shalat sunnah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/shalat-sunnah Wed, 29 Apr 2020 13:34:09 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png shalat sunnah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/shalat-sunnah 32 32 Tata Cara Shalat Witir 3 Rakaat dan Bacaannya https://dalamislam.com/shalat/tata-cara-shalat-witir-3-rakaat Wed, 29 Apr 2020 13:34:07 +0000 https://dalamislam.com/?p=8472 Sholat witir merupakan shalat sunnah yang dianjurkan untuk dilaksanakan sesudah mengerjakan sholat-sholat sunnah lainnya di malam hari. Perintah untuk menjalankan shalat witir: اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا Artinya: “Jadikan shalatmu yang paling akhir di waktu malam berupa shalat witir.”(HR. Bukhari Muslim) Di bulan ramadhan tentunya kita disunnahkan untuk melakukan shalat witir setelah shalat tarawih yang […]

The post Tata Cara Shalat Witir 3 Rakaat dan Bacaannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sholat witir merupakan shalat sunnah yang dianjurkan untuk dilaksanakan sesudah mengerjakan sholat-sholat sunnah lainnya di malam hari.

Perintah untuk menjalankan shalat witir:

اجْعَلُوا آخِرَ صَلَاتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

Artinya: “Jadikan shalatmu yang paling akhir di waktu malam berupa shalat witir.”(HR. Bukhari Muslim)

Di bulan ramadhan tentunya kita disunnahkan untuk melakukan shalat witir setelah shalat tarawih yang dilakukan setiap malam pada bulan ramadhan.

Jumlah rakaat shalat witir berjumlah ganjil, ada yang 1 rakaat, ada juga yang 3 rakaat dan paling maksimal yaitu 11 rakaat.

Biasanya shalat witir yang dilakukan sesudah tarawih adalah shalat witir 3 rakaat.

Lalu bagaimana tata cara shalat witir 3 rakaat tersebut? Berikut ini adalah pembahasannya.

1. Perhatikan Waktu Pelaksanaan

Shalat witir dianjurkan untuk dikerjakan mulai terbentang sejak setelah shalat Isya’ hingga terbitnya fajar (matahari).

Maka, melaksanakan shalat witir selain di waktu yang telah disebutkan, hukumnya adalah mubah.

Menurut hadist riwayat Imam Ahmad, Rasulullah mengerjakan shalat witir pada pada akhir malam.

2. Membaca Niat

Seperti shalat lainnya, shalat witir pun diperlukan niat tersendiri. Niatnya yaitu:

اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri tsalâtsa raka’âtin mustaqbilal qiblati adâ’an lillâhi ta’âlâ

Artinya: “Aku menyengaja sholat sunnah shalat witir tiga rakaat dengan menghadap kiblat, karena Allah Ta’ala.”

3. Takbiratul Ihram

Tata cara shalat witir sangat sama dengan tata cara shalat lainnya. Yaitu sesudah niat adalah takbiratul ihram.

Takbiratul Ihram dilakukan setelah bacaan niat yaitu dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga untuk laki-laki, dan sejajar dengan dada untuk perempuan, sambil membaca:

ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ

“Allahu Akbar”

Kemudian kedua tangan disedekapkan pada dada dan membaca do’a iftitah:

اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .

Latin: “Allahu akbar Kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahi bukrataw waashiilaa. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin. Laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.”

4. Membaca Alfatihah

Membaca suratul fatihah, berikut bacaannya:

Surat al fatihah

5. Membaca Surat Pendek

Ketika melakukan tata cara shalat witir 3 rakaat dan bacaannya disunnahkan membaca surat Al A’la pada rakaat pertama dan surat Al Kafirun pada rakaat kedua.

Sedangkan pada rakaat ketiga membaca 3 surat yaitu Al Ikhlas, surat Al Falaq dan surat An Nas.

6. Ruku’

Gerakan selanjutnya adalah rukuk. Dengan membaca:

سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

Artinya: “Mahasuci Tuhanku yang Maha agung dan segala puji bagi Nya

7. I’tidal

Setelah rukuk yaitu i’tidal, dengan membaca:

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

8. Sujud

Setelah i’tidal adalah sujud, dengan membaca:

سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

9. Duduk diantara Dua Sujud

Dengan membaca:

doa duduk diantara dua sujud

10. Tahiyat Akhir

bacaan tahiyat akhir

11. Salam

Selesai Tahiyatul Akhir, lakukan salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri bergantian sambil membaca:

“Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.”

The post Tata Cara Shalat Witir 3 Rakaat dan Bacaannya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
5 Perbedaan Shalat Tahajjud dan Shalat Istikharah yang Wajib diketahui https://dalamislam.com/shalat/perbedaan-shalat-tahajjud-dan-shalat-istikharah Fri, 03 Apr 2020 08:39:34 +0000 https://dalamislam.com/?p=8414 Di antara berbagai macam shalat sunnah, paling tidak ada dua macam shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari yaitu shalat tahajjud dan shalat istikharah. Meskipun begitu, ada beberapa perbedaan di antara keduanya yang mencakup pengertian, dalil, jumlah raka’at, niat, dan bacaan doa setelah shalat. 1. Berdasarkan Pengertian Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada […]

The post 5 Perbedaan Shalat Tahajjud dan Shalat Istikharah yang Wajib diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Di antara berbagai macam shalat sunnah, paling tidak ada dua macam shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari yaitu shalat tahajjud dan shalat istikharah.

Meskipun begitu, ada beberapa perbedaan di antara keduanya yang mencakup pengertian, dalil, jumlah raka’at, niat, dan bacaan doa setelah shalat.

1. Berdasarkan Pengertian

Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari, utamanya sepertiga malam terakhir setelah tidur malam sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Shalat istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan dengan tujuan memohon kepada Allah mengenai pilihan terbaik di antara dua pilihan yang belum diketahui baik buruknya.

2. Berdasarkan Dalil

Salah satu dalil disyariatkannya shalat tahajjud adalah firman Allah subhaanahu wa ta’alaa dalam surat Al Israa‘ ayat 79 sebagai berikut.

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji,”

QS. Al Israa’ : 79

Adapun dalil disyariatkannya shalat istikharah salah satunya hadits berikut.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengajari para sahabatnya shalat istikharah dalam setiap urusan. Beliau mengajari shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al Qur’an. Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua raka’at selain shalat fardhu, lalu hendaklah ia berdoa : “Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlikal adzim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoirun lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (atau fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna amro syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (atau fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifhu ‘anni was shrifni ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma ardhinii

HR. Bukhari

3. Berdasarkan Jumlah raka’at

Shalat tahajjud dikerjakan pada waktu malam minimal dua raka’at dan maksimal tidak terbatas. Hal ini didasarkan atas hadits berikut.

“Shalat malam itu dikerjakan dua raka’at-dua raka’at. Jika salah seorang di antara kalian takut segera datang waktu subuh, maka kerjakanlah satu raka’at saja sebagai Witir bagi shalat yang telah dia kerjakan.”

HR. Bukhari Muslim

Adapun shalat istikharah dikerjakan sebanyak dua raka’at sebagaimana dijelaskan dalam hadist.

“…. Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua raka’at … ”

HR. Bukhari

4. Berdasarkan Niat

Niat shalat tahajjud adalah sebagai berikut.

“Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’alaa.”

Artinya :
Aku niat shalat sunnat tahajjud dua raka’at, menghadap kiblat karena Allah ta’alaa.

Adapun niat shalat istikharah adalah sebagai berikut.

“Ushalli sunnatal istikhaarati rak’ataini lillaahi ta’alaa.”

Artinya :
Aku niat shalat sunnat istikharah dua raka’at karena Allah ta’alaa.

5. Berdasarkan Bacaan Doa

Setelah melaksanakan shalat tahajjud membaca doa tahajjud sebagai berikut.

“Allahumma robbana lakal hamdu. Anta qayyimus samaawaati wal ardhi wa man fi hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samaawaati wal ardhi wa man fi hinna. Wa lakal hamdu anta nuurus samaawaati wal ardhi wa man fi hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqaa’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan naaru haq. Wan nabiyuuna haq. Wa Muhammadun shallallahu ‘alaihi wasalllama haq. Was saa’atu haq. Allahumma laka aslamtu. Wa bika aamantu. Wa ‘alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khaashamtu. Wa ilaika haakamtu. Faghfir lii maa qaddamtu, wa maa akhkhartu, wa maa asrartu, wa maa a’lantu bihi minnii. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Laa ilaaha illa anta. Wa laa haula, wa laa quwwata illaa billaah.”

“Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk didalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk didalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk didalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad shallallagu ‘alaihi wasallam itu benar. Hari kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”

HR. Bukhari Muslim

Adapun doa setelah shalat istikharah adalah sebagai berikut.

Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlikal adzim, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoirun lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (atau fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna amro syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (atau fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifhu ‘anni was shrifni ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma ardhinii

“Ya Allah sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungghuhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu memlakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu, Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini ( …) baik bagiku, bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau jelek bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat) maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau jelek bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat) maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya.”

