iman kepada Allah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/iman-kepada-allah Wed, 07 Aug 2019 02:59:24 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://dalamislam.com/wp-content/uploads/2020/01/cropped-dalamislam-co-32x32.png iman kepada Allah Archives - DalamIslam.com https://dalamislam.com/tag/iman-kepada-allah 32 32 7 Cara Beriman Kepada Allah dan Dalilnya https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/cara-beriman-kepada-allah Wed, 07 Aug 2019 02:59:22 +0000 https://dalamislam.com/?p=7544 Beriman kepada Allah adalah rukun iman pertama yang wajib diimani seorang muslim. Tidak mungkin dikatakan sebagai seorang muslim tanpa beriman kepada Allah SWT. Namun beriman kepada Allah bukan hanya dilafazkan dalam hati saja, melainkan melalui perbuatan nyata. Berikut ini adalah cara beriman kepada Allah yang harus kita lakukan: 1. Percaya tiada Tuhan selain Allah Cara […]

The post 7 Cara Beriman Kepada Allah dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Beriman kepada Allah adalah rukun iman pertama yang wajib diimani seorang muslim. Tidak mungkin dikatakan sebagai seorang muslim tanpa beriman kepada Allah SWT.

Namun beriman kepada Allah bukan hanya dilafazkan dalam hati saja, melainkan melalui perbuatan nyata. Berikut ini adalah cara beriman kepada Allah yang harus kita lakukan:

1. Percaya tiada Tuhan selain Allah

Cara paling utama dalam beriman pada Allah adalah dengan percaya bahwa satu-satunya Tuhan. Tidak ada zat lain yang mampu menandingi Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj: 62)

2. Percaya kekuasaan dan kebesaran Allah

Selain mempercayai bahwa satu-satunya yang berhak disembah adalah Allah SWT, maka selanjutnya adalah percaya kekuasaan dan kebesaran Allah dalam menciptakan dan mengatur segala sesuatu. Allah berfirman,

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A’rof: 54).

Baca juga:

3. Percaya pada nama dan sifat Allah

Tidak ada mahluk apapun yang memiliki sifat seperti Allah. Hanya Allah lah yang memiliki nama dan sifat yang menjadi milikNya. Allah berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ {11}

” Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuuro: 11)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda,

“ Iman terdiri dari 70-an atau 60-an cabang. Cabang yang paling tinggi adalah ucapan Laa ilaaha ilallah, sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu adalah sebagian dari cabang keimanan.” (HR. Muslim)

4. Percaya bahwa Rasul adalah utusan Allah

Tak hanya sekedar percaya kebesaran Allah tapi juga percaya bahwa nabi dan rasul merupakan manusia pilihan Allah yang diutus untuk manusia. Allah berfirman,

وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ

” Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku“.” (QS. Al Anbiya’: 25)

Baca juga:

5. Menjaga sholat dan ibadah wajib lainnya

Tidak ada bukti keimanan yang lebih kuat dibandingkan dengan menjaga sholat lima waktu serta ibadah wajib lainnya. Hal ini termasuk ke dalam tauhid uluhiyah yang juga menjadi cara beriman kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah : 43)

6. Memohon hanya pada Allah

Orang yang beriman hanya meminta pertolongan pada Allah semata. Tidak ada mahluk apapun yang mampu menolong selain Allah SWT.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. Al-Fatihah: 4).

7. Berbakti pada kedua orang tua

Bagi Allah, amalan yang juga menjadi cara beriman kepada Allah yang paling disukai adalah berbakti kepada kedua orang tua. Ridho orang tua adalah ridho Allah, maka gapailah ridho Allah melalui bakti pada kedua orang tua.

عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ – وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إيَاسٍ – قَالَ : حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ إلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ : سَأَلْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ ؟ قَالَ : الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا . قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ , قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ , قَالَ : حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Dari Abu Amr asy-Syaibâni –namanya Sa’d bin Iyâs- berkata, “Pemilik rumah ini telah menceritakan kepadaku –sambil menunjuk rumah Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu dengan tangannya, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allâh?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku (Abdullah bin Mas’ud) mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada dua orang tua.” Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.

Baca juga:

Itulah beberapa cara beriman kepada Allah SWT. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga kita mampu menjadi orang-orang yang beriman dan dicintai oleh Allah SWT. Aamiin.

The post 7 Cara Beriman Kepada Allah dan Dalilnya appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Fungsi Iman Kepada Allah SWT https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/fungsi-iman-kepada-allah-swt Wed, 24 Feb 2016 09:22:00 +0000 http://dalamislam.com/?p=508 Dalam agam Islam, terdapat enam Rukun Iman yang wajib untuk diketahui dan diamalkan dalam hidup; yakni Iman kepada Allah SWT, Iman kepada Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul Alllah, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qada dan qadar. Maka, Iman kepada Allah SWT ialah berada pada urutan pertama karena dasar daripada […]

The post 8 Fungsi Iman Kepada Allah SWT appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Dalam agam Islam, terdapat enam Rukun Iman yang wajib untuk diketahui dan diamalkan dalam hidup; yakni Iman kepada Allah SWT, Iman kepada Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul Alllah, Iman kepada hari akhir, dan Iman kepada qada dan qadar. Maka, Iman kepada Allah SWT ialah berada pada urutan pertama karena dasar daripada Islam sendiri ialah beriman kepada Allah SWT. (baca juga: manfaat beriman kepada Allah)

Secara bahasa, Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya, sedang menurut istilah, iman berarti membenarkan dengan hati, diucapkann dengan lisan, dan dilaksanakan atau dikerjakan dengan perbuatan. Maka, Iman Kepada Allah SWT berarti percaya dan membenarkan dengan hati bahwa dzat Allah SWT  itu ada dengan segala sifat-Nya yang sempurna, lalu dibuktikan dengan wujud ucapan lisan dan perbuatan amal ibadah.

Jadi, seseorang dikatakan beriman kepada Allah SWT apabila telah terpenuhi tiga hal tersebut (percaya dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan wujud amal perbuatan). Ketiganya merupakan unsur penting yang tak boleh dan tak selayaknya untuk dipisahkan sebagai seorang muslim yang benar-benar beriman kepada Allah SWT.

Adapun dalil atau pembuktian tentang Iman kepada Allah dapat dilihat dari Dalil Aqli dan Dalil Naqli.

  • Dalil Aqli ialah dengan menggunakan akal yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia. Melalui akal ini, manusia dapat menunjukkan kekagumannya melalui segala apa ciptaan Allah SWT. Kemudian oleh karena itu, iapun beriman kepada Allah.
  • Dalil Naqli ialah mengimani Allah SWT berdasarkan apa yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah : 163).

Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

Katakanlah olehmu (Wahai Sufyan, jika kamu benar-benar hendak memeluk Islam): Saya telah beriman akan Allah, kemudian berlaku luruslah kamu. (HR. Muslim dalam Taisirul Wushul 1:18).

