sombong Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/sombong Fri, 19 Feb 2021 14:03:17 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png sombong Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/sombong 32 32 Dalil Tentang Akibat Bersikap Sombong https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/dalil-tentang-akibat-bersikap-sombong Fri, 19 Feb 2021 14:00:46 +0000 https://dalamislam.com/?p=9453 Diantara kita boleh jadi secara sadar atau tidak sadar pernah membanggakan diri atas pencapaian yang telah diraih. Perbuatan yang dibenci Allah ini seringkali ditemui dari berbagai kalangan. Pelajar bersikap sombong karena telah mendapatkan piala. Tetangga yang membanggakan anak-anaknya kepada tetangga yang lain. Pun para guru yang sombong karena naik pangkat. Perbuatan yang telah diajarkan saat […]

The post Dalil Tentang Akibat Bersikap Sombong appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Diantara kita boleh jadi secara sadar atau tidak sadar pernah membanggakan diri atas pencapaian yang telah diraih. Perbuatan yang dibenci Allah ini seringkali ditemui dari berbagai kalangan.

Pelajar bersikap sombong karena telah mendapatkan piala. Tetangga yang membanggakan anak-anaknya kepada tetangga yang lain. Pun para guru yang sombong karena naik pangkat.

Perbuatan yang telah diajarkan saat iblis enggan bersujud kepada Nabi Adam ini sangat jauh dari perangai mulia yang Allah cintai. Dalil-dalil tentang perintah Allah agar tidak menjadi manusia yang sombong telah tertulis dalam Al-Quran.

وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ 

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman [31]: 18)

وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّكَ لَن تَخۡرِقَ ٱلۡأَرۡضَ وَلَن تَبۡلُغَ ٱلۡجِبَالَ طُولٗا 

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 37)

Karena itu, setiap muslim tentu harus berusaha untuk membebaskan diri dari sifat tersebut, hingga kemudian akhirnya dapat menjadi bagian dari golongan-golongan yang dicintai Allah SWT. Caranya adalah senantiasa dengan mengikuti tuntunan Rasulullah SAW.

Ali bin Abi Thalib menerangkan, “Jika Rasulullah berjalan, seakan-akan turun melalui tempat yang miring.” (HR. Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib).

Artinya, Rasulullah jika berjalan seperti meluncur. Cara berjalan seperti ini adalah menyatukan antara unsur kesemangatan, kekuatan, dan tawadhu’. Sedang untuk menyelamatkan diri dari berbangga diri adalah dengan menanamkan sikap tawadhu’ (merendahkan diri).

Rasulullah telah menegaskan, “Bertawadhulah kamu, sehingga tidak ada lagi orang yang membanggakan diri terhadap orang lain, dan tidak ada pula orang yang menganiaya terhadap orang lain.” (HR. Abu Dawud)

Tawadhu hanya bisa dilakukan apabila kita melupakan hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya rasa lebih tinggi, baik keturunan, kekayaan, kedudukan maupun ilmu pengetahuan.

Perilaku tawadhu’ ini termasuk golongan hamba-hamba Allah yang baik dan selalu dirindukan. Sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al-Furqan: 63,

وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا 

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”

Tawadhu’ hanya bisa dilakukan ketika mengimplementasikan sikap zuhud. Dalam Al-Quran, Allah telah menegaskan,

ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (Q.S. Al-Hadid [57]: 20)

Adalah kurang ajar jika kita berjalan di bumi Allah dengan segala fasilitas yang telah disediakan Tuhan Yang Maha Esa. Sudah sepantasnya kita menanamkan nilai-nilai kebaikan agar jauh dari golongan yang dibenci Allah. Sombong hanya memberi kepuasan nafsu sesaat, namun dampaknya sungguh mengerikan karena akan dijauhi oleh Allah. Naudzubillah.

The post Dalil Tentang Akibat Bersikap Sombong appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum Merendahkan Orang Lain dan Dalilnya https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-merendahkan-orang-lain Tue, 23 Oct 2018 01:48:50 +0000 https://dalamislam.com/?p=4556 Merendahkan orang lain itu sangat sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, apalagi kita sebagai manusia pasti banyak sekali kata-kata orang yang menghina diri kita. Sedangkan apabila kita mengerjakan sesuatu yang tidak dapat di pahami oleh orang lain pasti akan dianggap remeh. Tapi tahukah anda orang yang diremehkan dan di hina boleh jadi lebih mulia di […]

The post Hukum Merendahkan Orang Lain dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Merendahkan orang lain itu sangat sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, apalagi kita sebagai manusia pasti banyak sekali kata-kata orang yang menghina diri kita.

Sedangkan apabila kita mengerjakan sesuatu yang tidak dapat di pahami oleh orang lain pasti akan dianggap remeh. Tapi tahukah anda orang yang diremehkan dan di hina boleh jadi lebih mulia di sisi Allah. Baca juga Dasar Menikah Dalam Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.

Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.

Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih). Baca juga Pahala Meminjamkan Uang dalam Islam

Di antara wasiat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas adalah janganlah menghina orang lain. Setelah Rasul menyampaikan wasiat ini, Jabir bin Sulaim pun tidak pernah menghina seorang pun sampai pun pada seorang budak dan seekor hewan.

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,

لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا

Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”

Dalam surat Al Hujurat, Allah Ta’ala memberikan kita petunjuk dalam berakhlak yang baik,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)

Ingatlah orang  jadi mulia di sisi Allah dengan ilmu dan takwa. Jangan sampai orang lain diremehkan dan dipandang hina. Allah Ta’ala berfirman,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11)

Semoga kita senantiasa menjadi manusia yang tidak sombong dan tidak merendahkan orang lain. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai hambanya yang sombong.

The post Hukum Merendahkan Orang Lain dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
13 Balasan Orang Sombong Dalam Islam https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/balasan-orang-sombong-dalam-islam Wed, 25 Apr 2018 03:30:16 +0000 https://dalamislam.com/?p=3293 Kesombongan menuntun orang pada penyakit pikiran dan perilaku yang salah. Orang yang hidup dalam kesombongan dan penipuan menghuni dunia internal yang gelap. Dunia gelap gulita yang penuh dengan rasa takut kehilangan yang tulus, membuat kesalahan, dipermalukan atau dipermalukan, stres, keraguan, kebencian, amarah, dan gairah. Keadaan pikiran ini membuat orang turun dan menua; itu berdampak parah […]

The post 13 Balasan Orang Sombong Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Kesombongan menuntun orang pada penyakit pikiran dan perilaku yang salah. Orang yang hidup dalam kesombongan dan penipuan menghuni dunia internal yang gelap.

Dunia gelap gulita yang penuh dengan rasa takut kehilangan yang tulus, membuat kesalahan, dipermalukan atau dipermalukan, stres, keraguan, kebencian, amarah, dan gairah. Keadaan pikiran ini membuat orang turun dan menua; itu berdampak parah pada kesejahteraan psikologis dan fisik mereka seperti kesombongan dalam islam.

Orang-orang ini, yang secara rohani lebih lemah dari yang lain, kedinginan. Hampir tidak mungkin untuk mengharapkan gerakan yang menyenangkan, tanda cinta atau penghargaan, atau kata yang membesarkan hati dari mereka. Sulit untuk tertawa atau menikmati diri sendiri di hadapan mereka seperti sombong dalam islam.

Ledakan tiba-tiba adalah umum di mana pun orang-orang semacam itu hadir. Perilaku orang yang sombong selalu dimaksudkan untuk membuat mereka tampil lebih berharga dan unggul di mata orang lain.

1. Ganjaran Neraka

Nabi Muhammad SAW bersabda :

“ Tidak seorang pun yang memiliki bobot benih kesombongan dalam hatinya akan masuk surga “. ” Sesungguhnya, Allah itu indah dan Dia mencintai keindahan. Kesombongan berarti menolak kebenaran dan memandang rendah orang. ” [Sahih Muslim 91]

Ini menyatakan bahwa tidak ada tempat bagi orang sombong di surga melainkan neraka NYA.

2. Selalu Berbuat Salah

Untuk alasan ini, mereka memiliki ketakutan yang berlebihan untuk membuat kesalahan. Mereka berusaha untuk mengambil hati mereka dengan orang lain yang alasan mereka menjaga setiap saat di bawah kendali dan berhati-hati untuk berperilaku dengan cara yang ditentukan setiap saat seperti sifat sombong dalam islam.

3. Dihantui Rasa Tidak Nyaman dan Cenderung Gelisah

Setiap kali mereka menghadiri pertemuan, mereka mencoba untuk menjadi pembicara yang paling mengesankan, yang berpakaian terbaik, untuk menemukan solusi yang paling cerdas, dan untuk menarik perhatian paling banyak kepada diri mereka sendiri. Oleh karena itu mereka terus-menerus “gelisah.” Perilaku mereka tidak pernah tulus dan tulus.

وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ

Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?[Az Zumar : 60]

4. Tidak Pernah Tulus

Mereka selalu takut pada prospek berperilaku salah. Mereka pikir mereka tidak akan pernah melakukan kesalahan. Ketika diberitahu bahwa mereka telah membuat kesalahan, mereka segera mencoba untuk membebaskan diri dari kesalahan apa pun. Situasi orang-orang tersebut dijelaskan dalam istilah-istilah ini dalam ayat-ayat ini:

ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. [ An-Nisa : 43]

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. [Al-Anfal : 47]

5. Penuh Dengan Kritikan

Menjadi sasaran kritik adalah sesuatu yang sangat disukai oleh orang yang sombong. Ketika dikritik, otot wajah mereka tegang, dan ekspresi mereka menipis. Mereka kecewa oleh kekhawatiran tentang kerusakan pada prestise mereka. Mereka berasumsi bahwa, jika mereka dikritik, mereka akan diejek atau dihina oleh orang lain.

6. Tidak Menemukan Kepuasan

Sikap mereka tidak lagi alami, dan tiba-tiba naik dan turun dapat didengar dengan nada suara mereka. Oleh karena itu mereka hidup dalam keadaan ketidaknyamanan konstan. Pada akhirnya, mereka tidak pernah menemukan kedamaian dan kepuasan.

7. Perilaku Yang Berlebihan

Orang yang sombong terlibat dalam perilaku yang berlebihan dan mencari perhatian dalam cara mereka berjalan, berbicara, dan melihat. Dalam Al Qur’an Allah telah menyatakan bahwa kesombongan adalah kegagalan besar:

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. [Al Isra’ : 37]

8. Terjebak Halusinasi

Orang yang sombong membayangkan bahwa setiap karakteristik yang mereka miliki adalah milik mereka sendiri. Misalnya, mereka membayangkan bahwa kecerdasan mereka berasal dari diri mereka sendiri. Daripada menyadari bahwa itu adalah berkat yang dianugerahkan kepada mereka oleh Allah dan bersyukur untuk itu, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang bisa dibanggakan.

9. Tidak Memiliki Teman

Dengan melebih-lebihkan atribut ini di mata mereka sendiri, mereka meremehkan dan meremehkan orang-orang di sekitar mereka. Sebagai hasil dari perilaku ini, rekan mereka menemukan mereka tidak menarik dan penolak. Itu berarti bahwa orang yang sombong tidak pernah memiliki teman sejati yang jujur ​​yang merasakan kasih sayang yang tulus untuk mereka. Mereka juga merasa sulit untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang lain.

9. Perilaku Yang Cacat

Mereka selalu ingin menjadi objek cinta dan kasih sayang, karena di mata mereka sendiri mereka lebih unggul dari orang lain. Keadaan pikiran ini mengarah ke cacat perilaku lain: iri hati. Mereka iri pada kecantikan, kecerdasan, nalar, nilai-nilai moral, atau barang-barang duniawi dari orang lain.

10. Pergaulan Yang Terbatas

Mereka menganggap semua yang dimiliki orang-orang itu dengan mata cemburu. Jika seseorang dengan fitur-fitur unggulan mereka sendiri hadir, mereka segera ingin pergi. Kecemburuan mereka berarti mereka selalu tidak bisa bergaul dengan orang lain.

11. Kesusahan Yang Tiada Akhir

Allah telah memberikan suasana hati yang merepotkan kepada orang-orang yang dicengkeram oleh penyakit kesombongan. Dengan cara yang sama bahwa orang-orang arogan tidak mendapatkan apa-apa selain kesusahan, kesedihan dan ketidakbahagiaan dalam kehidupan dunia ini, mereka juga meninggalkan akhirat dan, yang paling penting dari semuanya, cinta Allah.

12. Sangat Dibenci Allah

Allah telah mengungkapkan dalam satu ayat bahwa Dia tidak mencintai yang sombong:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.[Al Luqman 18]

13. Dekat Dengan Siksaan Neraka

Orang-orang ini, meskipun mereka menganggap diri mereka kuat, karena mereka gagal memahami bahwa Allah memiliki segalanya, akan melihat kebenaran fakta ini di akhirat. Juga, mereka akan mengerti bahwa keberuntungan atau kekuasaan mereka tidak akan cukup untuk menyelamatkan mereka dari siksaan Neraka yang menakutkan:

إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ

Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. [Al Humazah 8]

Demikian beberapa penjelasan tentang balasan orang sombong dalam Islam serta dalil yang menguatkannya.

The post 13 Balasan Orang Sombong Dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
10 Penyebab Penyakit Hati Dalam Islam dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/penyebab-penyakit-hati-dalam-islam Sat, 31 Mar 2018 02:02:59 +0000 https://dalamislam.com/?p=3162 Hati adalah bagian tubuh yang mempunyai peran penting dalam perilaku seorang manusia. Sebagaimana sabda Rasul: “Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati”. (HR Muslim, no. 1599. Hadits […]

The post 10 Penyebab Penyakit Hati Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hati adalah bagian tubuh yang mempunyai peran penting dalam perilaku seorang manusia. Sebagaimana sabda Rasul:

Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati”. (HR Muslim, no. 1599.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-beda namun maknanya sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi dalam Arba’in an-Nawawiyah, hadits no. 6, dan Riyadhush-Shalihin, no. 588)

Untuk itulah,  salah satu fungsi agama adalah menjaga hati agar tetap baik. Namun sering kali seseorang justru tidak mengerti bahwa tujuan penciptaan manusia adalah hidup dalam pedoman Al Quran dan As Sunnah sehingga muncullah penyakit hati menurut Islam yang merusak aqidahnya. Berikut adalah beberapa penyebab penyakit hati dalam Islam.

1. Kurangnya keimanan

Hal pertama yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit hati adalah karena kurangnya keimanan dalam hati.  Hati yang tidak memiliki keimanan lama kelamaan akan menjadi penyebab matinya hati.  Lakukan cara meningkatkan iman dan taqwa agar terjauh dari berbagai penyakit hati.

2. Selalu mengeluh

Allah berfirman: “Sesunguhnya mansia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (Q. S. Al ma’arij :19-21)

Hukum mengeluh dalam Islam adalah dilarang.  Manusia yang suka mengeluh akan menyebabkan terkena penyakit hati,  seperti malas,  juga iri dengki dalam Islam.

3. Kurang bersyukur

Rasa kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT akan menyebabkan penyakit hati. Dengan mengikuti cara bersyukur menurut Islam,  hati akan terhindar dari berbagai penyakit hati.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (Q. S.  Al Baqarah: 172)

4. Selalu berbuat maksiat

Perbuatan maksiat akan membuat hati menjadi keras sehingga sulit untuk menerima nasehat baik.  Orang yang suka berbuat maksiat akan menjadi egois,  berhati kotor,  dan gampang emosi. Padahal Allah telah berfirman:

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Q. S. Yusuf: 53)

5. Berbuat syirik

Syirik dalam Islam merupakan salah satu dosa besar dalam Islam.  Syirik menyebabkan pelakunya akan memiliki aqidah yang cacat selama ia melakukan syirik. Allah berfirman :

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَٱلْأَنْعَٰمِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

Artinya: “atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Q. S. Al Furqan : 44)

6. Lalai berdzikir

Salah satu keutamaan dzikir adalah mampu menjauhkan hati dari berbagai penyakit hati.  Bagi mereka yang lalai berdzikir,  maka hatinya pun akan dipenuhi dengan penyakit hati,  seperti sombong dalam Islam dan pamer dalam Islam.

وَٱقْتَرَبَ ٱلْوَعْدُ ٱلْحَقُّ فَإِذَا هِىَ شَٰخِصَةٌ أَبْصَٰرُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا بَلْ كُنَّا ظَٰلِمِينَ

Artinya: “Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim”.(Q. S. Al Anbiya: 97)

7. Terlalu mengejar dunia

Seseorang yang selalu mengejar dunia dan mengabaikan bahkan berpaling dari Islam akan terkena berbagai penyakit hati. Allah berfirman: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, ‘Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan akud alam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Toha: 124-126)

8. Bangga dengan amal

Merasa amal jariyah yang dilakukan sudah banyak sehingga menyebabkan timbulnya penyakit sifat sombong dalam Islam.  Ia merasa aman padahal tidak sama sekali.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallah ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga.” Mereka bertanya, “tidak pula engkau ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Tidak pula saya. Hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah).” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik al-Bukhari)

Allah berfirman: Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Q. S.  Al Mu’min: 76]

9. Meninggalkan sholat

Kewajiban seorang Muslim adalah mengerjakan sholat fardhu dan puasa Ramadhan.  Seseorang yang sering meninggalkan sholat wajib dan puasa akan menjadi resah dan gelisah dalam menjalani hidup karena sholat dan puasa adalah salah satu cara mendapat jiwa tenang.

مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut : 45)

10. Tidak bersedekah

Keutamaan sedekah menurut Islam dan hikmah sedekah dalam Islam adalah menjaga Harta dan hati tetap bersih.  Sedekah dalam Islam sangat dianjurkan karena orang yang tidak bersedekah akan memiliki sifat pelit dan kikir. Rasulullah bersabda: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali Imran 180)

Demikianlah artikel tentang penyebab penyakit hati yang singkat ini.  Maka berhati- hatilah agar terhindar dari penyakit hati karena penyakit hati dapat menyebabkan kekafiran.  Sebagaimana firman Allah SWT: “Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” ( Q. S. At Taubah: 125)

The post 10 Penyebab Penyakit Hati Dalam Islam dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
15 Cara Menghindari Riya Menurut Islam https://dalamislam.com/akhlaq/cara-menghindari-riya Sat, 15 Jul 2017 04:06:48 +0000 http://dalamislam.com/?p=1748 Pernahkah Anda melakukan sebuah amalan, lalu memamerkan atau menunjukkannya kepada orang lain dengan maksud untuk mendapatkan pujian? Berhati-hatilah, barangkali hati telah terjangkit penyakit riya’. Sifat riya’ sangatlah berbahaya. Riya’ bisa menghapus pahala, dijauhi oleh Allah SWT dan celaka di akhirat. Bahkan Nabi Muhammad SAW menggolongkan riya’ ke dalam syirik kecil. Sebagaimana sabda beliau:  ” Sesuatu […]

The post 15 Cara Menghindari Riya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pernahkah Anda melakukan sebuah amalan, lalu memamerkan atau menunjukkannya kepada orang lain dengan maksud untuk mendapatkan pujian? Berhati-hatilah, barangkali hati telah terjangkit penyakit riya’. Sifat riya’ sangatlah berbahaya. Riya’ bisa menghapus pahala, dijauhi oleh Allah SWT dan celaka di akhirat. Bahkan Nabi Muhammad SAW menggolongkan riya’ ke dalam syirik kecil. Sebagaimana sabda beliau:

 ” Sesuatu yang sangat aku takutkan yang akan menimpamu ilah syirik kecil . Nabi Muhammad saw ditanya tentang apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu , maka beliau menjawab yaitu riya’. ” (HR.Ahmad)

Menghindari sikap riya’ memang bukanlah perkara mudah. Sebab pada dasarnya sifat manusia itu senang dipuji. Hanya orang-orang tertentu berhati ikhlas yang bisa menghindari sifat riya’. Nah, berikut ini beberapa cara menghindari riya’ yang bisa Kita praktekkan.

Baca juga:

  1. Luruskan niat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)

Cara menghindari riya’ yang pertama yakni dengan meluruskan niat. Ingatlah bahwa segala macam perbuatan kita bergantung pada niat. Apabila niat kita baik, Lillahi Ta’ala (hanya karena Allah SWT) maka insyaAllah itu akan dicatat sebagai pahala. Sebaliknya, jika terbesit rasa ingin dipuji oleh manusia maka perbuatan kita tidak memperoleh apapun. Bahkan bernilai dosa. Maka itu, sebelum melakukan sesuatu pastikan untuk memperbaiki niat dalam hati. (baca: Penyakit Hati Menurut Islam)

  1. Berdoa dan memohon pertolongan Allah SWT

Manusia adalah makhluk yang penuh dengan keterbatasan. Kita bisa menghandle segala hal hanya dengan menggandalkan diri sendiri. Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk melibatkan Allah dalam segala urusan. Termasuk berlindung dari sifat-sifat yang tercela seperti riya’. Jangan pernah lelah berdoa kepada Allah agar diperkuat keimanan dan dilindungi dari bisikan syetan. 

Baca juga:

  1. Menyadari kedudukan diri hanyalah seorang hamba

Manusia terkadang sering lupa diri. Kenikmatan dunia yang begitu memakau (seperti harta benda, kedudukan, wajah yang rupawan, dan keturunan) kerapkali membuat manusia menjadi sombong dan riya’ (pamer). Padahal semua kenikmatan tersebut adalah pemberian Allah SWT. Tapi manusia menganggap itu diperoleh dari usahanya sendiri. Na’udzubillahi mindzalik. Pemikiran inilah yang kemudian memicu munculnya penyakit hati. Hingga membawa manusia ke dalam kesesatan.

Hendaknya kita menyadari bahwa kita hanyalah hamba Allah. Ciptaan Allah. Tak ada yang kita miliki di dunia ini. Semuanya hanya titipan yang bersifat fana dan pasti akan musnah. Apabila hati kita sanggup menyadari hal tersebut maka insyaAllah kita akan terhindar dari sifat riya’.

  1. Mengendalikan hati

Berusahalah mengendalikan hati agar tidak terbuai dengan pujian manusia. Sebuah pujian memang bisa memotiviasi diri menjadi lebih baik. Namun demikian, terkadang pujian juga bisa menjadi racun hingga membuat kita jadi riya’. Maka dari itu, cobalah untuk tidak berbangga diri. Ingatlah dan terus mengingat bahwa apa yang kita lakukan saat ini semata-mata karena izin Allah SWT. Kita mampu beramal karena diberikan rezeki berkecukupan. Kita bisa sholat dengan sempurna karena diberikan kesehatan. Jadi berterimakasihlah pada Allah SWT.

Baca juga:

  1. Memperbanyak bersyukur

Bersyukur dapat menjadi salah satu cara menghindari sifat riya’. Dengan memperbanyak rasa syukur kepada Allah SWT, kita tidak akan terlalu mengharapkan pujian dari orang lain. Cukup Allah yang menjadi saksi hidup kita. Dan sering-seringlah mengucapkan Alhamdulillah. Jangan sampai kita pamer ibadah hanya agar banyak teman, agar dicintai, diagung-agungkan atau mungkin agar naik jabatan. Percayalah pujian dari manusia tidak akan berlangsung selamanya. Lebih syukuri apa yang ada dan niatkan segala sesuatu hanya untuk Allah SWT. (baca: cara bersyukur menurut islamManfaat ucapan Alhamdulillah)

  1. Terus-menerus mengingat Allah Ta’ala

Telah dijelaskan dalam Al-Quran bahwasahnya syaitan tidak akan pernah lelah menggoda manusia menuju jalan yang sesat. Sebab itu, manusia harus sering meminta perlindungan kepada Allah, salah satunya lewat berdizikir.  Aktivitas dzikir akan membuat kita terus mengingat Allah. Dengan demikian, syaitan akan sulit mencari celah untuk masuk. Umumnya orang-orang yang gemar berlaku riya; jarang sekali menyebut asma Allah, sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142).

  1. Sembunyikan amal kebaikan seperti menyembunyikan aib

Cara selanjutnya untuk menghindari riya’ yakni dengan menyembunyikan ibadah dan amal-amal kebaikan. Tapi ibadah umum yang tidak bisa disembunyikan, seperti solat jamaah di masjid, membaca Al-quran atau puasa tak perlu ditutupi. Yang terpenting berusahalah ikhlas. Sedangkan ibadah yang bersifat pribadi seperti beramal ke masjid, bersedekah, solat tahajjud sebaiknya tak perlu dipamerkan. Cukup diri sendiri dan Allah Ta’ala yang tahu. Sembunyikan amal kebaikan layaknya kita menyembunyikan aib-aib dalam diri. Dengan demikian kita pun bisa terhindar dari pujian manusia dan jauh dari sifat riya’.

  1. Belajar ikhlas

Ikhlas adalah tiangnya sebuah amal shalih agar dapat diterima oleh Allah. Seseorang yang beramal dengan niat ikhlas dan tidak berharap pujian dari orang lain maka insyaAllah amalnya diterima oleh Allah SWT.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda:  “Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu”. (HR. Muslim)

Baca juga:

  1. Mengingat kematian

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR At-Trimidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Jika memang sulit untuk menghindari riya’, cobalah memperbanyak mengingat kematian. Baik di hati maupun lisan. Ingatlah bahwa hidup tidak akan selamanya. Pujian manusia tidak berarti apapun dan tidak mendatangkan pahala. Jadi, untuk apa mengejar pujian manusia? Pujian berlebihan justru bisa menjerumuskan manusia ke lubang neraka.

  1. Menggiatkan ibadah

Salah satu ciri orang yang suka riya’ biasanya ibadanya tidak rutin. Kadang solat, kadang tidak solat. Kebiasaan ini membuat seseorang semakin jauh dari Allah SWT. Hatinya semakin kosong, sehingga penyakit pun mudah ‘hinggap’. Berbeda dari orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah. Mereka sering membaca doa, Al-Quran, bersolawat, solat juga rutin sehingga hatinya pun menjadi tenang dan tidak mudah tergoda dengan pujian manusia.

  1. Membaca buku-buku agama

Orang tidak berilmu biasanya mudah terjerumus ke jalan yang sesat. Mudah ikut-ikutan dan tidak memiliki prinsip hidup. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa kebodohan dan kedzaliman adalah pangkal dari segala keburukan. Maka sebab itu, agar tidak terbawa pada keburukan maka perbanyaklah menggali ilmu pengetahuan. Khususnya ilmu agama. Karena agama menjadi perkara penting yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

Dengan memperbanyak membaca buku-buku agama, kita bisa memperoleh pengetahuan tentang bahayanya sifat riya’. Dan perihal pahala-pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT untuk orang-orang yang ikhlas. Dengan demikian kita bisa semakin termotivasi untuk berbuat ikhlas.