HR. Bukhari

The post 5 Perbedaan Shalat Tahajjud dan Shalat Istikharah yang Wajib diketahui appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Mengubah Niat Jumlah Rakaat Saat Shalat Sunnah https://dalamislam.com/shalat/hukum-mengubah-niat-jumlah-rakaat-saat-shalat-sunnah Wed, 19 Jun 2019 05:47:44 +0000 https://dalamislam.com/?p=7248 Sebagai umat muslim, kita diwajibkan untuk mendirikan shalat yakni shalat fardhu atau shalat wajib lima waktu sehari semalam. Tidak hanya itu, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan bermacam-macam shalat sunnah seperti shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat istikharah, shalat hajat, shalat tarawih, shalat witir, shalat ‘Id dan lain sebagainya. Sebagaimana ibadah lainnya seperti puasa Ramadhan […]

The post Hukum Mengubah Niat Jumlah Rakaat Saat Shalat Sunnah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sebagai umat muslim, kita diwajibkan untuk mendirikan shalat yakni shalat fardhu atau shalat wajib lima waktu sehari semalam. Tidak hanya itu, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan bermacam-macam shalat sunnah seperti shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat istikharah, shalat hajat, shalat tarawih, shalat witir, shalat ‘Id dan lain sebagainya.

Sebagaimana ibadah lainnya seperti puasa Ramadhan dan lain-lain, ketika hendak melaksanakan shalat juga diharuskan dengan niat. Karena niat merupakan salah satu rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan.

Dalam salah satu riwayat disebutkan,

“Sesungguhnya amal ibadah itu harus dengan niat. Dan setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.”
(HR. Bukhari)

Riwayat lain juga menyatakan hal senada, yakni sebagai berikut.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan perbuatan kalian.”
(HR. Muslim)

Karena itu pulalah, ketika shalat tidak dibolehkan mengubah niat karena mengubah niat dapat membatalkan shalat. Yang dimaksud dengan mengubah niat adalah niat menghentikan shalat yang tengah berlangsung di dalam hatinya, maka saat itu juga shalatnya menjadi batal.

Baca juga:

Mengubah Niat yang Membatalkan Shalat?

Mengubah niat dalam shalat dapat membatalkan shalat apabila terjadi dalam situasi berikut ini.

  • Mengubah niat dari shalat tertentu kepada shalat tertentu yang lain. Misalnya, mengubah niat dari shalat ashar kepada shalat dzuhur.
  • Mengubah niat dari shalat sunnah mutlak menjadi shalat tertentu. Misalnya, orang yang shalat sunnah kemudian mengubah niatnya menjadi shalat subuh.

Mengubah Niat yang Tidak Membatalkan Shalat?

Ada situasi dimana mengubah niat dalam shalat tidak membatalkan shalat yaitu mengubah niat dari niat shalat tertentu menjadi sunnah mutlak. Misalnya, orang-orang yang shalat fardhu atau shalat wajib sendirian, kemudian mengubah niatnya menjadi sunnah karena ada shalat jamaah.

Lantas, Bagaimanakah Hukum Mengubah Niat Jumlah Rakaat Saat Shalat Sunnah?

Ada beberapa contoh situasi terkait hal ini, yaitu sebagai berikut.

  • Ketika melaksanakan shalat witir secara berjamaah dengan niat dua rakaat ketika takbiratul ihram. Tapi ternyata imam melakukan shalat witir sejumlah tiga rakaat, maka dalam hal ini kita boleh mengubah niat shalat Witir tersebut dari dua rakaat menjadi tiga rakaat, meskipun pada saat duduk tasyahud.
  • Ketika melaksanakan shalat rawatib dengan niat empat rakaat ketika takbiratul ihram. Karena merasa waktu mepet dan takut tertinggal shalat berjamaah, akhirnya merubah niat dari empat rakaat menjadi dua rakaat.

Baca juga:

Dari dua contoh situasi di atas, mengubah niat jumlah rakaat dengan ditambah atau dikurangi hukumnya diperbolehkan dan shalatnya sah.

Dalam kitab Bughayatul Mustarsyidin, Habib Abdurrahman menjelaskan,

“Seseorang melakukan takbiratul ihram shalat Witir tanpa niat jumlah rakaat tertentu, maka boleh baginya shalat dengan jumlah rakaat yang dikehendakinya mulai dari satu rakaat sampai sebelas rakaat. Saya berkata, ‘Ini disepakati oleh Ibnu Hajar.’ Imam al-Ramli berkata, ‘Dia hanya boleh shalat sampai tiga rakaat saja.’ Begitu juga jika dia berniat dengan jumlah rakaat tertentu, maka boleh baginya menambah dan mengurangi dengan syarat harus melakukan niat merubah jumlah rakaat terlebih dahulu. Seperti shalat Witir, adalah shalat rawatib dan Dhuha dalam dua masalah di atas.”

Dari ulasan di atas, disimpulkan bahwa hukum mengubah niat jumlah rakaat saat shalat sunnah adalah diperbolehkan. Demikianlah ulasan singkat tentang hukum mengubah niat jumlah rakaat saat shalat sunnah. Semoga bermanfaat.

The post Hukum Mengubah Niat Jumlah Rakaat Saat Shalat Sunnah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Cara Shalat Tarawih di Rumah Bagi Wanita dan Dalilnya https://dalamislam.com/shalat/cara-shalat-tarawih-di-rumah-bagi-wanita Sun, 19 May 2019 15:40:54 +0000 https://dalamislam.com/?p=6864 Shalat tarawih adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dilakukan di bulan Ramadhan. Rasul bersabda, مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya). Syekh Khatib al-Syarbini menegaskan: وَقَدْ اتَّفَقُوا عَلَى […]

The post Cara Shalat Tarawih di Rumah Bagi Wanita dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat tarawih adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dilakukan di bulan Ramadhan. Rasul bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Syekh Khatib al-Syarbini menegaskan:

وَقَدْ اتَّفَقُوا عَلَى سُنِّيَّتِهَا وَعَلَى أَنَّهَا الْمُرَادُ مِنْ قَوْلِهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ» رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَقَوْلُهُ: إيمَانًا: أَيْ تَصْدِيقًا بِأَنَّهُ حَقٌّ مُعْتَقِدًا فَضِيلَتَهُ، وَاحْتِسَابًا: أَيْ إخْلَاصًا،

“Ulama sepakat atas kesunnahan tarawih dan sesungguhnya tarawih adalah shalat yang dikehendaki dalam hadits Nabi, Barang siapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau. Hadits diriwayatkan al-Bukhari. Adapun sabda Nabi “imanan”, maksudnya adalah membenarkan bahwa yang demikian itu haq seraya meyakini keutamaannya. Sabda Nabi “wahtisaban”, maksudnya ikhlas”

(Syekh Khatib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 1, hal. 459)

Baca juga :

Hukum Shalat Tarawih di Rumah

Shalat tarawih biasanya dilakukan secara berjamaah di mesjid. Namun bagaimana hukumnya jika wanita mengerjakan shalat tarawih di rumah?

Dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, hadis dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا

“Sholatnya wanita di kamarnya, lebih afdhal daripada sholatnya di ruang keluarga rumahnya. Sholatnya wanita di kamar khususnya (tempat simpanan barang berharganya, pen.) lebih utama dari sholatnya di kamarnya.” 

(HR. Abu Dawud)

Pada dasarnya, wanita memang jauh lebih afdhol melakukan shalat di rumah untuk menghindari fitnah. Tapi bagaimana tata cara shalat tarawih di rumah bagi wanita?

Suatu hari seorang sahabat wanita bernama Ummu Humaid –radhiyallahu’anha– pernah datang menemui Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, mengutarakan curhatan, “Ya Rasulullah, saya ingin sekali shalat berjamaah bersama Anda.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab,

قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ مَعِى وَصَلاَتُكِ فِى بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى حُجْرَتِكِ وَصَلاَتُكِ فِى حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِى دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِى دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِى

“Aku tahu keinginan itu, bahwa anda sangat ingin shalat berjamaah bersamaku. Namun, shalatmu di dalam kamarmu lebih utama dari shalatmu di ruang tengah rumahmu. Dan shalatmu di ruang tengah rumahmu lebih utama dari shalatmu di ruang terdepan rumahmu. Shalatmu di ruang luar rumahmu lebih utama dari shalat di masjid kampung mu. Shalat di masjid kampung mu lebih utama dari shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi).”

Setelah mendengar petuah mulia ini, Ummu Humaid meminta dibangunkan mushola di pojok kamar miliknya. Di situ beliau shalat smapai berjumpa dengan Allah (wafat).

(HR. Ahmad, 6: 371. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadis ini shahih)

Baca juga :

Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,

وفي حديث أبي هريرة رضي الله عنه الذي خرجه البخاري : ( صلاة الرجل في الجماعة تضعف ) وهو يدل على أن صلاة المرأة لا تضعف فِي الجماعة ؛ فإن صلاتها فِي بيتها خير لها وأفضل

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan Bukhari, “Shalatnya lelaki secara berjamaah itu dilipatkan’’ ini menunjukkan bahwa shalat wanita berjamaah di masjid tidak dilipatkan pahalanya. Karena shalat wanita di rumahnya lebih baik dan lebih afdhal.

(Fathul Bari, 6/19)

Shalat Tarawih Sendirian

Jika seorang wanita shalat tarawih di rumah sendirian dan ia hanya mampu menghafal surah yang tidak terlalu panjang, maka ia boleh melakukannya dengan shalat dua rakaat.

