Pengetahuan Dasar Islam Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/dasar-islam Mon, 27 Sep 2021 13:05:35 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png Pengetahuan Dasar Islam Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/dasar-islam 32 32 Ramai dilakukan, Ternyata Begini Hukum Merayakan Hari Kemerdekaan https://dalamislam.com/dasar-islam/hukum-merayakan-hari-kemerdekaan Mon, 27 Sep 2021 13:05:34 +0000 https://dalamislam.com/?p=10050 Hukum asal perayaan atau menentukan hari Tertentu dalam satu tahun untuk mengenang terjadinya penyatuan beberapa wilayah dalam satu kekuasaan. Atau disebut juga mengenang kemerdekaan negara tersebut ada dua pendapat ulama dalam hal ini: 1. Di perbolehkan Ada yang berpendapat bahwa hal ini adalah kegiatan non ritual ibadah yang pada dasarnya di perbolehkan. Menimbang bahwa hal […]

The post Ramai dilakukan, Ternyata Begini Hukum Merayakan Hari Kemerdekaan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hukum asal perayaan atau menentukan hari Tertentu dalam satu tahun untuk mengenang terjadinya penyatuan beberapa wilayah dalam satu kekuasaan. Atau disebut juga mengenang kemerdekaan negara tersebut ada dua pendapat ulama dalam hal ini:

1. Di perbolehkan

Ada yang berpendapat bahwa hal ini adalah kegiatan non ritual ibadah yang pada dasarnya di perbolehkan. Menimbang bahwa hal ini adalah tradisi.

Budaya masyarakat yang tidak ada di dalamnya melainkan sekedar ekspresi gembira dan menyebut nikmat allah dengan adanya peristiwa yang melatar belakangi di selenggarakannya kegiatan di hari tersebut. Mereka beragumen dengan hukum asal segala sesuatu adalah halal dan mubah.

2. Dilarang

Pendapat kedua adalah melarang dengan alasan bahwa ini adalah ied sedangkan hukum asal ied adalah haram. Hal itu karena saat nabi tiba di kota madinah penduduknya baik aus ataupun khajraj merayakan dua hari.

Sebelumnya perli di pahami dahulu pengertian ID. Id adalah hari perayaan yang di lakukan setiap tahun setiap bulan atau setiap pekan.

Sebagaimana di katakan syaikhul islam dalam kitab iqtidhal shiratil mustaqim. Sehingga dari pengertian ini hari perayaan kemerdekaan termasuk Id.

Karena berulang setiap tahun sekali. Benar bahwa id ini bisa jadi terkait dengan perkara ibadah seperti idhul fitri ini bisa jadi terkait dengan perkara ibadah seperti idhul fitri atau idhul adha.

Dan bisa juga terkait dengan perkara non ibadah seperti perayaan ulang tahun, perayaan hari kemerdekaan, perayaan tahun baru dan masih banyak. Namun perlu di ketahui bahwa rasulullah menyatakan bahwa id adalah bagian dari agama.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

إن لكل قوم عيدا ، وهذا عيدنا

Setiap kaum memiliki ‘Id sendiri dan ‘Idul Fithri ini adalah ‘Id kita (kaum muslimin)” (HR. Bukhari no. 952, 3931, Muslim no. 892).

Dari hadist di atas jelas sekali bahwa rasulullah menyatakan id adalah ibadah daru suatu kaum. Dan id yang menjadi ciri kaum muslimin adalah idhul fitri dan idhul adha.

Sebagaimana diungkapkan dalam hadits:


الفطر يوم يفطر الناس ، والأضحى يوم يضحي الناس

“’Idul Fithri adalah hari berbuka puasa, ‘Idul Adha adalah hari menyembelih” (HR. Timidzi no.802, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Jika id yang menjadi ciri kaum muslimin adalah hanya idul adha dan idhul fitri maka id yang lain adalah ciri kaum selain kaum muslimin. Itulah sebabnya para ulama menghukumi perayaan semacak perayaan hari kemerdekaan sebagai tasyabuh.

Tasyabbuh sudah tegas dan jelas hukumnya dengan hadits:

من تشبه بقوم فهو منهم

“Orang yang menyerupai suatu kaum, seolah ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud, 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di shahihkan oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152)

Selain itu pada hadist pertama tadi rasulullah menyatakan bahwa id adalah sebagian dari agama. Artinya bahwa dalam id mengandung perkara ibadah.

Oleh karena itu para ulama juha menghukumi perayaan-perayaan semacak perayaan kemerdekaan ialah sebagai perkara bidah.

Bid’ah telah jelas hukumnya dengan hadits:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس فيه فهو رد

“Orang yang membuat perkara baru dalam agama ini, maka amalannya tersebut tertolak” (HR. Bukhari, no. 2697)

Sebagian orang mungkin belum mau menerima penjelasan bahwa di larang membuat hari perayaan selain 2 hari raya tersebut. Karena termasuk tasyabuh dan ibad.

Namun andaikan mereka menolak bahwa perayaan tersebut termasuk tasyabuh dan ibad maka terdapat larangan khusus mengenai hal ini yaitu rasulullah melarang umatnya membuat id baru selain dua hari tersebut yang sudah di tetapkan oleh syariat agama.

Hal ini diceritakan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu:

قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر

“Di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu mereka bersenang-senang. Rasulullah bertanya: ‘Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah menjawab: ‘Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan bersenang-senang’. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan ‘Idul Fithri‘ ” (HR. Abu Daud, 1134, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/119, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud, 1134)

Dalam hadist ini id dirayakan oleh warga madinah ketika itu bukanlah hari raya yang terkait ibadah. Bahkan hari raya yang hanya hura-hura dan senang-senang.

Termasuk bid’ah dan terlarang karena termasuk dalam keumuman sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس فيه فهو رد

“Orang yang membuat perkara baru dalam agama ini, maka amalannya tersebut tertolak” (HR. Bukhari-Muslim)Contohnya perayaan Maulid Nabi, perayaan hari ibu, dan perayaan hari kemerdekaan. Contoh yang pertama, termasuk membuat-buat ritual ibadah baru yang tidak diidzinkan oleh Allah, yang demikian juga merupakan tasyabbuh terhadap orang Nasrani dan kaum kuffar lainnya. Sedangkan contoh kedua dan ketiga, termasuk tasyabbuh terhadap kaum kuffar”.