Di dunia ini, sebagai makhluk ciptaan Allah yang jauh dari kata sempurna, untuk menjalani kehidupan sehari-hari kita memerlukan iman sebagai pedoman dan pegangan hidup. Iman adalah penuntun kita terhadap jalan yang benar, yang memberikan kita arah agar tidak tersesat maupun menyesatkan. Tidak adanya iman dalam hidup seseorang akan menjadikan orang itu mudah putus asa lalu menyerah. Ketidakadaan iman juga menjadikan seorang bersifat buruk karena jauh dari petunjuk Allah SWT. Oleh sebab itu, iman sangat penting, terutama sekali yang menjadi dasar utama ialah Iman kepada Allah SWT.

Adapun fungsi Iman kepada Allah SWT bagi kita ialah:

  1. Sebagai Penyelamat

Dalam Al-Qur’an Surah Al-Mukminin, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).”

Sehingga, dengan beriman kepada Allah SWT, dapat menyelamatkan manusia baik dalam kehidupan di dunia, maupun kehidupan di akhirat kelak, karena Allah SWT hanya akan menolong hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Sebagaimana yang telah ada pada rukun islam untuk terus meneggakkan agama syahadat hanya untuk Allah. Syahadat yang akan menyelamatkan manusia di hari akhir, syahadat yang dijalankan dengan baik selama di dunia sebagai amal ibadah yang telah Allah perintahkan dan telah Rasulullah ajarkan.

(baca juga: manfaat tawakal kepada Allah)

  1. Menjadikan Manusia yang Berakhlak Baik

Dengan beriman kepada Allah SWT akan menumbuhkan dalam diri seseorang itu sifat dan sikap yang baik; perkataan jujur, dapat dipercaya, tidak sombong, tidak fitnah, tidak mengadu domba, dan lain sebagainya. Mereka yang benar-benar beriman kepada Allah SWT menyadari bahwa dirinya lemah tidak ada daya upaya kecuali atas kehendak Allah SWT. Oleh karenanya ia tidak akan pernah berbuat yang melanggar larangan Allah. Justru, imannya akan semakin menguat sehingga dirinya pun terbentengi dan terkendali daripada berbuat yang maksiat, serta termotivasi untuk selalu mengerjakan amal ibadah yang benar.

artikel terkait:

  1. Sebagai Pedoman Hidup

Iman merupakan pedoman, penuntun, dan kompas dalam kehidupan kita. Tiada manusia yang berada di jalan benar jika ia tidak beriman kepada Allah SWT. Maka, mereka yang beriman akan memiliki tujuan hidup yang jelas serta tidak mudah berputus asa. Sebab, bagaimana sikap seseorang akan terlihat jelas jika ia sedang ditimpa musibah. Mereka yang beriman akan selalu berpikiran positif kepada Allah atas segala yang mereka hadapi. Sementara tanpa iman, itulah yang menyebabkan seseorang mudah berputus asa dan tak jarang memilih melakukan tindakan yang merugikan.

Dengan beriman kepada Allah, kita tahu jelas batasan dalam perbuatan yang baik dan yang buruk sehingga kita tidak akan mengerjakan sesuatu yang telah nyata dilarang oleh Allah. Maka, kehidupan kita pun akan terasa lebih aman dan bahagia jiwa raga. (baca juga: manfaat membaca al-quran)

  1. Menumbuhkan Rasa Rendah Diri

Iman kepada Allah, berarti kita percaya baik dari hati, lisan, maupun perbuatan akan Dzat Allah SWT dengan segala Keagungan dan Kesempurnaan-Nya. Karenanya, sebagai manusia yang merupakan salah satu dari makhluk ciptaan Allah, kita sadar bahwa diri kita ini bukanlah apa-apa jika bukan karena Kuasa Allah SWT. Dengan menyadari hal tersebut, kita tidak akan bersikap sombong, tidak akan memandang rendah orang lain, sehingga kita pun bisa lebih toleran terhadap sesama dan saling menyayangi satu sama lain untuk menciptakan kehidupan yang damai. (baca juga: manfaat toleransi antar umat beragama)

  1. Menumbuhkan  Sikap Qanaa’ah

Dengan beriman kepada Allah, kita menyadari bahwa segala yang kita nikmati di dunia (maupun di akhirat nanti) adalah berasal dari Allah SWT. Maka, tidak ada celah bagi kita untuk merengek apalagi protes jika sesuatu yang kita dapatkan tidak sesuai keinginan. Allah lebih mengetahui apa yang tidak hamba-Nya ketahui. Maka, kita pun menjadi sadar untuk senantiasa bersyukur atas segala berkah yang Allah berikan serta berusaha memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

  1. Ingat Akan Kematian

Tidak ada makhluk yang kekal karena Kekal adalah Sifat milik Allah SWT. Maka, dengan menyadari dan mengingat bahwa kehidupan hanyalah masalah waktu sampal ajal menjemput, kita akan lebih berhati-hati dalam menggunakan umur yang Allah berikan karena kepada-Nya jualah kita akan memepertanggungjawabkan segalanya nanti. Dengan begitu, kita harusnya semakin dan semakin memperkuat iman kita kepada Allah SWT. (baca juga: tanda-tanda kiamat)

  1. Allah Selalu Mengawasi

Allah SWT adalah satu-satunya yang pantas dan wajib untuk disembah. Maka, dengan segala kesempurnaan yang dimiliki-Nya, manusia sadar bahwa ia hanyalah makhluk lemah tak berdaya tanpa kuasa Tuhan. Bahkan untuk bernapas saja, jika bukan karena izin Allah, tidak akan bisa bernapas. Karenanya, iman menjadikan kita sadar bahwa segala sesuatu adalah Allah yang mengaturnya. Allah lah yang menentukan apa-apa saja yang terjadi maupun yang tidak terjadi karena Allah mengetahui apa-apa saja yang makhluknya tidak ketahui.

Menyadari bahwa Allah lah yang mengatur segalanya, Allah mengetahui apa-apa saja yang diperbuat makhluk-Nya. Maka, dengan sebenar-benarnya kesadaran tersebut, kita sebagai manusia yang beriman kepada Allah SWT pasti akan malu jika berbuat maksiat. Malu sekali rasanya jika melakukan perbuatan yang jelas-jelas melanggar apa yang telah dilarang oleh Allah, karena Allah Maha Mengetahui atas segala yang kita perbuat.

Karena sadar bahwa Allah mengawasi, maka hendaknya ketika berbuat kesalahan agar bersegera bertaubat kepada Allah SWT, baik itu kesalahan karena khilaf (tidak disengaja), terlebih yang memang disengaja. Karena Allah SWT ialah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya;

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Q.S An-Nisa : 135).

  1. Menentramkan Hati

Diantara salah satu fungsi iman kepada Allah, sebagaimana yang tertera di dalam Al-Qur’an surah Ar-Ra’ad ayat 28, dijelaskan bahwa orang-orang yang beriman, yang mana mereka senantiasa mengingat Allah SWT, maka hal tersebut membuat hati mereka menajdi tentram. Jadi, jika ingin memperbaiki maupun mendapatkan suasana hati yang damai, aman, dan nyaman, maka banyak-banyaklah mengingat Allah SWT.

