengan meluangkan waktu sejenak untuk menjalankan kewajiban shalat Zhuhur. Ada pun aktivitas lain yang juga mungkin bersinggungan dengan waktu shalat fardhu adalah waktu shalat Isya.

Waktu shalat Isya dapat bersinggungan dengan seseorang yang bekerja lembur atau orang yang hendak beristirahat selepas bekerja. Bisa saja orang lebih memilih melanjutkan pekerjaan atau segera beristirahat tanpa mempertimbangkan waktu shalat Isya. Bahkan tak jarang ditemukan, banyak orang yang memilih menunda pengerjaan shalat Isya karena waktunya yang panjang.

Panjangnya waktu shalat Isya dengan ini justru perlu mendapat perhatian seorang muslim karena tidak sepantasnya seseorang menyepelekan pengerjaan shalat, baik dari segi kekhusyuan maupun waktu shalat. Allah SWT telah berfirman,

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.” (QS. Maryam: 59)

Ayat ini menunjukkan bahaya bagi setiap muslim yang lalai terhadap shalatnya hanya karena lebih memilih menurutkan hawa nafsu dan kesibukannya daripada meraih keutamaan shalat lima waktu. Bahaya tersebut tidaklah main-main, yaitu berupa kesesatan yang akan Allah berikan.

Nah, artikel kali ini akan membahas mengenai waktu akhir shalat Isya. Nantinya, pembahasan ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai batas akhir pengerjaan shalat Isya.

Waktu Shalat Isya

Kita mengenal waktu shalat Isya sebagai waktu shalat terpanjang. Waktu shalat Isya terletak setelah shalat Maghrib hingga menjelang waktu Shubuh, sehingga seringkali ditemukan beberapa orang menunda pengerjaan shalat Isya karena kesibukan aktivitas atau terlena dengan lelapnya istirahat. Menyikapi fenomena ini, perlu adanya pemahaman mengenai waktu akhir shalat Isya.

Terdapat beberapa pendapat mengenai waktu akhir shalat Isya. Ada yang mengatakan hingga pertengahan malam, ada juga yang mengatakan hingga waktu Shubuh. Berikut penjelasan mengenai waktu akhir shalat Isya serta dalilnya.

  • Hingga Pertengahan Malam

Waktu akhir shalat Isya hingga pertengahan malam didasarkan pada hadits ‘Abdullah bin ‘Amr. Sabda Rasulullah SAW,

Waktu shalat Isya adalah hingga pertengahan malam.” (HR. Muslim no. 612)

  • Hingga Sepertiga Malam

Mengenai waktu akhir shalat Isya yang dinyatakan hingga sepertiga malam, terdapat hadits yang mengisahkan Jibril menjadi imam bagi Rasullah SAW saat mengerjakan shalat Isya. Hadits menyebutkan,

Beliau melaksanakan shalat Isya hingga sepertiga malam.”  (HR. Abu Daud no. 395 Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini shahih)

  • Hingga Menjelang Waktu Shubuh

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam mendirikan shalat ‘atamah (Isya) sampai berlalu malam dan penghuni mesjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Beliau bersabda, ‘sungguh ini adalah waktu shalat Isya yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku.” (HR. Muslim no. 683)

Merujuk hadits ini, Rasulullah SAW mengerjakan shalat Isya setelah ‘berlalu malam’. ‘Berlalu malam’ merupakan istilah untuk menyebut berlalunya sebagian malam atau melebihi pertengahan malam. Artinya shalat Isya dapat dikerjakan pada sepertiga malam hingga menjelang waktu sholat Shubuh.

Berdasarkan tiga hadits di atas yang memiliki kekuatan sanad yang baik, maka Ibnu Qudamah rahimullah  menarik kesimpulan mengenai batasan waktu shalat Isya sebagai berikut :

“Yang utama, insya Allah Ta’ala, waktu shalat Isya tidak diakhirkan dari sepertiga malam. Jika diakhirkan sampai pertengahan malam, itu boleh. Namun jika diakhirkan lebih dari pertengahan  malam, maka itu adalah waktu dhoruroh (waktu darurat). Yang dimaksudkan dengan waktu dhoruruoh adalah sebagaimana waktu dhoruroh dalam shalat Ashar.” (Al Mughni, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Dar ‘Alam Al Kutub Riyadh, 2/28 -29)

Dengan demikian, kita dapat memilih untuk meyakini pendapat mana yang akan dijadikan acuan mengenai batas waktu akhir shalat Isya dari dalil-dalil di atas. Namun, alangkah baiknya kita bersabar dalam mengerjakan shalat dengan berupaya mengerjakan shalat pada awal waktu. Wallahu ‘alam bisshawab.

The post Waktu Akhir Shalat Isya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Adab Menghadiri Shalat Jumat dan Dalilnya https://dalamislam.com/info-islami/adab-menghadiri-shalat-jumat Tue, 28 Aug 2018 06:22:27 +0000 https://dalamislam.com/?p=4145 Hukum shalat Jumat bagi laki-laki adalah wajib. Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah yang disukai oleh Allah yang menggantikan shalat fardhu yakni shalat dzuhur di siang hari bagi yang melaksanakannya. Namun ada beberapa adab dalam menghadiri shalat Jumat yang sebaiknya diikuti. Berikut adalah 10 adab menghadiri shalat Jumat agar lebih berkah: 1. Mandi wajib Nabi […]

The post 10 Adab Menghadiri Shalat Jumat dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum shalat Jumat bagi laki-laki adalah wajib. Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah yang disukai oleh Allah yang menggantikan shalat fardhu yakni shalat dzuhur di siang hari bagi yang melaksanakannya. Namun ada beberapa adab dalam menghadiri shalat Jumat yang sebaiknya diikuti. Berikut adalah 10 adab menghadiri shalat Jumat agar lebih berkah:

1. Mandi wajib

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang dari kalian ingin mendatangi (shalat) Jum’at, maka hendaklah dia mandi.” “Mandi hari Jum’at itu wajib atas setiap orang yang baligh,” [HR Muslim, no. 844 dari Abdullah bin Mas’ud].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, “Ketika Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu berkhuthbah di hadapan manusia pada hari Jum’at, seketika Utsman bin Affan masuk (masjid), karena itu Umar Radhiyallahu ‘anhu kemudian berkata,”Apakah gerangan yang menyebabkan orang-orang terlambat (datang) setelah panggilan (adzan)?”

Utsman Radhiyallahu ‘anhu menjawab,”Wahai, Amirul Mukminin. Aku tidak lebih sedang berwudhu ketika aku mendengar panggilan (adzan), kemudian saya datang.” Umar berkata,”Cuma berwudhu? Tidakkah engkau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Jika salah seorang dari kalian mendatangi (shalat) Jum’at, maka hendaklah dia mandi?’.”[HR Muslim, no. 845]

Baca juga :

2. Memakai pakaian bagus

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa mandi pada hari Jum’at, memakai pakaiannya yang terbagus dan memakai wewangian jika punya, kemudian mendatangi (shalat) Jum’at tanpa melangkahi orang-orang (yang sedang duduk), kemudian shalat (sunnah mutlak) sekuat kemampuan (yang Allah berikan padanya), kemudian diam seksama apabila imamnya datang (untuk berkhuthbah) sampai selesai shalatnya, maka itu menjadi penghapus dosa-dosa antara hari Jum’at tersebut dengan Jum’at yang sebelumnya.” [HR Muslim, no. 846, dari Abu Sa’id Al Khudri]

3. Memakai wangi-wangian

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang mandi dan bersuci semampunya pada hari Jum’at, dan menggosok (badannya) dengan minyak (zaitun atau semisalnya) atau memakai wewangian dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid) dan tidak memisahkan antara dua orang (melangkahi orang-orang yang sedang duduk), kemudian mengerjakan shalat sesuai kesanggupannya [Yakni shalat sunnat mutlak sebelum datangnya imam, bukan shalat sunnah qabliyah (rawatib) Jum’at.

Dan yang ada hanya shalat sunnah (rawatib) ba’diyah (setelah) Jum’at dua raka’at, atau empat raka’at atau maksimal enam raka’at], kemudian diam seksama bila imam berkhuthbah, melainkan akan diampuni dosanya antara hari Jum’at tersebut dengan Jum’at yang lain (sebelumnya).” [HR Al-Bukhari, no. 843]

4. Berjalan menuju mesjid dengan tenang

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika kalian mendengar iqamat, maka berjalanlah menuju shalat dengan tenang dan perlahan-lahan (tidak terburu-buru).” [HR Abu Dawud, no. 343. Lihat Shahih Al Jami’, no. 6066.]

Baca juga:

5. Datang lebih awal

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ راح في الساعة الأولى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً

“Siapa yang berangkat Jum’at di awal waktu, maka ia seperti berqurban dengan unta. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kedua, maka ia seperti berqurban dengan sapi. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu ketiga, maka ia seperti berqurban dengan kambing gibas yang bertanduk. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu keempat, maka ia seperti berqurban dengan ayam. Siapa yang berangkat Jum’at di waktu kelima, maka ia seperti berqurban dengan telur.” (HR. Bukhari, no. 881; Muslim, no. 850)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bila datang hari Jum’at, maka para malaikat (berdiri) di setiap pintu masjid mencatat yang datang pertama dan berikutnya. Kemudian bila imam duduk (di atas mimbar) mereka menutup lembaran-lembaran catatan tersebut, dan hadir mendengarkan peringatan (khuthbah).” [HR Al-Bukhari, no. 30309 ; Muslim, no. 850]

5. Shalat tahiyatul mesjid

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Jika seorang dari kalian masuk masjid, maka shalatlah dua raka’at sebelum ia duduk.” [HR Al-Bukhari, no.433 ; Muslim, no. 714]

“Jika seorang dari kalian datang (untuk) pada hari Jum’at sementara imam sedang berkhuthbah, maka shalatlh dua raka’at, dan ringankanlah shalatnya tersebut.”[HR Al-Bukhari, no. 1113 ; Muslim, no. 875, dan ini lafadznya]

6. Mendekatkan diri dengan imam saat berkhutbah

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Hadirilah khutbah dan mendekatlah kepada imam (khatib), karena seseorang yang terus menjauh (dari imam), sehingga dia akan diakhirkan (masuk) ke dalam surga meskipun ia (akan) memasukinya.” [HR Abu Dawud, no. 1108; Ahmad, V/11. Lihat Shahih Al Jami’, no.200]

7. Tidak menekuk lutut saat mendengar khutbah

Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy), ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.” (HR. Tirmidzi, no. 514; Abu Daud, no. 1110. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Shalihin membawakan hadits di atas dengan menyatakan dalam judul bab,

كَرَاهَةُ الاِحْتِبَاءِ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ لِأَنَّهُ يَجْلِبُ النَّوْم فَيَفُوْت اِسْتِمَاع الخُطْبَة وَيَخَافُ اِنْتِقَاض الوُضُوْء

“Dimakruhkan memeluk lutut pada hari Jumat saat khatib berkhutbah karena dapat menyebabkan tertidur sehingga terluput dari mendengarkan khutbah dan khawatir pula seperti itu dapat membatalkan wudhu.”