Baca juga:

  1. Menyadari bahwa Allah selalu mengawasi

Cara menghindari riya’ selanjutnya dengan menyadari bahwa Allah SWT selalu mengawasi kita. Bahkan disaat kita sendirian. Walaupun kita tidak bisa melihat Allah, tapi Allah bisa melihat kita. Rasulullah shollalllahu alaihi wasallam bersabda:

“Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu” (hadist Muttafaqun alaih)

Artikel Islam Lainnya:

  1. Selalu mengingat bahaya riya’

Sebagian dari kita mungkin masih menganggap bahwa riya’ adalah hal yang sepele. Bahkan terkadang kita tidak sadar bahwa telah melakukan riya’. Ketahuilah bahwa riya’ itu sifat yang sangat berbahaya. Riya’ tidak hanya membuat kita terjerumus ke neraka, tapi riya’ juga dianggap syirik kecil, menghapus amal pahala, dan dianggap lebih kejam dari fitnah Dajjal.

Dari Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih aku takutkan bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” “Iya”, sahut sahabat. Beliau pun bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR. Ibnu Majah)

  1. Hidup dalam kesederhaan

Walaupun kita memiliki banyak harta, kerabat atau teman, sebaiknya jangalah bersikap sombong. Cobalah untuk tetap sederhana dalam bersikap. Kesederhaan membuat kita menjadi sosok yang lebih baik, ikhlas, dan tidak mudah melakukan riya’. Tidak perlu memamerkan amalan kita agar dipuji. Cukup bertindak sederhana, orang lain pasti bisa menilai apakah kita benar-benar orang baik atau bukan.

Baca juga:

  1. Memperbanyak meminta ampun pada Allah

Sering-seringlah meminta ampunan kepada Allah SWT. Kita manusia adalah tempatnya dosa dan khilaf. Terkadang bersikap pamer tapi tidak menyadari. Oleh karena itu, perbanyaklah beristighfar agar dosa-dosa kita dihapus oleh Allah. Dan teruslah memperbaiki diri dan bertaubat dari perbuatan-perbuatan yang tercela.

Demikianlah beberapa cara menghindari riya’ yang bisa kita lakukan. Intinya kita harus belajar ikhlas agar terhindar dari sifat riya’. Serta tak lupa memohon pertolongan dari Allah SWT secara terus-menerus. Semoga bermanfaat.

The post 15 Cara Menghindari Riya Menurut Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/pamer-dalam-islam Mon, 19 Jun 2017 04:21:22 +0000 http://dalamislam.com/?p=1698 Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk Riya. Pamer dalam Islam tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu seperti apakah riya dan bagaimana jika dilakukan di dalam islam. Apakah riya sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum […]

The post Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk Riya. Pamer dalam Islam tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Untuk itu, perlu diketahui terlebih dahulu seperti apakah riya dan bagaimana jika dilakukan di dalam islam. Apakah riya sesuai dengan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.

Pengertian dan Unsur Riya (Pamer)

Perbuatan pamer tentunya memiliki motif yang berbeda-beda. pamer sendiri memiliki dosa yang beratnya tidak sama masing-masingnya. Berikut adalah tujuan daripada berbuat riya biasanya adalah:

  • Tidak ada tujuan untuk mencari pahala, hanya untuk mencari pengakuan orang lain (misalnya : shalat saat ada yang melihat).
  • Tujuan mencari pahala yang sangat lemah, mencari pahala tapi hanya sedikit.
  • Tujuan mencari pahala sekaligus riya (berimbang).
  • Tujuan ibadah yaitu, penglihatan orang yang yang menjadi penguat dan pendorong mengerjakan amalan. Ada atau tidaknya orang tidak akan berpengaruh terhadap amalan yang dilakukannya.

Point ke empat adalah tentu suatu perilaku yang diharapkan ada pada umat islam. Tidak ada jaminan seseorang beribadah tanpa riya kecuali dirinya dan Allah sendiri yang menilai dan Maha Mengetahui. Untuk itu, maka penting kiranya sebelum melakukan ibadah kita mengecek terlebih dahulu niat yang ada dalam diri kita.

baca juga:

Selain tujuan tersebut, ada juga pamer dengan berbagai tujuan yang berbeda-beda. Diantaranya adalah:

  1. Tujuan Untuk Bisa Berbuat Maksiat

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan agar kita bisa berbuat maksiat. Misalnya saja adalah menghadiri suatu acara majelis ilmu demi untuk dapat maksiat mata yaitu melihat gadis-gadis cantik. Atau misalnya lagi menampakkan suatu kebaikan atau kesalihan demi disasksikan orang banyak dan mendapatkan kedudukan tertentu. Melakukan kebaikan agar tidak dibilang zhalim atau berdosa oleh orang-orang yang melihat. Misalnya korupsi, namun menampakkan suka sedekah.

Tentu saja untuk bisa menilai seperti ini, hanya Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Menilai. Tujuan seperti ini tidak akan bisa dideteksi secara sempurna oleh manusia pada orang lain. Tentu orang tersebut, malaikat, dan juga Allah yang Maha Mengetahui segala-galanya.

  1. Tujuan Untuk Mendapatkan Bagian Dunia yang Diperbolehkan

Pamer dengan tujuan seperti ini adalah riya yang berorientasi agar mereka mendapatkan keuntungan atau kebahagiaan tertentu dari kehidupan dunia. Misalnya saja mendapatkan harta, wanita, atau kedudukan dari perilaku riya tersebut. Mereka menjalankan amalan kebaikan bukan karena memang tulus untuk menjalankan perintah Allah, melainkan untuk mendapatkan sesuatu untuk kehidupan dirinya yang mengaburkan amalan-amalan shalihnya.

  1. Tujuan Untuk Bisa Dipandangan oleh Orang Khusus

Pamer seperti ini adalah riya yang bertujuan untuk mendapatkan penghargaan, pandangan, dan juga kekhususan dari orang lain. Tentu saja untuk tujuan seperti ini tidak diperbolehkan dan juga tidak dikehendaki oleh Allah. Maka itu jauhkan dari hal tersebut.

Baca juga info islami lainnya:

Bahaya Berperilaku Riya (Pamer)

Perilaku riya bukan tidak mendatangkan pada mudharat. Perilaku ini tentu saja bertentangan dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam. Tentu saja ada bahaya-bahaya yang terjadi jika perilaku riya ini dilakukan oleh kita,khususnya sebagai seorang muslim. Berikut adalah bahaya riya, jika dilakukan.

  1. Membatalkan Amalan

 “Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS Al Baqarah :264)

Dengan berbuat riya, hal ini akan membatalkan amalan kita atau menghilangkan amalan-amalan kebaikan kita. Hal ini dikarenakan niat kita bukan dilakukan karena keikhlasan pada Allah, melainkan untuk mendapatkan pujian, menyakiti hati orang lain, atau bahkan membuatnya menjadi sesuatu yang dibangga-banggakan. Tentu saja, hal ini harus dijauhi agar amalan kita tetap terjaga keikhlasannya dan pahalanya tidak menguap begitu saja.

Untuk berbuat baik dan melakukan hal kebaikan memang tidaklah mudah. Ada tantangan dan hambatan yang harus dilalui.

  1. Mendatangkan Murka Allah

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Lukman : 18)

Bagi mereka yang riya, tentunya mereka sebagaimana orang-orang yang sombong dan angkuh. Tentu Allah murka dan tidak menyukai orang-orang tersebut. Jangan sampai kita kehilangan Rahmat dan Kecintaan dari Allah hanya karena kita tidak benar-benar tulus dan ikhlas untuk menjalankan perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Karena, tanpa Rahmat dari Allah tentunya manusia akan kehilangan nikmat yang banyak.

  1. Orang yang Celaka

 “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun :4-7)

Di surat Al-Mauun dijelaskan bahwa ada orang-orang yang celaka yaitu karena mereka lalai dan riya terhadap shalatnya. Mereka shalat dan melakukan ibadah hanya karena ada orang lain yang melihatnya. Tentu celakalah orang-orang seperti orang tersebut.

Jangan lupa baca:

Cara Menghindari Riya Menurut Islam

Agar kita terhindar dan terjauh dari bahaya riya, maka berikut adalah hal-hal yang harus kita lakukan. Jangan sampai ibadah kita rusak, amalan kita musnah, dan pahala kita hancur gara-gara kita riya dalam berbuat amalan.

  1. Bermujahadah atau Bersungguh-Sungguh dalam Ibadah

Setiap kali ibadah kita akan dihadiri oleh rasa riya, maka segera jauhkan keinginan tersebut dan hadirkanlah motivasi keakhiratan, ketauhidan, agar keinginan tersebut tidak hadir dalam ibadah kita. Jangan sampai riya tersebut hadir saat sebelum, saat ibadah, atau setelahnya. Jauhilah rasa tersebut agar tidak sampai pada kemurkaan Allah.

  1. Menghilangkan Penyebab Riya

Menghilangkan akar penyebab riya diantaranya adalah menjauhi segala sanjungan. Kita serahkan dan kembalikan sanjungan tersebut kepada Allah SWT. Jangan biarkan sanjungan tersebut membuat kita sombong dan memamerkannya kepada orang lain. Jangan sampai tertipu dengan sanjungan karena hal itu bisa membakar pahala kita.