The post Ramai dilakukan, Ternyata Begini Hukum Merayakan Hari Kemerdekaan appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bingung? Berikut Hukum Memakai Vaksin Non Halal https://dalamislam.com/dasar-islam/hukum-memakai-vaksin-non-halal Mon, 27 Sep 2021 12:51:10 +0000 https://dalamislam.com/?p=10062 Majelis ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa nomor 14 tahun 2021 telah menetapkan vaksin covid-19 dari astra zeneca adalah haram. Dinyatakan haram karena dalam proses pembuatannya memanfaatkan enzim yang berasal dari babi.. Hal itu di sampaikan ketua MUI bidang fatwa. Asrorun niam sholeh. Dalam keterangan pers yang di lakukan jumat (19/3/2021) malam. Meski dinyatakan haram namun […]

The post Bingung? Berikut Hukum Memakai Vaksin Non Halal appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Majelis ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa nomor 14 tahun 2021 telah menetapkan vaksin covid-19 dari astra zeneca adalah haram. Dinyatakan haram karena dalam proses pembuatannya memanfaatkan enzim yang berasal dari babi..

Hal itu di sampaikan ketua MUI bidang fatwa. Asrorun niam sholeh. Dalam keterangan pers yang di lakukan jumat (19/3/2021) malam.

Meski dinyatakan haram namun MUI menyatakan hukum penggunaan vaksin astra zeneca di suntikkan pada masyarakat adalah di perbolehkan. Izin ini di keluarkan dengan 5 alasan yang mendasar yaitu:

1. Kebutuhan Mendesak

Sebagai mana diketahui dunia telah menghadapi pandemi covid-19 setidaknya sejak awal 2020. Hingga saat ini lebih dari 100 juta orang di ratusan negara telah terpapar virus baru ini.

Tak jarang di antara kasus infeksi tersebut berakhir dengan kematian. Bukan hanya aspek kesehatan yang terganggu.

Bukan hanya aspek kesehatan yang terganggu pandemi ini juga mengacaukan banyak aspek kehidupan yang lain. Hampir semua aspek mulai dari ekonomi, pendidikan, pariwisata, kesenia dan sebagainya.

Vaksin merupakan salah satu jalan keluar yang di nilai berperan penting agar dunia bisa segera terlepas dari belenggu pandemi ini. Untuk itu sebagia besar masyarakat harus mendapatkannya dalam waktu secepat mungkin demi tercapai kekebalan kelompok.

Ada kondisi kebutuhan yang menududuki kedudukan darurat syari atau darurat syariah. Itu lah kata asrorun.

2. Resiko jika tidak dilakukan vaksinasi sebagai diketahui

Jika target vaksinasi tidak tercapai dan banyak orang di dunia tidak mendapatkan vaksin COVID-19. Maka pandemi ini bisa berumur panjang.

Akibat transmisi yang terjadi di masyarakat. Selain itu orang yang terpapar virus juga berpotensi mengalami penyakit yang parah.

Membutuhkan perawatan rumah sakit. Hingga harus berhadapan dengan tingginya resiko kematian jika sudah terinfeksi COVID-19.

Untuk itu vaksinasi perlu diberikan untuk meningkatkan keselamatan individu. Dalam konteks yang lebih luas adalah keselamatan masyarakat dunia.

Ada keterangan dari ahli yang kompeten dan terpecaya tentang adanya bahaya atau resiko yang fatal jika tidak segera di lakukan vaksinasi.

3. Keterbatasan Stok

Saat ini baru ada beberapa jenis vaksin untuk COVID-19 yang diketahui keamanan oleh badan kesehatan dunia (who). Kapasitas produksi vaksin yang mereka miliki pun masyarakat kalah jauh dari kebutuhan vaksin yang mereka miliki pun masih kalah jauh dari kebutuhan vaksin yang diperlukan masyarakat seluruh dunia.

Untuk itu banyak negara yang berlomba mendapatkan vaksin untuk warganya. Bahkan tak sedikit di antaranya yang sudah memesan sejumlah besar dosis vaksin meskipun diantaranya yang sudah memesan sejumlah besar dosis vaksin meskipun izin penggunaan di negaranya belum di terbitkan.

Hal itu semata demi pandemi mengamankan pasokan vaksin yang jumlahnya memang terbatas. Bahkan banyak juga negara yang tidak memiliki kapasitas cukup untuk bisa mengamankan sejumlah vaksin dikarenakan faktor perekonomian negara tersebut.

Dari semua jenis vaksin itu pun tidak semua memenuhi kriteria halal atau suci. Sehingga sejumlah vaksin yang halal dan suci ini semakin terbatas jumlahnya.

Ketersediaan vaksin covid guna ikhtiar menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity.

4. Jaminan Keamanan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas program vaksin COVID-19 di Indonesia

Melalui badan pengawas obat dan makanan telah dilakukan serangkaian pengujian dan menyatakan vaksin astra zeneca aman efektif untuk digunakan. Izin penggunaan darurat pun dikeluarkan pada 22 februari lalu.

Oleh karena itu meskipun proses pembuatan melibatkan enzim berasal dari babi. Namun vaksin ini tidak membahayakan penggunanya setelah di suntikkan ke dalam tubuh.

Ada jaminan keamanan penggunannya oleh pemerintah sesuai penjelasan yang disampaikan dalam rapat komisi fatwa.

5. Keterbatasan kapasitas pemerintah sebagai di jelaskan sebelumnya

Jumlah produksi vaksin di dunia masih jauh di bawah kebutuhan vaksin global. Banyak negara berlomba untuk mendapatkannya.

Akibatnya pemerintah negara-negara dunia termasuk Indonesia tidak memiliki keleluasaan untuk memilih sejumlah vaksin halal dan suci sejumlah yang di butuhkan.

Dampaknya

Pemerintah harus mengambil vaksin yang diproduksi pihak lain. Seperti Indonesia yang mengambil sejumlah merek vaksin tak hanya sinovac dan astra zeneca.

Semua itu demi memenuhi kebutuhan dosis vaksin yang di butuhkan di dalam negeri.

Pemerintah tidak memiliki keleluasaan memilih vaksin mengingat keterbatasan vaksin yang tersedia. Baik di Indonesia maupun di tingkat global.

Fatwa ini telah selesai di bahas mui pada beberapa hari yang lalu. Kemudian di serahkan kepada pemerintah untuk dijadikan acuan.