Baca juga:

8. Tidak berbicara saat khutbah berlangsung

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika kamu berkata kepada temanmu “diam” ketika imam berkhutbah, maka kamu telah berbuat sia-sia (yakni rusak pahala Jum’atnya).” [HR Al-Bukhari, no. 892 ; Muslim, no. 851]

Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً وَالَّذِى يَقُولُ لَهُ أَنْصِتْ لَيْسَ لَهُ جُمُعَةٌ

Barangsiapa yang berbicara pada saat imam khutbah Jum’at, maka ia seperti keledai yang memikul lembaran-lembaran (artinya: ibadahnya sia-sia, tidak ada manfaat, pen). Siapa yang diperintahkan untuk diam (lalu tidak diam), maka tidak ada Jum’at baginya (artinya: ibadah Jum’atnya tidak sempurna, pen).” (HR. Ahmad 1: 230. Hadits ini dho’if kata Syaikh Al Albani)

Dari Salman Al Farisi, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى

“Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” (HR. Bukhari no. 883)

9. Memperbanyak shalawat

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at” -sampai sabdanya- “Maka perbanyaklah shalawat atasku pada hari ini, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku.” (Perawi) berkata, (Para sahabat) bertanya,”Wahai, Rasulullah.

Bagaimana shalawat kami akan disampaikan kepadamu, padahal engkau telah menjadi tanah?” Rasulullah menjawab,”Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi (memakan) jasad para nabi.” [HR Abu Dawud, no. 1047 dan 1531. Dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud]

Baca juga:

10. Memperbanyak doa

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits yang telah lalu, “(Siang) hari Jum’at itu dua belas jam. Tidaklah didapati seorang hamba muslim pada jam-jam ini meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya. Maka carilah pada akahir saat-saat tersebut setelah Ashar.”

Itulah 10 adab menghadiri shalat Jumat. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

The post 10 Adab Menghadiri Shalat Jumat dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Cara Merapatkan Shaf Saat Berjamaah https://dalamislam.com/shalat/cara-merapatkan-shaf-saat-berjamaah Tue, 07 Aug 2018 08:40:02 +0000 https://dalamislam.com/?p=4024 Shalat adalah salah satu ibadah kepada Allah swt. Shalat terdiri dari dua macam, yakni shalat wajib dan shalat sunnah. Shalat lima waktu seperti shalat subuh  yang dilaksanakan setiap hari merupakanu shalat fardhu dan merupakan shalat yang diwajibkan bagi setiap umat muslim yang telah memasuki usia akil baligh. Sementara shalat sunnah merupakan shalat yang dianjurkan karena […]

The post 7 Cara Merapatkan Shaf Saat Berjamaah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat adalah salah satu ibadah kepada Allah swt. Shalat terdiri dari dua macam, yakni shalat wajib dan shalat sunnah. Shalat lima waktu seperti shalat subuh  yang dilaksanakan setiap hari merupakanu shalat fardhu dan merupakan shalat yang diwajibkan bagi setiap umat muslim yang telah memasuki usia akil baligh. Sementara shalat sunnah merupakan shalat yang dianjurkan karena memiliki keistimewaan saat melaksanakannya, seperti shalat rawatib, shalat tahajjudshalat hajat, dll.

Berbicara masalah shalat, tentu berkaitan dengan bagaimana pelaksanaanya. Dalam artian, dilaksanakan sendiri atau secara berjamaah. Shalat sendiri dengan shalat berjamaah tentu saja memiliki perbedaan berdasarkan sisi keistimewaannya di mata Allah SWT. yang dimana menurut sumber syariat islam seorang muslim/muslimah lebih dianjurkan untuk shalat secara berjamaah. Hal itu dapat dilihat dari hadis di bawah ini:

نْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

“Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Shalat berjama’ah mengungguli shalat sendirian dua puluh tujuh derajat.”

Di dalam pelaksanaan shalat berjamaah, di dalamnya terdapat istilah shaf. Shaf sendiri merupakan baris di dalam shalat. Menurut sumber ajaran islam, sebaik-baiknya shaf saat melaksanakan shalat adalah dengan shaf yang rapat dan lurus. Hal itu disebutkan dalam hadis yang artinya berikut ini:

“Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Iqamah shalat telah dikumandangkan, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kami kemudian berkata, ‘Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena aku dapat melihat kalian dari belakang punggungku.’” (HR. Bukhari dengan lafazhnya, sedangkan diriwayatkan oleh Imam Muslim secara makna) [HR. Bukhari, no. 719 dan Muslim, no. 434]

Anjuran untuk merapatkan serta meluruskan shalat ini memiliki faidah yang salah satunya adalah untuk menunjukkan persatuan yang terjalin dengan erat di atas nama akidah. Selain itu, merapatkan shaf juga bisa menutupi celah yang bisa saja ditempati oleh syaitan untuk mengganggu kosentrasi anda saat salah.

Namun, terkadang ada beberapa muslim/muslimah yang sepertinya kurang memahami tentang keutamaan merapatkan dan meluruskan shaf sehingga biasanya saat melaksanakan shalat berjamaah, masih ada beberapa tempat yang bolong atau tidak terisi. Padahal salah satu faktor penentu kesempurnaan shalat berjamaan bergantung pada kesempurnaan shaf. Untuk itu, ada baiknya jika dalam artikel kali ini, dibahas mengenai cara merapatkan shaf saat berjamaah:

  1.  Mengisi Tempat yang Kosong

Dalam merapatkan shaf, hal yang pertama yang bisa anda lakukan adalah mengisi tempat yang kosong terlebih dahulu. Dengan begitu, kemungkinan merenggangnya shaf saat shalat berjamaah pun bisa terminimalisir.

  1. Menempelkan Telapak Kaki dengan Telapak Kaki Orang yang Ada di Samping Anda

Salah satu cara merapatkan shaf saat shalat berjamaah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw adalah dengan menempelkan telapak kaki anda dengan telapak kaki orang yang berada di samping anda. Hal ini didukung oleh Hadits Riwayat Anas bin Malik:

Dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad shallaAllah alaih wasallam: ”Tegakkanlah shaf kalian, karena saya melihat kalian dari belakang pundakku.” Ada seorang di antara kami yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya dan telapak kaki dengan telapak kakinya. (HR. Al-Bukhari)

  1. Menempelkan Pundak dengan Pundak Orang di Sebelah Anda

Selain menempelkan telapak kaki, dalam hadis yang telah disebutkan di atas, Rasulullah Saw juga mengajarkan seorang muslim untuk menempelkan pundak satu sama lain saat melaksanakan shalat berjamaah.

  1. Memenuhi Shaf Pertama Terlebih Dahulu

Saat tiba di masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, usahakan untuk senantiasa mengisi shaf bagian pertama terlebih dahulu. Ketika shaf pertama telah terisi lengkap maka barulah yang lain bisa mengambil shaf kedua dan ketiga, bergantung jumlah jamaah yang ada. Dengan demikian kita tidak perlu lagi khawatir akan ada tempat yang tak terisi karena luput oleh jangkauan orang-orang yang datang belakangan.

  1. Merapatkan Sajadah

Di dalam masjid biasanya disediakan sajadah, namun jika diperhatikan batas yang dimiliki oleh sajadah di masjid cukup luas untuk memberikan kerenggangan shaf antar jamaah satu dengan jamaah yang lain. Oleh karena itu, barangkali akan lebih baik jika kita membawa sajadah sendiri dan kemudian merapatkan posisi sajadah kita dengan sajadah orang disamping kita.

  1. Tidak Menyisakan Celah

Untuk merapatkan shaf saat shalat berjamaah, usahakan untuk tidak menyisakan celah sedikitpun antar jamaah satud dengan jamaah lain. Jika melihat tempat kosong, maka segeralah mengisi tempat tersebut.

  1. Meluruskan Shaf

Selain merapatkan shaf, anda juga perlu memperhatikan apakah shaf sudah lurus atau belum. Untuk memastikan hal tersebut, Imam Ibnu Ustaimin dalam kitabnya Asy Syarhul Mumti’ menjelaskan,

“Yang menjadi patokan lurusnya shaf ialah pundak bagian atas badan dan mata kaki di bagian bawah badan. Yang menjadi patokan adalah lurusnya pundak-pundak karena ia ada di atas tiangnya badan. Dan mata kaki ada di bawah betis, dan betis merupakan pondasi badan, maka inilah yang dijadikan patokan. Adapun ujung-ujung kaki tidak menjadi patokan, yang demikian karena ujung-ujung kaki seseorang berbeda satu sama lain. Sebagian manusia ukuran kakinya panjang sebagian lagi pendek, maka dari itu yang dijadikan patokan adalah mata kaki”. 

 

The post 7 Cara Merapatkan Shaf Saat Berjamaah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Tata Cara Shalat Jamak – Taqdim dan Takhir https://dalamislam.com/shalat/cara-shalat-jamak Thu, 10 Aug 2017 02:56:20 +0000 http://dalamislam.com/?p=1847 Salah satu rukun islam adalah shalat. Setiap umat muslim memang diperintahkan untuk shalat dalam sehari sebanyak 5 kali. Diantara ciri orang yang memiliki kewajiban shalat (Mukallaf) yaitu: Muslim. Aqil baligh. Berakal. Telah mendengar seruan agama. Sholat adalah tiang agama. Sebagai muslim, tentu kita tidak diperbolehkan meninggalkan sholat. Apabila seseorang melalaikan sholat dengan sengaja maka ia […]

The post Tata Cara Shalat Jamak – Taqdim dan Takhir appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Salah satu rukun islam adalah shalat. Setiap umat muslim memang diperintahkan untuk shalat dalam sehari sebanyak 5 kali. Diantara ciri orang yang memiliki kewajiban shalat (Mukallaf) yaitu:

  • Muslim.
  • Aqil baligh.
  • Berakal.
  • Telah mendengar seruan agama.

Sholat adalah tiang agama. Sebagai muslim, tentu kita tidak diperbolehkan meninggalkan sholat. Apabila seseorang melalaikan sholat dengan sengaja maka ia berdosa. Sholat juga merupakan amalan yang pertama kali dihisap saat di akhirat. Maka itu, jangan sampai kita meninggalkan sholat disemasa hidup. Perintah sholat ini juga dijelaskan di Al-Quran.

