Dalam pergaulan sehari-hari, tentunya kita sangat membutuhkan keberadaan seorang teman. Sebagai makhluk sosial tentu kita tidak bisa hidup sendiri, karena kita saling membutuhkan.
Teman merupakan orang yang mempunyai kedekatan lebih dengan kita, dan tentunya memiliki pengaruh yang besar terhadap pribadi kita. Pentingnya keberadaan seorang teman maka Islam pun memberikan beberapa kriteria teman yang baik.
Dalam sebuah pergaulan, kita dilarang untuk sembarangan memilih teman bergaul. Karena tidak semua orang mempunyai sifat dan perilaku yang baik. Teman bisa menjadi sebuah cerminan terhadap diri kita. bahkan ada pula yang mengatakan “Jika ingin menilai orang baik apa enggaknya, maka lihat siapa teman bergaulnya”.
Ketika kita bergaul atau berteman dengan orang yang baik, maka otomatis kita juga akan mengikutinya menjadi orang yang baik, berakhlak mulia, sholeh dan taat kepada Allah SWT. Tetapi begitu pula sebaliknya, jika kita berteman dengan orang yang tidak baik maka ada kemungkinan kita juga akan menjadi orang yang tidak baik.
Syekh Al-Imam Ibn ‘Athaillah As-Sakandari, dalam kitabnya yang berjudul Al-Hikam, mengatakan “Demi Allah, sekiranya kamu berkawan dengan orang bodoh yang tidak menuruti hawa nafsunya yaitu lebih baik bagi kamu, dari pada kamu berkawan dengan orang alim yang rela menuruti hawa nafsunya. Mana ada ilmu bagi orang yang alim yang rela menuruti hawa nafsunya, dan mana ada orang yang bodoh yang tidak rela menuruti nafsunya”.
Orang yang selalu menuruti hawa nafsunya, maka dia bukanlah orang yang alim atau pandai, karena sejatinya dia adalah orang yang bodoh yang diperbudak oleh hawa nafsu. Tetapi orang yang bodoh, tetapi dia tidak menuruti hawa nafsunya, maka itulah sebenarnya orang yang pandai karena mampu menahan dan mengalahkan hawa nafsunya.
Jikalau berteman dengan orang yang selalu diperbudak oleh hawa nafsunya, maka bisa jadi dia berteman dengan kita hanyalah untuk memanfaatkan kita, atau ingin menghancurkan kita. Serta berkemungkinan besar kita akan dijauhkan dengan Allah SWT, dan kita akan diajak untuk mendekat kepada kemaksiatan.
Tetapi seorang teman yang tidak menuruti hawa nafsunya, maka dialah teman yang hakiki, dialah teman yang harus kita pertahankan, karena dia akan membawa kita ke jalan yang baik, dan mendekatkan kita dengan Allah SWT, memperingati kita ketika kita salah, dan menolong kita jika kita terjatuh.
Dari urian di atas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa kriteria teman yang baik dalam prospektif islam adalah:
Teman bukanlah orang yang ada ketika kita bahagia saja, tetapi teman yang sesungguhnya adalah teman yang selalu ada di kala kita susah maupun bahagia. Mengajak kita kepada kebaikan, bukan mengajak kita kepada kemaksiatan. Menasehati kita ketika perbuatan kita salah, bukan membiarkan kita melakukan kesalahan.
Dalam refrensi lain, dikatakan bahwa “carilah teman di kala kamu susah, jangan mencari teman di kala kamu bahagia. Teman yang kau dapatkan ketika kamu sedang susah maka sudah tentu dia akan ada di kala kamu bahagia. Tetapi teman yang kau dapatkan ketika kamu bahagia, belum tentu dia akan ada di kala kamu susah”.
Teman bisa menjadi mutiara yang membuat kita mulia dan berharga, tetapi teman juga bisa menjadi seorang penjahat yang menghancurkan kita dan membuat kita menjadi orang yang hina.
Singkat kata teman yang baik adalah teman yang mengajak kamu kepada kebaikan, bukan membiarkan kamu larut pada kemaksiatan.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…