Jubir vaksinasi covid kemenkes dr. Siti nadia tarmizi m Epid meyakinkan vaksinasi ini sudah melalui transformasi yang menyeluruh. Berulang kali di murni kan pada setiap titik proses pembuatannya

Yang membuat produk akhirnya bersih dan baik digunakan umat manusia dimanapun di dunia. Termasuk umat muslim dari Indonesia.

Ia menegaskan jangan ada lagi keraguan dari masyarakat untuk vaksinasi covid-19 astra zeneca ini juga telah di setujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia termasuk arab Saudi. Banyak dewan islam di seluruh dunia telah menyatakan sikap bahwa vaksinasi ini di perbolehkan untuk di gunakan.

Artinya produk ini sudah di jamin keamanan untuk digunakan kepada seluruh masyarakat di Indonesia. Termasuk masyarakat lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas.

Jadi tidak ada alasan masyarakat ragu-ragu mengikuti program vaksinasi. Kementerian kesehatan selaku pelaksanaan program vaksinasi nasional akan mulai distribusi vaksinasi astra zeneca palinh lambat senin minggu depan agar segera kita mempercepat program vaksinasi.

The post Bingung? Berikut Hukum Memakai Vaksin Non Halal appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Perbedaan Bahasa Arab Fusha dan Amiyah yang Perlu dipahami https://dalamislam.com/dasar-islam/perbedaan-bahasa-arab-fusha-dan-amiyah Wed, 28 Jul 2021 00:29:18 +0000 https://dalamislam.com/?p=9820 Bahasa arab adalah bahasa kitab suci al-Quran yang digunakan oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu. Banyak pendapat tentang sejarah permulaan muncul nya arab ini. Pendapat yang paling klasik menyebutkan bahwa bahasa Arab telah ada sejak zaman nabi Adam as, pendapat ini mengacu dari firman Allah SWT dalam al-Quran yakni surah al-Baqarah ayat 31 “وعلّم آدم […]

The post Perbedaan Bahasa Arab Fusha dan Amiyah yang Perlu dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bahasa arab adalah bahasa kitab suci al-Quran yang digunakan oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu. Banyak pendapat tentang sejarah permulaan muncul nya arab ini.

Pendapat yang paling klasik menyebutkan bahwa bahasa Arab telah ada sejak zaman nabi Adam as, pendapat ini mengacu dari firman Allah SWT dalam al-Quran yakni surah al-Baqarah ayat 31 “وعلّم آدم الأسماء كلها” yang artinya, “Allah telah mengajarkan Adam pengetahuan tentang segala nama”.

Dalam bahasa Arab dikenal adanya bahasa Arab Fusha (formal/resmi) dan bahasa Arab Amiyah (informal/nonformal/pasaran). Keduanya memiliki perbedaan dalam

Dalam bahasa arab dikenal adanya bahasa Arab Fusha ( formal/resmi) Dan bahasa Arab amiyah (informal/nonformal/pasaran). Keduanya memiliki perbedaan dalam pengucapan, yaitu perbedaan dari cara pengucapannya.

Bahasa Arab Ragam Fusha (اللغة العربية الفصحى )

Bahasa Arab Fusha sering disebut sebagai bahasa al-Quran atau bahasa yang sering dipergunakan dalam forum formal/resmi. Bahasa ini digunakan sebagai media pokok komunikasi yang digunakan dalam buku, majalah, surat kabar Dan digunakan pula dalam media televisi, radio, pidato-pidato maupun seminar ilmiah bahkan menjadi bahasa pengantar di sebagian universitas di dunia.

Bahasa Arab adalah bahasa pemersatu Dan bahasa yang dapat menyelesaikan perselisihan antara bangsa-bangsa Arab. Dengan bahasa Arab orang dapat memahami Dan berkomunikasi dengan lancar apabila bahasa yang digunakan bahasa Arab fusha yang sesuai dengan kaidah ilmu nahwu, sharf Dan balaghab.

Bahasa arab fusha ini digambarkan sebagai bahasa Arab yang digunakan sejak zaman rasulullah saw. Kini bahasa Arab fusha telah diresmikan pada tanggal 18 December 1982 oleh organisasi pendidikan, keilmuwan, Dan kebudayaan yang disebutkan UNESCO (United Nation Education,Scientific and Cultural Organization).

Bahasa Arab Ragam Amiyah (اللغة العربية العامية )

Bahasa Arab amiyah adalah bahasa yang sering digunakan dalam Aktivitas sehari hari yang berbentuk nonformal atau informal. Bahasa ini lebih sering disebutkan sebagai bahasa pasaran.

Bahasa arab Amiyah tidak lepas Dari bahasa arab fusha (resmi). Akan tetapi bahasa Arab Amiyah tidak sepenuhnya sesuai kaidah atau tata bahasa arab yang resmi.

Kegunaan bahasa arab Amiyah sebagai penunjang dalam pembelajaran bahasa Arab.

Perbedaan antara fusha San Amiyah yaitu terdapat pada kaidah-kaidah tata bahasa (nahwu) Dan pembentukan kata (sharf). Bahasa Arab fusha sangat memperhatikan kaidah-kaidah nahwu Dan sharf.

Sedangkan bahasa Arab Amiyah tidak memperhatikan hal seperti itu. Oleh karean itu penggunaannya bahasa Arab fusha dan Amiyah digunakan dalam forum yang berbeda.

Bahasa fusha digunakan dalam forum-forum dan media-media yang bersifat formal. Sebaliknya bahasa Arab Amiyah digunakan dalam Aktivitas sehari-hari Dan komunikasi sehari-hari yang bersifat nonformal maupun informal.

The post Perbedaan Bahasa Arab Fusha dan Amiyah yang Perlu dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Perbedaan Dajjal Dan Iblis yang Perlu dipahami https://dalamislam.com/dasar-islam/perbedaan-dajjal-dan-iblis Fri, 23 Jul 2021 04:03:14 +0000 https://dalamislam.com/?p=9813 Dajjal adalah orang yang merancunkan, pendusta Dan yang diberikan sesuatu yang luar biasa. Kita tersebut termasuk Ben tuku mubaalaghah (melebihkan) dengan wazan. Dajjal adalah golongan manusia. Demikian lah yang diisyaratkan oleh Nabi shalallohu alaihi wasallam dalam Ben tuku sabdanya yang bersumber dari ibnu Umar: ” Dari abdulah ibnu Umar bahwa rasulullah bersabda: pada suatu malam […]

The post Perbedaan Dajjal Dan Iblis yang Perlu dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dajjal adalah orang yang merancunkan, pendusta Dan yang diberikan sesuatu yang luar biasa. Kita tersebut termasuk Ben tuku mubaalaghah (melebihkan) dengan wazan.