Baca juga: Azab meninggalkan shalat jumatDosa meninggalkan shalat subuh

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS.al Baqarah:45)

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,” (QS.al Baqarah: 3)

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS.al Baqarah: 43)

Meskipun sholat wajib hukumnya bagi umat muslim. Namun ada keringanan-keringanan tertentu yang diberikan bagi pengikutnya yang tidak mampu. Misalnya untuk seseorang yang sakit, mereka boleh mengerjakan sholat dengan duduk atau berbaring. Begitupun saat berpergian, kita mendapatkan kemudahan sholat jamak.

Baca juga:

Definisi Shalat Jamak

Dalam agama, sholat jamak merupakan kegiatan menggabungkan dua sholat menjadi satu waktu. Misalnya dhuhur dan azar dijadikan satu, ditunaikan saat waktu dhuhur saja. Sehingga saat waktu ashar, kita tidak perlu melakukan sholat lagi.

Sholat jamak adalah rukhsah yang diberikan untuk orang-orang berpergian jauh atau kondisi darurat lain. Ketika mereka kesulitan melakukan ibadah sholat, maka sholatnya boleh dijamak.

Keringanan untuk menjalankan sholat jamak ini tentu bukan tanpa dasar. Hal ini dilandasi oleh dalil-dalil dan hadist yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan sholat jamak saat perang tabuk.

Dari Muaz menceritakan bahwasanya Nabi Muhammad saw dalam Perang Tabuk apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau mengakhirkan shalat Dhuhur sehingga beliau kumpulkan pada shalat Asar (beliau shalat Dhuhur dan Asar pada waktu Asar). Jika beliau berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau melaksanakan shalat Dhuhur dan shalat Asar sefuiligus, kemudian beliau berjalan. Jiknbeliau berangkat sebelum Maghrib, beliau mengakhirkan shalat Maghrib sehingga beliau mengerjakan shalat Maghrib beserta Isya; dan jika beliau berangkat sesudahwaktu Maghrib, beliau menyegerakan shalat Isya dan beliau shalat Isya beserta Maghrib. (H.R. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmizi).

Perlu diketahui bahwa sholat yang bisa dijamak adalah:

  • Sholat dzuhur diringkas dengan Sholat Ashar, atau sebaliknya.
  • Sholat Maghrib diringkas dengan Sholat Isyak, atau sebaliknya.

Sedangkan sholat subuh tidak diperbolehkan untuk dijamak dengan sholat lainnya.

Baca juga:

Orang yang Diperbolehkan Sholat Jamak

Tidak semua orang diperboleh sholat jamak. Hanya orang-orang tertentu saja yang mendapatkan keringanan ini, diantaranya yaitu:

  1. Melakukan perjalanan (safar)

Musafir atau orang-orang yang melakukan perjalanan jauh diperbolehkan melakukan sholat jamak. Dengan ketentuan jarak yang ditempuh melebihi 2 marhalah atau lebih dari 89 kilometer.

  1. Orang yang sakit

Seseorang yang sakit parah, sehingga tidak memungkinkan berdiri atau duduk. Bahkan kondisinya sangat lemah untuk digerakkan, maka diperbolehkan melakukan sholat jamak.

  1. Ada udzur yang mendesak

Untuk orang yang memiliki udzur sangat mendesak, maka diperbolehkan melakukan sholat jamak. Misalnya saja hendak melakukan operasi atau pemeriksaan di dokter yang mana ia tidak mungkin meninggalkan maka solatnya boleh dijamak. Namun, perlu dicatat bahwa hal ini sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan.

Pendapat ini didasari oleh hadist:

 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamak shalat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya’ di Madinah padahal tidak ada rasa takut, tidak pula ada hujan” (HR Bukhari dan Muslim).

Abu az Zubair bertanya kepada Sa’id bin Jubair tentang mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuat demikian. Kata Sa’id, “Hal itu sudah kutanyakan kepada Ibnu Abbas. Jawaban Ibnu Abbas, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin untuk tidak  menyusahkan satupun dari umatnya’.

Baca juga:

  1. Jamaah Haji yang Hendak ke Muzdalifah

Orang-orang yang menunaikan haji dan kesulitan melakukan sholat tepat waktu, maka diperbolehkan melakukan sholat jamak. Khususnya saat hendak berpergian ke Muzdalifah. Hal ini didasari hadist:

Dari Abi Ayyub al-Anshari ra. Bahwa Rasulullah SAW menjama` Maghrib dan Isya` di Muzdalifah pada haji wada`. (HR Bukhari ).

  1. Saat Hujan

Terdapat sebuah hadist yang memperbolehkan kita untuk melakukan sholat jamak di saat hujan. Namun sholat yang boleh dijamak hanya Maghrib dan Ashar. Sedangkan untuk sholat Dzuhur dan Ashar tidak ada keterangannya.

Pendapat ini didasari hadist:

Dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Rasulullah SAW menjama` zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya` di Madinah meski tidak dalam keadaan takut maupun hujan.” (HR Muslim 705).

Dari Nafi` maula Ibnu Umar berkata, ”Abdullah bin Umar bila para umaro menjama` antara maghrib dan isya` karena hujan, beliau ikut menjama` bersama mereka”. (HR Ibnu Abi Syaibah).

Dari Ibnu Abbas RA. Bahwa Rasulullah SAW shalat di Madinah tujuh atau delapan. Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya`”. Ayyub berkata, ”Barangkali pada malam turun hujan?”. Jabir berkata, ”Mungkin”. (HR Bukhari dan Muslim).

Baca juga:

Syarat Sahnya Sholat Jamak

Sebagaimana sholat fardhu pada umumnya, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sholat jamak sah di sisi Allah Ta’ala. Diantaranya yaitu:

  • Berwudhu untuk menghilangkan najis.
  • Menutup aurat.
  • Menghadap kiblat.
  • Menjalankan rukun sholat fardhu sebagaimana umumnya.
  • Niat sholat jamak.
  • Kedua sholat dilakukan secara berurutan tanpa diselingin aktivitas apapun. Jadi setelah salam, langsung berdiri lagi untuk sholat kedua. Tidak perlu dzikir, mengobrol, makan atau lainnya.

Jenis-Jenis Sholat Jamak

Sholat jamak tentu boleh dijadikan main-main. Semisal kita sedang malas lalu menjamak sholat. Atau mau pergi ke mall lalu menjamak sholat. Tentu hal itu salah ya! Sholat jamak hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang benar-benar dalam kondisi darurat.

Adapun jenis sholat jamak dibedakan menjadi 2 macam yakni jamak taqdim dan jamak takhir.

  1. Jamak Taqdim

Jamak Taqdim yaitu meringkas atau mengerjakan 2 sholat fardhu sekaligus di waktu sholat yang pertama. Yakni:

  • Sholat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan saat waktu Dzuhur.
  • Sholat Maghrib dan Isya’, dikerjakan saat waktu Maghrib.
  1. Jamak Takhir

Jamak Takhir yaitu meringkas atau mengerjakan 2 sholat fardhu sekaligus di waktu sholat yang terakhir. Yakni:

  • Sholat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan saat waktu Ashar.
  • Sholat Maghrib dan Isya’, dikerjakan saat waktu Isya’.

Baca juga:

Niat Solat Jamak Taqdim

Berikut adalah niat saat melaksanakan shalat jamak taqdim, yaitu:

  • Niat solat jamak taqdim dzuhur dan ashar (Dilakukan saat waktu dzuhur)

 Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: Aku sengaja sholat fardu dhuhur 4 rakaat yang dijama’ dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala.

  • Setelah selesai sholat dzuhur, langsung dilanjut sholat ashar dengan bacaan niat:

Ushollii fardlozh ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al dzuhri adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: Aku berniat sholat ashar 4 rakaat dijama’ dengan dhuhur, fardhu karena Allah Ta’aala.

  • Niat solat Jamak Taqdim Maghrib dan Isya’ (Dilakukan saat waktu maghrib)

Ushollii fardlozh maghribi thalaatha raka’aatin majmuu’an ma’al ‘isyaa’i  jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: Aku sengaja sholat fardu maghrib 3 rakaat yang dijama’ dengan isyak, dengan jama’ taqdim, fardu karena Allah Ta’aala.

  • Setelah selesai sholat maghrib, langsung dilanjut sholat isya’ dengan bacaan niat:

Ushollii fardlozh ‘isyaa’i arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al maghiribi jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: Aku berniat sholat isyak empat rakaat dijamak dengan magrib, dengan jama’ taqdim, fardhu karena Allah Ta’aala.

Niat Shalat Jamak Takhir

Setelah Niat shalat jamak taqdim, berikut ini adalah niat untuk shalat jamak takhir, yaitu:

  • Niat solat Jamak Takhir Dzuhur dan Ashar

Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: Aku sengaja sholat fardu dhuhur 4 rakaat yang dijama’ dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala.

  • Setelah selesai sholat dzuhur, langsung dilanjut sholat ashar dengan bacaan niat:

“Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’azh zhuhri adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: “Aku sengaja sholat fardu Ashar 4 rakaat yang dijama’ dengan dhuhur, fardu karena Allah Ta’aala”

  • Niat solat Jamak takhir Maghrib dan Isya’

Ushollii fardlozh maghribi thalaatha raka’aatin majmuu’an ma’al ‘isyaa’i  Jam’a ta-khiirinin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: Aku sengaja sholat fardu maghrib 3 rakaat yang dijama’ dengan isyak, dengan jama’ takhir, fardu karena Allah Ta’aala.

  • Setelah selesai sholat maghrib, langsung dilanjut sholat isya’ dengan bacaan niat:

Ushollii fardlozh ‘isyaa’i arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al magribi Jam’a ta-khiirinin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”

Artinya: Aku berniat sholat isya’ empat rakaat yang dijama’ dengan magrib, dengan jama’ takhir, fardhu karena Allah Ta’aala.

Baca juga:

Demikianlah penjelasan mengenai tata cara sholat jamak, dari definisi, syarat dan niatnya. Semoga dapat membantu.

The post Tata Cara Shalat Jamak – Taqdim dan Takhir appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat dalam Kendaraan – Hukum dan Dalilnya https://dalamislam.com/shalat/shalat-dalam-kendaraan Tue, 30 May 2017 07:58:41 +0000 http://dalamislam.com/?p=1614 Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang tidak menunaikan shalat sudah pasti Allah akan menghukum apalagi jika dilakukan secara sengaja. Dalam kondisi apapun shalat diwajibkan oleh Allah dan tidak boleh terlewatkan sedikitpun. Hal ini karena shalat adalah pondasi dari agama dan jika runtuh shalat kita maka runtuh pondasi agama. Shalat juga menjadi alarm dan pengingat […]

The post Shalat dalam Kendaraan – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang tidak menunaikan shalat sudah pasti Allah akan menghukum apalagi jika dilakukan secara sengaja. Dalam kondisi apapun shalat diwajibkan oleh Allah dan tidak boleh terlewatkan sedikitpun. Hal ini karena shalat adalah pondasi dari agama dan jika runtuh shalat kita maka runtuh pondasi agama.