Para ulama Lajnah mengatakan,

“Shalat taraweh sebelas atau tiga belas rakaat. Salam pada setiap dua rakaat dan witir satu rakaat itu yang lebih utama. Karena mencontoh Nabi sallallahu alaihi wa sallam. Siapa yang shalat dua puluh rakaat atau lebih, maka hal itu tidak mengapa. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:

صلاة الليل مثنى مثنى فإذا خشي أحدكم الصبح صلى ركعة واحدة توتر له ما قد صلى (متفق عليه)

“Shalat malam itu dua dua, kalau salah seorang diantara kalian khawatir subuh, maka shalat satu rakaat, sebagai witir baginya dari apa yang telah ditunaikan shalatnya.”

(Muttafaq alaih)

Beliau sallallahu alaihi wa sallam tidak menentukan rakaat tertentu. (Fatawa Lajnah Daimah, Vol I, 7/198)

Baca juga :

Shalat Tarawih Berjamaah

Sedangkan jika seorang wanita melakukan shalat tarawih di rumah secara berjamaah bersama sesama perempuan, maka ia juga harus memperhatikan posisinya berdiri.

Dari Imam Al Baghowi dalam kitab At Tahzib fi Fiqhil Imam as-Syafi’i,

السنّة أن تقف إمامة النساء وسطهنّ لما روي البيهقي بإسنادين صحيحين أنّ عائشة وأمّ سلمة أمّتا نساء فقامتا وسطهنّ

Sunahnya imam wanita berada di tengah-tengah barisan shof, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dalam melalui sanad yang shahih bahwa Aisyah dan Ummu Salamah pernah mengimami sholat jama’ah wanita, mereka berdiri di tengah-tengah barisan shof.

(At Tahzib, 2/276)

Baca juga :

Namun jika ia melakukan shalat tarawih berjamaah di rumah bersama laki-laki, maka ia tetap berada di belakang sebagai makmum.

صَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ فَإِنَّ أَفْضَلَ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ

“Kaum muslimin sekalian, sholatlah di rumah-rumah kalian. Karena sholat seseorang yang paling afdhal itu yang dikerjakan di dalam rumahnya, kecuali sholat wajib.” 

(HR.Nasa-i)

Namun tetap saja, laki-laki lebih diwajibkan untuk shalat tarawih berjamaah di masjid.

Itulah penjelasan singkat mengenai hukum wanita shalat tarawih di rumah dan cara shalat tarawih di rumah bagi wanita. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

The post Cara Shalat Tarawih di Rumah Bagi Wanita dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Shalat Witir Satu Rakaat https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-shalat-witir-satu-rakaat Sun, 12 May 2019 00:38:20 +0000 https://dalamislam.com/?p=6875 Ibadah shalat witir yang memiliki keutamaan shalat witir merupakan salah satu ibadah shalat sunnah yang sering dikerjakan oleh Rasulullah Saw. Apalagi setiap bulan Ramadhan, ibadah shalat ini selalu dilakukan setelah ibadah shalat tarawih, walaupun sebenarnya bisa dilakukan di luar bulan Ramadhan. Namun terkadang beberapa individu yang pagi hari hingga sore bekerja untuk mendapatkan pahala bekerja […]

The post Hukum Shalat Witir Satu Rakaat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ibadah shalat witir yang memiliki keutamaan shalat witir merupakan salah satu ibadah shalat sunnah yang sering dikerjakan oleh Rasulullah Saw. Apalagi setiap bulan Ramadhan, ibadah shalat ini selalu dilakukan setelah ibadah shalat tarawih, walaupun sebenarnya bisa dilakukan di luar bulan Ramadhan.
Namun terkadang beberapa individu yang pagi hari hingga sore bekerja untuk mendapatkan pahala bekerja dalam islam, agak payah sehingga walaupun terkadang hanya dilakukan sebanyak tiga rakaat, rasanya masih agak berat. Lalu, berapa sebenarnya bilangan ibadah shalat witir? Bolehkah jika hanya melakukan satu rakaat? Bukankah satu juga termasuk bilangan ganjil (witir)?
Hukum Shalat Witir Satu Rakaat
Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat berdasarkan dalil tentang shalat witir. Imam Malik mengatakan bahwa ibadah shalat witir harus didahului dengan ibadah shalat ganjil, yakni minimal dua rakaat sehingga menurut Imam Malik, tiga adalah batas minimal. Itu pun harus dibagi: dua rakaat dan satu rakaat.
Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir yang berhubungan dengan cara melakukan shalat witir tiga rakaat adalah tiga rakaat dengan satu kali salam. Namun, Imam As-Syafi‘i berpendapat bahwa cukup satu rakaat sudah termasuk ibadah shalat witir.
Ibn Rusyd Al-Hafid menjelaskan letak perbedaan antara ketiganya dalam Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid.
Imam Malik mengatakan bahwa ibadah shalat witir yang berhubungan dengan cara shalat witir tiga rakaat harus tersusun dari ibadah shalat dua rakaat (as-syaf’u) dan satu rakaat (al-witr). Pendapat yang berbeda dengan Abu Hanifah ini mendasarkan argumennya pada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Rasul mengganjilkan rakaat witir setelah melakukan ibadah shalat per dua rakaat.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Qays dari Aisyah RA.

عن عبد الله بن قيس قال: قُلْتُ لِعَائِشَةَ بِكَمْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يُوْتِرُ؟ قَالَتْ: كاَنَ يُوْتِرُ بِأَرْبَعٍ وَثَلَاثٍ وَسِتٍّ وَثَلَاثٍ وَثَمَانٍ وَثَلَاث وَعَشَرَ وَثَلَاثٍ وَلَمْ َيكُنْ يُوْتِرُ بِأَنْقَصِ مِنْ سَبْعٍ وَلَا بِأَكْثَرَ مِنْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ
Artinya, “Dari Abdullah bin Qays, ia berkata bahwa Aku bertanya kepada Aisyah RA terkait jumlah rakaat Rasul Saw melakukan ibadah shalat witir? Aisyah menjawab bahwa Rasul melakukan ibadah shalat witir dengan empat rakaat ditambah tiga rakaat (tujuh rakaat), enam rakaat ditambah tiga rakaat (sembilan rakaat), delapan dan tiga rakaat (sebelas rakaat), dan sepuluh ditamba tiga rakaat (tiga belas rakaat). Rasul tidak pernah melakukan ibadah shalat witir kurang dari tujuh rakaat atau lebih dari tiga belas rakaat.”
Menurut Imam Malik, bagaimana bisa diganjilkan jika tidak didahului oleh ibadah shalat genap (ibadah shalat dua rakaat) terlebih dahulu.
Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bilangan witir adalah tiga rakaat dengan satu kali salam. Hal ini mengacu pada hadits Rasul bahwa ibadah shalat maghrib adalah witir.
Abu Hanifah tidak mengambil dalil dari hadits-hadits tentang ibadah shalat witir sebagaimana digambarkan dalam riwayat Aisyah karena sifat hadits tersebut adalah pilihan sehingga hadits tersebut tidak bisa dijadikan argumen berapa pastinya jumlah rakaat witir.
Dalam hal ini Imam Abu Hanifah lebih memilih menggunakan qiyas. Bagi Abu Hanifah, sesuatu yang memiliki persamaan maka hukumnya sama.
Menurut Abu Hanifah, berdasarkan hadits ibadah shalat Maghrib adalah witir siang, sedangkan jumlah rakaatnya adalah tiga rakaat, maka ibadah shalat witir malam pun disamakan dengan jumlah rakaat yang sama, yakni tiga rakaat dengan satu salam.

فإن لأبي حنيفة أن يقول:إنه إذا شبه شيء بشيء وجعل حكمهما واحدا كان المشبه به أحرى أن يكون بتلك الصفة ولما شبهت المغرب بوتر صلاة النهار وكانت ثلاثا وجب أن يكون وتر صلاة الليل ثلاثا
Artinya, “Sesungguhnya Abu Hanifah berkata bahwa jika ada sesuatu yang menyerupai sesuatu yang lain, maka hukumnya menjadi satu. Sesuatu yang menyerupai (dalam hal ini witir malam) lebih cocok untuk disamakan dengan sifat yang diserupai (ibadah shalat maghrib). Ketika ibadah shalat maghrib diserupakan dengan witir ibadah shalat nahar dan dilakukan dengan tiga rakaat, maka ibadah shalat witir malam juga wajib dilakukan dengan tiga rakaat,” (Lihat Ibnu Rusyd Al-Hafid, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, [Mesir: Mathbaah Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1975 M], juz I, halaman 201).
Imam As-Syafi‘i mencoba menengahi kedua pendapat tersebut. Ia mengatakan bahwa bilangan rakaat witir adalah cukup satu rakaat. Ia berpegang pada hadits yang menjelaskan bahwa Rasul ibadah shalat witir dengan satu rakaat.