Dajjal adalah golongan manusia. Demikian lah yang diisyaratkan oleh Nabi shalallohu alaihi wasallam dalam Ben tuku sabdanya yang bersumber dari ibnu Umar: ” Dari abdulah ibnu Umar bahwa rasulullah bersabda: pada suatu malam Aku bermimpi disisi kabah, Aku melihat seorang lelaki berkulit sawo matang, berambut ikal Dan di urai rambutnya saat masih basah.

Dia bersandar kepada media orang/bahu dua orang sambil melakukan tawaf di baitulah. Lalu Aku Bertanya, siapakah lelaki itu? Ada yang menjawab dia adalah al -masih Isa bin maryam.

Kemudian tiba-tiba Aku didekat seorang lelaki berambut keriting berkata kanannya buta seperti buah anggep yang masak ranum (matanya keluar) lalu Aku Bertanya siapakah lelaki itu? Ada yang menjawab ia adalah al masih ad Dajjal (HR Bukhari no 5092).

Maka antara iblis Dan dajjal adalah dua makhluk yang berbeda. Iblis golongan jin, Dan dajjal golongan manusia.

Akan tetapi keduanya memiliki persamaan yaitu sama-sama menebar fitnah Dan syubhat pada manusia.

Menyesatkan manusia, mengajak umat manusia kejalan neraka. Tidak ada keterangan di dalam syariat bahwa dajjal adalah murid dari iblis.

Iblis termasuk golongan Jin, hal ini sebagaimana firman allah:

;وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآِدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً

“Dan (ingatlah) ketika Kami (Allah) berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,..! Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain Aku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS AlKahfi : 50)

Sedangkan dajjal maka pendapat yang benar Ia adalah dari golongan manusia. Demikianlah yang di isyaratkan oleh nabi shalallohu alaihi wa sallam dalam sabdanya yang bersumber dari ibnu Umar :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرَانِي لَيْلَةً عِنْدَ الْكَعْبَةِ فَرَأَيْتُ رَجُلًا آدَمَ كَأَحْسَنِ مَا أَنْتَ رَاءٍ مِنْ أُدْمِ الرِّجَالِ لَهُ لِمَّةٌ كَأَحْسَنِ مَا أَنْتَ رَاءٍ مِنْ اللِّمَمِ قَدْ رَجَّلَهَا فَهِيَ تَقْطُرُ مَاءً مُتَّكِئًا عَلَى رَجُلَيْنِ أَوْ عَلَى عَوَاتِقِ رَجُلَيْنِ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ فَسَأَلْتُ مَنْ هَذَا فَقِيلَ هَذَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ثُمَّ إِذَا أَنَا بِرَجُلٍ جَعْدٍ قَطَطٍ أَعْوَرِ الْعَيْنِ الْيُمْنَى كَأَنَّهَا عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ فَسَأَلْتُ مَنْ هَذَا فَقِيلَ هَذَا الْمَسِيحُ الدَّجَّالُ

“Dari Abdullah Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda : Pada suatu malam aku bermimpi di sisi Kabah, aku melihat seorang lelaki berkulit sawo matang, sebagaimana kamu pernah melihat seorang lelaki tampan berkulit sawo matang, dia berambut ikal sebagaimana kamu pernah melihat seorang lelaki tampan berambut ikal. Dia menguraikan rambutnya yang masih basah. Dia bersandar kepada dua orang atau kepada bahu dua orang sambil melakukan Tawaf di Baitullah. Lalu aku bertanya, Siapakah lelaki ini ? Ada yang menjawab, Dia adalah Al Masih Isa bin Maryam. Kemudian tiba-tiba aku di dekat seorang lelaki berambut keriting, mata kanannya buta seperti buah anggur yang masak ranum (matanya keluar). Lalu aku bertanya, Siapa lelaki ini ? Ada yang menjawab dia adalah Al Masih Ad Dajjal” (HR Bukhari no. 5902)

The post Perbedaan Dajjal Dan Iblis yang Perlu dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Bahaya Penyakit Ain yang Perlu dipahami https://dalamislam.com/dasar-islam/bahaya-penyakit-ain Wed, 21 Jul 2021 08:37:12 +0000 https://dalamislam.com/?p=9802 Dalam agama Islam kita mengenal salah satu bentuk gangguan yang menimbulkan penyakit, yaitu penyakit ‘Ain. Penyakit ‘ain ini disebabkan oleh pandangan mata, baik itu pandangan mata jahat berupa rasa iri, hasad atau dengki, maupun pandangan mata kagum dan cinta. Mungkin sebagian orang masih meragukan mengenai kebenaran penyakit ‘ain, akan tetapi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam […]

The post Bahaya Penyakit Ain yang Perlu dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam agama Islam kita mengenal salah satu bentuk gangguan yang menimbulkan penyakit, yaitu penyakit ‘Ain. Penyakit ‘ain ini disebabkan oleh pandangan mata, baik itu pandangan mata jahat berupa rasa iri, hasad atau dengki, maupun pandangan mata kagum dan cinta.

Mungkin sebagian orang masih meragukan mengenai kebenaran penyakit ‘ain, akan tetapi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa penyakit ini benar adanya melalui beberapa hadits shahih, diantaranya yaitu sabda Beliau:

العين حق، ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين

“Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188).

Lantas, apa sajakah bahaya penyakit ‘ain ini menurut agama Islam?. Berikut adalah uraiannya:

  • Pada anak kecil, ‘ain bisa menyebabkan anak menjadi rewel, menangis tanpa henti, tidak mau menyusu, bahkan kejang-kejang tanpa sebab pasti.
  • ‘Ain juga bisa menyebabkan orang yang terkena menjadi kurus kering tanpa sebab.
  • ‘Ain bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan tanpa sebab dan tidak bisa didiagnosa secara medis, seperti: pingsan tiba-tiba, sakit kepala, tubuh mati rasa, rasa panas atau dingin pada bagian tubuh, jantung berdegup kencang, rasa sakit yang berpindah dari bawah punggung dan bahu, berkeringat di malam hari, dan sebagainya.
  • Adanya gangguan emosi atau psikis tanpa sebab klinis, seperti: emosi berlebihan, rasa takut yang tidak wajar, suka mengurung diri, malas beraktivitas, terlalu banyak tidur, dan sebagainya.
  •  ‘Ain yang menimpa hewan bisa menyebabkan hewan sakit bahkan mati mendadak tanpa sebab sakit secara medis.
  • Sementara ‘ain yang menimpa beda mati bisa menyebabkan beda tersebut rusak tanpa sebab.