Shalat juga menjadi alarm dan pengingat kita. Shalat 5 waktu itu menjadi pengingat kita. Tanpa shalat kita akan menjadi hamba yang sering ingkar dan lewat shalat kita kembali pada Allah dan kembali berserah diri pada Allah.  Bukan pada hawa nafsu atau hanya sekedar keinginan diri kita.

Termasuk Rasulullah selalu mencontohkan shalat dimanapun, kapanpun, dan apapun kondisi diri kita. Shalat pernah dilakukan saat perang, dilakukan saat berpergian, bahkan shalat dalam kondisi sakitpun orang bisa melakukannya. Seperti orang dalam perjalanan dan duduk di kendaraan, ini bisa dilakukan. Yang terpenting adalah kita tetap bisa melaksankaan shalat.

Terkadnag ada orang-orang yang tidak melaksanakan shalat hanya gara-gara alasan darurat atau tidak pada kondisi normal. Misalnya tidak shalat karena tidak ada air untuk wudhu, padahal islam membolehkan untuk tayamum. Atau tidak shalat karena tidak ada mushalla, padahal islam mebolehkan shalat dimana saja asal bersih dan tidak ada najis.

baca juga:

Kewajiban Shalat dalam Islam

kewajiban shalat dalam islam adalah hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim. Dalam kondisi apapun seorang muslim wajib untuk melakukannya. Hal ini disampaikan oleh Allah dalam beberapa ayat Al-Quran.

  1. QS Al Baqarah : 43

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang rukuk

  1. QS Al Baqarah : 110

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

  1. QS Al Ankabut : 45

Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar.

  1. QS An-Nur 56

Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian semua diberi rahmat

Untuk itu, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa apapun yang kita lakukan tidak boleh sampai meninggalkan shalat. Berkali-kali perintah shalat Allah sampaikan dan berikan kewajibannya agar tidak sampai pada meninggalkannya. Barang siapa yang meninggalkan shalat maka kerugiannya bukan pada Allah karena Allah yang berkuasa, melainkan manusia itu sendiri.

Untuk itu, dalam keadaan dan kondisi apapun manusia khususnya seorang muslim yang beriman, wajib untuk melaksanakan shalat. Tidak boleh meninggalkannya dan wajib untuk menjalankan kewajibannya sebisa yang dilakukan selagi masih hidup di dunia.

Selain shalat wajib kita juga bisa melaksanakan shalat sunnah seperti contoh Rasulullah, yaitu Shalat Malam Sebelum TidurShalat TaubatShalat Lailatul QadarKeutamaan Shalat Witir Shalat Idul FitrKeutamaan Shalat HajatKeutamaan Shalat Dhuha, dan Shalat Jenazah.

baca juga:

Diperbolehkannya Shalat dalam Kendaraan

Dalam perjalanan kita biasanya terbatas untuk melakukan aktivitas tertentu. Untuk itu, termasuk saat shalat tetap harus dilakukan walaupun dengan cara yang sedikit berbeda. Tapi hal ini menjadi ujian apakah seorang muslim benar-benar shalat dan taat kepada Allah dalam kondisi apapun dia. Karena hal ini sebagai ujian kesabaran apakah kita mau melaukan kewajiban dari Allah ataukah tidak.

Untuk itu, berikut adalah hal-hal yang bisa diperhatikan saat kita melaksanakan shalat dalam kendaraan yaitu sedang melakukan perjalanan.

1. Gerakan Shalat

Shalat wajib harus dilakukan sebagaimana Rasulullah contohkan harus secara sempurna yaitu berdiri, rukuk, sujud, dan menghadap kiblat. Shalat di kendaraan diperbolehkan asalkan masih bisa melaksanakan gerakan shalat secara sempurna. Akan tetapi hal ini diperbolehkan jika memang kita khawatir tidak bisa shalat sebelum kita sampai pada tujuan perjalanan, tidak adanya kesempatan atau fasilitas untuk berhenti sejenak. Misalnya saat dalam pesawat, kereta api, atau kendaraan lainnya yang tidak bisa berhenti.

“Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika tidak mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari)

Kita diperbolehkan untuk shalat sambil duduk semampunya. Termasuk dalam kendaraan. Namun jika kendaraan yang masih memungkinkan untuk shalat sambil berdiri secara sempurna maka kita bisa melakkukannya tanpa harus duduk. Misalnya saja di dalam kapal laut, atau kereta yang terdapat ruang khusus, dsb.

2. Menghadap Kiblat

Menghadap kiblat adalah syarat untuk bisa melaksanakan shalat. Jika dikendaraan kita masih bisa menghadap kiblat maka kita bisa melaksanakannya. Namun jika tidak maka kita bisa menghadap sesuai arah kendaraan. Tentu hal ini mempermudah kita dan tidak menyulitkan jika memang kita sudah berniat kepada Allah.

baca juga:

Tata Cara Shalat dalam Kendaraan Sambil Duduk

Karena dipebolehkannya shalat dalam kendaraan sambil duduk, berikut adalah tata cara agar kita bisa melaksanakannya sambil duduk.

  • Duduk sebagaimana duduk normal menghadap ke arah kendaraan berjalan. Pandangan menghadap kedepam walaupun bukan pada arah kiblat.
  • Membaca Takbiratul Ihram dan membaca surat sebagaimana shalat pada biasanya.
  • Pelaksanaan rukuk dengan posisi badan sedikit menunduduk.
  • Gerakan I’tidal degan menegakkan kembali badan seperti posisi duduk pada awalnya.
  • Melakukan gerakan sujud dengan posisi duduk, namun menundukkan badan lebih rendah dari posisi rukuk sebelumnya.
  • Gerakan duduk diantara dua sujud dilakukan dengan duduk normal seperti saat bemrula shalat dan takbiratul ikhram.
  • Pelaksanaan rakaat dan pelaksanaan gerakan lainnya normal sebagaimana melaksanakan ibadah shalat pada kondisi normal.

Gerakan shalat di atas menunjukkan bahwa Allah tidak membebani seseorang untuk beribadah, bahkan beribadah tidak dibaut untuk menyulitkan. Adanya Rukun Iman dalam Agama Islam dan Rukun Islam dalam Ajaran Agama Islam justru islam memberikan kemudahan dan tidak membaut sulit semuanya Allah permudah agar manusia bisa melaksanakan kewajibannya dengan baik. Untuk itu tidak ada satupun perintah Allah yang menjadikan manusia sulit dan menderita, justru menyelamatkan manusia agar sempurna amalannya.

Sebagai muslim kita harus bersyukur karena Allah berikan kemudahan dan tidak menyulitkan kita. Justru kita yang membutuhkan Allah bukan justru Allah yang memerlukan kita. Bantuan dan keringanan yang Allah berikan adalah bentuk kasih sayang Allah keapda manusia.

Termasuk menjalankan ibadah pada Allah dengan cara kita mengikuti sunnah rasul. Sunnah Rasul yang bisa dilakukan misalnya juga seperti Adab Ziarah Kubur, Cara Makan Rasulullah, Keutamaan Puasa Arafah, Sunnah Sebelum Tidur, Hikmah Puasa Sunnah, Kewajiban Menikah, Cara Membahagiakan Istri Tercinta, Semoga kita termasuk dalam umat Rasulullah yang senantiasa taat kepada Allah dan mau melaksanakan kewajiban kita apapun kondisinya.

The post Shalat dalam Kendaraan – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
12 Cara agar Tidak Malas Shalat 5 Waktu Selama Ramadhan https://dalamislam.com/akhlaq/cara-agar-tidak-malas-sholat Wed, 26 Apr 2017 08:11:01 +0000 http://dalamislam.com/?p=1471 Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba. Bulan suci yang penuh dengan rahmat dan kasih sayang Allah sangat dinanti oleh umat islam. Terdapat banyak Hikmah Bulan Ramadhan yang terdapat di dalamnya. Setiap kebaikan yang kita lakukan akan dilipatgandakan. Nilai ibadah sunah akan bernilai sama dengan ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib akan dilipatkandagakan berkali-kali lipat sesuai ketentuan dan pertimbangan Allah […]

The post 12 Cara agar Tidak Malas Shalat 5 Waktu Selama Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba. Bulan suci yang penuh dengan rahmat dan kasih sayang Allah sangat dinanti oleh umat islam. Terdapat banyak Hikmah Bulan Ramadhan yang terdapat di dalamnya. Setiap kebaikan yang kita lakukan akan dilipatgandakan. Nilai ibadah sunah akan bernilai sama dengan ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib akan dilipatkandagakan berkali-kali lipat sesuai ketentuan dan pertimbangan Allah SWT sebagai penerima ibadah kita.

Tidak dapat dipungkiri, kehidupan di bulan Ramadhan akan lebih sulit dilalui. Mengapa? karena terdapat banyak Persiapan Puasa Ramadhan Menurut Islam yang harus kita siapkan. Belum lagi kita harus bangun di sepertiga malam untuk sahur. Di saat jiwa dan raga belum menyatu, kita sudah harus menyantap makanan sebagai persiapan untuk menjalankan ibadah puasa. Tidak lama kemudian, adzan subuh berkumandang. Kita diwajibkan melaksanakan shalat subuh.

Bagi yang bekerja, setelah shalat subuh berlanjut mempersiapakan diri untuk berangkat kerja. Sampai di situ saja sudah dapat dipastikan jam tidur kita berkurang. Perut yang kosong dan jam tidur yang kurang menambah sulit kita untuk beraktivitas.

Sebagian dari kita memilih untuk begadang hingga sahur tiba. Padahal Begadang Dalam Islam amat sangat tidak dianjurkan. Sehingga kadang kala hal yang sebenarnya mudah dan memerlukan waktu yang sedikit sangat sering terabaikan, contohnya shalat fardhu lima waktu. Untuk mengatasi hal tersebut, berikut ada beberapa Cara agar Tidak Malas Shalat wajib lima waktu di bulan Ramadhan:

1. Kuatkan Niat

Semua Cara agar Tidak Malas Shalat dimulai dari niat. Karena, segala sesuatu yang kita lakukan tergantung pada niat. Niat dalam diri diibaratkan sebagai pondasi dalam setiap hal yang kita lakukan. Sebagaimana potongan hadist Nabi:

“…. Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Dengan niat yang kuat, kita tidak akan mudah terlena oleh sesuatu yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian, misal meninggalkan shalat lima waktu.