Dengan beriman kepada Allah SWT, berarti menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang pantas dan wajib untuk disembah atas segala kebenaran dan kesempurnaan-Nya. Karena, tidak pernah ada selain Allah SWT yang memiliki kesempurnaan selain dari Allah SWT semata.

artikel terkait:

The post 8 Fungsi Iman Kepada Allah SWT appeared first on DalamIslam.com.

]]>
8 Manfaat Tawakal Kepada Allah SWT https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/manfaat-tawakal Fri, 22 Jan 2016 09:21:06 +0000 http://dalamislam.com/?p=496 Hidup manusia tidak selalu menyenangkan dan tidak selamanya pula akan berjalan hanya pada kesulitan. Untuk menjalani semua itu dibutuhkan jiwa yang kuat , tidak mudah menyerah dan pantang untuk mundur karena gagal. kondisi ini sangat diperlukan adanya sifat yang tawakal atau berserah diri pada Allah SWT dengan hati yang ikhlas. tulus tanpa dorongan dan paksaan dari […]

The post 8 Manfaat Tawakal Kepada Allah SWT appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hidup manusia tidak selalu menyenangkan dan tidak selamanya pula akan berjalan hanya pada kesulitan. Untuk menjalani semua itu dibutuhkan jiwa yang kuat , tidak mudah menyerah dan pantang untuk mundur karena gagal.

kondisi ini sangat diperlukan adanya sifat yang tawakal atau berserah diri pada Allah SWT dengan hati yang ikhlas. tulus tanpa dorongan dan paksaan dari siapapun. Berikut ini adalah manfaat dari sifat berserah diri karena Allah SWT atau tawakal;

1. Dijamin Kemudahan dunia dan akhirat

Dengan berbekal sifat tawakal maka seseorang dijamin oleh Allah SWT akan selalu diberikan ke jalan kemudahan didunia dan dikhirat berapapun besarnya kesusahan yang sedang dijalaninya.

Firman Allah SWT:

“Barang siapa yang bertawakal kepada allah niscaya dia akan membukakan jalan keluarnya dan dia memberikan rejekinya dari arah yang tidak disangka sangka. dan barang siapa yang bertawakal kepadanya kepada allah niscaya allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya allah melaksanakan tugasnya, sungguh dia telah mengadakan ketentuan bagi setiap.” (Qs, Ath-thalaq:1-2)

2. Mudah beradaptasi dengan masalah apapun

Seseorang yang memiliki sifat tawakal akan mudah beradaptasi dengan masalah yang seberat apapun tanpa mudah menangis dan jauh dari prasangka buruk pada allah SWT  hanya karena merasa diri tidak berharga. Sifat tawakal dapat membuat seseorang menjadi berhati sabar dan mampu bangkit kembali dari kegagalan.

Dalam hadist diriwayatkan bahwa:

“Tawakal pada allah adalah sumber pertolongan pada setiap kelicikan dan kejahatan dari musuhmu dan diberikan perlindungan dari apapun bentuk lawanmu.” (Al-majilsi, bihar al-anwar. vol 56 hal 79)

3. Tawakal dapat mempertebal iman dan tidak mudah putus asa

Tawakal dapat merubah sifat egois atau mudah menyerah menjadi lebih sabar dan dapat pula mempertebal iman serta membuat seseorang ingin selalu berterimakasih ( bersyukur )  pada allah SWT atas apa yang telah diberikan selama ini. Maka dari itu sebaik baiknya orang yng beriman adalaah yang mempunyai sifat tawakal.

Diriwayatkan dalam hadist bahwa:

“Semangatlah kalian terhadap hal hal yang bermanfaat bagi kaalian dan mohonlah pertolongan kepada allah.” (HR. Muslim 2664)

(baca juga: manfaat beriman kepada Allah)

4. Tawakal dapat membuat seseorang menjadi lebih mandiri

Seacara tidak langsung sifat tawakal dapat menjadikan seseorang menjadi lebih mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan masalah dunia yang sedaang dihadapinya tanpa harus merugikan pihak manapun. Sifat tawakal dapat menjadikan seseorang mampu memahami kekurangan dan kelebihan atas apa yang telah allah berikan, kondisi ini dapat membuat seseorang menjadi lebih bisa untyk mrenghargai kekurangan orang lain.

Diriwayatkan dalam hadist bahwa:

“Hendaklah hanya kepada allah sajalah orang mukmin itu bertawakal, Dan bertawakalah kepada allah yang maha hidup (abadi) yang tidak akan pernah binasa. maka bertasbihlah atas namanya dan pujilah dia.” (QS. Al-furQan:58)

5. Allah akan mencukupkan rejeki

Allah SWT akan mencukupkan segala kerbutuhan dan kepuasan batin bagi  seseorang yang bertawakal semata mata karena allah setelah dia berusaha dan berikhtiar  dengan hati yang bersih dan sabar.

Bertawakal setelah melaksanakan ihktiar kepada allah SWT adalah sesuatu yang disukai allah SWT dan akan dimasukkan dalam golongan orang orang yang sabar dan berkecukupan dalam keadaan apapun. Firman Allah menyebutkan:

“Sesungguhnya allah itu mencintai dan menyayangi orang orang yang bertawakal.” (Qs.Ali imran :159)

Dari umar bin khathab radhi yallahu’anhu, dari Rasullulah shallallahu alaihi wa salam berdabda dengan jelas bahwa:

“Seandainya kalian sungguh sungguh bertawaakal kepada allah, sesungguhnya allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana allah memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan perutnya yang lapar lalu kembali lagi tetapi dalam keadaan kenyang.” (HR. Imam ahmad, Tirmidzi, ibnu hibban serta Al hakim)

6. Diberikan kenikmatan yang tiada hentinya

Allah SWT akan memberikan nikmatnya berupa kesenangan dalam keadaan yang tidak diduga pada semua kaum muslim yang bertawakal hanya karena allah. Seseorang yang mau bekerja dengan jalan kebaikan,  tidak pernah mengeluh akan pekerjaannya  dan selallu bertawakal ketika selesai berikhtiar maka akan kembali pula manfaat yang baik bagi dirinya tanpa dia duga duga sebelumnya.

Ada hadist yang berkaitan dengan masalah kesabaran seseorang dalam menjalankan pekerjaannya yang dilakukan atas jalan kebaikan dan tawakal:

“Bekerjalah kamu sekalian maka allah san rasullnya serta orang orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. dan kamu akan dikembalikan kepada allah yang maha mengertahui segala yang ghaib dan yang nyata. Lalu diberikannya balasan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. AT-taubah :105)

Sebagaimana firman Allah:

“Apapun kenikmatan yang diberikan padamu ,semua itu adalah kesenangan hidup yang bersifat dunia. Sedangkan apa pun kernikmatan yang ada disisi allah lebih baik dan kekal hanya untuk orang orang yang beriman yaang hanya bertawakal selama hidupnya semata mata karena allah SWT.” (QS. Asy-syuro :36)

7. Dikuatkan hati dan dijauhkan dari godaan syaitan

Seseorang yang bertawakal setelah berikhtiar karena allah SWT maka dalam hidupnya allah akan memberikan bantuan berupa dikuatkanya hati dan dijauhkan dari godaan syaitan. Seperti apa yang dikatakan dalam Firman allah:

“Sungguh, syaitan itu tidak berpengaruh terhadap orang ornag yang shaleh dan beriman dann bertawakal kepada tuhannya.”  (QS.An-nahl:99)

8. Masuk surga tanpa proses hisab

Naabi Muhammad masuk surga tanpa hisab. allah memberikannya kemudahan atas segala perbuatannya yang baik dan selalu berjalan diatas kebenaran dan bertawakal dalam keadaan apapun.