The post Bahaya Penyakit Ain yang Perlu dipahami appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hal Dasar yang Harus Diketahui Umat Muslim https://dalamislam.com/dasar-islam/hal-dasar-yang-harus-diketahui-umat-muslim Tue, 23 Feb 2021 07:17:01 +0000 https://dalamislam.com/?p=9581 Manusia diciptakan Tuhan dengan berbagai bentuk, rupa dan keanekaragamannya, hal itu bukan berarti harus dijadikan sebagai dasar diperbolehkannya untuk merasa lebih tinggi daripada yang lain. Selain mengajarkan tatacara berhubungan dengan Tuhan (hablun minallah), Islam mengajarkan hal-hal mendasar dalam berhubungan dengan manusia (hablun minannas). Berikut adalah hal mendasar yang harus diketahui oleh umat Islam: Tuhan mengangkat […]

The post Hal Dasar yang Harus Diketahui Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Manusia diciptakan Tuhan dengan berbagai bentuk, rupa dan keanekaragamannya, hal itu bukan berarti harus dijadikan sebagai dasar diperbolehkannya untuk merasa lebih tinggi daripada yang lain.

Selain mengajarkan tatacara berhubungan dengan Tuhan (hablun minallah), Islam mengajarkan hal-hal mendasar dalam berhubungan dengan manusia (hablun minannas). Berikut adalah hal mendasar yang harus diketahui oleh umat Islam:

  • Tuhan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan (QS. al-Mujadilah [58]: 11)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya:

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Untuk pertama, manusia harus tahu dimana kedudukannya. Dalam di atas, keimanan menjadi penentu tinggi derajatnya seseorang sebagai kekasih Allah. Ketika Allah mengakui seseorang sebagai kekasihnya, maka Ia akan menganugerahkan pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain.

  • Islam mengajarkan “orientasi kerja” (achievement orientation) (QS. al-Kahfi [18]: 110)

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Artinya:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya

Hal ini searah dengan ungkapan para ulama “penghargaan di zaman Jahiliyah itu berdasarkan keturunan, sedangkan penghargaan dalam Islam berdasarkan amal kebaikan”

  • Tinggi rendahnya ketakwaan seseorang ditentukan oleh kualitas amal saleh (QS. al-Hujurat [49]: 13)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu manusia harus selalu berada dalam lingkaran “perilau baik” agar dia bisa bersosial dengan yang lain. Karena akan sulit bagi manusia yang berperilaku buruk untuk berhubungan dengan sesame manusia.

  • Menghargai manusia bagaimanapun dia diciptakan (QS. al-Baqarah [2]: 34)

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir

Bagaimanapun fisik manusia, semuanya harus dihormati apapun warna kulitnya, dari manapun asalnya, malaikat saja menghormati manusia, berarti tinggal bagaimana menempatkan posisinya sebagai manusia, bukan malah melakukan perilaku yang jauh dari sifat kemanusiaan.

Itu adalah sebagian kecil dari petikan ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi rujukan atau dasar dalam berhubungan antar sesama. Jadi, setelah kita mengetahui hal ini, tinggal bagaimana kita melaksanakannya dalam keseharian kita, karena ilmu tanpa amal sama saja dengan pohon yang diharapkan buahnya tapi tak kunjung berbuah.

The post Hal Dasar yang Harus Diketahui Umat Muslim appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Pentingnya Menyusun Skala Prioritas https://dalamislam.com/dasar-islam/pentingnya-menyusun-skala-prioritas https://dalamislam.com/dasar-islam/pentingnya-menyusun-skala-prioritas#respond Wed, 17 Feb 2021 06:17:02 +0000 https://dalamislam.com/?p=9324 Generasi muda zaman ini merasa aktif berorganisasi itu lebih bergengsi dan lebih keren daripada belajar agama secara serius (yang dikenal dengan istilah tafaqquh fid-diin). Masa-masa mudanya dipenuhi dengan keywords: ketua, rapat, organisasi, event, program, pencalonan, proposal. Tanpa sama sekali mengenal keywords: menghafal Qur’an, belajar bahasa Arab, ngaji tauhid, ngaji akidah, ngaji fikih, ngaji akhlak. Bahkan […]

The post Pentingnya Menyusun Skala Prioritas appeared first on DalamIslam.com.

]]>

Generasi muda zaman ini merasa aktif berorganisasi itu lebih bergengsi dan lebih keren daripada belajar agama secara serius (yang dikenal dengan istilah tafaqquh fid-diin). Masa-masa mudanya dipenuhi dengan keywords: ketua, rapat, organisasi, event, program, pencalonan, proposal. Tanpa sama sekali mengenal keywords: menghafal Qur’an, belajar bahasa Arab, ngaji tauhid, ngaji akidah, ngaji fikih, ngaji akhlak.

Bahkan jika yang dipimpinnya adalah organisasi Islami sekalipun, jika dia tidak semangat untuk tafaqquh fid-diin, maka pada hakikatnya dia tidak paham prioritas dan tidak paham mana yang jauh lebih bermanfaat untuk dirinya dan untuk umat.

(Dikutip dari Ustadz Andy Octavian Latief)

Yang menjadi tantangan bagi pengemban amanah (sebut saja ketua/aktivis organisasi) adalah bagaimana ia mampu menempatkan prioritas menimba ilmu syar’i (dalam konteks ia adalah muslim) di tempat teratas dari kesibukannya. Ini bukan perkara mudah, tetapi ini sangat esensial.

Menimba ilmu agama Islam, mengamalkannya serta mengajarkannya akan mendapatkan jaminan pahala yang besar dari Allah dan sebagai kunci bekal akhirat kelak. Di sisi lain, ia juga dihadapkan untuk melaksanakan roda organisasi dengan baik, bermuamalah dengan baik.