2. Membiasakan Diri untuk Shalat Lima Waktu

Sebagai umat islam, kita diperintahkan untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Perintah yang paling utama adalah shalat. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa perintah shalat ini langsung disampaikan dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw. melalui peristiwa isra dan mi’raj. Sedangkan perintah-perintah lainnya melalui perantara Malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu.

Membiasakan diri untuk shalat lima waktu akan membuat kita memiliki rasa was-was dalam hati ketika belum melakukan shalat. Hal tersebut dapat menjadi alaram bagi kita untuk selalu mengingat sudahkah kita melakukan shalat.

3. Biasakan Shalat Tepat Waktu

Segala sesuatu yang ditunda-tunda sangat mungkin untuk dapat terlupakan dan akhirnya tidak dikerjakan. Ketika kita menunda shalat fardhu, perasaan malas akan terus hinggap di diri kita. Semakin lama kita mengulur-ulur waktu shalat, semakin besar pula kemungkinan kita untuk tidak mengerjakan shalat. Selain itu, kita memang diperintahkan untuk melakukan shalat tepat pada waktunya. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa: 103)

4. Biasakan Shalat Berjamaah

Shalat berjamaah di masjid dapat membuat kita lebih bersemangat untuk mengerjakan shalat. Selain fadilahnya besar, yakni 27 derajat lebih baik daripada shalat sendiri, dengan shalat berjamaah juga dapat mempererat tali silaturahmi dan memperkokoh hubungan sosial. Rasa solidaritas dan kepekaan kita terhadap sesama juga dapat meningkat.

Nabi Saw. bersabda: “Shalatnya seseorang dengan berjama’ah melebihi shalatnya yang dikerjakan secara sendiri sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR. Muslim)

5. Anggap Shalat Lima Waktu sebagai Kebutuhan Bukan sebagai Kewajiban

Menjadikan shalat lima waktu sebagai kebutuhan adalah hal yang patut kita lakukan. Dengan menjadikan shalat lima waktu sebagai kebutuhan akan membuat kita selalu ingin melakukan shalat. Maksudnya bagaimana? Kebutuhan adalah hal yang harus kita penuhi, sedangkan kewajiban bisa saja ditinggalkan atau ditangguhkan.

shalat lima waktu adalah kewajiban yang harus dilakukan sekalipun tanpa disuruh karena sudah menjadi kebutuhan. Dengan dijadikannya kebutuhan, kita juga akan terus haus untuk melakukan shalat sekalipun belum pada waktunya, misal shalat sunnah. Selain itu, kita juga akan melakukan shalat lima waktu dengan senang hati dan tidak terpaksa.

6. Ketahui Manfaat atau Keutamaan Shalat Lima Waktu

Shalat lima waktu memiliki begitu banyak keutamaan atau fadilah di dalamnya. Selain mendapat pahala karena mengerjakannya, shalat lima waktu juga dapat menghindaka kita dari perbuatan keji dan munkar. Allah SWT berfirman:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45)

Selain itu, shalat lima waktu juga dapat bermanfaat bagi tubuh kita. Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa gerakan-gerakan dalam shalat dapat memperlancar peredaran darah, menyempurnakan bentuk dan susunan tulang-tulang tubuh, dan terhindar dari bebagai penyakit, serta masih banyak lagi.

7. Mengingat Kematian

Setiap makhluk hidup pasti akan mati. Akan tetapi kita tidak pernah tahu kapan saat itu tiba. Kematian tidak memandang status sosial, umur, atau harta kita. Kematian dapat menimpa siapapun. Kematian juga dapat terjadi kapanpun, dan di manapun.

Tidak peduli kita tua atau muda, kaya atau miskin, pejabat atau buruh. Jika tiba saatnya, kita tidak bisa mengelaknya meski bersembunyi di tempat yang tidak dapat ditemukan sekalipun. Pertanyaan besarnya adalah siapkah kita untuk mati (meninggal)? Allah SWT berfirman:

Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya`: 35)

Mengingat kematian membuat kita takut akan azab Allah dan membuat kita sadar untuk selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh-Nya.

8. Bergaul dengan Orang yang Shaleh

Lingkungan pertemanan memiliki pengaruh yang kuat bagi sifat dan perilaku seseorang. Karena sejatinya manusia sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Nabi Muhammad Saw. bersabda:

“Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap.“ (HR. Bukhari & Muslim)

Dengan memiliki teman-teman yang shaleh, kita akan mudah untuk saling mengingatkan dan mengajak dalam melakukan kebaikan, seperti shalat lima waktu. Mereka juga tahu kapan waktunya untuk bermain, bekerja dan beribadah. Sehingga kita tidak akan meninggalkan shalat lima waktu.

9. Berdzikir di Waktu Senggang

Salah satu cara mengingat Allah adalah dengan berdzikir. Kegiatan ini termasuk salah satu Cara agar Tidak Malas Shalat. Ketika kita memiliki waktu luang atau sedang beristirahat sempatkan untuk berdzikir. Karena banyak sekali Keutamaan Berdzikir Kepada Allah SWT.

Kemudian, dengan berdzikir kita akan selalu ingat kepada Allah SWT. Ketika kita ingat kepada Allah, maka kita akan berusaha menjalankan perintah-Nya. Selain itu, dengan berdzikir Allah juga akan mengingat kita. Artinya Allah akan senantiasa memberikan pringatan kepada kita ketika lalai terhadap perintah-Nya. Allah berfirman:

“Berdzikirlah (Ingatlah) kamu pada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula padamu!” (QS. Al Baqarah :152)

10. Membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat islam. Al Qur’an juga memiliki Fungsi Al-Quran dalam Kehidupan Sehari-hari. Di dalamnya terdapat tuntunan hidup yang akan membawa kita pada surga Allah SWT. Dengan membaca Al-Qur’an, kita senantiasa akan mengingat Allah, dan berusaha menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

11. Gunakan Smartphone

Di era modern sekarang ini, hampir setiap orang memiliki smartphone. Dengan kecanggihan smartphone, kita dapat melakukan apapun, termasuk menjadikannya sebagai pengingat shalat. Begitu banyak aplikasi yang dapat kita gunakan untuk menunjang ibadah, seperti aplikasi penunjuk arah kiblat, penunjuk waktu shalat beserta adzan yang dapat berkumandang.

Kita dapat menggunakan kecanggihan smartphone sebagai pengingat shalat. Sehingga kita dapat menjaga waktu-waktu shalat.

12. Membuat Agenda Ramadhan

Agar shalat lima waktu di bulan Ramadhan tidak teringgal, maka kita patut mencoba untuk membuat agenda Ramadhan. Dengan agenda tersebut, kita tidak hanya dapat memantau shalat lima waktu saja. Akan tetapi kita juga dapat memantau ibadah yang lainnya, seperti shalat dhuha, shalat tahajud di bulan Ramadhan atau Shalat Sunnah lainnya.

Itu lah beberapa tips untuk menjaga shalat lima waktu di bulan Ramadhan. Semoga dengan cara-cara di atas dapat membuat kita tidak lagi meninggalkan shalat dan menjadi hamba-Nya yang taat beribadah.

Artikel Terkait

Artikel Islam Lainnya

 

The post 12 Cara agar Tidak Malas Shalat 5 Waktu Selama Ramadhan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Shalat Shubuh Kesiangan dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-sholat-shubuh-kesiangan Tue, 18 Apr 2017 07:10:47 +0000 http://dalamislam.com/?p=1464 Setiap waktu shalat telah Allah tetapkan setiap jam dan waktunya juga sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Waktu shalat ini ditetapkan agar umat islam bisa bersama-sama menjalankan shalat di waktu yang sama atau serempak dan juga mengisi spiritualnya di setiap waktu tertentu. Hal ini disampaikan juga dalam Al-Quran, [box title=”” align=”center“Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan […]

The post Hukum Shalat Shubuh Kesiangan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Setiap waktu shalat telah Allah tetapkan setiap jam dan waktunya juga sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Waktu shalat ini ditetapkan agar umat islam bisa bersama-sama menjalankan shalat di waktu yang sama atau serempak dan juga mengisi spiritualnya di setiap waktu tertentu.

Hal ini disampaikan juga dalam Al-Quran,

[box title=”” align=”center“Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS An-Nisa : 103)[/box]

Artinya, setiap muslim wajib mengikuti aturan shalat dalam waktu yang sudah ditentukan. Shubuh, dzuhur, ashar, magrib, isya adalah waktu-waktu shalat yang telah ditentukan dan dilaksanakan oleh Nabi. Apalagi shalat tersebut memiliki keutamaan seperti Keutamaan Shalat Ashar Berjamaah. Untuk itu, setiap muslim tidak bisa untuk merubah-rubahnya atau melaksanakannya seenaknya sendiri.

Begitupun dengan shalat shubuh. Shalat shubuh sebagai salah satu shalat fardhu memang berada dalam waktu yang cukup berat. Yaitu dimana kita harus terbangun ditengah lelapnya tidur dan nyenyaknya istirahat. Akan tetapi, ada banyak sekali manfaat dan juga hikmah dibalik perintah Allah tersebut.

Banyak juga umat islam yang sering lalai akibat bangun terlalu siang yang mengakibatkan shalat subuhnya terlalaikan. Untuk itu, hendaknya muslim memperhatikan waktu dan kedisplinan waktu shalat, mengingat waktu subuh sangat terbatas.

Berikut uraian tentang Hukum Sholat Shubuh Kesiangan.

Kewajiban Shalat Walaupun Kesiangan

Dalam hadist Rasulullah dan pendapat fiqih para ulama, orang yang terlambat bangun subuh harus tetap dan wajib hukumnya untuk shalat subuh. Orang yang tertidur dan tidak terbangun karena tidak sengaja tentu saja ia tidak berdosa selagi hal itu memang tidak direncanakan. Untuk itu, wajib hukumnya untuk segera berwudhu dan shalat walaupun waktu shubuh sudah terlewat. Hal ini juga sesuai dengan Dasar Hukum Islam, Ijtihad dalam Hukum Islam Menurut Al-Quran dan Sejarah Islam, dan Fungsi Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam.

Akan tetapi, bagi yang sengaja dan selalu kesiangan tentu saja ia mendapatkan dosa dan kesalahan karena memupuk kebiasaan yang buruk dan berulang. Tentu hal ini tidak diperbolehkan. Walaupun ia shalat, maka pahala shalatnya tentu berbeda dengan orang-orang yang bangun lebih awal dan berusaha melawan kemalasannya untuk shalat subuh.