قالت عائشة : أنه صَلَّى الله عليه وسلم كان يصلي من الليل إحدى عشرة ركعة يوتر منها بواحدة
Artinya, “Aisyah berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan ibadah shalat malam sebanyak sebelas rakaat dan salah satunya dilakukan dengan ganjil (witir) dengan satu rakaat.”
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa Rasul memerintahkan jika khawatir tiba ibadah shalat subuh, maka ibadah shalat witir saja dengan satu rakaat. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA:

صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا رَأَيْتَ أَنَّ الصُّبْحَ يُدْرِكُكَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ
Artinya, “Ibadah shalat malam itu dilaksanakan dua rakaat dua rakaat, jika kamu melihat waktu subuh sudah dekat, maka ganjilkanlah dengan satu rakaat.”


Oleh karena itu, bagi yang mengikuti Imam As-Syafii, diperbolehkan melakukan ibadah shalat witir dengan satu rakaat tanpa melakukan ibadah shalat sunah dua rakaat terlebih dahulu. Sedangkan bagi penganut Imam Malik, diharuskan untuk melakukan ibadah shalat ganjil terlebih dahulu sebelum melakukan ibadah shalat witir. Bagi pengikut Imam Abu Hanifah, ibadah shalat witir harus dilaksanakan dengan tiga rakaat dan satu kali salam.

Satu Rakaat Adalah Jumlah Minimal Shalat Witir

Ibadah shalat Witir adalah ibadah shalat sunnah dengan jumlah rakaat yang ganjil. Ibadah shalat Witir terhitung dari satu hingga sebelas rakaat. Mereka yang hanya sanggup mengerjakan satu rakaat  ibadah shalat Witir boleh melaksanakannya tanpa kemakruhan.

قوله (وأقله ركعة) ولا كراهة في الاقتصار عليها على المعتمد بل خلاف الأولى

Artinya, “(Jumlah minimal ibadah shalat witir adalah satu rakaat). Tidak makruh jika hanya mengerjakan satu rakaat ibadah shalat witir menurut pendapat yang muktamad, tetapi khilaful aula (menyalahi yang utama),” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], halaman 100).

Adapun ibadah shalat Witir yang biasanya diamalkan oleh masyarakat pada malam bulan Ramadhan berjumlah tiga rakaat karena ini adalah jumlah minimal kesempurnaan ibadah shalat Witir.

وأدنى الكمال ثلاث وأكمل منه خمس ثم سبع ثم تسع (وأكثره إحدى عشرة) وهي غاية الكمال

Artinya, “Batas minimal kesempurnaan ibadah shalat witir adalah tiga rakaat. Yang lebih sempurna dari itu adalah lima rakaat, kemudian tujuh rakaat, kemudian sembilan rakaat. (Jumlah maksimal ibadah shalat witir adalah sebelas rakaat). Ini puncak keistimewaan ibadah shalat witir,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], halaman 100).

Shalat Witir Satu Rakaat Boleh Dilakukan

Sebagaimana diketahui, ibadah shalat Witir satu rakaat boleh dilakukan. Meski demikian, ibadah shalat Witir satu rakaat menyalahi yang utama sehingga sebaiknya dilakukan minimal tiga rakaat. Tetapi berapapun jumlah rakaat yang dipilih, individu harus menyudahi ibadah shalat Witirnya dengan bilangan ganjil satu rakaat menurut qaul yang rajih.

Adapun berikut ini adalah lafal niat ibadah shalat Witir satu rakaat sebagai imam

اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal Witri rak‘atan mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT.”

Adapun berikut ini adalah lafal niat ibadah shalat Witir satu rakaat sebagai makmum

اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal Witri rak‘atan mustaqbilal qiblati adā’an makmūman lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”

Sementara berikut ini adalah lafal niat ibadah shalat Witir satu rakaat sendirian

اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal Witri rak‘atan mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”

Adapun surat yang dibaca setelah pembacaan Surat Al-Fatihah bersifat sunnah. Mereka yang ibadah shalat Witir sendiri dapat memilih surat mana saja yang mudah baginya untuk dibaca setelah Surat Al-Fatihah. Lazimnya dianjurkan pembacaan Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Jadi, secara teknis, ibadah shalat sunah Witir satu rakaat menurut Madzhab Syafi’i adalah sebagai berikut:

1. Pelafalan niat ibadah shalat Witir.

2. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.

3. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.

4. Baca ta‘awudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu ia membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas dengan jahar (lantang).

5. Rukuk.

6. Itidal.

7. Baca doa qunut di paruh kedua bulan Ramadhan.

8. Sujud pertama.

9. Duduk di antara dua sujud.

10. Sujud kedua.

11. Duduk tasyahhud.

11. Salam.

13. Istighfar, zikir, dan dianjurkan membaca doa setelah selesai ibadah shalat Witir.

Dari ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ada individu yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ibadah shalat malam. Beliau menjawab,

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

“Ibadah shalat malam itu 2 rakaat salam, 2 rakaat salam. Apabila kalian khawatir masuk subuh, hendaknya dia ibadah shalat satu rakaat sebagai witir dari ibadah shalat malam yang telah dia kerjakan.” (HR. Bukhari 990 dan Muslim 749).

Berdasarkan hadis di atas, shalat witir minimal adalah satu rakaat. Ini merupakan pendapat Syafiiyah dan Hambali. Dalam Ensiklopedi Fikih dinyatakan,

أقلّ صلاة الوتر عند الشّافعيّة والحنابلة ركعة واحدة، قالوا: ويجوز ذلك بلا كراهة، لحديث: صلاة اللّيل مثنى مثنى، فإذا خفت الصّبح فأوتر بواحدة

“Ibadah shalat witir minimal menurut Syafiiyah dan Hambali adalah satu rakaat. Mereka mengatakan, boleh ibadah shalat witir satu rakaat dan tidak makruh. Berdasarkan hadis, ‘Ibadah shalat malam 2 rakaat – 2 rakaat, apabila kamu khawatir masuk subuh, kerjakan witir satu rakaat.” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 27/293).

Hanya saja Syafiiyah mempersyaratkan, boleh witir satu rakaat, jika sebelumnya dia mengerjakan ibadah shalat sunah antara isya sampai subuh, baik ibadah shalat sunah ba’diyah isya atau ibadah shalat sunah lainnya, seperti tahajud. Sehingga witir satu rakaat ini, bisa menjadi pengganjil bagi ibadah shalat-ibadah shalat sunah sebelumnya. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 27/293).

Sementara itu, dalam madzhab hanafiyah dan sebagian hambali, melarang witir satu rakaat. Witir satu rakaat diistilahkan dengan Al-Butaira. Dari kata Al-Bitr yang artinya terputus. Ada dua perbedaan yang disampaikan ulama tentang makna ibadah shalat Al-Butaira.

Ada yang mengatakan, itu adalah ibadah shalat satu rakaat. Ada juga yang mengatakan, ibadah shalat yang awalnya diniatkan 2 rakaat, namun individu yang melakukannya memutusnya dan hanya mengerjakan satu rakaat. (Keterangan Muhammad Fuad Abdul Baqi untuk Sunan Ibn Majah, 1/372).

Madzhab hanafiyah berdalil dengan riwayat dari jalur Utsman bin Muhammad dari Abu Said bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang Al-Butaira. Namun dijelaskan oleh Az-Zailai dalam Nasbur Rayah (2/72), bahwa umumnya hadis dari jalur Utsman bin Muhamamd adalah hadis lemah.

Lebih dari itu, Ibnu Umar memiliki kebiasaan witir satu rakaat. Ketika individu menyebutnya Ibadah shalat Al-butaira, beliau membantah bahwa ini sunnah.

Dari Mutahlib bin Abdillah Al-Makhzumi, beliau mengatakan,

كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُوتِرُ بِرَكْعَةٍ، فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَسَأَلَهُ عَنِ الْوِتْرِ، فَأَمَرَهُ أَنْ يَفْصِلَ، فَقَالَ الرَّجُلُ: إِنِّي أَخْشَى أَنْ يَقُولَ النَّاسُ: إِنَّهَا الْبُتَيْرَاءُ، فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: أَسُنَّةَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ تُرِيدُ؟ هَذِهِ سُنَّةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

Ibnu Umar punya kebiasaan witir satu rakaat. Tiba-tiba datang individu dan bertanya tentang witir. Beliau menyuruh individu itu agar witir 1 rakaat dipisah dari ibadah shalat sunah sebelumnya. Individu itu kembali bertanya; ‘Saya takut banyak individu berkomentar: Itu ibadah shalat Al-butaira.’ Ibnu Umar mengatakan: “Bukankah kamu menginginkan witir sesuai ajaran Allah dan rasul-Nya? Itulah witir yang sesuai ajaran Allah dan rasul-Nya.” (HR. Ibn Khuzaimah 1074 dan sanadnya dinilai shahih oleh Al-Albani).

Nah, jadi boleh melakukan shalat witir 1 rakaat, namun jauh lebih baik melakukan minimal 3 rakaat ya.. semoga bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya.

