Berbicara mengenai buraq tidak dapat dilepaskan dari sejarah Isra’ Mi’raj yang merupakan peristiwa penting umat Islam di bulan Rajab.
Peristiwa Isra’ Mi’raj sendiri merupakan dua peristiwa yang terjadi dalam waktu satu malam, yaitu Isra’ dan Mi’raj.
Yang dimaksud dengan Isra’ adalah perjalanan malam yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid Al Aqsa di Palestina.
Adapun yang dimaksud dengan Mi’raj adalah diangkatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke langit ke tujuh dan menerima perintah shalat wajib lima waktu.
Pada peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengendarai buraq.
Menilik dari sisi kebahasaan, buraq berasal dari kata baraqa-yabruqu-barqan-buruqan-bariqan yang artinya kilat.
Buraq juga dapat diartikan sebagai farasun mujanahun yang berarti kuda yang bersayap. Selain itu, buraq juga diartikan sebagai putih jika diambil dari lafadz al-bariq.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan buraq adalah hewan serupa kuda yang berwarna putih, bersayap, memiliki kecepatan kilat, dan dikendarai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam Isra’ Mi’raj.
Pada malam Isra’ Mi’raj buraq, didatangkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah hati Beliau disucikan terlebih dahulu.
“Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil daripada baghal namun lebih besar dibanding keledai.” Al Jarud berkata kepadanya, ‘Apakah itu yang dinamakan al Buraq, wahai Abu Hamzah?’. Anas menjawab, ‘Ya. Al Buraq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh’. “Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril ‘alaihis salam hingga sampai di langit dunia.”
HR. Bukhari
Ciri-ciri buraq tersebut banyak diceritakan dalam beberapa hadits shahih antara lain sebagai berikut.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Didatangkan kepadaku Buraaq yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya). Maka saya pun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar. Kemudian datang padaku Jibril ‘alaihis salaam dengan membawa bejana berisi khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata, “Engkau telah memilih (yang sesuai) fitrah … ”
HR.Muslim
Dalam sebuah hadits yang disarikan oleh Imam Jalaluddin al-Suyuti disebutkan bahwa buraq adalah hewan berkaki empat dan memiliki mekanisme tersendiri ketika ia naik dan turun.
Jika ia naik, kedua kaki bagian belakang akan sejajar dengan kedua kaki bagian depan. Sebaliknya, jika ia turun, kedua kaki bagian depan akan sejajar dengan kedua kaki belakangnya.
Dalil lainnya adalah sebagai berikut.
Dari Abu Said al-Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiba-tiba ada seekor hewan yang menyerupai hewan kalian, yaitu baghal kalian ini, telinganya bergelombang (bergerigi).”
HR. Al-Baihaqi
Dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di atas, ciri-ciri buraq antara lain sebagai berikut.
Sejarah buraq tidak dapat dilepaskan dari sejarah Isra’ Mi’raj.
Pada malam tanggal 27 Rajab, Allah subhaanahu wa ta’ala memberikan wahyu kepada Malaikat Jibril ‘alaihis salam, “Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam ini dan engkau ‘Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini”.
Malaikat Jibril ‘alaihis salam bertanya, “Ya Allah, apakah kiamat telah sampai ?”
Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman, “Tidak wahai Jibril… Tetapi pergilah engkau ke Surga dan ambillah Buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu”.
Kemudian Malaikat Jibril ‘alaihis salam pun pergi ke surga, tempat dimana buraq berada, lalu dia menemukan 40 juta buraq sedang bersenang-senang di taman surga.
Setiap buraq memiliki mahkota di keningnya bertuliskan, “Laa Ilaaha Illa Allah wa Muhammadur Rasulullah” Di antara sekian buraq yang ada, Malaikat Jibril ‘alaihis salam melihat seekor buraq yang memisahkan diri sendirian seraya menangis bercucuran air mata,
Lalu Malaikat Jibril ‘alaihis salam menghampiri buraq itu dan bertanya, “Mengapa engkau menangis wahai buraq ?”
Berkata buraq, “Wahai Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 ribu tahun yang lalu, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku menjadi rindu kepadanya serta aku tidak mau makan dan minum lagi, Aku laksana dibakar api kerinduan”.
Berkata Malaikat Jibril ‘alaihis salam, “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu”.
Lantas Malaikat Jibril ‘alaihis salam memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu untuk dibawa kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Aku Merindukan Mujahid Cinta – Ibu Zainuddin
Dari berbagai dalil di atas, disimpulkan bahwa buraq memiliki keistimewaan. Keistimewaan tersebut antara lain sebagai berikut.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…