Sebagaimana Nabi SAW bersabda:

“Mereka yang tidak membual, tidak berkatab kata bohong,  tidak mencuri hak orang lain,  tidak membuat ramalan ramalan yang buruk kepada rabb mereka bertawakal, maka surga akan menjadi milikmu.” (Diriwayatkan oleh Al-bukhary dan Muslim)

“Ada 70 umatku yang akan masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah orang orang yang tidak percaya pada masalah masalah tathayyur (tentang kesialan). tidak meminta untuk dirugyah, Tidak mau menjalankan pengobatan dengan key (semacam besi panas yang dilekatkan padaa bagian tubh seseorang sebagai media pengobatan) dan bagi porang orang yang bertawakal pada rabb mereka.” (HR. Muttafaqun ‘Alaihi)

Inilah Yang perlu anda ketahui tentang perilaku yang berhubungan dengan Tawakal

  • Tahukah andaa bahwa keimanan seseorang tidaklah dapat terpisahkan dari yang namanya tawakal atau yang lebih dikenal sebagai perilaku yang berserah diri pada Allah SWT dengan hati yang ikhlas, tulus tanpa dorongan atau paksaan dari pihak manapun.
  • Sesungguhnya seseorang belum pantas disebut  telah menjadi orang yang beriman. sedangkan segala tindakannnya sehari hari ditengah masyarakat tidak didasari oleh sifat yang tawakal. Tawakal membutuhkan hati yang sabar, berbesar hati dengan apa yang telah terjadi atas dirinya, dan senantiasa berusaha untuk bangkit kembali dari kegagalan atau keterpurukan, agar memperoleh apa yang diridhai allah SWT .
  • Banyak orang yang melakukan tawakal tetapi tidak mau berusaha untuk merlakukan ikhtiar. orang oraang tersebut hanya yakin jika bertawakal karena allah taanpa usaha apapun, allah akan memenuhi segala yang mereka inginkan. sesuatu yang dilakukaan tanpa kerja keras sesungguhnya tuhan tidak akan merubah nasibnya.
  • Masih banyak orang yang bertawaakal dan melakukan ikhtiar tetapi tidak di imbangi dengan adanya doa doa. Mereka bekerja keras untuk bisa sukses dan bertawakal setelahnya tetapi tak ada satu doapun yang dia panjatkan kepada allah SWT setelahnya. ini sama saja tidak baik karena ketidak seimbangan tindakan manusia yang bekerja dan bertawakal tetapi tidak berdoa , ini sama saja ibarat seperti anda menaiki sepeda berkeliling dunia tetapi tidak memahami apa tujuan yang sesungguhnya.
  • Bertawakal kepada selain Allah SWT adalah tindakan yang berdosa dan dilatnat oleh allah. Pada jaman sekarang masih ada yang menyerahkan dirinya pada hal hal yang berbau klenik (ghaib) seperti percaya dan berdoa pada pohon besar yang berusia ribuan tahun, percaya dan berdoa pada benda benda warisan yang berusia jutaan tahun dan lain lain. Sesungguhnya semua yang mereka percayai itu tunduk pada allah dan tidak perlu disembah atau dimintai pertolongan. mintalah saja pada allah SWT, jika kita memohon pertolongan atas dasar yang jujur , sabar dan dengan tawakal yang tulus tanpa dorongan dari pihk manapun, maka segalanya akan terwujud dengan sendirinya.
  • Mengajak banyak orang untuk memiliki sifat tawakal adalah perbuatan yang disukai allah SWT, dimana sifat tawakal itu adalah bagian dari sifat orng orang yaang beriman. Pelajaran dan pengalaman tentang Sifat tawakal dapat diberikan pada anak anak usia dini sehingga pada saat mereka beranjak dewasa mereka sudah memahami dengann benar bahkan telah memiliki sifat tawakal tersebut yang nantinya dapat dibawa bersama cita citanya dimasa depan.

Catatan penting :

Apapun yang telah diberikan kepada kita sebaiknya kita syukuri dan hendaknya senantiasa merasa cukup dengan rezeki yang telah dia (allah) berikan.  Ketika seseorang selalu merasa cukup dan tawakal maka dengan sendirinya kehidupannya akan mengalami ketenangan dan kesuksesan. Semua itu Karena allah telah mencukupkan rezekinya dari segala arah yang tidak mereka sangka sangka sebelumnya.

artikel terkait liannya:

The post 8 Manfaat Tawakal Kepada Allah SWT appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ayat Surat Al- Kahfi https://dalamislam.com/landasan-agama/al-quran/ayat-surat-al-kahfi Mon, 28 Dec 2015 13:13:53 +0000 http://dalamislam.com/?p=455 مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الجُمْعَتَيْنِ Artinya “Siapa yang membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at, cahaya akan meneraginya di antara dua jum’at.” (HR. Al-Hakim) Demikianlah sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam terkait dengan keutamaan yang dimiliki oleh Surat Al- Kahfi. Surat Al- Kahfi merupakan salah satu Firman Allah […]

The post Ayat Surat Al- Kahfi appeared first on DalamIslam.com.

]]>
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الكَهْفِ فِيْ يَوْمِ الجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الجُمْعَتَيْنِ

Artinya “Siapa yang membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at, cahaya akan meneraginya di antara dua jum’at.” (HR. Al-Hakim)

Demikianlah sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam terkait dengan keutamaan yang dimiliki oleh Surat Al- Kahfi.

Surat Al- Kahfi merupakan salah satu Firman Allah SWT yang diturunkan di Mekkah, di mana surat tersebut terdiri dari 110 ayat. Di dalam surat Al- Kahfi terkandung beberapa hal, seperti :

1. Masalah Keimanan

Surat Al- Kahfi menjelaskan tentang beberapa hal terkait dengan keimanan seseorang, seperti :

  • Allah merupakan Dzat yang mampu menghidupkan manusia serta memberikan mereka daya tahan hidup yang di luar hukum kebiasaan.
  • Dasar-dasar tauhid dan keadilan dari Allah SWT tidak akan pernah berubah.
  • Begitu luasnya ilmu yang dimiliki oleh Allah SWT yang meliputi segala sesuatu, dan manusia tidak akan pernah bisa menyamainya.
  • Adanya kepastian terkait dengan datangya hari kebangkitan.
  • Al-Qur’an merupakan kitab suci yang isinya bersih dari kepalsuan dan kekacauan.