  1. Memahami Tujuan Hidup

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyat : 56)

Allah sudah menetapkan kita hidup di dunia adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Menjadikan Allah sebagia tempat bergantung dan hanya Allah yang paling berkuasa atas diri manusia. Untuk itu, tidak mungkin kita menyombongkan diri dan melakukan riya karena hal tersebut bertentangan dengan tujuan hidup kita. Tentu fungsi agama , menginginkan manusia sukses di Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

  1. Memahami Nilai Dunia

Mengingat kembali bahwa dunia ini adalah sementara, maka kebahagiaan kita yang sejati adalah di akhirat. Tentu tidak berguna jika kita mengharapkan pujian, pujaan, dan kebangaan dari orang lain. Sejatinya manusia adalah makhluk lemah, dan tempat kembali kita adalah di akhirat. Maka pikirkanlah ibadah kita untuk akhirat.

baca juga info islam lainnya:

Sifat pamer sangatlah tidak disukai oleh Allah SWT. Begitu pula dengan Rasulullah SAW yang amat sangat tidak menganjurkan umatnya untuk tetap bersikap rendah hati terhadap semua makhluk. Sehingga tidak ada timbul perselisihan dan rasa iri yang menyebabkan renggangnya silaturahmi antar umat Rasullullah SAW.

The post Pamer dalam Islam – Hukum dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sombong dalam Islam – Pengertian dan Contohnya https://dalamislam.com/info-islami/sombong-dalam-islam Sat, 15 Oct 2016 06:23:29 +0000 http://dalamislam.com/?p=994 “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” Ayat diatas adalah salah satu ayat Al-Quran yang melarang manusia untuk memiliki sifat sombong. Dalam hal ini, islam ternyata memberikan perintah agar manusia menyadari bahwa dirinya setinggi dan sehabat […]

The post Sombong dalam Islam – Pengertian dan Contohnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”

Ayat diatas adalah salah satu ayat Al-Quran yang melarang manusia untuk memiliki sifat sombong. Dalam hal ini, islam ternyata memberikan perintah agar manusia menyadari bahwa dirinya setinggi dan sehabat apapun dia tidak akan melampaui ciptaan Allah seperti bumi dan gunung. Tentu saja sikap sombong yang dilarang oleh Al-Quran ini, tidak layak untuk diterapkan manusia sebagai makhluk Allah yang kecil, hina, dan tidak berdaya tanpa ada bantuan Allah SWT.

Tujuan Penciptaan Manusia dalam Islam adalah sebagai khalifah fil ard yang ditunjuk untuk mengelola bumi dan diberikan perangkat hidup. Tujuan Hidup Menurut Islam sendiri tentunya membuat manusia dengan segala perangkatnya tidak boleh berbuat sombong, karena perangkat hidup tersebut hanya sementara dan akan kembali kepada Allah.

Bentuk-Bentuk Sikap Sombong dalam Al-Quran

Fungsi Agama  dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia tentunya harus dijalankan oleh setiap manusia. Di dalam ajaran islam dan Al Quran terdapat alrangan untuk bersikap sombong. Sifat Sombong Dalam Islam  adalah sikap yang tentunya diharamkan dan tidak sama sekali dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Di dalam Al-Quran terdapat beberapa contoh bentuk atau perilaku yang dapat dikatakan mengarah pada kesombongan. Hal ini tentu dilarang untuk diterapkan bagi setiap muslim karena dapat mengantarkan manusia kepada sikap yang dibenci Allah SWT.

  1. Larangan Bersikap Angkuh

Di dalam ajaran islam, bentuk perilaku dan moral manusia senantiasa diatur, disampaikan, dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. Salah satu sikap atau moral yang dibenci oleh Allah adalah sikap sombong pada manusia. Hal ini juga disampaikan oleh Allah dalam Al-Quran, sebagai berikut.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” ( QS Luqman : 108 )

Dari ayat diatas, ditunjukkan oleh Allah bahwa manusia tidak boleh memiliki sikap angkuh sebagaimana ia merasa bahwa dirinya paling hebat dan paling berpengaruh di muka bumi. Sikap membanggakan diri pun juga dilarang oleh Allah karena jika berlebihan, manusia tidak akan bisa mengevaluasi diri dan senantiasa menganggap dirinyalah yang benar. Sikap-sikap seperti inilah tentunya yang didukung oleh setan.

  1. Larangan Membanggakan Diri dan Terlalu Gembira

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid : 23)

Sikap membanggakan diri dan terlalu bergembira dapat membawa seseorang kepada sikap sombong dan angkuh. Sebagaimana perintah Allah, jika manusia diberikan kegembiraan dna rezeki yang banyak maka sikap seharusnya adalah bersyukur dan meminta kepada Allah agar dijaga dari rezeki yang haram. Kegembiraan berlebihan dan kebanggan terhadap diri berlebihan akan membawakan pada sikap sulit untuk menerima masukan dan tidak mau evaluasi diri.

  1. Memperdebatkan Al-Quran

“(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (QS Al Mukmin : 35)

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dilarang untuk memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang jelas, apalag hanya untuk sekedar membanggakan hasil pemikiran sendiri. Orang-orang seperti ini tentu sangat dekat dengan kesombongan. Orientasi dari memperdebatkan Al-Quran pada umumnya hanya sekedar untuk mempertahankan argumen masing-masing bukan untuk orientasi pencarian kebenaran. Untuk itu, hal ini tentunya sangat berkaitan dengan sikap kesombongan sebagaimana ayat Al-Quran sampaikan.

  1. Orang yang Tidak Sombong selalu Percaya kepada Ayat-Ayat Allah

“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.” (QS Assajjadah  : 15)

Orang-orang yang percaya kepada ayat-ayat Allah sejatinya bukanlah orang yang sombong. Orang-orang yang percaya kepada Allah senantiasa bersujud dan menyadari akan Tuhannya sehingga tidak ada hal yang harus mereka sombongkan, banggakan berlebihan, atau dijadikan sebagai alat untuk membuat dirinya angkuh. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang akan selalu tunduk pada kebesaran ayat-ayat Allah baik tertulis ataupun tidak tertulis, karena hatinya tidak ada sedikitpun sikap sombong.

Contoh Kesombongan dalam Al-Quran

Di dalam Al-Quran sikap kesombongan sering kali dikaitkan dengan seorang pemimpin yang zalim, senantiasa membanggakan diri, bahkan tidak mau tunduk dan mengikuti aturan yang telah Allah berikan. Ia menolak mentah-mentah ajakan Nabi Musa untuk menyembah Allah dan menjauhi segala perilaku kezaliman yang telah dia lakukan untuk Bani Israil. Untuk itu, dalam Al-Quran dijelaskan beberapa ayat Al-Quran mengenai hal tersebut.

kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takbur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.” (QS Al Mu’minuun : 6)

Dalam ayat tersebut jelas bahwa Allah memberikan informasi bahwa Fir’aun dan pembesar kaumnya adalah orang-orang yang sombong dan takabur. Mereka bangga atas suku mereka sendiri dan tidak mau mengikuti jalan kebenaran yang telah ditunjukkan.

dari (azab) Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas.” (QS Ad Dukhaan : 31)

Firaun dianggap sebagai orang yang sombong dan melampaui batas. Hal ini tercatat dalam sejarah peradaban islam dan sejarah islam dunia . Peninggalan sejarah islam di dunia tentunya tidak akan lupa akan sejarah firaub tersebut. Untuk itu kesombongannya menjadi hal yang membuat dia terjerumus ke dalam jurang kesesatan.  Kesombongannya pun juga menjadikan dia hancur di tengah-tengah kaum-nya. Walaupun telah nyata-nyata bukti yang dibawakan nabi Musa Firaun tetap menolak dan menyombongkan bahkan menganggap dirinya adalah Tuhan yang harus disembah dan diikuti oleh kaumnya.

Padahal kita ketahui bahwa manfaat beriman kepada Allah SWT dan Fungsi Iman Kepada Allah SWT sangatlah banyak sekali. Sejatinya bukan Allah yang membutuhkan manusia, melainkan kita yang membutuhkan Allah SWT. Menjalankan rukun iman dan rukun islam tentunya bukan sekedar kewajiban melainkan kebutuhan manusia.

dan (juga) Karun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput dari kehancuran itu.” (QS Al Ankabut : 39)

Untuk itu, umat islam tentunya dilarang bersikap sombong. Sikap sombong dalam islam tentunya mengarahkan manusia menjauhi nilai yang benar dan akan bersikap angkuh sebagaimana contohnya Firaun. Raja zalim yang sewenang wenang dan tidak mau untuk tunduk kepada Allah SWT.

Konsep Manusia dalam Islam dan Hakikat Manusia Menurut Islam sejatinya adalah makhluk lemah dan tidak berdaya. Untuk itu, tidak sepantasnya manusia bersikap sewenang-wenang dan sombong apalagi dihadapan Allah SWT. Istiqomah dalam Islam tentu bukan hal mudah, namun jika dilakukan degan kesungguhan, manusia akan terhindar dari sikap sombong yang dapat menjerumuskan manusia pada jurang kesesatan tersebut.

