ḥā mīm
1. Ha Mim
wal-kitābil-mubīn
2. Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas.
innā ja’alnāhu qur`ānan ‘arabiyyal la’allakum ta’qilụn
3. Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab agar kamu mengerti.
wa innahụ fī ummil-kitābi ladainā la’aliyyun ḥakīm
4. Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, benar-benar (bernilai) tinggi dan penuh hikmah.
a fa naḍribu ‘angkumuż-żikra ṣaf-ḥan ang kuntum qaumam musrifīn
5. Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan ayat-ayat (sebagai peringatan) Al-Qur’an kepadamu, karena kamu kaum yang melampaui batas?
wa kam arsalnā min nabiyyin fil-awwalīn
6. Dan betapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.
wa mā ya`tīhim min nabiyyin illā kānụ bihī yastahzi`ụn
7. Dan setiap kali seorang nabi datang kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
fa ahlaknā asyadda min-hum baṭsyaw wa maḍā maṡalul-awwalīn
8. Karena itu Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya di antara mereka dan telah berlalu contoh umat-umat terdahulu.
wa la`in sa`altahum man khalaqas-samāwāti wal-arḍa layaqụlunna khalaqahunnal-‘azīzul-‘alīm
9. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Pastilah mereka akan menjawab, “Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.”
allażī ja’ala lakumul-arḍa mahdaw wa ja’ala lakum fīhā subulal la’allakum tahtadụn
10. Yang menjadikan bumi sebagai tempat menetap bagimu dan Dia menjadikan jalan-jalan di atas bumi untukmu agar kamu mendapat petunjuk.
wallażī nazzala minas-samā`i mā`am biqadar, fa ansyarnā bihī baldatam maitā, każālika tukhrajụn
11. Dan yang menurunkan air dari langit menurut ukuran (yang diperlukan) lalu dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
wallażī khalaqal-azwāja kullahā wa ja’ala lakum minal-fulki wal-an’āmi mā tarkabụn
12. Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan hewan ternak yang kamu tunggangi.
litastawụ ‘alā ẓuhụrihī ṡumma tażkurụ ni’mata rabbikum iżastawaitum ‘alaihi wa taqụlụ sub-ḥānallażī sakhkhara lanā hāżā wa mā kunnā lahụ muqrinīn
13. Agar kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan, “Maha-suci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,
wa innā ilā rabbinā lamungqalibụn
14. dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.”
wa ja’alụ lahụ min ‘ibādihī juz`ā, innal-insāna lakafụrum mubīn
15. Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya. Sungguh, manusia itu pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata.
amittakhaża mimmā yakhluqu banātiw wa aṣfākum bil-banīn
16. Pantaskah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan memberikan anak laki-laki kepadamu?
wa iżā busysyira aḥaduhum bimā ḍaraba lir-raḥmāni maṡalan ẓalla waj-huhụ muswaddaw wa huwa kaẓīm
17. Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat, karena menahan sedih (dan marah).
a wa may yunasysya`u fil-ḥilyati wa huwa fil-khiṣāmi gairu mubīn
18. Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan sebagai perhiasan sedang dia tidak mampu memberi alasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran.
wa ja’alul-malā`ikatallażīna hum ‘ibādur-raḥmāni ināṡā, a syahidụ khalqahum, satuktabu syahādatuhum wa yus`alụn
19. Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu sebagai jenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan (malaikat-malaikat itu)? Kelak akan dituliskan kesaksian mereka dan akan dimintakan pertanggungjawaban.
wa qālụ lau syā`ar-raḥmānu mā ‘abadnāhum, mā lahum biżālika min ‘ilmin in hum illā yakhruṣụn
20. Dan mereka berkata, “Sekiranya (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai ilmu sedikit pun tentang itu. Tidak lain mereka hanyalah menduga-duga belaka.
am ātaināhum kitābam ming qablihī fa hum bihī mustamsikụn
21. Atau apakah pernah Kami berikan sebuah kitab kepada mereka sebelumnya, lalu mereka berpegang (pada kitab itu)?
bal qālū innā wajadnā ābā`anā ‘alā ummatiw wa innā ‘alā āṡārihim muhtadụn
22. Bahkan mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka.”
wa każālika mā arsalnā ming qablika fī qaryatim min nażīrin illā qāla mutrafụhā innā wajadnā ābā`anā ‘alā ummatiw wa innā ‘alā āṡārihim muqtadụn
23. Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.”
qāla a walau ji`tukum bi`ahdā mimmā wajattum ‘alaihi ābā`akum, qālū innā bimā ursiltum bihī kāfirụn
24. (Rasul itu) berkata, “Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih baik daripada apa yang kamu peroleh dari (agama) yang dianut nenek moyangmu.” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami mengingkari (agama) yang kamu diperintahkan untuk menyampaikannya.”
