Siapa yang tidak menganal Masjid Lawang Kidul? Terlebih lagi warga kota Palempang. Masjid Lawang Kidul merupakan masjid yang sangat menyimpan sejarah terlebih lagi dalam perkembangan Islam.
Simak penjelasan di bawah ini mengenai sejarah lengkap Masjid Lawang Kidul.
Masjid Lawang Kidul termasuk salah satu masjid tertua di Palembang, Sumatera Selatan setelah Masjid Agung dan juga Masjid Ki Muara Ogan. Masjid ini berdiri pada tahun 1881 Masehi atau 1310 H oleh Kyai Haji Mas Agus Abdul Hamid bin Mahmud atau lebih dikenal dengan Kyai Muara Ogan.
Masjid Lawang Kidul diwakafkan oleh Kyai Muara Ogan pada 23 April 1893 Masehi bersamaan dengan Masjid Muara Ogan. Kyai Muara Ogan membiayai seluruh pembangunan Masjid Lawang Kidul karena beliau adalah seorang pengusaha kaya yang sukses pada masanya.
Masjid Lawang Kidul memegang peran penting salah satunya sebagai pusat penyebaran Islam juga dijadikan markas pejuang setempat untuk menghadapi tentara Belanda.
Masjid ini terletak di bantaran Sungai Musi, yakni semacam tanjung yang terbentuk oleh pertemuan dengan muara sungai. Lokasinya persis bersebelahan dengan Kawasan Pelabuhan Boom Baru, pelabuhan tua di tepian Sungai Musi di kota Palembang yang masih berfungsi hingga kini. Dan lokasinya juga tidak terlalu jauh dari pasar Kuto.
Pendiri Masjid Lawang Kidul
Ki Muara Ogan lahir pada tahun 1811 M yang masih keturunan Kesultanan Palembang dari Sunan Cinde Balang. Di usia muda, Ki Muara Ogan belajar agama Islam di tanah Arab dan salah satu gurunya adalah seorang ulama asal Palembang yakni, Syeikh Abdul Somad Alpelembani.
Masjid Lawang Kidul didirikan karena Ki Muara Ogan begitu khawatir terhadap minimnya masjid di Palembang saat itu, sementara umat Islam sangat banyak. Beliau membangun sekaligus dua masjid di Palembang.
Ki Muara Ogan kemudian mewakafkan hartanya untuk membangun Masjid Lawang Kidul dan Masjid Ki Muara Ogan.
Alasan lain mengapa Ki Muara Ogan membangun masjid di kawasan tersebut karena berada di daerah asal istri pertamanya, Masayu Maznah.
Material Masjid Lawang Kidul terbuat dari campuran batu kapur dengan putih telur dan pasir sehingga membuat masjid ini dapat bertahan dengan lama. Inti dari bangunan Masjid Lawang Kidul sebagian besar masih terjaga keasliannya dan hampir 99 persen merupakan bangunan asli dan belum ada yang di ganti sejak masa dibangunnya.
Majid Lawang Kidul sudah berdiri sekitar 140 tahun yang lalu dan bangunannya memiliki kekhasan seperti pada umumnya bangunan jaman dulu.
Pada tahun 1890, Masjid Lawang Kidul sudah ada satu unit bimbar berdiri yang terbuat dari kayu dengan aksen desain bunga yang kental dengan budaya Melayu dan masih kokoh sampai saat ini.
Masjid Lawang Kidul memiliki hal spesial karena masjid ini memiliki menara berupa tiga undakan dan atapnya yang melebar dengan desain arsitektur khas Tiongkok. Sampai saat ini belum ada perubahan yang di ganti. Hanya saja, pernah dilakukan penambahan keramik dibagian lantai utama.
Masjid Lawang Kidul memiliki banyak pintu dan pintu utama terdapat di pinggiran sungai Musi yang menghadap ke arah selatan. Itulah awal mula di sebut dengan Lawang Kidul. lawang yang artinya pintu dan kidul yang artinya selatan.
Dulu, Kyai Muara Ogan berdakwah melalui sampan dari satu masjid ke masjid lainnya menggunakan perahu sebagai akses.
Masjid Lawang Kidul memiliki 17 huruf yang merupakan simbol dari shalat fardhu yang dikerjakan sehari semalam sebanyak 17 rakaat. Kyai Muara Ogan berharap dengan adanya Masjid ini bisa meningkatkan seangat ibadah shalat fardhu.
Masjid Lawang Kidul diberi nama demikian karena letaknya yang berada di Lawang Kidul, Ilir Timur 3.
Masjid Lawang Kidul selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat khususnya dari para habaib dan para guru-guru syekh yang berasal dari Arab. Masyarakat yang berasal dari Kampung Arab seberang sungai Musi tidak lagi memiliki alasan untuk tidak mengunjungi Masjid Lawang Kidul karena sudah mudahnya akses.
Meskipun terletak di seberang sungai Musi, Masjid Lawang Kidul tidak pernah sama sekali terendam banjir saat air pasang, padahal daerah sekitar Masjid Lawang Kidul sedang terendam air. Hal tersebut menjadi bukti nyata yang Allah SWT berikan dan juga merupakan kekhasan Masjid Lawang Kidul.
Masjid Lawang Kidul memiliki menara khas yang bentuknya belum pernah diubah sejak dibangunnya bangunan ini. 99 persen banguan Masjid Lawang Kidul masih utuh dengan mempertahankan aksennya.
Masjid Lawang Kidul memegang peran penting dalam perkembangan Islam di Indonesia. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, Masjid Lawang Kidul menjadi pintu selatan berkembangnya agama Islam.
Pada saat itu perkembangan agama Islam berkembang pesat. Selain Masjid Agung, Masjid Lawang Kidul adalah Masjid kedua yang patut didatangi ketika berkunjung ke Palembang.
Meskipun terlihat kecil, pasalnya Masjid Lawang Kidul sangat luas dan bisa menampung banyak jamaah sekitar 700 hingga 1.500 orang.Masyarakat setempat juga menganggap Masjid Lawang Kidul sebagai kebanggaan tersendiri karena bangunan masjid ini sebagian besar masih terjaga keasliannya.
Masjid Lawang Kidul menjadi salah satu destinasi wisata religi yang cukup populer di Palembang.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…