Dalam setiap aktivitas kita disarankan untuk membaca basmalah, terutama dalam membaca Qur’an. Namun, seperti yang kita ketahui Surat At-Taubah tidak dimulai dengan basmallah, lalu apa hukumnya? Ada beberapa pendapat tentang ini.
Hal yang patut diperhatikan pertama adalah kita harus melihat surat sebelumnya yaitu surat Al-Anfal. Dan berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa pendapat tentang kaitannya dengan posisi surat. Menurut Ubay bin Ka’ab, surat At-Taubah tanpa basmallah karena letaknya yang dekat dengan Al-Anfal yang mempunyai kisah tentang orang-orang yang menepati janji dan kisah tentang perjanjian-perjanjian. Sedangkan yang kedua bercerita tentang orang-orang yang melanggar janji.
Pendapat kedua sejatinya tidak sepenuhnya berbeda dengan pendapat pertama. Menurut Utsman, ada kemiripan cerita dari kedua surat tersebut. Yang pertama yakni surat Al-Anfal orang-orang yang terikat dengan janji, sedangkan surat kedua (At-Taubat) tentang orang-orang yang dilepaskan atas janji mereka.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِمَّا يَأْتِى عَلَيْهِ الزَّمَانُ وَهُوَ تَنْزِلُ عَلَيْهِ السُّوَرُ ذَوَاتُ الْعَدَدِ فَكَانَ إِذَا نَزَلَ عَلَيْهِ الشَّىْءُ دَعَا بَعْضَ مَنْ كَانَ يَكْتُبُ فَيَقُولُ ضَعُوا هَؤُلاَءِ الآيَاتِ فِى السُّورَةِ الَّتِى يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا وَإِذَا نَزَلَتْ عَلَيْهِ الآيَةُ فَيَقُولُ ضَعُوا هَذِهِ الآيَةَ فِى السُّورَةِ الَّتِى يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا
Selama masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan wahyu, turun surat-surat yang ayatnya banyak. Ketika turun kepada beliau sebagian ayat, maka beliau akan memanggil sahabat pencatat al-Quran, lalu beliau perintahkan, “Letakkan ayat-ayat ini di surat ini.” Ketika turun ayat lain lagi, beliau perintahkan, “Letakkan ayat ini di surat ini.”
Utsman melanjutkan,
وَكَانَتِ الأَنْفَالُ مِنْ أَوَائِلِ مَا أُنْزِلَتْ بِالْمَدِينَةِ وَكَانَتْ بَرَاءَةُ مِنْ آخِرِ الْقُرْآنِ وَكَانَتْ قِصَّتُهَا شَبِيهَةً بِقِصَّتِهَا فَظَنَنْتُ أَنَّهَا مِنْهَا فَقُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلَمْ يُبَيِّنْ لَنَا أَنَّهَا مِنْهَا
Sementara surat al-Anfal termasuk surat yang pertama turun di Madinah. Sedangkan surat at-Taubah, turun di akhir masa. Padahal isi at-Taubah mirip dengan surat al-Anfal. Sehingga kami (para sahabat) menduga bahwa surat at-Taubah adalah bagian dari surat al-Anfal. Hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau tidak menjelaskan kepada kami, bahwa at-Taubah itu bagian dari al-Anfal.
فَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ قَرَنْتُ بَيْنَهُمَا وَلَمْ أَكْتُبْ بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَوَضَعْتُهَا فِى السَّبْعِ الطُّوَلِ
Karena alasan ini, saya urutkan al-Taubah setelah al-Anfal, dan tidak kami beri pemisah dengan tulisan bismillahirrahmanirrahim, dan aku posisikan di tujuh surat yang panjang. (HR. Ahmad 407, Turmudzi 3366, Abu Daud 786, dan dihasankan at-Turmudzi dan ad-Dzahabi)
Alasan sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ini, seolah menjelaskan latar belakang, mengapa di awal surat at-Taubah tidak tertulis basmalah. Yang sejatinya, ini merupakan hasil pemahaman sahabat terhadap al-Quran yang mereka dapatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa ayat tersebut turun untuk menunjukkan “lepasnya” perlindungan Allah dan Rasul-Nya dari orang kafir serta musyrik. Dengan tidak adanya perlindungan tersebut, maka selain orang beriman dilarang untuk melakukan tawaf ataun berputar di sekitar rumah Allah SWT.
Pendapat ketiga berdasarkan riwayat yang diambil dari beberapa sahabat, diantaranya Hudzaifah yang berkata bahwa “Bagaimana mungkin ia disebut surah At-Taubah? Ia lebih tepat disebut Surah azab.”
Dari Said bin Jubair, ia berkata, aku bertanya pada Ibnu Abbas tentang surah At-Taubah. Ibnu Abbas menjawab, “Itu surat yang menyingkap rahasia-rahasia. Tidak henti-hentinya ia turun, kecuali ada di antara rahasia kami yang diungkapnya. Sampai kami takut bahwa tiada (rahasia) yang tersisa dari seorang pun di antara kami,”
Berdasarkan keterangan yang diasmbil dari para sahabat tersebut, Surat At-Taubah adalah surat yang sangat ‘keras’. Surat ini selain ditujukan pada orang non-muslim juga ditujukan untuk sahabat-sahabat Rasulullah. Konon saking kerasnya ayat-ayat didalamnya, maka ia tidak diawali dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ada lagi riwayat tentang Ibnu Abbas yang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,
لِـمَ لَمْ تَكْتُبْ فِي بَرَاءَة بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ؟
Mengapa anda tidak menulis bismillahirrahmanirrahim di awal surat at-Taubah?
Jawab Ali bin Abi Thalib,
لِأَنَّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم أَمَانٌ ، وَبَرَاءَة نَزَلَت بِالسَّيْفِ ، لَيْسَ فِيهَا أَمَانٌ
Karena bismillahirrahmanirrahim isinya damai, sementara surat at-Taubah turun dengan membawa syariat perang, di sana tidak ada damai. (HR. Hakim dalam al-Mustadrak 3273)
Penjelasan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah penjelasan mengenai hikmah tidak adanya basamalah di surat at-Taubah. Beliau menilik makna dari basmalah dan makna dari surat at-Taubah. Basmalah, kalimat yang berisi rahmat Allah, memberikan kedamaian, keamanan.
Sementara surat at-Taubah merupakan pengumuman bagi orang musyrikin, bahwa Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memusuhi mereka dan menantang perang mereka. Meskipun tidak diawali dengan basmallah dan berisi tentang kecaman di dalamnya, namun di akhir surat ditutup dengan ayat kasih sayang serta kerinduan.
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu. Ia sangat menginginkan kamu bahagia. Amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman. Bil mu’miniina raa`ufur rahiim”
“Jika mereka berpaling maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku; tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dialah Tuhan yang memiliki ‘Arasy yang agung’.”
Jadi kesimpulan yang didapat adalah memang tidak diwajibkan untuk membaca basmalah saat membaca surat At-Taubah.
Wallahu a’alam.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…