Kemudahan teknologi pengambilan gambar memacu pengguna ponsel pintar untuk menggunakannya mengambil gambar diri. Kapan saja dan dimana saja, Anda bisa mengambil potret diri.
Belum lagi jika terdapat aplikasi yang dapat digunakan untuk meng-edit potret Anda, atau filter yang membuat diri Anda terlihat lebih cantik. Daya candu untuk potret-potret atau ‘narsis’ menjadi semakin besar.
Jika mendengar kata ‘narsis’ setidaknya akan ada dua hal yang akan tergambar.
Pertama, sikap narsistik. Sikap ini membuat seseorang ‘mabuk’ dengan dirinya sendiri.
Istilah narsis dalam konteks ini berasal dari nama seorang pemuda, Narcisus, yang senang mematut diri di tepi sungai.
Ia bercermin, memuaskan diri memandang wajahnya yang tampan tanpa melakukan hal-hal lain yang produktif.
Hingga pada saat kematiannya, Ia berubah menjadi bunga Narcissus.
Bunga Narcissus memiliki habitat di tepi sungai. Untuk itu kebiasaan hidup bunga ini disangkut pautkan dengan kisah Narcissus tadi.
Orang-orang narsis ini biasanya hanya akan memperhatikan ‘kecantikan’ dirinya dan tak jarang memamerkannya kepada orang lain.
Kecantikan ini tak hanya kecantikan fisik, tapi juga kecantikan batinnya (bagaimana pula sebuah batin dikatakan cantik jika dipamerkan? Ya, setidaknya sang subjek merasa batinnya telah ‘cantik).
Konteks kata narsis lainnya adalah ‘sering mengambil potret diri melalui swafoto atau dengan bantuan orang lain’.
Istilah ini popular pertama kali sekitar tahun 2008 atau 2010 saat ponsel berkamera semakin popular dan dipasarkan secara massal.
Kamera ponsel menjadi ‘mainan baru’ bagi kalangan muda saat itu.
Belum lagi ketika ponsel pintar mulai dipasarkan. Memorinya yang jauh lebih besar daripada ponsel kamera biasa membuatnya mampu menampung hingga ribuan foto dalam satu ponsel.
Hal ini tentu tidak dapat dilewatkan oleh pegiat ‘narsis’. Mereka dapat mengambil foto bahkan hingga ratusan sekali duduk.
Foto ini hanya dibedakan oleh gaya, sudut pengambilan, bahkan filter dan format-format editing lainnya.
Setiap aktivitas pasti memiliki positif dan negatifnya. Mari kita kaji positif dan negatif aktivitas ‘narsis’ pada bagian berikut.
Aktivitas ‘narsis’ memiliki banyak nilai positif. Selain itu, banyak juga nilai negatif yang mungkin belum terkaji. Demikian ini daftar hal positif seputar narsis yang mungkin kita sadari.
Meskipun banyak hal positif yang diperoleh dari narsis, ada banyak juga hal-hal negatif yang mungkin terjadi. Diantaranya adalah sebagai berikut.
Jiwa narsis membuat segala kegiatan akan berpusat pada ‘peningkatan kecantikan diri’, dan umumnya hal ini berbau fisis.
Tidak ada yang salah sebenarnya dalam mempercantik diri dan penampilan, akan tetapi jika dilakukan secara berlebihan (ghuluw) justru akan mendatangkan malapetaka.
Malapetaka kecil yang hadir adalah kurangnya produktivitas. Misalkan, jika seorang pegiat narsis adalah orang yang senang mengatur feeds Instagram dan mengupload foto-foto dirinya.
Biasanya, orang ini akan melekat di gadgetnya demi menanti komen dan like dan membalasnya satu persatu.
Ramah, memang, tapi kalau dibarengi rasa ingin mendapat perhatian secara berlebihan, justru malah membuat ingin melupakan kegiatan lain.
Ada banyak hal lain yang bisa dilakukan selain mengumpulkan perhatian di dunia maya.
Menggunakan dunia maya untuk mencari ilmu atau pendapatan, misalnya. Waktu manusia di dunia itu sangat singkat.
Ada rasa tidak puas yang kadang-kadang dimiliki oleh pegiat narsis. Kadangkala dari ribuan hasil foto, Ia tidak merasa puas dengan dirinya. Jika kurang pujian yang diperoleh, maka mereka akan merutuki diri sendiri.
Selidik punya selidik, ternya narsis adalah salah satu tipe kelainan jiwa, yaitu NPC (Narcistic Personality Disorder). Apa saja tanda-tandanya?
Pertama, mereka akan mencari perhatian dengan mengagungkan diri sendiri.
Awalnya mungkin banyak yang terkesan. Ia akan mengumpulkan rasa-rasa kagum itu dan akan merasa sangat tertekan jika kekaguman manusia kurang.
Kedua, mereka akan melakukan apa saja demi mendapatkan perhatian. Bahkan sampai berbuat curang sekalipun dan melebih-lebihkan kelebihan dirinya (making something grandiose).
Ketiga, mereka tidak memiliki kemampuan untuk memahami perasaan orang lain karena sudah sibuk dengan diri sendiri.
Islam pun memiliki pandangan mengenai perilaku narsis ini. Diantaranya adalah sebagai berikut.
Narsisme adalah ajang kumpul pujian. Banyak orang yang berpikiran pendek dan malah mempertontonkan aurat yang mereka rasa indah. Pujian bernada miring pun mulai berdatangan. Bagi yang sudah rusak jiwanya, mereka akan merasakan kebahagiaan, merasa dirinya laku di kalangan lawan jenis.
Padahal apa yang seharusnya ditutupi, tutupilah. Allah tidak sia-sia dalam memberikan aturan kepada kita.
Narsis yang akarnya adalah rasa bangga pada diri, sesungguhnya sama saja dengan ujub.
Ujub adalah sifat yang tak boleh dikembangkan karena Ia berasal dari setan.
Ingat cerita iblis yang tidak mau sujud kepada Nabi Adam A.S. karena merasa dirinya lebih baik daripada Adam yang terbuat dari tanah? Begitulah analoginya.
Ujub dapat menternakkan riya’. Riya’ adalah sikap memamerkan perbuatan baik yang dilakukan agar dinilai baik bagi manusia.
Sementara riya’ tergolong syirik kecil karena meniatkan melakukan sesuatu karena selain Allah.
Ingat kembali, dalam Surat Luqman (31) ayat 18, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Perlu diketahui bahwa ujub, dalam konteks ini narsis, menurunkan kemampuan berempati karena terlalu fokus pada diri sendiri.
Orang-orang narsis termasuk kepada mereka yang memalingkan muka dari manusia. Maka dari itu, ayat ini menjadi peringatan bagi orang narsis.
Ayat ini diperkuat dengan hadits riwayat Ath Thabrani yang berbunyi:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan, 1) tamak lagi kikir, 2) mengikuti hawa nafsu (yang mengajak kejelekan), dan 3) ujub (takjub pada diri sendiri).”
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…