The post Hukum Shalat Witir Satu Rakaat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat https://dalamislam.com/info-islami/mengatasi-keraguan-dalam-shalat Mon, 06 May 2019 23:57:10 +0000 https://dalamislam.com/?p=6784 Shalat wajib Sudah merupakan kewajiban setiap muslim laki laki dan perempuan yang juga masuk dalam rukun islam adalah melaksanakan shalat wajib, khususnya shalat wajib lima waktu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam cara agar shalat tidak ragu, shalat shalat wajib sobat pembaca harus dilakukan dengan tidak ragu. Pengertian dari tidak ragu sendiri adalah serius, bersungguh-sungguh, khidmat, syahdu […]

The post 14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat wajib Sudah merupakan kewajiban setiap muslim laki laki dan perempuan yang juga masuk dalam rukun islam adalah melaksanakan shalat wajib, khususnya shalat wajib lima waktu. Untuk mencapai kesempurnaan dalam cara agar shalat tidak ragu, shalat shalat wajib sobat pembaca harus dilakukan dengan tidak ragu.

Pengertian dari tidak ragu sendiri adalah serius, bersungguh-sungguh, khidmat, syahdu atau penuh penghayatan dalam melakukan shalat wajib itu sendiri. Sudah merupakan kerjaan si setan yang terkutuk untuk mengganggu dan mempengaruhi setiap cucu adam dalam melakukan cara agar shalat tidak ragu shalat, termasuk shalat wajib.

Maka kiat agar shalat wajib tidak ragu sudah seharusnya sobat pembaca pahami semua, sebab kenikmatan dari shalat wajib itu sangat memungkinkan untuk sobat pembaca raih saat sobat pembaca mampu melaksanakannya dengan penuh rasa tidak ragu. Yuk sobat pembaca semua simak selengkapnya dalam artikel berikut, 14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat.

1. Mengikuti Tata Cara dengan Benar

Dalam melaksanakan cara agar shalat tidak ragu, shalat shalat wajib diharuskan untuk mengikuti tata cara shalat wajib yang baik mulai dari bagian shalat wajib wudhu, niat, gerakan, tuma’ninah, kekhusyu’an, dan lain-lain. Shalat wajib yang asal-asalan akan memperbesar resiko cara agar shalat tidak ragu shalat solat sobat pembaca tidak diterima oleh Allah SWT.

Diharapkan seluruh umat muslim laki laki dan perempuan untuk selalu memperbaiki shalat wajibnya dari waktu ke waktu dengan mempelajari ilmu cara agar shalat tidak ragu shalat dari sumber yang bisa dipercaya dan dijadikan panutan dengan dasar Hadits Nabi Muhammad SAW dan tuntunan para imam besar.

2. Niat Tulus

Ada banyak orang melalui banyak media pula yang mengajarkan tentang keutamaan ikhlas dalam islam selama menjalankan shalat, namun yang perlu sobat pembaca pahami bahwa cara untuk mendapatkan shalat wajib yang tidak ragu yang terpenting itu terletak pada diri sobat pembaca sendiri. Sobat pembaca hanya perlu memahami kiat agar shalat wajib tidak ragu dan pelaksanaannya sobat pembaca sendiri yang menentukan, maka niat tulus dari dalam hati menjadi kunci utama.
kiat agar shalat wajib tidak ragu

3. Hati

Dalam melakukan cara agar shalat tidak ragu shalat shalat wajib, cara agar tidak terkena penyakit hati sehingga mendapatkan hikmah shalat yang sebenarnya seharusnya bukan hanya anggota tubuh sobat pembaca yang mengikuti gerakan demi gerakan shalat wajib. Ini yang seringkali terjadi sehingga seseorang tidak meraih shalat wajib yang tidak ragu. Namun, perlu untuk sobat pembaca mengikutkan hati sobat pembaca dalam setiap shalat wajib, dalam setiap gerakan dan bacaan dalam shalat wajib, menjadikan hati sobat pembaca ikut melaksanakan shalat wajib bersama seluruh anggota tubuh sobat pembaca.

4. Memahami Arti Shalat Wajib

Dalam setiap cara agar tidak malas shalat 5 waktu, gerakan dalam shalat wajib itu tidak lepas dari bacaannya, mulai dari lafadz takbiratul ihram hingga mengucapkan salam setelah tahiyyatul akhir di penuhi dengan bacaan-bacaan suci yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an hingga do’a – do’a dalam shalat wajib itu sendiri.

5. Mendalami Makna Bacaan Shalat

Salah satu penyebab seseorang menjadi sulit mendapatkan shalat wajib yang tidak ragu adalah tidak tahu apa arti dan makna lafadz yang dibacanya dalam shalat wajib yang akhirnya membuat shalat wajibnya berjalan begitu saja tanpa bisa dia hayati. Maka mulailah mempelajari dan memahami satu per satu bacaan shalat wajib sobat pembaca begitu juga arti keutamaan dzikir setelah shalat. Dan mencoba untuk terus menghayatinya dalam setiap shalat wajib yang sobat pembaca lakukan.

6. Fokus

Saat melakukan shalat wajib itu di tujukan di tempat sobat pembaca sujud, tidak melirik apalagi menengok kiri dan kanan. Itu agar sobat pembaca fokus dalam shalat wajib sobat pembaca. Namun yang lebih penting lagi pikiran sobat pembaca juga harus fokus bahwa sobat pembaca sementara melakukan shalat wajib, sobat pembaca sedang menghadap kepada Allah SWT

7. Pusatkan Pikiran Hanya Kepada Allah SWT

Netralkan pikiran sobat pembaca dari berbagai hal-hal yang berbau dunia mulai dari masalah pekerjaan, keluarga, sekolah, kampus, harta, tahta, wanita, pria, dan lain sebagainya. Serahkan diri sobat pembaca sepenuhnya hanya kepadaNya untuk menjalankan kewajiban yang diperintahkan kepada sobat pembaca.

8. Menyadari Bahwa Sobat pembaca Sedang Menghadap Tuhan

Ciptakan suatu alam pikiran di mana sobat pembaca sedang berhadapan dengan sesuatu yang luar biasa dahsyat dan tiada tandingannya di dunia maupun di akhirat. Sesuatu yang lebih dari atasan sobat pembaca, orangtua sobat pembaca, preman kampung, lurah, camat, bupati, walikota, gubernur, presiden, artis, jin, setan, iblis, malaikat, dan lain sebagainya.

9. Munculkan Makna Bacaan Shalat dalam Hati

Mempelajari dan Memahami Arti dan Makna Bacaan Shalat wajib. Pelajarilah arti dan makna di balik ucapan-ucapan sobat pembaca saat sedang shalat wajib, lalu pahami dan hapalkan. Munculkan arti dan makna bacaan shalat wajib sobat pembaca saat sobat pembaca sedang shalat wajib.

10. Menganggap Shalat terakhir

Menganggap Shalat wajib Yang Sedang Dilakukan adalah Shalat wajib Terakhir. Setiap manusia maupun jin tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang termasuk hari kematian.

11. Mengingat Kematian

Anggap saja sobat pembaca akan meninggal dunia saat shalat wajib berlangsung maupun setelah shalat wajib. Orang mukmin yang tahu dia mau wafat maupun mau kiamat besar, maka orang itu akan segera meningkatkan cara agar shalat tidak ragu shalatnya serta menjalankan cara agar shalat tidak ragu shalat dengan sebaik-baiknya.

12. Konsentrasi

Jika Pikiran Terganggu Segera Kembali Konsentrasi Apabila sobat pembaca tiba-tiba tersadar bahwa sobat pembaca sedang terlena dengan buaian alam pikiran dunia sobat pembaca, maka bersegeralah kembali kepada arti dan makna bacaan shalat wajib sobat pembaca atau kembali mengingat Allah SWT.

13. Memperhatikan Kondisi Tubuh Sebelum Shalat Wajib

Pastikan bahwa sobat pembaca sudah merasa nyaman dan siap untuk melaksanakan cara agar shalat tidak ragu shalat shalat wajib sobat pembaca dengan baik, seperti sudah buang air, sudah makan yang cukup, pikiran sudah netral, bersih dari najis dan hadas, tidak sedang menstruasi, dan lain sebagainya.

14. Memperhatikan Kondisi Lingkungan Sebelum Shalat wajib

Usahakan cari tempat shalat wajib yang terbaik bagi sobat pembaca dilihat dari aspek kebersihan, kenyamanan, kebisingan, gangguan orang lain, gangguan anak-anak, keamanan, perizinan, dan lain-lain.

Agar sobat pembaca bisa shalat wajib dengan tidak ragu sobat pembaca harus solat pada waktu yang paling utama, yaitu shalat wajib tepat waktu di awal waktunya. Untuk laki-laki shalat wajib berjamaah di masjid atau mushola setelah panggilan adzan dan komat, sedangkan untuk yang perempuan boleh dilaksanakan di rumah.

Shalat wajiblah dengan santai dengan menikmati setiap detiknya menghadap langsung kepada sang khalik walaupun sebenarnya sobat pembaca sedang diburu waktu. Ikhlas Semata-Mata Untuk Mendapatkan Ridho Allah SWT Buang jauh-jauh tujuan shalat wajib sobat pembaca selain untuk mendapatkan ridho dari Alloh SWT seperti untuk pamer / riya, ingin dilihat atasan, ingin dilihat pacar, ingin dianggap orang sebagai orang alim, sekedar ikut-ikutan orang lain, dan lain sebagainya.