2. Masalah hukum-hukum Allah

Surat Al- Kahfi juga memberikan penjelasan terkait dengan hukum-hukum serta larangan-larang dari Allah SWT kepada manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya, seperti :

  • Adanya larangan membangun tempat ibadah di atas kubur.
  • Hukum mengucapkan “Insya Allah”.
  • Dimaafkannya suatu perbuata salah yang telah dilakukan karena lupa.
  • Diperbolehkannya melakukan pengrusakan terhadap suatu barang atau benda dengan tujuan untuk menghindarkan barang tersebut dari bahaya yang jauh lebih besar.

3. Kisah – kisah

Surat Al- kahfi telah menceritakan beberapa kisah di dalamnya, yaitu :

  • Kisah pertama

Ini merupakan suatu kisah yang menceritakan tentang ashabul kahfi yang artinya adalah para penghuni gua. Kisah ini tercantum dalam ayat 9 – ayat 26 Surat Al- Kahfi. Dikisahkan oleh Allah SWT tentang sekelompok pemuda yang memiliki nilai keimanan yang begitu kuat kepada Allah SWT dan mereka berusaha untuk menyebarkan ajaran tersebut, meskipun mereka tinggal di tengah-tengah masyarakat yang tidak memiliki rasa keimanan kepada Allah SWT dan sekaligus memiliki pemimpin yang dzolim.

Ajakan para pemuda tersebut mendapatkan perlawanan dan penolakan dari kaum tersebut, akan tetapi mereka selalu giat untuk berdakwah. Akhirnya Allah SWT memberikan wahyu kepada pemuda-pemuda tersebut untuk berlindung di dalam sebuah gua, dan mereka tinggal di dalam gua tersebut selama 309 tahun. Mereka semua tertidur di dalam gua tersebut, dan begitu bangun, mereka telah mendapati manusia-manusia yang telah beriman kepada allah SWT, dan merekapun akhirnya berada di lingkungan masyarakat yang beriman.

Dari kisah yang pertama ini bisa diambil pelajaran tentang pentingnya pemuda dan iman, di mana masa muda tidak akan berarti dan akan menjadi sia-sia tanpa adanya keimanan yang akan membingkai kekuatannya. (baca juga: manfaat beriman kepada Allah SWT)

  • Kisah kedua

Kisah yang kedua menceritakan tentang Shaahibul Jannatain yang artinya pemilik dua kebun. Firman Allah SWT :

وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا. وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا.

Artinya

Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri, ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembali kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.” (QS. Al-Kahfi : 35-36)

Kisah ini menggambarkan tentang seorang lelaki yang telah mendapatkan nikmat dari Allah SWT, akan tetapi lelaki tersebut justru lupa tentang nikmat dan siapakah yang telah memberikan nikmat tersebut padanya. Jadihah ia seorang yang kufur, bahkan lelaki tersebut telah berbuat durhaka, berani melanggar perintah dari Allah SWT, serta timbul keraguan dan keimanannya kepada Allah SWT mulai goyah.

Pada akhirnya Allah SWT membinasakan seluruh harta yang dimiliki oleh lelaki tersebut, dan timbullah penyesalan dalam hati lelaki itu. Allah SWT berfirman, yang artinya:

 “Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (QS. Al- Kahfi ayat 42)

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah yang kedua ini adalah pentingnya keimanan yang selalu menyertai nikmat harta yang telah diberikan Allah SWT. Tanpa adanya iman, seseorang bisa menjadi kufur dan ingkar atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT tersebut.

  • Kisah ketiga

Kisah yang ketiga ini menceritakan tentang perjalanan hidup Nabi Musa Alaihissalam, mulai dari Beliau menuntut ilmu kepada Khidr alaihissalam. Yang menjadi inti dari kisah ketiga tersebut adalah bahwa ilmu itu hanya milik Allah SWT semata, dan Dia akan memberikan ilmu tersebut kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Selain itu Allah SWT juga akan memuliakannya.

Oleh karena itu, sungguh sangat tidak  layak apabila manusia menyombongkan dirinya, menganggap dirinya lebih pintar, lebih hebat, dan lebih berilmu daripada yang lainnya. Ilmu tidak akan akan berarti apa-apa jika tidak diikuti oleh keimanan kepada Allah SWT.

Ilmu tanpa iman itu ibarat seseorang yang membuka mata dalam kegelapan tanpa ada cahaya sama sekali, atau juga bisa diibaratkan seperti pisau yang berada di tangan orang yang tidak berakal sehingga keberadaannya akan sangat berbahaya. (baca juga: sifat sombong dalam islam)

Pelajaran bisa bisa diambil dari kisah ketiga ini adalah tentang pentingnya ilmu pengetahuan yang disertai dengan adanya keimanan.

  • Kisah keempat

Kisah yang keempat menceritakan tentang Dzulkarnain yang merupakan seorang raja yang selalu berusaha menyebarkan kebenaran, keadilan, serta kebaikan di muka bumi ini. Allah SWT telah melimpahkan padanya materi dan kemampuan dalam bidang teknologi yang nantinya dapat memudahkannya untuk memperoleh kekuasaan dan mencapai keberhasilan dalam kehidupan.

Raja Dzulkarnaian terus melakukan dakwah hingga suatu saat ia bertemu dengan kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraannya. Dari kisah yang keempat ini bisa diambil pelajaran tentang betapa pentingnya kekuasaan itu dipegang oleh seseorang yang bertauhid, di mana ia memiliki kesadaran penuh bahwa kedudukan dan kekuasaan adalah amanah yang kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.

Allah SWT sengaja menciptakan alam semesta dan seluruh isinya dengan tujuan agar manusia  dapat berfikir tentang bagaimana cara mengambil manfaat dari semua itu. Dan kisah-kisah yang diceritakan Allah SWT dalam Surat Al- Kahfi di atas merupakan suatu pembelajaran bagi kita agar kita senantiasa beriman kepada Allah SWT.

The post Ayat Surat Al- Kahfi appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Hidayah Allah Kepada Manusia https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/hidayah-allah-kepada-manusia Sat, 26 Dec 2015 07:38:13 +0000 http://dalamislam.com/?p=446 Sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, tentu manusia sangat bergantung kepada penciptanya. Segala apa yang diupayakan oleh manusia namun apabila Allah tak berkehendak, maka hal tersebut juga tidak akan terlaksana atau terjadi. Begitu juga sebaliknya meskipun manusia tidak mengingkan sesuatu akan tetapi jika Allah SWT telah menghendaki maka tidak ada daya bagi manusia untuk […]

The post Hidayah Allah Kepada Manusia appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, tentu manusia sangat bergantung kepada penciptanya. Segala apa yang diupayakan oleh manusia namun apabila Allah tak berkehendak, maka hal tersebut juga tidak akan terlaksana atau terjadi. Begitu juga sebaliknya meskipun manusia tidak mengingkan sesuatu akan tetapi jika Allah SWT telah menghendaki maka tidak ada daya bagi manusia untuk menolaknya, dan mereka hanya bisa berpasrah menerimanya.

Dengan demikian sangatlah jelas bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dihadapan Allah SWT. Sehingga sudah sepantasnyalah apabila  manusia selalu memohon pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT.

