Masjid jogokariyan yogyakarta menjadi perbincangan hangat menyusul also pelemparan batu oleh masa konvoi kemarin. Di Sisi lain masjid kampung ini memiliki sejarah panjang Dan juga di kenal dunia. Masjid ini di bangun pada tahun 1966. Dan mulai di gunakan pada tahun 1967.
Sebelum tahun 1967 di kampung jogokariyan belum ada masjid. Kegiatan keagamaan dan dakwah berpusat di sebuah langgar kecil di pojok kampung. Langgar berukuran 3×4 meter persegi. Dengan lantai berundak tinggi ini ramadhan saja tidak pernah terisi.
Maklum masyarakat jogokariyan saat itu umumnya kalangan “ABANGAN”. Karena kultur abdi dalam perajurit keraton ngayogyakarta hadingnirat yang lebih ngugemi “tradisi kejawen” dari pada kultur ke islaman.
Kampung jogokariyan yang di buka sejak masa HB IV. Setelah penduduk ndalem beteng baluwerti keraton telah sesak, makan bergodo-godo prajurit kesatuan pindah keluar beteng bersama keluarganya.
Abdi dalem prajurit dari kesatuam jogokariyan di pindah di selatam beteng. Di utara panggung krapyak atau kandang menjangan.
Sehingga tempat tinggal prajurit ini sesuai dengan toponemnya di kenal dengan nama kampung jogokariyan.di masa-masa kritis tersebut masjid jogokariyan di bangun.
Masjid jogokariyan menjadi alat perekat untuk melakukan perubahan sosial menjadi masyarakat jogokariyan yang berkultur islam. Masjid jogokariyan telah benar-benar melaksanakan fungsinya.
Fungsi Masjid jogokariyan sebagai agen perubahan. Jogokariyan yang dulu “Abangan” komunis kini menjadi masyarakat islami melalui dakwa berbasis masjid.
Nama masjid sejak masjid di bangun sudah banyak usulan nama terhadap Masjid yang tengah dalam proses pembangunan ini. Proses yang di mulai pada tanggal 20 September 1966 di kampung jogokariyan ini.
Bahkan hingga hari ini masih selalu saja ada orang yang mempertanyakan tentang nama Masjid yang terletak di tengah-tengah kampung ini. Memberi nama Masjid ini dengan nama ” Masjid jogokariyan ” .
Dengan alasan berdasarkan sunnah rasulullah SAW ketika memberi nama masjid yang pertama kali beliau dirikan di quba Madinah di beri nama juga ” Masjid Quba”. Dengan nama masjid jogokariyan makan otomatis masjid telah memiliki wilayah teritorial dakwahnya.
Masjid ini di harapkan mampu menjadi perekat dan pemersatu masyarakat jogokariyan. Masyarakat yang sebelumnya terkotak-kotak dalam aliran politik dan gerakan politik di masa-masa pergolakan sebelum peristiwa 1965.
Masjid jogokariyan menjadi alat pemersatu ummat dan masyarakat. Pemersatu yang bebasis kultur kampung jogokariyan melalui pasca ishlah masyarakat dimasa-masa demokrasi liberal yang berpuncak tragedi 30 september 1965.
Proses pembangunan Masjid jogokariyan di mulai dari ide Here. Jazuri. H. Jazuri adalah seorang pengusaha batik dari karangkajen yang memiliki rumah di kampung jogokariyan.
Ide ini di bicarakan dengan beberapa tokoh umat dan masyarakat seperti Bpk. Zarkoni dan masih banyak lagi. Saat musyawarah idea tersebut ternyata jogokariyan tidak ada tanah wakaf.
Maka mereka akhirnya sepakat untuk membentuk panitia. Tugas panitia tersebut di bentuk sebagai mengumpulkan dana untuk membeli tanah. Dimana di atasnya Alan di bangun sebuah Masjid jogokariyan.
Atas bantuan pengusaha batik dan tenun akhirnya terkumpul dana tersebut. Karena sebagian besar adalah pendukung dakwah muhamadiyah dan simpatisan partai politik masyumi diawal juli 1966.
Tanah yang dibeli seluas kurang lebih 600 m2 di selatan lokasi masjid sekarang ini. Setelah panitia memulai pembangunan ada pemikiran bahwa masjid itu akan lebih baik dan monumental kalau dapat berdiri di pinggir jalan perempatan tengah-tengah kampung ini.
Pada tanggal 20 September 1965 diatas tanah itu hasil tukar guling dilakukan peletakan batu pertama. Bangunan masjid berukuran 9×9 m2 ditambahkan 9×6 m2 sehingga total luas bangunan adalah 15×9 m2 terdiri dari ruang utama dan serambi.
Pada bulan agustus 1967 masjid jogokariyan di resmikan oleh ketua PDM kota yogyakarta. Pada tanggal 20 agustus pembangunan selanjutnya adalah membuat aula di sebelah selatan masjid di tengahnya masih ada halaman.
Di tahun 1976 di bangunlah serambi selatan dengan atap seng. Di tahun 1987 dibangunlah serambi utara dengan atap alumunium krei.
Manajemen masjid jogokariyan masuk dalam langkah strategi dan praktis. Yaitu dengan konsep manajemen masjid ada 3 langkah yaitu pemetaan, pelayanan, dan pemberdayaan.
Mengundang jamaah ke masjid dengan penuh hormat adalah data jamaah tersebut di gunakan untuk gerakan subuh berjamah. Sehingga pada 2004 dibuat sebuah trobosan program baru agar para jamaah lebih meramaikan masjid jogokariyan tersebut.
Gerakan infak selalu tersisa nol rupiah juga membuat sistem keuangan masjid jogokariyan yang berbeda dari masjid lainnya. Masjid ini mengumumkan dengan bangga bahwa saldo infaknya berjumlah 0 rupiah.
Gerakan jamaah Mandiri pada tahun 2005 juga menginisiasi gerakan jamaah Mandiri. Jumlah biaya setahun dibagi 52 sehingga ketemu biaya setiap pekan.
Jamaah diberitahu bahwa jika dalam sepekan mereka tidak infak dalam jumlah tersebut maka dia adalah jamaah mandiri. Jika lebih maka dia jamaah pensubsidi, jika kurang maka dia jamaah disubsidi.
Makna penting dokumentasi caranya takmir hanya pasang spanduk “Mohon Maaf Ibadah Anda Terganggu, Masjid Jogokariyan sedang Kami Renovasi.”
Dari tahun ke tahun Masjid ini terus berkembang. Kemudia di bangun islamic center Masjid jogokariyan.
Sehingga luas tanahnya menjadi 1.478 meter persegi. Islamic center tersebut di bangun tiga lantai.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…