The post Sombong dalam Islam – Pengertian dan Contohnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pengertian Takabur dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/pengertian-takabur Sat, 15 Oct 2016 06:03:02 +0000 http://dalamislam.com/?p=989 Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan oleh Allah dibandingkan dengan mahluk-makhluk lainnya. Manusia memiliki tujuan hidup menurut islam, tujuan penciptaan manusia, hakikat penciptaan manusia , dan hakikat manusia menurut islam yang jelas tidak dimiliki sebagaimana makhluk lainnya. Keberadaan manusia di muka bumi sejatinya adalah sebagai khalifah fil ard yang bertugas membangun peradaban di muka bumi dengan […]

The post Pengertian Takabur dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Manusia adalah makhluk yang sempurna diciptakan oleh Allah dibandingkan dengan mahluk-makhluk lainnya. Manusia memiliki tujuan hidup menurut islam, tujuan penciptaan manusia, hakikat penciptaan manusia , dan hakikat manusia menurut islam yang jelas tidak dimiliki sebagaimana makhluk lainnya. Keberadaan manusia di muka bumi sejatinya adalah sebagai khalifah fil ard yang bertugas membangun peradaban di muka bumi dengan perangkat yang diberikan Allah padanya.

Namun, dengan keadaan manusia yang sempurna, diberikan Akal, diberikan pengetahuan dan fisik yang baik tidak jarang manusia bukannya malah bersyukur, melainkan berbangga diri dan melupakan kekuasaan Allah SWT. Sikap tersebut adalah sikap Takabur yang jelas dibenci oleh Allah SWT.Takabur membutakan hati dan pikiran manusia serta membuat seseorang berbangga diri atas yang dimilikinya. Sedangkan, mereka tidak melakukan evaluasi diri, melihat ke dalam dir, dan bersikap rendah hati atau tawadhu.

Sebagai muslim yang meyakini rukun iman dan menerapkan rukun islam, tentu saja akan menghindari sikap yang dibenci oleh Allah ini. Berikut adalah penjelasan mengenai Takabur yang terdapat dalam islam. Sudah seharusnya manusia yang memiliki ketundukkan pada Allah menghindari sikap takabur ini.

Pengertian Takabur dalam Hadist-Hadist Rasulullah SAW

Dalam hadist-hadist yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, terdapat pengertian tentang takabur, yang merupakan salah satu sikap yang dibenci dalam islam dan oleh Allah SWT. Pengertian takabur tersebut dalam beberapa hadist. Berikut adalah hadist-hadist yang mnejelaskan tentang takabur :

  1. Takabur adalah Menganggap Hina Orang Lain

Rasulullah bersabda, “Dianggap sebagai takabur itu ialah menolak apa yang benar dan mengaggap hina kepada orang lain”. (HR. Muslim).

  1. Takabur adalah Meninggalkan Kebenaran

Bersabda Rasulullah S.A.W kepada sahabatnya, Abu Dzar : “Takabur itu meninggalkan kebenaran dan engkau mengambil selain kebenaran. Engkau melihat orang lain dengan pandangan bahwa kehormatannya tidak sama dengan kehormatanmu, darahnya tidak sama dengan darahmu”.

  1. Takabur sebagaimana Orang yang Gila

Rasulullah S.A.W bertanya kepada sekumpulan Sahabat, “Tahukah kamu, orang gila yang sebenar-benarnya?” Para Sahabat menjawab, “Tidak tahu, ya Rasulullah”. Lalu Rasulullah menjelaskan, “Orang gila ialah orang yang berjalan dengan takabur, memandang rendah kepada orang lain, membusungkan dada, mengharapkan syurga sambil membuat maksiat dan kejahatannya membuat orang tidak aman dan kebaikanya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya”.

Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa sikap takabur tentunya adalah sikap yang dibenci Rasullah dan tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu, sikap takabur sudah semestinya dihindari oleh umat islam dan menjadikan sikap tawadhu atau rendah diri sebagai sikap yang diterapkan dalam kehidupan. Sikap tawadhu adalah sebagai bentuk keikhlasan beribadah kepada Allah. Sedangkan orang yang sombong dan tidak tawadhu adalah ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT.

Dampak dari Sifat Takabur

Sifat Takabur yang dilarang oleh Allah SWT bukan tidak ada dampak dan manfaat yang akan diterima oleh manusia. Dampak dari sikap Takabur tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Terhalang dari Mendapatkan Kebenaran Ayat-Ayat Allah

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS Al A’raf : 146)

Orang-orang yang sombong akan terhalang dari kebenaran ayat-ayat Allah. Hal ini dikarenakan mereka tertutup oleh sikap kesombongan yang selalu merasa dirinya benar, berkuasa, atau lebih dari siapapun. Sikap tersebut tidak membuat orang menjadi membuka mata, hati, dan pikirannya kepada sesuatu yang lain untuk evaluasi dan membenahi diri. Tentu saja efeknya adalah tidak akan mendapatkan kebenaran dari ayat-ayat Allah baik yang tertulis dalam Al-Quran atau berupa Sunnatullah Yaitu ayat-ayat yang tidak tertulis. Padahal, kita ketahui bahwa ayat-ayat Allah adalah salah satu fungsi agama , obat hati dalam islam , yang dapat kita rasakan. Fungsi Al-Quran bagi umat manusia  , adalah menjaga dan mengarahkan manusia pada jalan kebenaran. Dengan tertutupnya dengan kesombongan maka akan sulit hidup kita mendapatkan bimbingan islam.

  1. Terkunci Mata dan Hatinya

Allah menyampaikan dalam QS Al-Mukmin ayat 35 bahwa orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang akan dikunci mata hatinya. Orang-orang tersebut tentu akan sulit mendapatkan kebenaran dan ayat-ayat yang telah Allah sampaikan.

 “(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS Al Mu’min : 35)

  1. Akan dibenci oleh Allah SWT

“Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS An Nahl : 23)

Selain akan dibenci Allah SWT, ternyata disampaikan pula oleh Nabi Musa dalam sebuah riwayat, Diriwayatkan : Nabi Musa a. s telah bertanya kepada Allah, “Hai, Tuhanku. Siapakah di antara makhluk-Mu yang paling Engkau murkai?”. Allah Taala berfirman, mafhumnya: Orang takbur hatinya, kasar lidahnya, terkelip-kelip matanya, bakhil tangannya dan jahat perangainya”.

Jelas bahwa perilaku takabur akan dibenci Allah dan digolongkan sebagai orang-orang yang bakhil. Hidayah Allah Kepada Manusia juga tidak akan mungkin muncul dan diberika jika sikap takabur masih ada dalam hati manusia. Sifat Sombong Dalam Islam tentu adalah sesuatu yang dibenci Allah dan harus dihindari manusia.

  1. Mendapat Kehinaan dan Siksaan Akhirat

Bersyair Khatimul-Asham, “Jauhkan dirimu dari mati dalam tiga keadaan, yaitu takabur, loba dan ujub. Sesungguhnya, orang yang takabur itu tidak dikeluarkan oleh Allah Taala dari dunia sehingga dia diperlihatkan dulu penghinaan ke atasnya kepada sekurang-kurangnya keluarganya sendiri. Orang yang loba tidak dikeluarkan dari dunia melainkan setelah merasa sangat memerlukan secuil roti dan seteguk air karena terlalu lapar dan dahaga tetapi tak lalu ditelannya. Dan, orang yang ujub juga tidak dikeluarkan dari dunia melainkan setelah diperlihatkan dirinya bergelimang dengan air kencing dan tahinya sendiri“.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda : “Orang-orang yang sombong, keras kepala dan takabur, akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti kumpulan semut, dipijak-pijak oleh manusia karena hinanya mereka di sisi Allah Ta’ala”.

Orang-orang yang takabur dalam ayat diatas dijelaskan bahwa akan mendapatkan kehinaan dan siksaan akhirat. Untuk itu, sikap takabur yang melahirkan dampak mudharat ini tentu jangan sampai ada pada umat islam walau sedikitpun. Dampak dari perilaku takabur bukan hanya di dunia melainkan juga (lebih berat lagi) di akhirat. Disampaikan pula dalam hadist Rasulullah SAW,

  1. Tidak akan Mendapatkan Surga

Dalam beberapa hadist dijelaskan bahwa orang yang takabur tidak akan mendapatkan surga walau pun itu hanya barang sedikit saja. Rasulullah bersabda : “Tiada akan masuk syurga orang yang ada di dalam hatinya seberat biji S.A.Wi daripada sifat takabur” (HR. Muslim).

Mengikut hadist yang lain, Rasulullah bersabda : “Wahai Abu Dzar, barangsiapa mati dalam keadaan hatinya ada sebesar debu sahaja dari sifat takabur, dia tidak akan tercium bau syurga kecuali bila bertaubat sebelum maut menjemputnya”.

Mengenal diri sendiri dalam islam tentunya diperlukan, untuk bisa mengukur apakah kita termasuk kepada orang-orang yang takabur atau tidak. Taubatan Nasuha adalah jalan yang harus dilakukan jika manusia sudah termasuk pada sikap ketakaburan. Istiqomah Dalam Islam memang sulit untuk dilaksanakan namun jika manusia benar-benar menyadari dampak dari sikap takabur, tentu saja sikap itu akan dihindari.