Berusaha Untuk Selalu Memperbaiki Shalat wajib Sobat pembaca. Muslim laki laki dan perempuan yang baik akan terpacu terus-menerus melakukan perbaikan cara agar shalat tidak ragu shalat maupun hal-hal yang lain untuk menyempurnakan dirinya sesuai dengan Al-Qur’an dan tuntunan hadist Nabi Muhammad SAW. Amatlah rugi apabila sobat pembaca melakukan cara agar shalat tidak ragu shalat belum sesuai dengan kaidah yang ada serta tidak ada keinginan sedikit pun untuk belajar memperbaiki diri. Shalat wajib Terakhir.

Allah SWT berfirman dalam salah satu ayatnya bahwa tidak satupun manusia yang luput dari kematian, maka seharusnya itu menjadi bahan perenungan yang kuat agar keseharian sobat pembaca bisa lebih terjaga. Begitupun dalam shalat wajib, sobat pembaca akan lebih mudah mendapatkan shalat wajib yang tidak ragu ketika sobat pembaca selalu menanamkan dalam hati bahwa ini adalah shalat wajib sobat pembaca yang terakhir, setelah saya melakukan shalat wajib kali ini maka kematian akan menjemput.

Sebagai makhluk Allah yang pasti akan mati sudah seharusnya sobat pembaca menyadari itu, dengan menghadirkan perasaan sobat pembaca akan mati dalam shalat wajib sobat pembaca, maka mau tidak mau sobat pembaca akan bersungguh-sungguh menjadikan shalat wajib sobat pembaca seperti cara terakhir untuk bertaubat, cara agar shalat tidak ragu shalat terakhir bekal menuju akhirat.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan yang berkualitas, jangan lupa selalu baca artikel islami di dalamislam.com agar sobat selalu update mengenai informasi islami dan tidak kuper. Oke sobat, sampai jumpa di artikel berikutnya. Semoga bisa selalu menjalankan shalat dengan tidak ragu. Terima kasih.

The post 14 Cara Mengatasi Keraguan dalam Shalat appeared first on DalamIslam.com.

]]>
11 Keutamaan Shalat 4 Rakaat di Pagi Hari dalam Islam https://dalamislam.com/shalat/keutamaan-shalat-4-rakaat-di-pagi-hari Wed, 17 Apr 2019 02:41:27 +0000 https://dalamislam.com/?p=6407 Shalat yang bisa dilakukan di pagi hari dengan jumlah 4 rakaat adalah shalat Dhuha. Shalat ini telah dikemukakan oleh para ahli agama bahwa shalat tersebut memiliki keutamaan. Dengan keutamaan ini maka kaum muslim dianjurkan oleh Rasulullah untuk melaksanakannya setidaknya secara rutin. Lalu, keutamaan apa yang akan didapatkan dengan melaksanakan shalat 4 rakaat di pagi hari? […]

The post 11 Keutamaan Shalat 4 Rakaat di Pagi Hari dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat yang bisa dilakukan di pagi hari dengan jumlah 4 rakaat adalah shalat Dhuha. Shalat ini telah dikemukakan oleh para ahli agama bahwa shalat tersebut memiliki keutamaan. Dengan keutamaan ini maka kaum muslim dianjurkan oleh Rasulullah untuk melaksanakannya setidaknya secara rutin. Lalu, keutamaan apa yang akan didapatkan dengan melaksanakan shalat 4 rakaat di pagi hari?

Berikut di bawah ini  penjelasannya berdasarkan dalil dari para hadis dan Sabda Rasulullah tentang keutamaan shalat 4 rakaat di pagi hari.

1. Ganjaran pahala sebanyak jumlah persendiaan

Shalat empat Rakaat di pagi hari  (shalat dhuha memiliki nilai seperti nilai amalan sedekah yang diperlukan oleh 360 persendiaan tubuh manusia dan orang yang melaksankannya akan memperoleh ganjaran pahal sebanyak jumlah persendiaan itu. Rasullullah saw bersabda :

“Pada setiap tubuh manusia diciptakan 360 persendiaan dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi ) bersedekah untuk setiap sendinya. Lalu, para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, siapa yang sanggup melakukannya? Rasulullah saw menjelaskan, ‘ Membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat mencelakakan orang) dari jalan raya. Apabila tidak mampu, shalat dhuha dua rakaat dapat menggantikannya” ( HR.Ahmad bin Hanbal & Abu Daud)

Baca juga :

2. Menjanjikan tercukupinya kebutuhan orang tersebut di hari akhir

Shalat dhuha adalah shalat permohonan rezeki.Hal ini antara lain ditunjukkan oleh ketentuan waktu pelaksanaan dan doa yang dibaca setelah pelaksanaan shalat tersebut. Di samping itu, Allah juga berjanji pada setiap mukmin yang tekun melaksanakan shalat dhuhan untuk mencukupi apa yang menjadi kebutuhannya, setidaknya kebutuhannya pada sore atau akhir hari.Rasulullah saw bersabda :

“Na’im bin Hammar berkata, ‘ Aku mendengar Rasulullah saw berkata: Allah berfirman, ‘ Wahai anak adam, janganlah sekali – kali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada pagi hari ( shalat dhuha) Karena akan Ku cukupi kebutuhanmu hingga sore hari ” (HR Abu Daud)

3. Meraih keuntungan dengan cepat

Menurut Rasulullah, keuntungan yang akan diperoleh oleh mereka yang melaksanakan sholat dhuha akan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan keuntungan yang bisa diperoleh oleh para mujahid itu. Lihatlah sabda Rasulullah saw. Tentang hal ini sebagai iming – iming bagi para sahabat agar mereka tidak malas mengerjakan shalat dhuha :

“Abdullah bin Amr bin Ash ra, ia berkata ‘Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Rasulullah saw, berkata ‘ perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali !  Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan mereka peroleh serta cepatnya kembali (dari peperangan).

Lalu Rasulullah saw berkata, ‘ Maukah kalian aku tunjukan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimiah (keuntungan)nya dan cepat kembalinya ?’ Mereka menjawab, ‘Ya’ rasul berkata lagi, ‘ Barangsiapa yang berwudhu kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat dhuha, dialah yang paling dekat tujuannya (tempat perangnya ), lebih banyak ghanimah-nya dan lebih cepat kembalinya.” ( HR Ahmad )

4. Mendapatkan pahala sebesar pahala ibadah umrah

Perihal keutamaan ini lagi – lagi memperlihatkan kedudukan shalat dhuha yang tinggi bersaing dengan shalat wajib dalam hal pahala. Bahkan, dalam keterangan hadist lain, nilai pahala shalat dhuha dikatakan sebanding dengan pahala haji dan Umrah apabila dikerjakan secara berkesinambungan dengan shalat fajar dan zikrullah yang dikerjakan sebelum pelaksanaan shalat dhuha tersebut. Nabi Muhammad saw bersabda :

Baca juga :

“Barangsiapa yang mengerjakan Shalat fajar ( subuh) berjamaah kemudian ia duduk mengingat Allah hingga terbit matahari lalu ia shalat dua rakaat (dhuha), ia mendapatkan pahala sepeprti pahala haji dan umrah; sempurnah, sempurna, sempurna.” ( Shahih al-Jami’:6346)

5. Diampuni semua dosanya

Keutamaan shalat 4 rakaat di pagi hari seperti shalat dhuha adalah diampuni semua dosanya walau sebanyak buih dilaut. Rasulullah pernah bersabda

“ Barangsiapa yang menjaga sholat Dhuha, maka dosa – dosanya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan.” (HR Tirdmizi, Ibnu Majah dan Ahmad)

6. Shalat di pagi hari sebagai investasi amal cadangan

Shalat adalah amal yang pertama kali diperhitungkan pada hari kiamat. Ibadah sholat juga merupakan kunci dari semua amal kebaikan. Sholat dhuha merupakan investasi atau amal cadangan yang dapat menyempurnakan sholat fardhu (wajib). Rasulullah pernah bersabda:

“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hamba pada hari kiamat amalannya adalah sholatnya. Apabila benar (sholatnya) maka ia telah lulus dan beruntung. Dan apabila rusak (sholatnya) maka ia akan kecewa dan rugi”

Jika terdapat kekurangan pada sholat wajib yang telah dilaksanakan. Maka Allah juga berfirman,

“ Perhatikanlah, jikalau hamba-KU mempunyai sholat sunah maka sempurnakanlah dengan sholat sunahnya sekedar apayang menjadi kekurangan pada sholat wajibnya. Jika selesai urusan sholat, barulah amalan lainnya.”(HR. Ash-habus Sunan dari Abu Hurairah RA)

7. Dimudahkan dalam mencari rezeki

Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi muslim yang kuat. Rasulullah juga memberi perintah kita untuk mengajari anak – anak berenang, memanah, menembak, dan berkuda (sepeda, motor, mobil, pesawat dll). Begitu juga bagi seorang muslim, perjuangannya dalam mencari nafkah yang halal untuk menghidupi istri dan anak-anaknya adalah bagian dari jihad.

Baca juga :

Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban seorang muslim. Allah menuntun manusia melalui Nabi-Nya dalam mengajarkan dhuha yang juga termasuk pada amal yang untuk mendapatkan keutamaan shalat 4 rakaat di pagi hari. Dengan sholat tersebut Allah mempermudah bagi kita untuk mencari rezeki dan keberkahannya.