Di zaman yang serba digital ini, sudah banyak teknologi dan berbagai macam gadget yang bisa membantu kita untuk bangun lebih pagi dan subuh. Untuk itu, kita bisa diingatkan atau mendapatkan peringatan walaupun jauh dari masjid atau tidak ada orang yang membangunkan.

Hal ini juga terdapat dalam beberapa sejarah dan kisah Rasulullah SAW.

  1. Tertidur Hingga Matahari Terbit

Orang yang tertidur hingga matahari terbit dan tidak terbangun maka ketika ia bangun ia harus bersegera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat dengan cara Cara Berwudhu yang Benar  atau Cara Wudhu Tayamum. Walaupun ada unsur kesengajaan sekalipun shalat tetap harus dilaksanakan.

Hal yang serupa pernah terjadi ketika Rasulullah sedang melakukan perjalanan. Rasulullah tertidur saat malam hingga matahari terbit, dan saat terbangun walaupun sudah terbit matahari, Rasulullah memerintahkan Bilal Bin Rabah untuk mengumandangkan adzan dan iqamah. Untuk itu, shalat subuh tetap dilaksanakan walau matahari sudah terbit.

  1. Tertidur Karena Unsur Kesengajaan

Bagi yang tertidur dan ada unsur kesengajaan atau kemalasan atau merasa berat untuk bangun maka hampir sebagian besar ulama berpendapat ia wajib untuk melaksanakan shalatnya atau mengganti shalatnya. Sama sebagaimana tidak disengaja, saat bangun ia wajib untuk shalat dan meminta ampun atas segala khilafnya kepada Allah SWT.

Hal ini dikarenakan ia telah sengaja meninggalkan waktu shalat. Tentu hal ini termasuk kepada dosa besar yang Allah sampaikan dalam QS Al Mauun : 4-5,

[box title=”” align=”center“Maka Celakalah orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”.[/box]

Untuk itu, apapun kondisinya kewajiban shalat tetaplah harus dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan walaupun sudah terlambat atau kesiangan. Hal ini karena shalat adalah aspek penting dalam hidup dan pengisian spiritual mansuia terhadap Allah SWT.

Cara Agar Tidak Kesiangan Shalat Subuh

Tentu kita tidak ingin selalu shalat subuh dan ketinggalan waktunya. Untuk itu, usaha dan niat yang kuat harus ada agar selalu terjaga waktu shalat kita. Berikut adalah cara agar kita tidak kesiangan dalam shalat subuh.

  1. Niat

Segala sesuatunya dimulai dari niat. Untuk itu, jika dalam diri kita tidak ada niat untuk selalu bangun pagi dan shalat subuh tepat waktu maka shalat tepat waktu itu tidak akan pernah bisa kita capai. Niat yang lemah tidak akan membuat kita bisa bangun lebih pagi dan selalu shalat kesiangan. Untuk itu, memperbaiki shalat kita tetntu berawal dari niat yang kuat, niat yang lurus, untuk bisa memperbaiki kebiasaan dari dalam diri kita.

Sebelum tidur, hendaknya kita niatkan untuk bisa bangun pagi. Insya Allah, dengan niat sebelum tidur kita akan mendapatkan bantuan Allah untuk melaksanakan ibadah sesuai waktunya. Tentu saja niat harus terus dipelihara dan dijaga keistiqomahannya.

  1. Memasang Alarm atau Meminta Untuk Dibangunkan

Walaupun terdapat Keutamaan Adzan Subuh, memasang alarm atau meminta untuk dibangunkan adalah hal yang bisa kita lakukan untuk mempermudah kita bangun pagi. Dengan adanya hal tersebut kita bisa terbantu karena ada yang mengingatkan dan memanggil kita untuk segera shalat. Setidaknya bangun terlebih dahulu adalah lebih baik daripada tidak terbangun sama sekali.

  1. Buat Tujuan Untuk Bangun

Untuk bisa menambah semangat atau motivasi kita bangun pagi untuk shalat subuh, kita juga bisa membuat tujuan lain agar lebih semangat untuk bangun. Misalnya saja harus menyediakan sarapan pagi, harus belajar, menyiapkan pekerjaan, dan hal-hal lainnya. Tentu saja tanpa harus meninggalkan niat kita untuk tepat waktu melaksanakan shalat shubuh.

Tentunya tujuan sangat dibutuhkan bagi kita yang ingin mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

  1. Tidak Tidur Terlalu Larut Malam

Untuk bisa bangun lebih pagi atau subuh, hendaknya kita juga menghindari untuk tidur terlalu malam atau terlalu larut. Selain dari dampaknya membuat kita sulit bangun, tidur terlalu larut juga tidak baik untuk kesehatan, terutama untuk kesehatan tubuh organ-organ vital kita seperti jantung, lambung, dan juga hati.

Untuk itu, tubuh harus beristirahat lebih awal dan bangun juga lebih awal untuk menghadap Allah. Sehingga fisik sehat dan rohani kita pun juga penuh terisi. Tentunya seorang muslim harus seimbang antara kesehatan fisik dan rohani agar mampu menjalankan kehidupan di dunia dengan optimal untuk mencapai kesuksesan Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

The post Hukum Shalat Shubuh Kesiangan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Do’a Setelah Shalat Fardhu https://dalamislam.com/doa-dan-dzikir/doa-setelah-sholat-fardhu Mon, 21 Dec 2015 09:36:55 +0000 http://dalamislam.com/?p=435 Dalam ajaran Islam, sholat memiliki kedudukan yang sangat penting. Di dalam Al-qur’an dan As- Sunnah telah dijelaskan tentang arti penting rukun islam yang kedua tersebut, diantaranya adalah : Sholat merupakan tiang agama Sholat merupakan kewajiban pertama yang diturunkan dan diajarkan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj Sholat merupakan kewajiban yang sifatnya […]

The post Do’a Setelah Shalat Fardhu appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam ajaran Islam, sholat memiliki kedudukan yang sangat penting. Di dalam Al-qur’an dan As- Sunnah telah dijelaskan tentang arti penting rukun islam yang kedua tersebut, diantaranya adalah :

  • Sholat merupakan tiang agama
  • Sholat merupakan kewajiban pertama yang diturunkan dan diajarkan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj
  • Sholat merupakan kewajiban yang sifatnya universal, dimana hal itu telah diwajibkan Allah SWT kepada Nabi-nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam
  • Sholat dapat mengindikasikan tingkat ketaqwaan yang dimiliki seseorang
  • Sholat merupakan salah satu ciri dari orang-orang yang berbahagia memperoleh kemenangan
  • Sholat dapat menjauhkan seseorang dari perbuatan keji dan munkar

Dari point-point di atas bisa kita simpulkan bahwasannya sholat memiliki peran yang cukup penting dalam kehidupan umat muslim, untuk itu sudah seharusnya apabila kita selalu berusaha melaksanakan kewajiban tersebut dengan sebaik-baiknya. Sholat juga merupakan salah satu sarana kita untuk berkomunikasi dengan Allah SWT.

Terlebih shalat fardhu maupun menjalankan shalat sunnah seperti ajaran Nabi. Di dalam shalat kita bisa mengadu atau memohon dengan memanjatkan berbagai macam do’a dan keinginan kita.

Adapun do’a-do’a yang biasa dibaca setelah melaksanakan sholat fardhu diantaranya adalah :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرِّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

“BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM. ALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN. HAMDAY YU-WAAFII NI’AMAHUU WA YUKAAFI’U MAZIIDAH. YAA RABBANAA LAKALHAMDU WA LAKASY SYUKRU KA-MAA YAMBAGHIILIJALAALIWAJHIKA WA ‘AZHIIMISUL-THAANIK.”

Artinya:

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmatNya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, dan bagi-Mu-lah segalah syukur, sebagaimana layak bagi keluhuran zat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.”

اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلاَةً تُنْجِيْنَابِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ. وَتَقْضِىْ لَنَابِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ.وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ. وَتَرْفَعُنَابِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الْغَيَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ اِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِىَ الْحَاجَاتِ

“ALLAAHUMMA SHALLIWASALLIM ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIW WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD. SHALA ATAN TUN AJIHNAA BÍHAA MINJAMII’IL AHWAALI WAL AAFAAT. WA TAQDHII LANAA BIHAA JAMII’AL HAAJAAT. WA TUTHAHHIRUNAA BIHAA MIN JAMII’IS SAYYI’AAT. W ATARFA ‘ UN A A BIHAA ‘INDAKA ‘ A’LADDARAJAAT. WA TUBALLIGHUNAA BIHAA AQSHAL GHAAYAATI MIN JAMII’IL KHAIRAATIFIL HAYAATIWA BA’DAL MAMAAT. INNAHU SAMII’UN QARIIBUM MUJIIBUD DA’AWAAT WAYAA QAADHIYAL HAAJAAT.”

Artinya:

“Wahai Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad dan keluarganya, yaitu rahmat yang dapat menyelamatkan kami dari segala ketakutan dan penyakit, yang dapat memenuhi segala kebutuhan kami, yang dapat mensucikan diri kami dari segala keburukan, yang dapat mengangkat derajat kami ke derajat tertinggi di sisi-Mu, dan dapat menyampaikan kami kepada tujuan maksimal dari segala kebaikan, baik semasa hidup maupun sesudah mati. Sesunggunya Dia (Allah) Maha Mendengar, Maha Dekat, lagi Maha Memperkenankan segala doa dan permohonan. Wahai Dzat yang Maha Memenuhi segala kebutuhan Hamba-Nya.”

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَصِحَّةً فِى الْبَدَنِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ.

“ALLAAHUMMA INNAA NAS’ALUKA SALAAMATAN FITDDIINI WADDUN-YAA WAL AAKHIRAH. WA ‘AAFIYA-TAN FIL JASADI WA SHIHHATAN FIL BADANI WA ZIYAADATAN FIL ‘ILMI WA BARAKATAN FIRRIZQI WA TAUB ATAN QABLAL MAUT WA RAHM ATAN ‘INDALMAUT WA MAGHFIRATAN BA’D AL MAUT. ALLAAHUMMA HAWWIN ‘ALAINAA FII SAKARAATIL MAUT WAN NAJAATA MINAN NAARI WAL ‘AFWA ‘INDAL HISAAB.”

Artinya:

“Wahai Allah! Sesungguhnya kami memohon kepadaMu, kesejahteraan dalam agama, dunia dan akhirat, keafiatan jasad, kesehatan badan, tambahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datang maut, rahmat pada saat datang maut, dan ampunan setelah datang maut. Wahai Allah! Permudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, (Berilah kami) keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat dilaksanakan hisab.”

اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ

“ALLAAHUMMA INNAA NA’UUDZU BIKA MINAL ‘AJZI WAL KASALI WAL BUKHLI WAL HARAMI WA ‘ADZAABIL QABRI.”

Artinya “Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari sifat lemah, malas, kikir, pikun dan dari azab kubur.”

اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَيُسْتَجَابُ لَهَا

“ALLAAHUMMAINNAA NA’UUDZU BIKA MIN ‘ILMIN LAA YANFA’ W AMIN QALBIN LAA YAKHSYA’ W AMIN NAFSIN LAA TASYBA’ WAMIN DA’WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA.”

Artinya “Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak kenal puas, dan dari doa yanag tak terkabul.”

رَبَّنَااغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَحَبَّ وَاَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَجْمَعِيْنَ

RABBANAGH FIRLANAA DZUNUUBANAA WA LIWAA-LIDIINAA WALIMASYAAYIKHINAA WA LIMU’ALLI-MIENAA WA LIMAN LAHUU H AQQUN’ ALAIN AA WA LIM AN AHABBA WA AHSANA ILAINAA WA LIKAAFFATIL MUS LIMUN A AJMA’IIN.”

Artinya “Wahai Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa orang tua kami, para sesepuh kami, para guru kami, orang-orang yang mempunyai hak atas kami, orang-orang yang cinta dan berbuat baik kepada kami, dan seluruh umat islam.”

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

RABBANAA TAQABBAL MINNAA INNAKA ANTAS SAMII’UL ‘ALIIM, WA TUB ‘ALAINAA INNAKA ANTAT TA WWA ABUR RAHIIM.”

Artinya “Wahai Tuhan kami, perkenankanlah (permohonan) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“RABBANAA AATINAA FIDDUNNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA ‘ADZAA BAN NAAR.”

Artinya “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.”

وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

WASHALLALLAAHU ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMA-DIN WA’ALAA AALIHIWA SHAHBIHIIWA SALLAM, WAL HAMDU LILLAAHIRABBIL ‘AALAMIIN.”

Artinya “Semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.”

The post Do’a Setelah Shalat Fardhu appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat Fardhu – Fardhu A’in dan Fardhu Kifayah https://dalamislam.com/shalat/shalat-fardhu Fri, 13 Nov 2015 09:28:44 +0000 http://dalamislam.com/?p=361 Shalat adalah bentuk peribadatan yang dilakukan oleh umat muslim yaitu dengan berhadap hati kepada Allah SWT dan pelaksanaannya adalah dalam bentuk  perkataan maupun perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan syara’.(Baca : Manfaat takbir) Secara Bahasa, kata shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti do’a, sedangkan menurut istilah, […]

The post Shalat Fardhu – Fardhu A’in dan Fardhu Kifayah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat adalah bentuk peribadatan yang dilakukan oleh umat muslim yaitu dengan berhadap hati kepada Allah SWT dan pelaksanaannya adalah dalam bentuk  perkataan maupun perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan syara’.(Baca : Manfaat takbir)

Secara Bahasa, kata shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti do’a, sedangkan menurut istilah, shalat didefinisikan sebagai suatu bentuk peribadatan dalam bentuk rangkaian kegiatan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan diakhiri dengan mengucapkan salam. Terdapat shalat wajib dan macam-macam shalat sunnah yang dijalankan.

Allah SWT telah berfirman dalam  Q.S. Albaqarah ayat 43

و اقیموا الصلاة و آتوا الزکاة و ارکعوا مع الراکعین

Artinya:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku.

Selain itu, dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 45, Allah juga berfirman

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Shalat merupakan bentuk peribadatan bagi umat muslim yang harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya guna memperoleh Ridlo dari Allah SWT. Shalat adalah Rukun Islam yang kedua, dimana jika dilihat dari hukumnya, ibadah ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu shalat Fardhu dan juga shalat sunnah. Pembahasan kali ini adalah tentang shalat fardhu dan jenisnya.(Baca : Do’a Setelah Shalat Fardhu)

Pengertian Shalat Fardhu (Shalat Wajib)

Shalat Fardhu atau yang sering kita sebut dengan shalat wajib adalah sholat yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan Hukum Meninggalkan Shalat Dengan Sengaja akan mendapatkan dosa. Dengan kata lain ibadah ini hukumnya wajib kita kerjakan, karena apabila kita satu waktu saja meninggalkannya, maka kita akan mendapatkan dosa dari Allah SWT.(Baca : Shalat Istikharah)

Baca :

Shalat fardhu sendiri juga dibedakan menjadi 2, yaitu :

Fardhu Ain

Ini merupakan suatu kewajiban untuk menjalankan shalat bagi tiap-tiap umat muslim/ mukallaf dan tidak boleh ditinggalkan ataupun diwakilkan kepada orang lain.(Baca : Shalat Jum’at)

Syarat – Syarat Melaksanakan Shalat

  1. Beragama islam
  2. Baligh dan berakal sehat
  3. Suci dari hadast
  4. Suci seluruh anggota tubuh, pakaian, dan tempat
  5. Menutup aurat.(Baca : Hukum Wanita Memakai Celana)
  6. Telah masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat
  7. Menghadap kiblat
  8. Mengetahui antara yang termasuk rukun dan sunnah shalat.

Rukun dan Tata Cara Shalat

1. Niat

Niat diucapkan ketika kita telah berdiri tegak dan menghadap ke kiblat dan niat yang kita ucapkan harus sesuai dengan shalat yang akan kita kerjakan, misalnya saja Shalat Subuh. Dan saat membaca niat, sebaiknya dilakukan di dalam hati dengan bersungguh-sungguh. Untuk bacaan niat dari masing-masing shalat akan dijabarkan selanjutnya.(Baca : Tata Cara Shalat Jamak)

2. Berdiri tegak

Bagi mereka yang sedang sakit, shalat bisa dilakukan sambil duduk atau berbaring.(Baca : Cara Melaksanakan Shalat Tahajud)

3. Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram adalah tindakan dengan mengangkat kedua belah tangan yang disertai dengan bacaan takbir, karen ta yaitu :

الله أَكْبَر

Artinya “Allah Maha Besar.”(Baca : Manfaat takbir)

4. Membaca do’a iftitah pada rakaat pertama

كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

إنِي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ اْلمُشْرِكِين

إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ

لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ اْلمُسْلِمِينَ

Artinya:

Segala puji bagi Alloh. Maha Suci Alloh dipagi dan petang hari.
Kuhadapkan jiwa ragaku pada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan mengakui kebenaran serta berserah diri, dan tidaklah aku termasuk golongan orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya karena dengan itu aku diperintah. Dan ketahuilah sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim
.”(Baca : Hukum Membaca Doa Iftitah)

5. Pada setiap rakaat membaca Al-Fatihah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Artinya:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Keunggulan surat Al fatihah :

Setelah itu, dilanjutkan membaca surat-surat pendek, misalnya Surat Al-Ikhlas, Surat An-Nas, dan lainnya.(Baca : Tata Cara Sholat Sunah Rawatib, Tata Cara Shalat Idul Fitri)

6. Ruku’ dengan thuma’ninah

Pada saat ruku’, disertai dengan membaca bacaan ruku’ sebanyak 3 kali :

 سُبْحَانَ رَبِيَ العَظِيمِ وَبحَمْدِه

Artinya “Maha Suci Tuhan Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya.”

7. I’tidal

Ini merupakan gerakan berdiri tegak setelah melakukan ruku’ yaitu dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga seraya membaca :

سمع الله لمن حمده

Artinya:

Allah mendengar orang yang memuji-Nya.”

Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca :

رَبّنا لَكَ الحَمْدَ مِلْءُ السَمَوَاتِ وَمِلْءُ الأرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ ِمنْ شَيءٍ بَعْدُ

Artinya:

Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”

8. Sujud sebanyak 2 kali

Ini merupakan gerakan tersungkur ke bumi yaitu dengan meletakkan dahi ke bumi. Adapun bacaan ketika sujud adalah :

سُبْحَانَ رَبِيَ الأعَلْيَ وَبحِمَدِه

Artinya:

Maha Suci Tuhan Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya.”

Bacaan tersebut dibaca sebanyak 3 kali

9. Duduk diantara dua sujud

Bacaan duduk diantara dua sujud adalah :

رَبِّ اغْفِرْ ِلي وَارْحمَني وَاجْبرُنِي وَارْفَعْني وَارْزُقْنيِ وَعَافِني وَاعْفُ عَِني

Artinya:

Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajat kami dan berilah rizki kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku.”

10. Duduk Tasyadud/ Tahiyat awal

Pada shalat fardhu yang jumlah rakaatnya 3 atau empat, setelah selesai sujud yang kedua pada rakaat kedua, kita duduk dengan membaca tahiyat awal, yaitu :

التَّحِيَّاتُ ألمُبَاركاتُ الصَّلَوَاتُ َالطَّيِّبَاتُ ِلِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلا مُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالحينَ ِ أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ محَمَّدًا رَسُولُُ الله اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ

Artinya:

Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku naik saksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.

11. Duduk Tasyadud akhir

Adapun bacaan yang dibaca ketika tahiyat akhir adalah sama dengan bacaan pada tahiyat awal, hanya saja ditambah dengan sholawat atas Nabi Muhammad :

وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّد

Artinya:

YaAllah! Limpahilah rahmad atas keluarga Nabi Muhammad.”

Selain itu, juga disunnahkan untuk membaca sholawat ibrahimiyah :

كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إبْرَاهِيم وعَلَي آلِ سَيدنا إِبْرَاهِيمَ و بَارِِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إبراهيم و علي آلِ سيدناإِبْرَاهِيمَ في العالمين إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Artinya:

Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim. Berkatilah ke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.”

12. Membaca salam

Adapun bacaannya adalah

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Artinya “Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”

Yang tergolong jenis shalat fardhu yang hukumnya fardhu ain adalah :

1. Shalat lima waktu

Ini merupakan jenis shalat fardhu (wajib) yang dikerjakan sebanyak lima kali dalam sehari bagi setiap umat muslim / mukallaf, kecuali bagi mereka yang berhalangan dikarenakan sebab-sebab tertentu seperti datangnya haid pada wanita.(Baca : Shalat Lailatul Qadar)

Perintah untuk mengerjakan shalat lima waktu bermula dari peristiwa penting Tahun Baru dalam Islam yaitu isra’ dan mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang terjadi pada tanggal 27 Rajab 621 M, atau sekitar 3 tahun sebelum hijrah.(Baca : Shalat Dhuha)

Dari Annas bin Malik ra

Telah difardhukan kepada Nabi SAW shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini sama bagi mu dengan 50 kali shalat.“(HR Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan oleh At-Tirmizy).