The post Pengertian Takabur dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Riya’ Dalam Islam – Hukum, Jenis, Ciri – Ciri dan Bahayanya https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/riya-dalam-islam Tue, 24 Nov 2015 09:57:53 +0000 http://dalamislam.com/?p=395 Dalam bahasa Arab, arriya’ (الرياء) berasal dari kata kerja raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan. Riya’ merupakan memperlihatkan sekaligsu memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya […]

The post Riya’ Dalam Islam – Hukum, Jenis, Ciri – Ciri dan Bahayanya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam bahasa Arab, arriya’ (الرياء) berasal dari kata kerja raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan. Riya’ merupakan memperlihatkan sekaligsu memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Adapun amal perbuatan yang diridhai Allah SWT ialah yang diniatkan kepada Allah semata, dikerjakan dengan ikhlas sesuai dengan kemampuan, tidak pilih kasih, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam. Sementara ibadah yang tidak akan diterima oleh Allah merupaka amal ibadah yang dikerjakan dengan niat bukan kepada Allah, tidak ikhlas karena ingin mendapat imbalan (bisa berupa pujian atau penghargaan), serta mengada-ada.

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (Q. S. Al-Baqarah : 264).

Bersamaan dengan sum’ah, riya’ merupakan perbuatan tercela dan masuk ke dalam syirik kecil. Allah SWT berfirman yang artinya;

Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An-Nisa’ : 142)

Hukum Riya’

Perbuatan riya’ termasuk ke dalam syirik kecil sehingga dilarang oleh agama Islam dan hukumnya adalah haram. Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.”

Jenis – Jenis Riya’

1. Riya’ dalam niat

Berkaitan dengan niat di dalam hati seseorang yang merupakan awal daripada setiap perbuatan yang menyebabkan tidak adanya rasa ikhlas. Dalam sebuah hadist yang artinya;

“Aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar; ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; ‘Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan.” (H. R. Bukhari Muslim).

2. Riya’ dalam perbuatan

Lanjutan daripada niat di dalam hati tadi, yakni menunjukkan segala tindak perbuatan atau ibadah dihadapan orang lain dengan tujuan untuk diperhatikan dan mendapat pujian. Macam-macam riya’ dalam perbuatan adalah:

  • Riya’ badan. Misalnya; memamerkan tubuh yang kurus tanda rajin berpuasa.
  • Riya’ dalam pakaian. Misalnya; menganakan pakaian yang sesuai dengan syar’i agar dianggap sebagai orang yang alim.
  • Riya’ dalam ucapan. Misalnya; membaca Al-Qur’an dengan suara yang, merdu dan fasih dihadapan orang agar dipuji.

Ciri dari Perbuatan Riya’

Ada tiga ciri dasar yang merupakan akar daripada perbuatan riya’ yakni;

  • Serius dan giat bekerja ketika mendapat pujian, dan sebaliknya, akan malas jika tidak ada yang memerhatikan atau tidak ada yang memberi penghargaan. Bahkan cenderung melepas tanggung jawab atas pekerjaan tersebut apabila ada orang lain yang mencela.
  • Saat bekerja kelompok akan sangat bersemangat dan profesional, namun menjadi sangat malas saat mengerjakan sesuatu sendirian.
  • Ketika berada dihadapan banyak orang akan selalu mawas diri daripada perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT. Sebaliknya, saat orang lain tidak melihat maka akan melakukan perbuata-perbuatan yang tercela.

Bahaya terhadap Riya’

Riya’ kini sudah begitu merajalela. Meskipun dari setiap orang memiliki kadar yang berbeda, tetap saja tujuannya adalah sama-sama ingin mendapat pujian dari manusia dan tidak ikhlas. Riya’ berbahaya karena merupakan salah satu daripada penyakit hati yang menjadikan seseorang masuk dalam golongan orang munafik.

Riya’ juga merupakan dosa besar karena tergolong dalam perbuatan syirik yang mendatangkan murka Allah SWT. Balasannya tidak lain adalah siksa api neraka.

Riya’ dapat menimpa siapa saja bahkan termasuk orang mukmin yang shaleh dan shalehah sekalipun.  Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa golongan yang pertama kali dihisab adalah yang mati syahid, mempelajari dan mengajarkan ilmu, dan bersedekah.

Akan Allah SWT justru melempar ketiganya ke dalam api neraka karena amal ibadah yang mereka lakukan tidak dengan niat kepada Allah SWT.  Firman Allah SWT yang artinya;

“Dan apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya’ di hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (Q. S. An Nisa ayat 142).

Masih banyak lagi bahaya perbuatan riya’ yang tentu saja sangat merugikan, yakni:

  • Menghapus amalan yang dikerjakan
  • Pada hari kiamat akan dipermalukan dihadapan seluruh makhluk
  • Menjadikan amal ibadah yang baik menjadi batal, berubah buruk, dan berbuah dosa
  • Lebih berbahaya daripada fitnah
  • Terhalang daripada taufik dan hidayah Allah SWT
  • Menimbulkan kesempitan dalam hidup
  • Menjadi penyebab jiwa yang tidak tenang dan gelisah
  • Khilangnya wibawa dan kharisma diri di hadapan orang lain, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hajj ayat 18, yang artinya; “Barangsiapa yang dihinakan Allah, niscaya tiada seorangpun yang akan memuliakannya.”
  • Profesionalisme kerja tidak ada lagi
  • Terjebak dalam sikap sombong yang hanya akan menyulitkan diri sendiri
  • Menghilangkan keimanan
  • Menimbulkan kesengsaraan
  • Akan mendapat siksa di akhirat

Beberapa Perkara yang Disangka Riya dan Syirik

Pada dasarnya, perbuatan riya’ itulah adalah didasarkan daripada niatnya dalam mengerjakan amal ibadah yang ditujukan kepada selain Allah SWT. Oleh karena niat, orang lain tidak akan tahu bahwa apa yang dikerjakan itu tujuannya adalah untuk mendapat pujian. Oleh sebab itu, baiknya mengenali beberapa perkara yang kebanyakan dikira riya’ dan syirik, padahal bukan.

  • Tidak dengan sengaja mendapat pujian dari orang lain atas perbuatan baik yang dilakukan. Dari Abu Dzar: “Ditanyakan kepada Rasulullah SAW;

“Beritakan kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda: “itu adalah kabar gembira yang segera bagi seorang mukmin.” (H. R. Muslim).

  • Ibadah yang dilakukan dengan giat tidak hanya dihadapan orang lain tapi juga saat sendirian.
  • Membaguskan pakaian bukan untuk pamer atau ingin dipuji melainkan karena Allah SWT menyukai keindahan. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Nabi Muhammada SAW bersabda yang artinya;

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (H. R. Muslim).

  • Tidak membeberkan atau menceritakan dosa sendiri, bukan maksud untuk menutupi kekurangan agar hanya dilihat kebaikannya. Tapi berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya;

Semua umatku akan diampuni (atau : tidak boleh dighibah) kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya), lalu ketika pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”, padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya. ” (H. R Bukhari dan Muslim).

  • Seorang hamba Allah yang memperoleh ketenaran di antara sesama manusia bukan karena ia sendiri yang mencarinya sehingga tidak ada unsur ujub di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Maukah kalian aku beritakan tentang penghuni neraka ; yaitu setiap orang yang berperangai jahat serta kasar, orang gemuk yang berlebih-lebihan dalam berjalannya, dan orang-orang yang sombong,” (H. R Bukhari, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Agar Terbebas dari Riya’

  1. Senjata paling ampuh adalah dengan berdoa kepada Allah SWT agar dihindarkan daripada sifat riya’.
  2. Sebisa mungkin menyembunyikan segala macam bentuk ibadah dan amalan.
  3. Menumbuhkan semangat beribadah dengan cara memandang kecil kepada amalan-amalan yang sering kita lakukan.
  4. Tumbuhkan rasa takut bahwasanya ibadah akan ditolak jika tidak dikerjakan dengan ikhlas hanya kepada Allah SWT.
  5. Jangan terpengaruh orang lain.
  6. Sadar bahwa sebaik-baiknya pujian adalah kebaikan di hadapan Allah SWT.
  7. Sadar bahwa yang menentukan baik atau buruk, surga atau neraka, hanyalah Allah SWT.
  8. Ingatkan diri bahwa saat meninggal pun, kita akan sendirian di dalam kubur dan yang bisa menemani kita hanya amal ibadah yang kita lakukan secara ikhlas semasa hidup.

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

The post Riya’ Dalam Islam – Hukum, Jenis, Ciri – Ciri dan Bahayanya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sifat Sombong Dalam Islam – Hukum dan Bahayanya https://dalamislam.com/dasar-islam/sifat-sombong-dalam-islam Thu, 19 Nov 2015 09:56:24 +0000 http://dalamislam.com/?p=386 Sombong merupakan suatu penyakit hati yang mana pengidapnya merasa bangga dan memandang tinggi atas diri sendiri. Dalam hadist Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya; “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (H. R. Muslim). Sebagai suatu penyakit, sombong hanya bisa disembuhkan berdasarkan kesadaran diri penderitanya sendiri karena sombong bertitik berat pada kondisi hati seseorang. Allah […]

The post Sifat Sombong Dalam Islam – Hukum dan Bahayanya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sombong merupakan suatu penyakit hati yang mana pengidapnya merasa bangga dan memandang tinggi atas diri sendiri. Dalam hadist Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya; “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (H. R. Muslim). Sebagai suatu penyakit, sombong hanya bisa disembuhkan berdasarkan kesadaran diri penderitanya sendiri karena sombong bertitik berat pada kondisi hati seseorang.