8. Menuai keberkahan pada waktu pagi hari

Banyak contoh mengenai keberkahan pada pagi hari. Seperti Rasulullah mengutus pasukannya pada pagi hari. Imam At Tirdmidzi meriwayatkan dari Nu’man bin Muqrin bahwa pada waktu fajar Rasulullah menunggu matahari terbit, sebelum mengintruksikan pasukannya maju bertempur.

Diriwayatkan juga dari Sakhr Al Ghamidi, ia berkata bahwa Rasulullah Shallahu’ Alaihi wassalam bersabda “Ya Allah, berkatilah umatku pada waktu pagi.” (HR At Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah)

9. Waktu yang baik untuk muslim berdoa

Perhatikan, doa ketika sholat Tahajud pada malam hari adalah waktu dikabulkan oleh Allah, karena pada saat – saat tersebut kebanyakan manusia dalam keadaan tidur, kemudian kita bercengkerama dan bermunjat kepada Allah.

Begitu pula dengan Shalat dhuha, pada saat kebanyakan manusia sibuk dalam urusannya masing-masing kemudian kita bermunajat, insya allah tiada doa yang tidak dikabulkan. Allah akan kabulkan doa di dunia atau Allah akan tangguhkan untuk di akhirat nanti.

Kesimpulannya adalah shalat 4 rakaat di pagi hari memberikan 9 keutamaan yang begitu bermanfaat bagi kehidupan. Apalagi shalat dipagi hari juga dapat membuat kelancaran usaha bisnis dan pekerjaan. Sebab apa yang terjadi di dunia semua atas izin dari Allah swt.

Dan akan kembali juga kepada Allah. Melaksanakan shalat 4 rakaat sesuai dengan tuntunan dan ajaran Nabi kita Muhammad. Akan mendatangkan rezeki dan bagi yang melaksanakan akan memperoleh keutamaan seperti diatas.

Tapi usahakan mendapatkan keutamaan shalat 4 rakaat di pagi hari dengan maksimal dengan mengerjakannya secara rutin. Karena shalat ini juga sudah dapat dikategorikan amalan cadangan serta Investasi bagi yang melaksanakan. Dan semoga bermanfaat dan mohon maaf bila ada salah kata dari penulis

The post 11 Keutamaan Shalat 4 Rakaat di Pagi Hari dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Waktu dan Jumlah Rakaat Shalat Dhuha yang Dianjurkan dan Dalilnya https://dalamislam.com/shalat/waktu-dan-jumlah-rakaat-shalat-dhuha-yang-dianjurkan Mon, 18 Mar 2019 05:01:22 +0000 https://dalamislam.com/?p=5834 Shalat dhuha adalah salah satu macam-macam shalat sunnat yang sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin. Adapun waktu dan jumlah rakaat shalat dhuha yang dianjurkan akan dibahas dalam penjelasan berikut. Abu Hurrairah Radhiallahu ‘Anhu pernah berkata : أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ “Kekasihku […]

The post Waktu dan Jumlah Rakaat Shalat Dhuha yang Dianjurkan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat dhuha adalah salah satu macam-macam shalat sunnat yang sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin. Adapun waktu dan jumlah rakaat shalat dhuha yang dianjurkan akan dibahas dalam penjelasan berikut.

Abu Hurrairah Radhiallahu ‘Anhu pernah berkata :

أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Kekasihku telah mewasiatkan aku tiga hal agar aku jangan tinggalkan sampai mati. 1. Puasa tiga hari setiap bulan. 2. Shalat dhuha.3. Shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari, Muslim,  Abu Daud, Ad Darimi)

Buraidah Radhiallahu ‘Anhu, bahwasannya Rosulullah sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

في الإنسان ستون وثلاث مائة مفصل عليه أن يتصدق عن كل مفصل منه بصدقة قالوا ومن يطيق ذلك يا رسول الله قال النخاعة تراها في المسجد فتدفنها أو الشيء تنحيه عن الطريق فإن لم تجد فركعتا الضحى

“Dalam tubuh manusia terdapat 360 tulang. Ia diharuskan bersedekah untk tiap ruas tulang itu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang mampu melakukan itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dahal yang ada di masjid laluditutupnya dengan tanah, atau menyingkirkan gangguan dari jalan, atau sekali pun tidak mampu maka shalatlah dua rakaat pada waktu dhuha  .” (HR. Ibnu Hibban, Abu Dawud, dan Ahmad)

Baca juga:

Waktu shalat dhuha

Adapun waktu dan jumlah rakaat shalat dhuha yang dianjurkan untuk dikerjakan adalah pada mulai pagi hari sejak matahari mulai tinggi hingga menjelang shalat Dzuhur. Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, dhuha itu artinya :

ما بين ارتفاع الشمس إلى زوالها

Waktu ketika matahari mulai meninggi sampai datangnya zawal (tergelincirnya matahari).”

Dari Uqbah bin Amir radhiallahu anhu dia berkata:

ثَلاَثُ سَاعَاتٍ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيْهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيْهِنَّ مَوْتَانَا: حِيْنَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ، وَحِيْنَ يَقُوْمُ قَائِمُ الظَّهِيْرَةِ حَتَّى تَمِيْلَ الشَّمْسُ، وَحِيْنَ تَضَيَّف لِلْغُرُوْبِ حَتَّى تَغْرُبَ

“Ada tiga waktu di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk melaksanakan shalat di tiga waktu tersebut atau menguburkan jenazah kami: [1] ketika matahari terbit sampai tinggi, [2] ketika seseorang berdiri di tengah bayangannya sampai matahari tergelincir dan [3] ketika matahari miring hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam.” (HR. Muslim no. 1926)

Untuk lebih memudahkan, perkiraan mulai dan akhirnya waktu dhuha adalah seperti di bawah ini:

  • Batas awal waktu dhuha: dimulai pada setelah waktu terbit matahari + 15 menit
  • Batas akhir waktu dhuha: diakhiri pada sebelum masuk waktu dzuhur – 15 menit.

Baca juga:

Namun ada waktu yang paling tepat dan lebih dianjurkan untuk melaksanakan dhuha, yakni ketika matahari mulai memancarkan panasnya.

Sebagaimana riwayat dari Al Qosim As Syaibani bahwasanya Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu melihat beberapa orang melakukan shalat Dhuha, kemudian Zaid mengatakan: “Andaikan mereka tahu bahwa shalat setelah waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

Shalat para Awwabin adalah ketika anak onta mulai kepanasan.” (HR. Muslim 748).

Awwabin artinya orang yang suka kembali pada aturan Allah SWT. Sebagian ulama mengatakan:

Shalat pada waktu ini dikaitkan dengan Awwabin karena umumnya pada waktu tersebut jiwa manusia condong untuk istirahat. Akan tetapi orang ini menggunakan waktu tersebut untuk melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan melakukan shalat. Meninggalkan keinginan hati menuju ridlo Penciptanya.” (Faidhul Qadir, 4/216)

Baca juga:

Rakaat shalat dhuha

Jumlah rakaat yang paling sedikit adalah dua rakaat. Dari Abu Hurairah,

أَوْصَانِى خَلِيلِى – صلى الله عليه وسلم – بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

Kekasihku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) menasehatkan padaku tiga hal: puasa tiga hari setiap bulannya, shalat Dhuha dua raka’at, berwitir sebelum tidur.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat Ahmad dan Muslim terdapat lafadz,

Dua raka’at shalat Dhuha setiap harinya.”

Ada juga hadits yang menyebutkan tentang shalat dhuha 4 rakaat.

Dari Nu’aim bin Hammar Al-Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, 5:286; Abu Daud, no. 1289, Tirmidzi, no. 475; Ad-Darimi, no. 1451. Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Dan shalat dhuha yang dikerjakan enam rakaat, ditunjukkan oleh hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu :

Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat Dhuha enam rakaat” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi di dalam kitab Asy-Syamaa-il.

Sedangkan dalil yang menunjukkan shalat dhuha 8 rakaat dianggap sebagian besar ulama adalah jumlah maksimal shalat dhuha.

Ummu Hani, ia berkata,

Ketika tahun Fath al-Makkah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan beliau di bagian dataran teratas dari Makkah. Rasulullah sedang mandi, lalu Fathimah menutupinya. Kemudian beliau mengambil bajunya, lalu berselimut dengannya, kemudian shalat delapan raka’at pada pagi Dhuha.” (Muttafaqun ‘alaih)

Baca juga:

Sedangkan dalil yang menunjukkan shalat dhuha 12 rakaat adalah dalil dhaif.

Dari Anas radhiallahu’anhu :

من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة

“Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. ( HR. Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib)

Itulah waktu dan jumlah rakaat shalat dhuha yang dianjurkan untuk dilakukan setiap harinya. Semoga kita semua bisa melakukan shalat dhuha secara rutin layaknya shalat wajib. Aamiin.

The post Waktu dan Jumlah Rakaat Shalat Dhuha yang Dianjurkan dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Keutamaan Mengerjakan Shalat Sunnah https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/keutamaan-mengerjakan-shalat-sunnah Wed, 13 Feb 2019 07:32:48 +0000 https://dalamislam.com/?p=5399 Shalat sunnah seperti waktu shalat tahajud yang baik termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna.  Shalat sunnah ada berbagai macam, seperti shalat dhuha, tahajud, shalat sunnah sebelum dan sesudah […]

The post 13 Keutamaan Mengerjakan Shalat Sunnah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Shalat sunnah seperti waktu shalat tahajud yang baik termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna.  Shalat sunnah ada berbagai macam, seperti shalat dhuha, tahajud, shalat sunnah sebelum dan sesudah menjalankan shalat 5 waktu, shalat sunnah saat Ramadhan, dsb.

Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu’ (menghadirkan hati) dan tidak menjalankan cara agar shalat khusyu’, juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam shalat. Moga dengan memahami pembahasan berikut ini yakni 13 Keutamaan Mengerjakan Shalat Sunnah semakin menyemangati kita untuk terus menjaga shalat sunnah.

1. Menggapai wali Allah

Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah seperti keutamaan shalat dhuha 6 rakaat secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?

Allah Ta’ala berfirman, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,  “Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan surban.

Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri dalam surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa” (Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yang disebut wali malah orang yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.

2. Merupakan amalan yang terbaik

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian

yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai sumber syariat islam)

3. Dekat dengan Nabi di surga

Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami –radhiyallahu ‘anhu– dia berkata,  “Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.”

Maka aku berkata,tentang cara hidup sehat Rasulullah “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).” (HR. Muslim no. 489)

4. Dihapuskan dosa dan derajat ditinggikan

Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-,  lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam.

Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,

 “Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang sama.

Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.

5. Menyempurnakan shalat wajib dan menambal kekurangannya

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, “Amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya tidak sempurna Allah Ta’ala berkata pada malaikat-Nya,

“Lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah, maka sempurnakanlah shalat wajibnya? Kemudian zakat pun demikian. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.” (HR. Abu Daud, no. 864, dan Ibnu Majah, no. 1425 dan Ahmad, no. 103. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahihul Jami’)

6. Shalat Sunnah mengangkat derajat dan menghapus dosa

ٌRasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, “Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat). Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu.”  (HR. Muslim, no. 488)

7. Banyak shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuk Surga

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, beliau berkata, Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’

Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).

8. Shalat sunnah adalah amalan badan yang paling utama setelah jihad

Dalam hadits Tsauban Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, “Istiqomahlah dan kalian tidaklah akan mampu (untuk istiqomah dalam semua ketaatan dengan sebenar-benar istiqomah), dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat dan tidak menjaga wudhu kecuali seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil)

9. Mendapat kebaikan Allah

Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian telah menunaikan shalat di masjidnya, maka hendaklah ia memberi jatah shalat bagi rumahnya. Karena sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan dalam rumahnya melalui shalatnya.” (HR. Muslim)

10. Memberi suasana indah di rumah yang dilakukan shalat sunnah

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu dan beliau memarfu’kannya, “Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.” (Muttafaq Alaihi)

Dalam riwayat Muslim, “Kerjakanlah shalat (sunnah) di rumah kalian. Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dikerjakan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda “Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (Muttafaq Alaihi)

11. Mendapat kasih sayang malaikat dan membuat lari setan

Imam an-Nawawi Rahimahullah berkata, “Dan sesungguhnya anjuran melakukan shalat Sunnah di rumah, karena dia lebih tersembunyi dan lebih menjauhkan dari riya, lebih terjaga dari kesia-siaan. Dan carilah keberkahan rumah dengan hal itu, dan sebab turun kasih sayang serta malaikat dan membuat lari setan.” (lihat Syarh an-Nawawi ala Shahih Muslim)

12. Shalat Sunnah akan menghadirkan kecintaan Allah kepada hamba-Nya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata; Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,  “Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya.

Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,

menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (HR. al-Bukhari)

13. Shalat Sunnah merupakan bentuk Syukur seorang hamba kepada Allah

Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat, beliau berdiri hingga kedua telapak kaki beliau merekah, lalu ‘Aisyah bertanya, ‘Kenapa engkau melakukan semua ini,

padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?’ Lalu beliau menjawab, “Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.’” (Muttafaq Alaihi)

Demikian yang dapat penulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya. Semoga dapat menjadi wawasan islami bermanfaat untuk sobat semua dan semoga kita lebih semangat untuk memperbanyak shalat shalat sunnah dengan niat semata karena Allah sehingga memiliki kebahagiaan dunia akherat. Aamiin.

The post 13 Keutamaan Mengerjakan Shalat Sunnah appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Cara Agar Terbiasa Shalat Tahajud Dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/cara-agar-terbiasa-shalat-tahajud-dalam-islam Thu, 22 Nov 2018 03:14:09 +0000 https://dalamislam.com/?p=4670 Selain shalat wajib, salah satu shalat sunnat yang mempunyai banyak keutamaan adalah shalat tahajud. Allah berfirman tentang keutamaan shalat tahajud, “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” [QS. Al-Isra: 79] Shalat malam atau shalat tahajud memang menjadi satu amalan yang sangat […]

The post 13 Cara Agar Terbiasa Shalat Tahajud Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Selain shalat wajib, salah satu shalat sunnat yang mempunyai banyak keutamaan adalah shalat tahajud. Allah berfirman tentang keutamaan shalat tahajud, “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” [QS. Al-Isra: 79]

Shalat malam atau shalat tahajud memang menjadi satu amalan yang sangat penting, namun tidak semua orang bisa melakukan shalat tahajjud dengan rutin.

Sulitnya untuk bangun di malam hari tentunya menjadi tantangan terbesar yang harus dihadapi. Untuk dapat terbiasa melakukan shalat tahajjud, berikut adalah beberapa cara agar terbiasa shalat tahajud:

1. Tidur tepat waktu

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata: “Nabi SAW selalu melarang kami berbincang-bincang setelah Isya’.” (Diriwayatkan Ahmad dalam Al-Musnad dan Ibnu Majah dalam Sunan)

Diriwayatkan dari Abi Barzah al-Aslami ra.: “Bahwa Nabi SAW lebih senang mengakhirkan sholat Isya’. Beliau tidak senang tidur sebelum Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya.” (Diriwayatkan al-Bukhari dalam Shahih-nya)

2. Tidak begadang

Dari Muadz;

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ

Kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat, sampai ditanya empat hal: (salah satunya), tentang umurnya, untuk apa dia habiskan…” (HR. Ad-Darimi, no.556)

Baca juga :

3. Wudhu sebelum tidur

Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasululah bersabda,”Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan lalu ucapkanlah doa:

” Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu, kuhadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus” dan hendaklah engkau jadikan doa tadi sebagai penutup dari pembicaranmu malam itu. Maka jika enkau meninggal pada malam itu niscaya engkau meninggal di atas fitrah.”

4. Makan sebelum jam 8 malam

Dianjurkan untuk tidak makan setelah jam 8 malam. Hal ini disebabkan jika kita makan di atas jam 8 malam, maka akan timbul rasa malas untuk bangun di tengah malam.

Makan di atas jam 8 malam juga tidak baik untuk pencernaan. Lambung yang harusnya telah beristirahat pun akhirnya justru dipaksa untuk mengolah makanan lagi.

Baca juga:

5. Minum air putih sebelum tidur

Air putih mempunyai banyak manfaat bagi tubuh. Salah satunya adalah sebagai detoksifikasi zat-zat racun di dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih segar dan sehat. Dengan meminum air putih, tubuh akan jauh lebih segar ketika bangun di tengah malam sehingga lebih mudah untuk menjalankan shalat tahajud.

6. Tidur dalam posisi nyaman

Rasulullah bersabda : “Apabila kamu hendak tidur maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk sholat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain Rasulullah juga bersabda; Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu,” (Hr Al-Bukhari dan Muslim).

7. Tidur siang sebentar

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Tidur sejenaklah kamu sekalian di siang hari, karena sesungguhnya setan tidak tidur siang sejenak”. (HR. Abu Nu’aim)

Imam Ghazali berkata, “Hendaklah seseorang tidak meninggalkan tidur yang sekejap pada siang hari karena ia membantu ibadah pada malam hari. Sebaiknya harus seseorang itu bangun dari tidurnya sebelum sesudah matahari tergelincir untuk menunaikan shalat zuhur.” (kitab Ihya Ulumuddin).

Baca juga:

8. Pasang alarm

Jika belum terbiasa untuk bangun sendiri di tengah malam, hendaknya gunakan bantuan dengan memasang alarm. Gunakan alarm dengan nada yang lembut namun mengalun keras sehingga tidak terlalu kaget ketika bangun tiba-tiba.

9. Kuatkan niat

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.

Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

10. Tata kamar dengan rapi

Penataan kamar yang rapi dan bersihkan sangat penting dalam mendapatkan tidur yang berkualitas. Dengan tidur yang berkualitas, maka akan jauh lebih mudah untuk bangun di tengah malam.

Biasakan untuk membersihkan kamar dan merapikan kamar setiap hari. Ganti sprei setiap kali kotor agar tidak mudah terkena alergi akibat berkembangnya jamur dan tungau di tempat tidur.

11. Membaca Alquran sebelum tidur

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas).

Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).

12. Membaca doa sebelum tidur

Dari Hudzaifah, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ »

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan:

“Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)

Baca juga:

13. Membaca ayat kursi sebelum tidur

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,

وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan,

Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata,

Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari no. 3275)

Itulah 13 cara agar terbiasa shalat tahajud. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dan membuat kita semakin terbiasa untuk melakukan shalat tahajjud. Aamiin.

The post 13 Cara Agar Terbiasa Shalat Tahajud Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>