Adab Berhias Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/adab-berhias Mon, 24 Feb 2020 06:31:23 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png Adab Berhias Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/adab-berhias 32 32 Adab Bercermin dalam Islam https://dalamislam.com/info-islami/adab-bercermin-dalam-islam Mon, 24 Feb 2020 06:31:22 +0000 https://dalamislam.com/?p=8283 Dalam Islam, bercermin merujuk pada berhias. Adapun yang dimaksud dengan bercermin adalah melihat muka atau diri sendiri dalam cermin. Bercermin tidaklah dilarang dalam Islam namun perlu memerhatikan beberapa adab agar terhindar dari bisikan setan. Adab bercermin mencakup hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan ketika becermin. Adab becermin atau adab berhias dalam Islam di antaranya […]

The post Adab Bercermin dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam Islam, bercermin merujuk pada berhias. Adapun yang dimaksud dengan bercermin adalah melihat muka atau diri sendiri dalam cermin.

Bercermin tidaklah dilarang dalam Islam namun perlu memerhatikan beberapa adab agar terhindar dari bisikan setan.

Adab bercermin mencakup hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan ketika becermin.

Adab becermin atau adab berhias dalam Islam di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Berdoa

Dalam Islam, setiap kita melakukan sesuatu harus diawali dengan doa. Begitu juga dengan becermin.

Saat becermin sebaiknya kita tidak lupa untuk berdoa kepada Allah sesuai dengan tuntunan Islam.

Salah satu doa becermin yang dimaksud adalah doa yang bersumber dari hadits berikut.

اَللّٰهُمَّ كَمَا حَسَّـنْتَ خَلْقِـيْ فَحَسِّـنْ خُلُقِـيْ

“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku, maka perindah pula-lah akhlakku.” (HR. Ahmad)

2. Bersyukur

Adab becermin berikutnya adalah mensyukuri apa yang dimiliki. Dengan becermin, kita dapat melihat apa yang tampak di cermin.

Melalui bayangan dalam cermin kita dapat melihat bahwa Allah telah menciptakan kita dalam kondisi yang terbaik.

Allah berfirman dalam surat At Tiin ayat 4,

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin : 4)

Yang dimaksud dengan “manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” menurut Tafsir Al Qur’an Hidayatul Insan adalah kondisi fisik manusia yang sempurna dan seimbang dan sesuai dengan letak anggota badan.

Dengan kondisi manusia yang sebaik-baiknya hendaknya menggugah rasa syukur kita kepada Allah atas apa yang diberikan.

3. Tidak berlebihan

Becermin hendaknya dilakukan secara wajar dan tidak berlebihan. Dalam arti, becermin hampir setiap detik karena khawatir riasan menjadi berantakan dan lain-lain.

Hal ini harus dihindari agar orang lain yang ada di sekitar juga tidak merasa risih atau terganggu dengan kegiatan becermin atau berhias yang dilakukan.

4. Becermin sebentar saja

Becermin sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama karena dapat menimbulkan perasaan tertekan dan cemas yang berlebihan karena memikirkan segala kekurangan yang ada.

Selain itu, becermin yang dilakukan terlalu lama dapat membuat kita menjadi lupa untuk bersyukur atas apa yang Allah berikan.

5. Jangan sombong dan membanggakan diri

Kondisi fisik yang sempurna dan seimbang yang telah Allah berikan hendaknya tidak menjadikan kita sombong dan membanggakan diri sendiri seolah-olah kita lah yang paling cantik atau ganteng.

Sifat sombong dalam Islam sangat dilarang dan merupakan sifat yang sangat dibenci Allah. Dalam QS. Luqman ayat 18 Allah berfirman,

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman : 18)

6. Tetap rendah hati

Daripada bersikap sombong dan membanggakan diri, becermin hendaknya membuat kita bersikap tetap rendah hati atau tawadhu.

Keutamaan rendah hati dalam Islam atau tawadhu dalam Islam dapat menghindarkan kita berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain seperti merundung orang lain dan lain sebagainya.

Dari Iyadh bin Himar radhiallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh, Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’ (rendah hati), sampai seseorang tidak membanggakan diri kepada orang lain dan seseorang tidak sewenang-wenang kepada orang lain.” (HR. Muslim)

7. Bersikap sabar

Adakalanya, karena sesuatu hal kondisi fisik yang kita miliki menjadi tidak lagi sempurna seperti dulu.

Hal ini dapat terjadi karena kecelakaan atau memang sejak lahir telah diciptakan demikian.

Ketika dihadapkan pada kekurangan atau ketidaksempurnaan fisik seperti ini, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah bersikap sabar.

Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin, karena semua urusannya adalah baik. Jika ia mendapatkan kesenangan lalu ia bersyukur, maka yang demikian itu lebih baik baginya. Dan ketika ia tertimpa kesusahan lalu ia bersabar, maka yang demikian itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Salah satu keutamaan sikap sabar dalam Islam ketika becermin adalah kita dapat mengambil hikmah dari apa yang kita terima dari Allah SWT.

8. Tidak berkecil hati

Manusia adalah tempatnya segala kekurangan termasuk dari segi fisik. Karena itu ketika kita dihadapkan pada kekurangan yang dimiliki hendaknya hal tersebut tidak menjadikan kita berkecil hati.

Tetap bersukur dan bersabar merupakan jalan terbaik yang dapat dilakukan.

Dengan demikian, ketika becermin sebaiknya kita mengindahkan adab becermin dalam Islam agar terhindar dari bisikan setan yang dapat memalingkan kita dari rasa syukur kepada Allah.