Dalam sebuah hadist Rasulullah sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda yang artinya:

Amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya dan jika buruk maka buruklah seluruh amalannya.” (HR. Thabraani)

Dan sebelum Rasulullah wafat pun, beliau berpesan:

Jagalah shalat, jagalah shalat dan berlaku baiklah terhadap budak-budak yang kamu miliki.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

Jadi, sesungguhnya shalat lima waktu memiliki kedudukan yang begitu tinggi di sisi Allah SWT yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah yang lainnya. Lalu kapan kita hendaknya mulai melaksanakan shalat? Shalat lima waktu merupakan suatu perintah dari Allah SWT yang hendaknya ditanamkan dalam hati dan jiwa setiap muslim sejak ia masih kanak-kanak.(Baca : Cara agar Tidak Malas Shalat)

Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, yang artinya:

perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat tujuh tahun, dan pukullah (kalau enggan melakukan shalat) di waktu mereka meningkat usia sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud)

  1. Shalat Subuh

Ini merupakan bagian dari shalat lima waktu yang dikerjakan di permulaan hari, yaitu menjelang terbit fajar hingga sebelum terbit matahari. Shalat ini dikerjakan sebanyak 2 rakaat yang pada rakaat kedua yaitu pada waktu i’tidal berdiri tegak dari ruku’ dianjurkan untuk membaca do’a qunut.(Baca : Makna Doa Qunut)

 اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ

وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ

وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ

وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ

وَقِنِيْ شَرَّمَا قََضَيْتَ،

فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ

وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ

وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ

تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ

وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

“ALLAHUMMAH-DINII FII-MAN HADAIIT, WA ‘AAFINII FII MAN ‘AAFAIIT, WA TAWALLA-NII FII MAN TAWALLAIIT WA BAARIK LII FII MAA A’-THAIIT, WA QINII SYARRA MAA QADHAIIT, INNAKA TAQDHII WA LAA YUQDHAA ‘ALAIIK, WA INNAHUU LAA YADZILLU MAW-WAA-LAIIT, WA LAA YA’IZZU MAN ‘AADAIIT, TABAARAK-TA RABBANAA WA TA’AALAIIT. FALAKALHAMDU ‘ALAA MAAQADHAIT, ASTAGHFIRUKA WA’ATUUBU ILAIK, WASALLALLAHU ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN NABIYYIL UMMIYYI. WA’ALAA AALIHI WASHAHBIHI WASALLAM.”

Artinya:

Ya Allah tunjukkanlah akan daku sebagaiman mereka yang telah Engkau tunjukka. Dan berilah kesihatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesihatan. Dan peliharalah daku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau kurniakan. Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum
Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin
Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya
Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau
Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan
Ku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau
(Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Adapun niat shalat subuh  adalah :

اُصَلِّي فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءًا مَأمُوْمًا اِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

“USHOLLII FARDLOS SHUBHI ROK’ATAYNI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN (MA-MUUMAN/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA.”

Artinya:

Aku menyengaja shalat fardlu subuh dua raka’at menghadap kiblat (ma’muman/imaman) karena Allah.”

Baca juga :

2. Shalat Dzuhur

Shalat wajib (fardhu) ini dikerjakan mulai tergelincirnya matahari hingga masuk waktu ashar. Shalat ini dikerjakan sebanyak 4 rakaat. Adapun niatnya adalah :

اُاُصَلِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

“USHOLLI FARDLOZH ZHUHRI ARBA’A ROKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN LILLAAHI TA’AALA”

Artinya “Aku niat melakukan shalat fardu zuhur 4 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.”

3. Shalat Ashar

Waktu pengerjaan shalat wajib ini adalah pada saat bayangan suatu benda melebihi panjang benda itu sendiri atau dua kali lebih panjang dari benda itu sendiri.(Baca :  Keutamaan Shalat Ashar Berjamaah)

Shalat ashar dikerjakan sebanyak 4 rakaat dengan niat sebagai berikut :

اُصَلِّيْ فَرْضَ اْلَعَصْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

“USHOLLI FARDLOL ‘ASHRI ARBA’A ROKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN LILLAAHI TA’AALA.”

Artinya:

Aku niat melakukan shalat fardu ashar 4 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.”

4. Shalat Magrib

Waktu magrib diawali pada saat terbenamnya matahari hingga datangnya waktu shalat isya’. Shalat magrib dikerjakan sebanyak 3 rakaat yang niatnya adalah :

اُصَلِّيْ فَرْضَ اْلْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

“USHOLLI FARDLOL MAGHRIBI TSALAATSA ROKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN LILLAAHI TA’AALA.”

Artinya:

Aku niat melakukan shalat fardu maghrib 3 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.”

5. Shalat Isya

Shalat Isya’ dikerjakan sebanyak 4 rakaat yang pelaksanaanya dimulai ketika cahaya merah (syafaq) di langit Barat telah menghilang hingga terbitnya fajar shadiq keesokan harinya. Adapun niat shalat isya’ adalah :

اُصَلِّيْ فَرْضَ الْعِشَاءِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

“USHOLLI FARDLOL ‘ISYAA-I ARBA’A ROKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN LILLAAHI TA’AALA.”

Artinya “Aku niat melakukan shalat fardu isya 4 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala.”

2. Shalat Jum’at

Shalat Jum’at adalah shalat yang dikerjakan pada hari jum’at sebanyak 2 rakaat secara berjamaah. Shalat ini dikerjakan setelah penyampaian khutbah yang dilakukan oleh khotib. Hukum Meninggalkan Shalat Jumat adalah fardhu ain bagi setiap muslim / mukallah laki-laki yang sehat dan bermukim.(Baca : Azab Meninggalkan Shalat JumatHukum Sholat Jumat Bagi Wanita)

Allah SWT telah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلاَةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S. Al- Jum’ah ayat 9)

Syarat syahnya shalat jum’at

  • Dilakukan di tempat-tempat tertentu
  • Diikuti setidaknya oleh 40 orang laki-laki
  • Dilaksanakan pada waktu dzuhur
  • Didahului dengan dua khutbah.(Baca : Syarat Wajib Khotib)

sunnah mengikuti shalat jum’at

Niat shalat Jum’at :

اُصَلِّيْ فَرْضَ الجُمْعَةِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً مَاْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

“USHOLLI FARDLOL JUM’ATI RAK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA-MUUMAN LILLAAHI TA’AALA.”

Artinya:

Aku berniat melakukan shalat jum’at 2  rakaat, dengan menghadap qiblat, saat ini, menjadi mamum, karena Allah ta’ala.”

Fardhu Kifayah

Ini merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim / mukallaf yang telah dianggap cukup atau sah meskipun dikerjakan oleh sebagin orang saja, dan apabila tidak ada satu orangpun yang mengerjakannya, maka akan menimbulkan dosa. Yang termasuk dalam shalat fardhu kifayah adalah :

Shalat Jenazah

Syarat melaksanakan shalat jenazah :

  • Sama halnya dengan shalat pada umumnya, dalam melaksanakan Shalat Jenazah seseorang harus menutup aurat, suci dari hadast (baik hadast besar maupun kecil) dan Jenis-Jenis Najis Dalam Islam, seperti najis baik badan, pakaian, maupun tempat ibadah, serta dilakukan dengan menghadap ke arah kiblat
  • Jenazah telah dimandikan dan dikafani.
  • Jenazah diletakkan di sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali apabila shalat tersebut dilakukan di atas kubur atau shalat ghaib.

Baca juga :

Rukun dan tata cara melaksanakan shalat jenazah :

1. Niat menyengaja melakukan shalat atas jenazah dengan empat kali takbir dan menghadap ke arah kiblat yang dilakukan semata-mata karena Allah Ta’ala. Adapun niat adalah :

Untuk Mayit laki-laki

أُصَلِّي عَلَى هَذَا اْلمَيِّتِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةِ للهِ تَعَالَى

USHALLII ‘ALAA HAADZAL MAYYITI ARBA’A TAKBIIRATIN FARDLAL KIFAAYATI (MA’MUUMAN/IMAAMAN) LILLAHI TA’AALA.”

Artinya:

Aku berniat shalat atas mayit laki-laki ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.”

Untuk Mayit perempuan

أُصَلِّي عَلَى هَذِهِ اْلمَيْتَةِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ كِفَايَةِ للهِ تَعَالَى

USHALLII ‘ALAA HAADZIHIL MAYYITATI ARBA’A TAKBIIRATIN FARDLAL KIFAAYATI (MA’MUUMAN/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALA.”

Artinya:

Aku berniat shalat atas mayit perempuan ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.”

2. Dilakukan dengan posisi berdiri tanpa ruku’ dan sujud

3. Setelah melakukan takbiratul ihram yang pertama diiringi dengan membaca surat Al-fatihah

4. Setelah takbir yang kedua, membaca sholawat Nabi Muhammad SAW :

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالمَِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Artinya:

“Ya Allah berilah rahmat kepada junjungan Nabi Muhammad saw, dan berilah kesejahteraan kepada junjungan kami Nabi Muhammad saw sebagaimana Engkau memberikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Nabi Muhammad saw dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberikan keberkatan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya atas alam-alam ini, Engkaulah zat yang terpuji dan Maha mulia.”

5. Setelah takbir ketiga, membaca do’a :

أَللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالْثَلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتُ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Artinya:

Ya Allah, ampunilah baginya dan kasihilah dia dan afiatkan dia dan maafkanlah kesalahannya dan muliakan kedudukannya dan lapangkan kuburnya dan bersihkan dia dengan air salju dan air dingin. Bersihkanlah dia dari kesalahannya sebagaimana dibersihkan kain putih dari kekotoran, dan gantikanlah kampunganya dengan kampung yang lebih baik dan ahli keluarganya yang baik, suami isteri yang lebih baik. Masukkanlah dia ke dalam syurga dan lindungilah dia dari seksa kubur dan fitnahnya dan dari seksa neraka.”

6. Dan setelah takbir yang keempat, membaca do’a :

أَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاَّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Artinya:

Ya Allah, janganlah Engkau haramkan permohonan kami untuk kebajikannya dan janganlah Engkau membiarkan kami di timpa fitnah setelah ketiadaannya dan ampunkanlah kami dan dia juga rakan kami yang terdahulu beriman dan janganlah Engkau sematkan perasaan hasad dengki kedalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Tuhan kami, sesungguhnya Engkau bersifat pengasih dan penyanyang.”

7. Membaca salam :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Artinya:

Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”

Artikel Lainnya :

The post Shalat Fardhu – Fardhu A’in dan Fardhu Kifayah appeared first on DalamIslam.com.

]]>