Allah SWT telah berfirman:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ

Artinya:

Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al- Fatihah ayat 5-7)

Yang dimaksudkan dengan meminta pertolongan dalam ayat di atas adalah memohon petunjuk (hidayah) dari Allah SWT agar manusia senantiasa berjalan di jalan yang lurus sehingga tujuan untuk mencapai kebahagiaan di dua kehidupan yaitu kehidupan dunia dan akhirat dapat tercapai.

Jadi dengan demikian hidayah merupakan suatu konsep yang berisi petunjuk ke jalan kebaikan yang datangnya hanya dari Allah SWT saja dan hanya diberikan Allah SWT kepada makhluk yang dikehendaki-Nya. Seperti melakukan shalat taubat, seseorang yang melakukan shalat taubat akan bersungguh-sungguh memohon ampunan kepada Allah dengan berjanji menjauhi segala larangaNnya dan menjalankan segala perintahNya.

Firman Allah SWT :

إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al- Qashas ayat 56)

Bagaimanakah ciri-ciri mereka yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT?

Seperti yang dijelaskan pada ayat di atas bahwasannya hidayah hanya diberikan Allah SWT kepada mereka yang Dia kehendaki, dan tanda-tanda atau ciri dari orang yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT antara lain adalah :

  • Orang tersebut begitu mudah dalah hal beramal sholeh, di mana hatinya telah terbuka untuk menerima Islam, taat dalam beribadah serta menuntut ilmu
  • Memiliki semangat yang tinggi dalam rangka mempelajari serta memahami ajaran agama islam
  • Selalu merasa rindu untuk berjumpa dengan Allah SWT
  • Selalu beristiqomah (konsisten) dama menjalankan ibadah
  • Ketika sedang menghadapi cobaan, maka orang tersebut akan bersabar dan tetap bersyukur kepada Allah SWT

Macam-Macam Hidayah Allah SWT kepada manusia

Ada banyak sekali jenis atau macam hidayah yang diberikan Allah SWT kepada makhluk ciptaan-Nya, diantaranya :

  1. Hidayatul Wijdan

Yaitu suatu bentuk hidayah yang diberikan Allah SWT kepada manusia sejak dilahirkan, misalnya seorang bayi yang akan menangis ketika ia merasa lapar, dan lain sebagainya. Hidayatul wijdan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

  • Hidayah jasmani ; yaitu ketika manusia bisa merasakan sesuatu dalam tubuhnya. Misalnya rasa lapar, haus, sakit, dan lain sebagainya. Dan manakala manusia tidak lagi dapat merasakan semua itu, hal itu bisa menandakan bahwasannya hidayah jasmaniah yang ada dalam kehidupannya sudah mulai menghilang.
  • Hidayah Rohani ; yaitu ketika manusia bisa merasakan suatu perasaaan manakala sesuatu telah menimpa dirinya atau lingkungan sekitar ia tinggal. Misalnya saja dengan timbulnya rasa malu ketika manusia telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di lingkungan tempat ia tinggal. Namun apabila ketika manusia tersebut melanggar peraturan yang berlaku dan ia tidak malu atas perbuatannya tersebut, maka bisa dikatakan bahwa hidayah rohaniah dalam dirinya mulai menghilang.

2. Hidayatul Hawas Wal Masyair

Yaitu hidayah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam bentuk kemampuan indrawi. Akan tetapi kemampuan indrawi yang dimiliki oleh manusia memiliki keterbatasan, sehingga pada saat manusia hanya mengandalkan kemampuan indrawi saja, maka mereka akan tertipu. Allah SWT telah berfirman :

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Artinya:

“Dan orang-orang yang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar[43], yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatanginya tidak ada apa pun[44]. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An- Nuur: 39)

Beberapa contoh bentuk hidayatul hawas Wal Masyair diantaranya adalah :

  • Mata untuk melihat. Salah satu hidayah Allah SWT yang tidak ternilai adalah dengan diberikannya kemampuan melihat kepada manusia, sehingga sudah seharusnya lah apabila kemampuan tersebut dipergunakan untuk melihat hal-hal yang baik, seperti keindahan panorama alam sebagai salah satu bentuk kekuasaan Allah SWT, dan bukan dipergunakan untuk melihat hal-hal yang dapat menjerumuskan manusia pada dosa.
  • Telinga untuk mendengar. Manusia dibekali dengan berbagai macam indera, yang salah satunya adalah indera yang memiliki kemampuan untuk menangkap adanya signal-signal berupa suara yang ada disekitarnya. Seharus kemampuan tersebut dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik, seperti mendengarkan orang yang sedang mengaji, dan bukan untuk mendengarkan hal-hal yang buruk seperti mendengarkan gosip dan lain sebagainya.
  • Hidung untuk mencium; berbagai jenis bau yang hadir dilingkungan sekitar.
  • Lidah yang bertindak sebagai indera pengecap, di mana dengan adanya organ tubuh tersebut manusia bisa merasakan lezatnya makanan atau minuman. Selain itu, lidah juga berperan penting dalam membantu proses bicara
  • Kulit yang berfungsi sebagai penerima rangsangan; yang datang dari lingkungan kita berada, misalnya hawa dingin, adanya sentuhan, tekanan, dan lain sebagainya.

3. Hidayatul Aqli (hidayah Akal)

Yaitu suatu bentuk hidayah yang diberikan Allah SWT kepada manusia dalam bentuk kemampuan untuk berfikir. Inilah yang membedakan antara manusia dan makhluk ciptaan Allah SWT lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dengan kemampuan akal pikiran yang diberikan padanya, maka diharapkan manusia mampu membedakan hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk.

Allah SWT berfirman :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠) وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٣١) قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (٣٢) قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

Artinya:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama (semua) benda ini jika kamu yang benar. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Allah berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu.” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Allah berfirman: “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?“ (QS. Al- Baqarah ayat 30-33)

Akan tetapi kemampuan akal pikiran yang dimiliki oleh manusia memiliki keterbatasan, di mana ada saatnya beberapa perkara bisa atau mampu untuk difikirkan menggunakan akal dan ada beberapa perkara di mana akal pikiran manusia tidak mampu untuk menjangkaunya. Misalnya saja ketika manusia menganggap apa yang ia pikirkan adalah baik, akan tetapi belum tentu hal itu baik bagi dirinya dan bahkan justru membawa dampak buruk baginya.

Firman Allah SWT :

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Artinya:

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 216)

4. Hidayah Dhamirul Qalbi

Ini merupakan suatu hidayah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia dalam bentuk perkataan hati, di mana kita tahu bahwa perbuatan yang dilakukan seseorang selalu di dorong oleh adanya kata hati. Jadi dengan demikian kata hati sangat berperan untuk menentukan baik dan buruknya tingkah laku atau perbuatan manusia.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:

“Sesungguhnya di dalam diri manusia terdapat segumpal darah, apabila ia baik, maka baik pula seluruh diri dan amal perbuatan manusia, dan apabila ia buruk maka rusaklah seluruh diri dan amal perbuatan manusia. Ingatlah, ia adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Hidayah Ad- Din

Ini merupakan hidayah dari Allah SWT kepada manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya dalam bentuk ajaran agama. Dan hidayah ini telah dianggap sebagai hidayah tertinggi yang diberikan Allah SWT, di mana hidayah ini berfungsi untuk melengkapi atau mengawal hidayah-hidayah Allah SWT yang lainnya, seperti akal serta hidayah yang lainnya.