The post Adab Bercermin dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Adab Berhias Dalam Islam Bagi Wanita dan Dalilnya https://dalamislam.com/akhlaq/adab-berhias-dalam-islam Sat, 28 Sep 2019 03:05:32 +0000 https://dalamislam.com/?p=7984 Manusia merupakan makhluk sosial yang menyukai keindahan. Maka tak heran jika dalam kesehariannya, ada unsur keindahan di dalamnya. Salah satunya dalam cara berpenampilan. Hampir tak ada orang yang ingin berpenampilan buruk, sehingga mereka berlomba-lomba memperbagus dan mempercantik penampilan diri. Bagi kaum wanita atau yang dalam Al Qur’an disebut dengan an-nisa, pasti sudah tidak asing lagi […]

The post Adab Berhias Dalam Islam Bagi Wanita dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Manusia merupakan makhluk sosial yang menyukai keindahan. Maka tak heran jika dalam kesehariannya, ada unsur keindahan di dalamnya. Salah satunya dalam cara berpenampilan. Hampir tak ada orang yang ingin berpenampilan buruk, sehingga mereka berlomba-lomba memperbagus dan mempercantik penampilan diri.

Bagi kaum wanita atau yang dalam Al Qur’an disebut dengan an-nisa, pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya berhias. Kegiatan memperindah penampilan ini kerap dilakukan setiap harinya, saat hendak bekerja, memenuhi undangan atau sekadar jalan-jalan. Berhias seolah menjadi kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan.

Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita memahami adab dalam berhias. Hal ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan. Adanya adab berhias dalam Islam ini semata-mata untuk memberikan kebaikan pada pelakunya sekaligus menunjukkan salah satu karakter atau ciri-ciri beriman kepada Allah.

1. Tidak Berlebihan dalam Berhias

Berhias memang diperbolehkan, namun tidak boleh berlebihan. Berhiaslah sewajarnya sesuai dengan dalil berikut ini.

Allah Ta‘ala berfirman,

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al-A‘raaf, 7: 31).

2. Larangan Tabarruj

Islam melarang umatnya untuk melakukan tabarruj. Tabarruj dalam Islam berasal dari kata al-burj  yang artinya bintang, sesuatu yang terang dan tampak. Dalam arti lain, berlebihan dalam menunjukkan perhiasan dan kecantikan diri, seperti make up yang terlalu tebal, menunjukkan leher, dada dan lekuk tubuh lainnya.

Imam asy-Syaukani berkata, “At-Tabarruj adalah dengan seorang wanita menampakkan sebagian dari perhiasan dan kecantikannya yang (seharusnya) wajib untuk ditutupinya, yang mana dapat memancing syahwat (hasrat) laki-laki” (Fathul Qadiir karya asy- Syaukani).

Allah Ta‘ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu …” (QS. Al-Ahzaab [33] : 33).

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa‘di mengemukakan tafsir dari ayat tersebut, yaitu:

“Janganlah kalian (wahai para wanita) sering keluar rumah dengan berhias atau memakai wewangian, sebagaimana kebiasaan wanita-wanita jahiliyah yang dahulu, mereka tidak memiliki pengetahuan (agama) dan iman. Semua ini dalam rangka mencegah keburukan (bagi kaum wanita) dan sebab-sebabnya” (Taisiirul Kariimir Rahmaan karya Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa‘di).

3. Menjaga Aurat

Sebagaimana yang diketahui bahwa ada batas aurat perempuan dan batas aurat laki-laki dalam Islam yang mana wajib untuk dijaga dan ditutupi. Aurat merupakan suatu bagian dari sesuatu yang mesti ditutup, sebab apabila tampak menimbulkan rasa malu dan merupakan perbuatan yang tercela apabila menampakkannya.

Rasa malu itu sendiri merupakan bagian dari akhlak Islam. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadits Anas, Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ

“Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak dan ciri khas akhlak Islam itu rasa malu.” (HR. Ibnu Majah)

Sesungguhnya wanita adalah aurat dalam Islam, sehingga sangat penting baginya untuk menjaga dan melindungi diri kapan dan dimana saja. Termasuk dalam persoalan berhias. Adapun alasan mengapa wanita adalah aurat tertuang dalam dalil di bawah ini.

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita itu aurat, apabila ia keluar (dari rumahnya) setan senantiasa mengintainya” (HR Tirmidzi, dinilai shahih oleh al-Albani).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ

“Tidak boleh seorang pria melihat aurat pria lainnya, dan tidak boleh seorang wanita melihat aurat wanita lainnya” (Hadits shahih Riwayat Muslim, dari Abu Sa‘id al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu).

Syaikh al-Albani mengemukakan, “Sedangkan perempuan muslimah di hadapan sesama perempuan muslimah maka perempuan adalah aurat kecuali bagian tubuhnya yang biasa diberi perhiasan. Yaitu kepala, telinga, leher, bagian atas dada yang biasa diberi kalung, hasta dengan sedikit lengan atas yang biasa diberi hiasan lengan, telapak kaki, dan bagian bawah betis yang biasa diberi gelang kaki.

Sedangkan bagian tubuh yang lain adalah aurat, tidak boleh bagi seorang muslimah demikian pula mahram dari seorang perempuan untuk melihat bagian-bagian tubuh di atas dan tidak boleh bagi perempuan tersebut untuk menampakkannya.”

Itulah ulasan mengenai adab berhias dalam Islam yang dapat Anda ketahui. Semoga dapat memberikan manfaat kepada para pembaca semua. Aamiin.

The post Adab Berhias Dalam Islam Bagi Wanita dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>