fantaqamnā min-hum fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-mukażżibīn
25. Lalu Kami binasakan mereka, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (kebenaran).
wa iż qāla ibrāhīmu li`abīhi wa qaumihī innanī barā`um mimmā ta’budụn
26. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah,
illallażī faṭaranī fa innahụ sayahdīn
27. kecuali (kamu menyembah) Allah yang menciptakanku; karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
wa ja’alahā kalimatam bāqiyatan fī ‘aqibihī la’allahum yarji’ụn
28. Dan (Ibrahim) menjadikan (kalimat tauhid) itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu).
bal matta’tu hā`ulā`i wa ābā`ahum ḥattā jā`ahumul-ḥaqqu wa rasụlum mubīn
29. Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan nenek moyang mereka sampai kebenaran (Al-Qur’an) datang kepada mereka beserta seorang Rasul yang memberi penjelasan.
wa lammā jā`ahumul-ḥaqqu qālụ hāżā siḥruw wa innā bihī kāfirụn
30. Tetapi ketika kebenaran (Al-Qur’an) itu datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini adalah sihir dan sesungguhnya kami mengingkarinya.”
wa qālụ lau lā nuzzila hāżal-qur`ānu ‘alā rajulim minal-qaryataini ‘aẓīm
31. Dan mereka (juga) berkata, “Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Mekah dan Taif)?”
a hum yaqsimụna raḥmata rabbik, naḥnu qasamnā bainahum ma’īsyatahum fil-ḥayātid-dun-yā wa rafa’nā ba’ḍahum fauqa ba’ḍin darajātil liyattakhiża ba’ḍuhum ba’ḍan sukhriyyā, wa raḥmatu rabbika khairum mimmā yajma’ụn
32. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
walau lā ay yakụnan-nāsu ummataw wāḥidatal laja’alnā limay yakfuru bir-raḥmāni libuyụtihim suqufam min fiḍḍatiw wa ma’ārija ‘alaihā yaẓ-harụn
33. Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga yang mereka naiki,
wa libuyụtihim abwābaw wa sururan ‘alaihā yattaki`ụn
34. dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka, dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar,
wa zukhrufā, wa ing kullu żālika lammā matā’ul-ḥayātid-dun-yā, wal-ākhiratu ‘inda rabbika lil-muttaqīn
35. dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
wa may ya’syu ‘an żikrir-raḥmāni nuqayyiḍ lahụ syaiṭānan fa huwa lahụ qarīn
36. Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.
wa innahum layaṣuddụnahum ‘anis-sabīli wa yaḥsabụna annahum muhtadụn
37. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.
ḥattā iżā jā`anā qāla yā laita bainī wa bainaka bu’dal-masyriqaini fa bi`sal-qarīn
38. Sehingga apabila orang–orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Wahai! Sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling jahat (bagi manusia).”
wa lay yanfa’akumul-yauma iẓ ẓalamtum annakum fil-‘ażābi musytarikụn
39. Dan (harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena kamu telah menzalimi (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu pantas bersama-sama dalam azab itu.
a fa anta tusmi’uṣ-ṣumma au tahdil-‘umya wa mang kāna fī ḍalālim mubīn
40. Maka apakah engkau (Muhammad) dapat menjadikan orang yang tuli bisa mendengar, atau (dapatkah) engkau memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?
fa immā naż-habanna bika fa innā min-hum muntaqimụn
41. Maka sungguh, sekiranya Kami mewafatkanmu (sebelum engkau mencapai kemenangan), maka sesungguhnya Kami akan tetap memberikan azab kepada mereka (di akhirat),
au nuriyannakallażī wa’adnāhum fa innā ‘alaihim muqtadirụn
42. atau Kami perlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Maka sungguh, Kami berkuasa atas mereka.
fastamsik billażī ụḥiya ilaīk, innaka ‘alā ṣirāṭim mustaqīm
43. Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus.
wa innahụ lażikrul laka wa liqaumik, wa saufa tus`alụn
44. Dan sungguh, Al-Qur’an itu benar-benar suatu peringatan bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.
was`al man arsalnā ming qablika mir rusulinā a ja’alnā min dụnir-raḥmāni ālihatay yu’badụn
45. Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?”
wa laqad arsalnā mụsā bi`āyātinā ilā fir’auna wa mala`ihī fa qāla innī rasụlu rabbil-‘ālamīn
46. Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka dia (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seluruh alam.”