Allah SWT telah berfirman :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya:

 Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar- Ruum ayat 30)

Hidayah Ad- Din dibedakan menjadi 2, yaitu :

Hidayah Dilalah

merupakan hidayah yang bersumber dari Al- Qur’an dan As- Sunnah, di mana di dalam keduanya terdapat petunjuk-petunjuk (hidayah) Allah SWT kepada umat-Nya agar dalam menjalani kehidupan manusia tidak akan tersesat ke jalan yang  tidak diridhoi Allah SWT. Di dalam Al- Qur’an dan As- Sunnah termaktub berbagai petunjuk Allah SWT seperti :

  • Aqidah

Di dalam Al- Qur’an dan As- Sunnah terdapat jawaban-jawaban atas segala persoalan yang berkenaan dengan penciptaan alam semesta beserta isinya oleh Allah SWT, hubungan antara manusia dengan penciptanya, tujuan penciptaan alam semesta dan isinya, dan persoalan-persoalan lain yang banyak menjadi bahan perbincangan para ahli falsafah maupun sains yang berkaitan erat dengan keimanan seseorang.

Untuk itulah, maka Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan hidayah-hidayah-Nya tersebut kepada manusia di muka bumi ini.

Dalam sebuah ayat Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Artinya:

Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An- Nahl ayat 36)

Di dalam ayat Al- Qur’an yang lain, Allah SWT juga telah berfirman :

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Artinya:

Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan),’Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan,’Kami dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdoa),’Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. Al- Baqarah ayat 285)

  • Ibadah

Al- Qur’an juga telah menunjukkan berbagai macam amalan yang seharusnya dilaksanakan oleh umat manusia guna memenuhi tuntutan aqidah yang diberikan Allah SWT, yaitu dengan beribadah kepada Allah SWT, misalnya dengan melaksanakan sholat, membayar zakat, membaca Al-Qur’an, puasa, berhaji, dan berbagai jenis peribadatan lainnya.

Sebagaimana firman Allah SWT berikut :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (١) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (٣) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (٤)وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٥) إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (٦) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (٧) وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (٨) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (٩) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (١٠) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya:

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, Kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak terceIa. Tetapi barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al- Mukminun ayat 1-11)

  • Akhlaq

Al- Qur’an dan As- Sunnah merupakan sumber dari akhlak islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al- Qur’an yang memberikan petunjuk bagi manusia terkait dengan akhlaq manusia kepada pencipta-Nya, akhlaq manusia dengan diri dan sesamanya, serta akhlaq manusia dengan mahkluk ciptaan Allah SWT lainnya.

Sebagai salah satu contoh ayat al-Qur’an yang di dalamnya terdapat petunjuk Allah SWT tentang akhlaq manusia adalah dalam Surat Al- Hujurat, yang hampir disetiap ayatnya terkandung tentang petunjuk Allah tentang bagaimanakah seharusnya akhlaq manusia itu.

Hidayah Taufik

Merupakan hidayah yang berasala dari Allah SWT kepada  manusia yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya serta selalu konsisten dalam mencapai tujuan atau cita-citanya. Misalnya saja ketaatan kita dalam menjalankan perintah-perinah Allah seperti mengerjakan sholat, berpuasa, dan lain sebagainya.

Allah SWT berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabuut ayat 69).

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya:

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash ayat 56)

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Artinya:

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah ayat 272).

(baca juga: keuntungan menjadi muallaf)

Cara untuk memperoleh hidayah taufik

  1. Berdo’a

Firman Allah SWT :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya:

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al- Mu’min : 60)

  1. Dengan bersungguh-sungguh menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya

Misalnya dengan melaksanakan puasa sunnah, sholat malam, shodaqoh, dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Allah SWT :

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى ۗ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا

Artinya:

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS. Maryam : 76)

  1. Bergaul atau berteman dengan orang-orang shaleh

Allah SWT berfirman :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Artinya:

Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti keinginan(hawa nafsu)nya dan keadaannya sudah melewati batas.” (QS. Al- Kahfi : 28)

رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

Artinya Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (QS. Asy- Syu’araa : 83)

  1. Menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat menghalangi datangnya hidayah dari Allah SWT ; seperti sombong, mengumbar hawa nafsu, dan lain sebagainya.

The post Hidayah Allah Kepada Manusia appeared first on DalamIslam.com.

]]>
7 Ciri – Ciri Orang Yang Tidak Ikhlas Dalam Beribadah Kepada Allah SWT https://dalamislam.com/dasar-islam/ciri-ciri-orang-yang-tidak-ikhlas-dalam-beribadah-kepada-allah-swt Mon, 21 Dec 2015 10:39:54 +0000 http://dalamislam.com/?p=436 Ikhlas merupakan salah satu piranti awal dalam beribadah kepada Allah SWT setelah niat. Karena ikhlas merupakan salah satu syarat penting diterimanya amal ibadah kita oleh Allah SWT. Ikhlas bisa kita artikan bahwa ikhlas adalah meniatkan segala apa yang kita lakukan semata-mata hanya karena Allah SWT demi mengharap ridho-Nya. Sedemikian sehingga yang dimaksud dengan ikhlas dalam […]

The post 7 Ciri – Ciri Orang Yang Tidak Ikhlas Dalam Beribadah Kepada Allah SWT appeared first on DalamIslam.com.

]]>
Ikhlas merupakan salah satu piranti awal dalam beribadah kepada Allah SWT setelah niat. Karena ikhlas merupakan salah satu syarat penting diterimanya amal ibadah kita oleh Allah SWT. Ikhlas bisa kita artikan bahwa ikhlas adalah meniatkan segala apa yang kita lakukan semata-mata hanya karena Allah SWT demi mengharap ridho-Nya.

Sedemikian sehingga yang dimaksud dengan ikhlas dalam beribadah adalah meniatkan segala macam ibadah yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah SWT demi mengharap ridho-Nya. Sebagaimana yang terapadat pada rukun iman ke 1, yaitu iman kepada Allah. (baca juga: manfaat beriman kepada Allah)

Oleh karena itu, ibadah yang kita lakukan harus didasari dengan rasa ikhlas di samping sebuah niat yang tulus. Karena hanya dengan begitulah ibadah yang kita lakukan akan diterima oleh Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh yang kelak menjadi bekal kita dalam kehidupan akhirat.

Namun sebaliknya apabila ibadah yang kita lakukan tidak didasari rasa ikhlas di samping sebuah niat yang tulus, maka sudah bisa dipastikan bahwa ibadah tersebut tidak akan diterima oleh Allah SWT dan tidak dicatat sebagai amal sholeh, malahan bisa saja dicatat sebagai salah satu amal yang tidak baik.