Karena sejatinya harta, tahta, jabatan yang dimiliki tidak akan menjadi penyelamat di akhirat kelak. Amal shalih yang berawal dari belajar agama itulah yang insyaAllah menjadi penyelamat di yaumul hisab.

Belajar Ilmu Agama

Tidak ada kata terlambat untuk belajar agama Islam serta mengimaninya. Hendaklah kita menjadi orang yang sabar dalam thalabul’ilmi. Jangan sampai jenuh dan bosan karena inilah salah satu adab dalam menuntut ilmu agama.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hendaklah penuntut ilmu bersabar ketika menuntut ilmu dan jangan sampai bosan. Karena jika manusia sudah tertimpa rasa bosan, maka dia akan merasa letih dan kemudian meninggalkannya. Akan tetapi, jika dia tetap istiqamah dalam belajar, maka sesungguhnya ia akan meraih pahala orang yang bersabar, pada satu sisi, dan dia akan meraih hasilnya pada sisi yang lain (Kitaabul ‘Ilmi, hal 41).

Sehingga, ada baiknya kita kembali menempatkan thalabul’ilmi di skala paling atas. Agar hidup menjadi lebih terarah, supaya hari-hari kita lebih berkah. Seseorang yang terlahir di dunia dalam kondisi bodoh. Menuntut ilmu agama adalah mengangkat kebodohan itu.

Ilmu Didapat Secara Bertahap

Ketika niat sudah bulat, bersegeralah mendatangi majelis ilmu syar’i. Belajar ilmu agama adalah secara bertahap (ta’shili) yaitu bertahap dari kaidah dasar. Tidak perlu malu atau gengsi untuk belajar. Lebih baik belajar sejak sekarang dari pada hilang arah kemudian. Kalau dapat mengajak orang-orang di sekitar, pahala kebaikan sudah didapat. Semakin berlipat ketika ilmu itu akhirnya tertanam ke generasi berikutnya.

Jadi untuk para aktivis ataupun penulis pada khususnya, mari lebih bersemangat untuk ngaji, menimba ilmu syar’i. Rujukan utamanya Alqur’an dan Sunnah, tidak ada yang lebih penting dari pada keduanya. Ketika ilmu sudah syar’i, amalan yang dikerjakan punya dasar, tidak asal ikut-ikutan atau taklid buta.

Allah berfirman dalam QS. Al Mulk: 2 yang artinya, “Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan, agar Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menjelaskan makna ayat di atas: “Yang dimaksud ‘siapa di antara kalian yang terbaik amalnya’ adalah amalan yang paling ikhlas dan benar”.

Ketika amalan sudah sesuai syariat, meski itu sedikit, maka pahalanya lebih besar dari yang tanpa mutaba’ah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga kita dan generasi muda lainnya termasuk umat yang istiqamah dalam berilmu dan beramal sebagai bekal akhir hayat nanti. Kalau masih ada kesempatan sekarang, tidak perlu ditunda lagi.

InsyaAllah, barakallahu fiikum.

The post Pentingnya Menyusun Skala Prioritas appeared first on DalamIslam.com.

]]>
https://dalamislam.com/dasar-islam/pentingnya-menyusun-skala-prioritas/feed 0
Hakikat Manusia dalam Islam https://dalamislam.com/dasar-islam/hakikat-manusia-dalam-islam Tue, 16 Feb 2021 17:46:20 +0000 https://dalamislam.com/?p=9302 Dalam Islam, ketika seorang hamba hendak mengenal Allah, maka ia terlebih dahulu harus mengenal siapa dirinya. Dengan demikian proses untuk mengenal Allah akan mudah untuk dilalui. Maka sebagai hamba Allah yang beragama Islam, sudah sepatutnya kita untuk mengenal lebih dalam tentang hakikat manusia. Allah telah memberikan gambaran tentang makhluk bernama manusia dalam Al-Qur’an. Manusia diciptakan […]

The post Hakikat Manusia dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam Islam, ketika seorang hamba hendak mengenal Allah, maka ia terlebih dahulu harus mengenal siapa dirinya. Dengan demikian proses untuk mengenal Allah akan mudah untuk dilalui. Maka sebagai hamba Allah yang beragama Islam, sudah sepatutnya kita untuk mengenal lebih dalam tentang hakikat manusia.

Allah telah memberikan gambaran tentang makhluk bernama manusia dalam Al-Qur’an. Manusia diciptakan oleh-Nya dengan keistimewaan yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

Secara garis besar hakikat manusia terdiri dari tiga unsur yang memiliki proporsi sama penting, yaitu jasmani, akal dan rohani. Lalu, bagaimana hakikat manusia dalam kajian Islam?

1. Manusia adalah Makhluk Allah

Keberadaan manusia di dunia ini bukan atas kemauan sendiri atau hasil evolusi alami, melainkan atas kehendak Allah. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah, sehingga manusia tidak akan bisa lepas dari ketergantungan kepada Allah dalam hidupnya. Ia pun tidak bisa terlepas dari ketentuan-Nya.

Sebagai makhluk, manusia berada dalam posisi lemah atau terbatas. Dalam arti, ia tidak memiliki kemampuan untuk menolak, menentang, atau merekayasa yang sudah dipastikan oleh Allah. Dalam Q.S. at-Tin ayat 4 Allah berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Sesuai dengan fitrah penciptaannya, manusia hidup di dunia memiliki kewajiban untuk mengabdi hanya kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

2. Manusia sebagai Khalifah di Bumi

Sudah diketahui secara jamak bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Menilik fitrah ini, manusia memiliki potensi untuk bersosialisasi dan berinteraksi secara positif dan konstruktif dengan sesama dan lingkungannya.

Sebagai khalifah, manusia mengemban amanah dan tanggung jawab untuk berinisiatif dan berpartisipasi secara aktif dalam menciptakan tatanan kehidupan dalam masyarakat yang baik, serta berupaya untuk mencegah terhadap pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan perusakan lingkungan.

Manusia sebagai khalifah dalam konteks Islam berarti manusia memiliki kelebihan yang banyak. Di antara kelebihan tersebut adalah kemampuan sebagai pengelola alam sekaligus memakmurkannya.