Allah SWT di dalam Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 37 menyebutkan, yang artinya;

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi, dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gunung-gunung.”

Hukum Islam Mengenai Sifat Sombong

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 37, jelas disebutkan bahwa manusia tidak diperkenankan untuk berjalan di atas bumi dengan sifat sombongnya. Artinya, Allah jelas melarang untuk manusia memiliki penyakit hati ini dan jika manusia tidak mengindahkannya, maka murka Allah lah yang akan diterima sebagai ganjarannya.

Di dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi.(H. R. Muslim).

Jelas sudah, jika Allah tidak menyukai sifat sombong yang artinya sombong itu dilarang dan harus dihindari oleh manusia agar tidak mendapat murka Allah SWT.

Jenis – Jenis Sifat Sombong

Yang menjadikan seseorang bersifat sombong bisa oleh berbagai macam, misalnya; harta, fisik, ilmu pengetahuan, keturunan, bahkan ibadah. Namun, ada tiga (3) jenis kesombongan yang perlu untuk diketahui agar kita terhindar daripadanya, yakni:

  1. Sombong terhadap Allah

Merupakan keadaan atau penyakit sombong yang paling parah karena seseorang yang sombong kepada Allah SWT, artinya ia menolak dan tidak taat kepada Allah SWT. Orang yang memiliki sifat tinggi hati kepada Allah SWT, berarti dalam hatinya tertanam bahwa ia tidak peduli, tidak takut, serta tidak segan untuk melanggar apapun perintah Allah SWT yang pastinya semua itu dilakukan tanpa ada perasaan bersalah atau tidak merasa berdosa sedikitpun.

Allah SWT berfirman;

اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِىْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina. (Al-Qur’an surah Lukman, ayat 60).

  1. Sombong terhadap Rasulullah

Seseorang yang tidak mau mengikuti ajaran Rasulullah, merasa bahwa apa yang diajarkan Nabi Muhammad tidak benar dan tidak sedikitpun peduli atau mau taat terhadap ajaran beliau, berarti orang tersebut telah memiliki sifat sombong terhadap Rasulullah di dalam hatinya.

  1. Sombong terhadap sesama manusia

Jenis penyakit sombong yang paling sering terjadi yakni menganggap remeh orang lain, merasa dirinya adalah yang paling baik, paling bijaksanan, paling hebat, paling kaya, paling canti, dan segala yang besifat paling lainnya. Selalu memabandingkan diri dengan orang lain dan menganggap orang lain tersebut paling buruk jika dibandingkan dengan diri sendiri.

Orang yang sombong biasanya gila hormat dan sangat senang dipuji bahkan bisa dibilang haus pujian. Mereka selalu memabanggakan diri dihadapan orang lain dengan niat ingin pamer agar dipuji dan orang lain pun jadi merasa rendah. Selain itu, orang yang sombong tidak suka menerima teguran, kritik, saran, nasihat, apalagi bantahan. Ia merasa bahwa dirinya lah yang paling benar dan tidak akan peduli terhadap keadaan atau pendapat orang lain.

Bahaya Kesombongan

Layaknya sebuah penyakit yang menyerang fisik manusia, sombong yang merupakan penyakit hati tentu akan memberikan banyak gangguan pada penderitanya. Diantara bahaya akibat memiliki sifat sombong adalah sebagai berikut:

  1. Menghancurkan amal shaleh

Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

Adapun amal-amal yang membinasakan adalah berprilaku kikir, mengikuti hawa nafsu dan membanggakan diri. (H. R. Thabrani)

Mereka yang memiliki sifat sombong, tidak akan pernah memiliki sifat ikhlas yang merupakan dasar daripada setiap perbuatan maupun ibadah yang kita kerjakan. Oleh karena kesombongan itu dapat membinasakan amal ibadah, artinya sia-sialah semua perbuatan yang ia lakukan.

Allah SWT tidak pernah menyukai mereka yang menyembah kepada-Nya, tapi tidak didasari dengan rasa ikhlas yang hanya ingin mencari ridha Allah semata. Karena pada dasarnya, seseorang yang bersifat sombong berarti ia tidak pernah benar-benar ingin meminta pertolongan terhadap Allah, tidak pula memiliki niat sungguh-sungguh dalam beribadah. Kasarnya, mereka hanya bermain-main.

  1. Memperturutkan hawa nafsu

Orang yang sombong akan selalu bertindak sesuai dengan apa yang ia kehendaki tanpa memikirkan atau memerdulikan sekitar. Akibatnya, mereka sering bertindak tanpa berpikir dan hanya mengandalkan hawa nafsu. Mereka akan melakukan apapun yang penting bisa membuat mereka puas dan bangga.

Dalam keadaan seperti itu, mereka akan cenderung berbuat serakah dan mudah dihasut oleh setan dan iblis sehingga yang mereka lakukan tak lain hanyalah maksiat semata.

  1. Lebih buruk dari syirik

Syirik adalah dosa yang takkan pernah terampuni oleh Allah SWT karena orang yang syirik berarti tidak mengakui ke-Esa-an Allah SWT. Jika dikatakan bahwa sombong merupakan penyakit yang lebih buruk daripada syirik tersebut, sudah pasti ganjaran yang diterima akan lebih berat lagi.

Orang yang memiliki sifat sombong, seringkali menyalahkan takdir atas kejelekkan atau ketidakberuntungan yang mereka dapati. Sementara ketika mereka mendapat berkah, mereka tidak akan pernah bersyukur kepada Allah. Dapat dikatakan bahwa mereka yang memiliki sifat sombong, berarti mereka telah jauh dari Allah sehingga yang akan menemai mereka diakhirat nanti adalah iblis dan bersama-sama menuju neraka.

Akibat dari Sifat Sombong

  1. Dibenci Allah SAW dan Rasulullah

Di dalam Al-Qur’an surah Luqman ayat 18, Allah SWT berfirman yang artinya:

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dalam salah satu hadist shahihnya, Rasulullah juga berpesan bahwa manusia harusnya bersikap rendah hati. Artinya, jelas sudah jika memiliki sifat sombong maka kita sudah melanggar perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW. Orang yang tidak taat tentunya wajar jika tidak disukai.

Padahal, tiada yang paling menyakitkan kecuali dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.  Dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah bersabda yang artinya;

Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan duduknya paling dekat kepadaku pada hari kiamat adalah orang yang akhlaknya terbaik di antara kalian. Sedangkan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, suka ngobrol dan bermulut besar (sombong).”

  1. Diabaikan Allah SWT

Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan oleh-Nya, dan baginya adzab yang pedih; (yaitu) Orang yang sudah tua berzina, penguasa pendusta dan orang miskin yang sombong.” (H. R. Muslim)

  1. Merupakan Makhluk yang Hina

Allah SWT berfirman yang artinya;

“Orang-orang yang bersikap sombong dimuka bumi tanpa alasan yang benar, mereka akan Aku palingkan dari kebenaran sehingga mereka tidak dapat memahami bukti-bukti kekuasaan-Ku. Sekalipun orang-orang yang sombong itu menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak mau beriman. Jika mereka melihat jalan sesat justru mereka mau mengikutinya. Begitulah karakter orang-orang yang sombong, mereka telah mendustakan agama Kami, dan mereka telah melalaikan bukti-bukti kekuasan Kami. (Q. S.  Al-A’raf, ayat 146).

Sombong merupakan penyakit hati yang menjadikan penderitanya justru masuk ke dalam kelompok orang-orang yang zalim, sekalipun ia adalah orang kaya dan terhormat.

  1. Hatinya Terkunci

Sesuai apa yang tertera dalam Al-Qur’an surah Mukmi aat 35, dikatakan bahwa Allah SWT akan menutup rapat pintu hati seseorang yang bersikap sombong sehingga ia tidak akan bisa menerima kebenaran.

  1. Menjadi Pengikut Iblis

Allah berfirman yang artinya;

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.(Q. S. Al-Baqarah, ayat 34).

  1. Menjadi Penghuni Neraka

Orang yang memiliki sifat sombong akan dibenci dan ditutup hatinya oleh Allah SWT. Maka jadilah mereka pengikut iblis yang senang berbuat sekehendak hati dan tidak akan pernah taat terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.

Maka tiada lain tempatnya kecuali di neraka. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar lagi sombong.(H. R. Bukhari dan Muslim).

  1. Dijauhi Sesama Manusia

Tidak ada seorang pun yang menyukai sesamanya yang memiliki sifat sombong. Maka, mereka yang sombong pasti akan dijauhi oleh sesama manusia karena yang sombong selalu saja memandang lemah orang lain dan menganggap dirinya lebih tinggi. Wajar jika mereka ditinggalkan dan tidak ada yang mau berteman dengan orang yang sombong.

The post Sifat Sombong Dalam Islam – Hukum dan Bahayanya appeared first on DalamIslam.com.

]]>