Berikut beberapa ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT, diantaranya:

  1. Terlalu berharap kepada makhluk

Salah satu dari empat khalifah yang mendapat julukan gerbangnya ilmu, yaitu Sayyidina Ali r.a. pernah mengatakan bahwa orang yang ikhlas itu jangankan untuk mendapatkan pujian, diberikan ucapan terima kasih pun dia sama sekali tidak akan pernah mengharapkannya. Karena setiap amal ibadah pada hakikatnya adalah kita sedang melakukan interaksi dengan Allah sehingga harapan yang ada hanyalah kepada mencari keridhoan Allah semata.

Dari perkataan tersebut dapat kita ambil ibarah atau pelajaran bahwa orang yang tidak ikhlas dalam ibadahnya pasti akan mengharapkan pujian dan ucapan terima kasih dari amal perbuatan yang telah dilakukannya terhadap orang lain.

  1. Sering sekali merasa kecewa dalam hidupnya

Orang yang benar-benar ikhlas dalam ibadahnya tidak akan pernah merubah sikapnya meskipun disaat dia melakukan suatu amal kebaikan ada/tidak ada orang yang memuji kebaikannya tersebut. Bahkan dicaci maki pun apabila hal yang dilakukan adalah benar menurut ajaran Allah, dia akan tetap melakukannya tanpa mundur sedikitpun.

Sedemikian sehingga orang yang tidak ikhlas dalam ibadahnya akan menunjukkan sikap yang sebaliknya. Dalam artian dia akan merasa sangat kecewa setiap kali tidak ada seorangpun yang memuji perbuatan baiknya bahkan menjadi marah ketika dicaci maki.

Sehingga apabila sudah tidak mendapat pujian, dia akan menghentikan amal baik tersebut karena menganggapnya sebagai sesuatu yang sia-sia dan hanya buang-buang tenaga saja.

  1. Mengumbar amal kebaikannya

Seperti kata pepatah bahwa janganlah tangan kirimu sampai tahu ketika tangan kananmu berbuat kebaikan. Maksudnya adalah kebaikan yang kita lakukan sebaiknya dirahasiakan dari orang lain karena orang yang ikhlas melakukan amal tersebut hanya akan berpikir bahwa amal baik tersebut menjadi urusannya dengan Allah saja sehingga orang lain tidak perlu mengetahuinya dan semata-mata demi mengharap ridho Allah SWT.

Namun apabila orang tersebut tidaklah ikhlas, dia pasti akan mengumbar atau memamerkan amal baik tersebut sehingga orang lain memujinya dan menggapnya sebagai orang baik. Bukankah orang baik tidak perlu menunjukkan kepada orang lain bahwa dia itu baik? Karena semuanya akan tercermin dari tingkah laku yang dilakukannya sehari-hari sehingga meskipun tidak dipamerkan orang akan tetap bisa menilainya dari tingkah laku tersebut. (baca juga: riya’ dalam islam)

  1. Membeda-bedakan amal

Dalam artian orang yang ikhlas tidak akan membedakan mana amal baik yang kecil atau besar. Semua akan dilakukannya dengan senang hati demi mendapatkan ridho Allah SWT. Tetapi beda halnya apabila orang yang tidak ikhlas, dia akan memilih-milih antara amal yang besar dan kecil.

Hal ini dilakukan karena dia beranggapan bahwa amal yang besar akan menghasilkan pahala dan ridho Allah yang besar pula, sedangkan amal yang kecil akan menghasilkan pahala dan ridho Allah yang kecil pula. Padahal semua amal baik adalah sama saja di hadapan Allah selama kita mau melakukannya dengan niat yang baik, tulus, dan ikhlas dengan semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya.

  1. Membeda-bedakan orang atau golongan

Orang yang ikhlas dalam beramal dan menjadikannya sebagai media untuk beribadah kepada Allah niscaya dia tidak akan membeda-beda makhluk ciptaan-Nya, baik dari golongan islam atau non islam, tua atau muda, kaya atau miskin, dan lainnya. Dia akan melakukan amal kebaikan kepada siapapun yang membutuhkan. Dia akan senang untuk bisa menolong sesamanya.

Namun berbeda dengan orang yang tidak ikhlas, dia akan memilih orang ataupun golongan yang akan dibantunya sebagai sebuah amalan baik. Kebanyakan orang yang tidak ikhlas dalam beribadah saat melakukan amal baiknya seperti memberikan bantuan kepada orang lain lebih memilih orang yang kaya daripada orang yang miskin. Hal ini dia lakukan karena ada rasa pamrih atau balasan dari orang yang dibantunya tersebut.

  1. Niat tidak tulus

Sebagaimana disebutkan dalam poin-poin sebelumnya bahwa orang yang tidak ikhlas dalam beribadah akan selalu mengharapkan pujian dari orang lain. Hal ini muncul karena sejak awal niat yang ditanamkannya tidaklah tulus karena Allah semata. Namun karena harapan lainnya seperti pujian sehingga nantinya bisa lebih dikenal orang dengan kebaikan amalnya tersebut.

  1. Kurangnya rasa syukur dan do’a

Orang yang ikhlas dalam ibadahnya pasti akan selalu merasa bersyukur telah diberikan kesempatan dan waktu untuk menjalankan ibadah dan amal-amal yang masih tergolong dalam beribadah kepada Allah demi mengharapkan ridho-Nya. Dengan demikian, orang yang sering bersyukur adalah orang yang sering berdo’a karena rasa syukur yang dipanjatkan juga termasuk sebuah do’a.

Berbeda halnya dengan orang yang tidak ikhlas. Dia akan jarang sekali memanjatkan rasa syukur atas nikmat kesempatan nikmat dan waktu yang diberikan padanya untuk bisa beribadah dan berbuat amal-amal yang termasuk sebuah ibadah kepada Allah SWT bahkan dia bisa saja lupa untuk bersyukur.

Dengan demikian, orang yang jarang bersyukur adalah orang yang jarang berdo’a. Dia lupa untuk bersyukur karena sudah terbuai pujian-pujian yang memang diharapkannya didapat dari orang lain.

Itulah beberapa ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT yang bisa dijelaskan. Masih banyak lagi sebenarnya ciri-ciri dari orang tersebut, seperti shalatnya tidak khusyu’. Salah satu hal yang bisa ditekankan di sini bahwa Allah SWT tidak akan membeda-bedakan amal ibadah yang dilakukan oleh hamba-Nya selama dia melakukannya dengan niat yang tulus dan ikhlas serta mengharapkan ridho-Nya semata.

Tanpa perlu mengharapkan berbagai pujian dari sesama makhluk-Nya demi membuktikan bahwa dia termasuk orang atau hamba yang baik. Lakukanlah amal ibadah kita dengan lillahi ta’ala (hanya karena Allah SWT). Semoga kita semua termasuk hamba-Nya yang senantisa diberikan rasa ikhlas dan mendapat ridho-Nya dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan. Amin.

The post 7 Ciri – Ciri Orang Yang Tidak Ikhlas Dalam Beribadah Kepada Allah SWT appeared first on DalamIslam.com.

]]>