Secara tersurat dijelaskan bahwa manusia merupakan khalifah di bumi dalam Q.S. Fatir ayat 39:

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ فَمَن كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُۥ ۖ وَلَا يَزِيدُ ٱلْكَٰفِرِينَ كُفْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا ۖ وَلَا يَزِيدُ ٱلْكَٰفِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا

Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi bukan dengan tujuan yang main-main, melainkan untuk mengemban amanah serta beribadah kepada-Nya. Di muka bumi, sepantasnya manusia selalu menegakkan kebajikan sekaligus mencegah keburukan dengan segenap tanggung jawab.

3. Manusia adalah Makhluk yang Memiliki Fitrah Beragama

Hakikat manusia dalam konteks ini, manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama sekaligus menjadikannya sebagai tolok ukur dalam setiap tindakan atau perilakunya.

Allah berfirman dalam Q.S. al-A’raf ayat 172:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan),”

Fitrah manusia adalah suci dan beriman. Kecenderungan kepada agama merupakan sifat dasar dari manusia. Secara sadar atau tidak sadar manusia selalu merindukan Tuhan, taat, khusyuk, dan tidak ingkar. Pengalaman tersebut terjadi pada manusia terutama dalam kondisi manusia terhimpit atau mengalami malapetaka.

4. Manusia Berpotensi Baik dan Buruk

Manusia mempunyai dua kecenderungan dalam berperilaku dan bersikap. Pertama, kecenderungan ke arah positif, misalnya beriman dan beramal saleh. Kedua, kecenderungan ke arah negatif, misalnya musyrik, kufur dan zalim. Dengan demikian, manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan pada situasi konflik antara benar dan salah atau baik dan buruk.

Dalam Q.S. asy-Syams ayat 8-10, Allah berfirman:

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ -٨  قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ – ٩ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ – ١٠

Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.”

5. Manusia Memiliki Kebebasan Memilih

Manusia diberi kebebasan untuk memilih dalam hidupnya, apakah mau iman atau kufur kepada Allah. Manusia memiliki kemampuan untuk berupaya dalam menyelaraskan arah kehidupannya dengan tuntutan normatif dan nilai-nilai kebenaran yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya serta kesejahteraan umat.

Di samping itu, ia juga memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan yang berseberangan dengan tuntutan normatif dan nilai-nilai kebenaran, sehingga menimbulkan suasana kehidupan baik personal maupun sosial yang destruktif atau tidak nyaman.

Ditegaskan dalam Q.S. ar-Ra’du ayat 11, bahwasanya manusia diberikan kebebasan memilih kaitannya dalam memilih kebenaran atau keburukan:

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Setelah mengetahui hakikat diri kita sebagai manusia, keimanan kita terhadap Allah akan meningkat. Pada dasarnya, manusia memang hamba yang lemah yang selalu bergantung kepada Allah. Kita tidak boleh merasa angkuh atas kesuksesan, serta tidak boleh merasa malas untuk berdoa atas kesulitan.

The post Hakikat Manusia dalam Islam appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Ibadah dalam Metode Pendidikan Islam untuk Anak https://dalamislam.com/dasar-islam/ibadah-dalam-metode-pendidikan-islam-untuk-anak Wed, 10 Feb 2021 07:09:04 +0000 https://dalamislam.com/?p=9160 Dalam metode pendidikan Islam untuk anak membahas tentang beberapa ibadah, yakni: 1. Taharah Taharah adalah mensucikan anggota tubuh, pakaian, dan tempat. Tujuan dari taharah adalah agar ketika salat—menjumpai Allah SWT—diri dalam keadaan suci dan bersih dari segala najis. Taharah sendiri merupakan syarat dalam melaksanakan salat. 2. Wudhu Wudhu adalah membasahi sebagian anggota badan dengan air […]

The post 7 Ibadah dalam Metode Pendidikan Islam untuk Anak appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam metode pendidikan Islam untuk anak membahas tentang beberapa ibadah, yakni:

1. Taharah

Taharah adalah mensucikan anggota tubuh, pakaian, dan tempat. Tujuan dari taharah adalah agar ketika salat—menjumpai Allah SWT—diri dalam keadaan suci dan bersih dari segala najis. Taharah sendiri merupakan syarat dalam melaksanakan salat.

2. Wudhu

Wudhu adalah membasahi sebagian anggota badan dengan air yang bersih dalam rangka mempersiapkan diri melaksanakan ibadah salat.

Kewajiban berwudhu:

  • Membasahi wajah.
  • Membasahi kedua tangan hingga siku.
  • Mengusap kepala.
  • Membasahi kaki hingga tumit.

Sunnah berwudhu:

  • Membaca basmalah.
  • Membasahi kedua tangan hingga pergelangan tangan.
  • Berkumur-kumur.
  • Istinsyaq (menghirup air dengan hidung).
  • Membersihkan sela-sela jari kedua tangan dan kaki.
  • Mengusap kepala.
  • Mengusap kedua telinga.

Membatalkan wudhu:

  • Keluarnya sesuatu dari dua lubang, baik berupa cairan, kotoran, atau angin.
  • Mengalirnya darah (haid, nafas, atau luka).
  • Pingsan.
  • Tidur.
  • Muntah.
  • Tertawa

3. Tayamum

Tayamum adalah keringanan yang diberikan oleh agama Islam bila seseorang terkena penyakit, tidak ada air, dan sebab lainnya.

Tata cara tayamum:

  • Berniat.
  • Meletakkan kedua tangan ke tempat berdebu.
  • Mengibas debu yang menempel di kedua tangan.
  • Mengusapkan ke wajah.
  • Mengusapkan pada kedua tangan hingga kedua siku.

Hal wajib dalam bertayamum:

  • Niat tayamum.
  • Tersedianya debu atau pasir.
  • Mengusap wajah dan kedua tangan.

Hal  yang membatalkan tayamum:

  • Sama dengan hal-hal yang membatalkan wudhu.
  • Ditemukannya air.

4. Salat

Salat adalah rukun kedua dari rukun Islam. Salat wajib dilaksanakan. Salat fardhu terdiri atas lima salat, yakni salat Subuh, salat Zuhur, salat Ashar, salat Maghrib, dan salat Isya.

“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa[4]: 103)

Syarat Sah Salat:

  • Mensucikan diri.
  • Menutup aurat. Aurat laki-laki dimulai dari pusar hingga lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
  • Berniat dengan menghadap kiblat.

Rukun Salat:

  • Berdiri ketika membaca takbiratul ihram.
  • Membaca surat Al-Fatihah.
  • Ruku’.
  • Bangun dari ruku’.
  • I’tidal.
  • Sujud.
  • Tasyahhud.
  • Mengucap salam.

Hal yang Membatalkan Salat:

  • Berbicara, tertawa, makan, minum, muntah, dan bergerak ke sana kemari secara sengaja.
  • Melebihi atau mengurangi rakaat secara sengaja.
  • Adanya kotoran.

5. Zakat

Zakat adalah kewajiban bersedekah.

Jenis zakat:

  • Zakat uang tunai.
  • Zakat emas dan perak.
  • Zakat barang dagangan.

“Jika mereka bertaubat, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudara seagama. Dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS. At-Taubah[9]: 11)

6. Puasa

Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang bisa membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Jenis puasa:

  • Puasa wajib pada bulan Ramadan.
  • Puasa sunnah, misal puasa Senin Kamis.

“Berpuasalah jika kalian melihat hilal (bulan sabit) dan berbukalah jika kalian melihatnya kembali. Namun jika kalian terhalang mendung, maka genapkanlah hitungan (bulan) Sya’ban hingga tiga puluh hari.” (HR. Bukhari)

7. Haji

Haji adalah rukun Islam yang kelima. Allah SWT telah mewajibkan untuk melakukan ibadah haji sekali seumur hidup bagi kaum muslimin yang mampu secara fisik dan materi.

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran[3]: 97)

Anak yang telah diajarkan ibadah dan tauhid dengan baik dan benar, kelak ia akan mendapat kehidupan yang layak di dunia dan akhirat. Aamiin.

The post 7 Ibadah dalam Metode Pendidikan Islam untuk Anak appeared first on DalamIslam.com.

]]>
2 Langkah untuk Membentuk Kebiasaan Muslim yang Baik https://dalamislam.com/dasar-islam/langkah-untuk-membentuk-kebiasaan-muslim-yang-baik Tue, 09 Feb 2021 03:37:45 +0000 https://dalamislam.com/?p=9091 Habits atau kebiasaan merupakan segala sesuatu yang terus-menerus dilakukan oleh individu. Sering kali terjadi secara otomatis tanpa banyak berpikir karena telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri individu tersebut. Habits memiliki konteks yang sangat luas. Seseorang bisa saja terikat dalam perkara kebaikan, pun tidak menutup kemungkinan justru terjerumus oleh keburukan. Tentunya sebagai muslim kita dituntut […]

The post 2 Langkah untuk Membentuk Kebiasaan Muslim yang Baik appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Habits atau kebiasaan merupakan segala sesuatu yang terus-menerus dilakukan oleh individu. Sering kali terjadi secara otomatis tanpa banyak berpikir karena telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri individu tersebut.

Habits memiliki konteks yang sangat luas. Seseorang bisa saja terikat dalam perkara kebaikan, pun tidak menutup kemungkinan justru terjerumus oleh keburukan.

Tentunya sebagai muslim kita dituntut untuk memelihara habits yang baik. Ini sejalan dengan tujuan manusia diciptakan, yakni beribadah kepada Allah. Artinya, seluruh aspek di hidup kita hanya didedikasikan untuk pengabdian semata.

Sebagaimana telah disebutkan dalam Alquran, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (Az-Zariyat: 56-58).

Namun kenyataannya, dewasa ini kita kerap kali disibukkan oleh sesuatu yang bersifat hiburan semata. Betapa banyak kelalaian-kelalaian yang mungkin tercermin dalam keseharian kita.

Sebut saja, ketika terjaga dari tidur semalaman, hal pertama yang kita lakukan bukanlah membaca doa, melainkan mengecek timeline sosial media.

Saat mendengar azan berkumandang, kita masih sibuk mengerjakan urusan remeh-temeh dan bukannya bergegas mendirikan salat. Lebih parah lagi, bisa jadi ada sebagian dari kita yang sengaja menunda-nunda salat karena teralihkan oleh perkara sia-sia.

Tindakan yang demikian tidaklah sejalan dengan tujuan hidup kita sebagai hamba Allah. Sungguh disayangkan, waktu yang seharusnya kita habiskan untuk berbuat baik, justru terbuang percuma. Padahal, Allah telah bersumpah atas nama waktu bahwasanya manusia benar-benar berada dalam kerugian.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1-3).

Sepenting itulah arti waktu bagi manusia, khususnya seorang muslim. Setiap detik yang terlewati, atas setiap tarikan napas, pilihan-pilihan yang kita ambil, kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Dunia memang hanya sementara tapi memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap penentuan posisi kita di yaumil hisab nanti.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita memupuk habits yang baik-baik saja. Sebisa mungkin hindari perbuatan sia-sia dan melenakan. Mulai dari sekarang mari kita tanamkan pola pikir tersebut dalam diri. Sebab, sejatinya kita hanya memerlukan dua kunci utama untuk berubah, yaitu praktik dan pengulangan.

  • Mulai praktik dari hal kecil

Pertama, mulailah praktik dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Jangan langsung mematok target tinggi. Misalnya, seseorang yang semula susah bangun subuh sebelum azan berkumandang, tiba-tiba ingin menjadi penghafal Alquran.

Memang keinginan yang demikian tidak masalah, tetapi cobalah untuk bersikap realistis. Sebelum menjadi penghafal Alquran, alangkah baiknya jika kualitas ibadah wajib ditingkatkan terlebih dahulu. Setelah dirasa ada perubahan, barulah target selanjutnya mulai direalisasikan.

  • Lakukan secara konsisten

Kedua, lakukan secara berulang dan terus-menerus. Habits merupakan hasil daripada pengulangan suatu aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Umumnya kita membutuhkan waktu paling tidak 30 hari tanpa henti agar aktivitas tersebut tertanam dalam diri. Tak lupa, mintalah pertolongan kepada Allah agar dilancarkan dan dimudahkan.

Jangan sekali-kali berpikir untuk berhenti di tengah jalan. Memang prosesnya akan sangat melelahkan. Tidak jarang juga rasanya membosankan. Namun, demi membentuk kebiasaan baik, kenapa tidak? Bukankah untuk menjadi hamba terbaik, dibutuhkan yang namanya pengorbanan?

Sebagai penutup, semoga satu ayat ini dapat menguatkan hati kita agar senantiasa istiqomah dalam ketaatan.

“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (Al-Furqan: 75).

The post 2 Langkah untuk Membentuk Kebiasaan Muslim yang Baik appeared first on DalamIslam.com.

]]>