fa lammā jā`ahum bi`āyātinā iżā hum min-hā yaḍ-ḥakụn
47. Maka ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami, seketika itu mereka menertawakannya.
wa mā nurīhim min āyatin illā hiya akbaru min ukhtihā, wa akhażnāhum bil-‘ażābi la’allahum yarji’ụn
48. Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali (mukjizat itu) lebih besar dari mukjizat-mukjizat (yang sebelumnya). Dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
wa qālụ yā ayyuhas-sāḥirud’u lanā rabbaka bimā ‘ahida ‘indak, innanā lamuhtadụn
49. Dan mereka berkata, “Wahai pesihir! Berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.”
fa lammā kasyafnā ‘an-humul-‘ażāba iżā hum yangkuṡụn
50. Maka ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji.
wa nādā fir’aunu fī qaumihī qāla yā qaumi a laisa lī mulku miṣra wa hāżihil-an-hāru tajrī min taḥtī, a fa lā tubṣirụn
51. Dan Fir‘aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat?
am ana khairum min hāżallażī huwa mahīnuw wa lā yakādu yubīn
52. Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
falau lā ulqiya ‘alaihi aswiratum min żahabin au jā`a ma’ahul-malā`ikatu muqtarinīn
53. Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?”
fastakhaffa qaumahụ fa aṭā’ụh, innahum kānụ qauman fāsiqīn
54. Maka (Fir‘aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.
fa lammā āsafụnantaqamnā min-hum fa agraqnāhum ajma’īn
55. Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),
fa ja’alnāhum salafaw wa maṡalal lil-ākhirīn
56. maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.
wa lammā ḍuribabnu maryama maṡalan iżā qaumuka min-hu yaṣiddụn
57. Dan ketika putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Suku Quraisy) bersorak karenanya.
wa qālū a ālihatunā khairun am huw, mā ḍarabụhu laka illā jadalā, bal hum qaumun khaṣimụn
58. Dan mereka berkata, “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
in huwa illā ‘abdun an’amnā ‘alaihi wa ja’alnāhu maṡalal libanī isrā`īl
59. Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai contoh pelajaran bagi Bani Israil.
walau nasyā`u laja’alnā mingkum malā`ikatan fil-arḍi yakhlufụn
60. Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya ada di antara kamu yang Kami jadikan malaikat-malaikat (yang turun temurun) sebagai pengganti kamu di bumi.
wa innahụ la’ilmul lis-sā’ati fa lā tamtarunna bihā wattabi’ụn, hāżā ṣirāṭum mustaqīm
61. Dan sungguh, dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.
wa lā yaṣuddannakumusy-syaiṭān, innahụ lakum ‘aduwwum mubīn
62. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan; sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
wa lammā jā`a ‘īsā bil-bayyināti qāla qad ji`tukum bil-ḥikmati wa li`ubayyina lakum ba’ḍallażī takhtalifụna fīh, fattaqullāha wa aṭī’ụn
63. Dan ketika Isa datang membawa keterangan, dia berkata, “Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
innallāha huwa rabbī wa rabbukum fa’budụh, hāżā ṣirāṭum mustaqīm
64. Sungguh Allah, Dia Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.”
fakhtalafal-aḥzābu mim bainihim, fa wailul lillażīna ẓalamụ min ‘ażābi yaumin alīm
65. Tetapi golongan-golongan (yang ada) saling berselisih di antara mereka; maka celakalah orang-orang yang zalim karena azab pada hari yang pedih (Kiamat).
hal yanẓurụna illas-sā’ata an ta`tiyahum bagtataw wa hum lā yasy’urụn
66. Apakah mereka hanya menunggu saja kedatangan hari Kiamat yang datang kepada mereka secara mendadak sedang mereka tidak menyadarinya?
al-akhillā`u yauma`iżim ba’ḍuhum liba’ḍin ‘aduwwun illal-muttaqīn
67. Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.
yā ‘ibādi lā khaufun ‘alaikumul-yauma wa lā antum taḥzanụn
68. ”Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu dan tidak pula kamu bersedih hati.
allażīna āmanụ bi`āyātinā wa kānụ muslimīn
69. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri.
udkhulul-jannata antum wa azwājukum tuḥbarụn
70. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan digembirakan.”
yuṭāfu ‘alaihim biṣiḥāfim min żahabiw wa akwāb, wa fīhā mā tasytahīhil-anfusu wa talażżul-a’yun, wa antum fīhā khālidụn
71. Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata. Dan kamu kekal di dalamnya.
wa tilkal-jannatullatī ụriṡtumụhā bimā kuntum ta’malụn
72. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan.
lakum fīhā fākihatung kaṡīratum min-hā ta`kulụn
73. Di dalam surga itu terdapat banyak buah-buahan untukmu yang sebagiannya kamu makan.
innal-mujrimīna fī ‘ażābi jahannama khālidụn
74. Sungguh, orang-orang yang berdosa itu kekal di dalam azab neraka Jahanam.
lā yufattaru ‘an-hum wa hum fīhi mublisụn
75. Tidak diringankan (azab) itu dari mereka, dan mereka berputus asa di dalamnya.
wa mā ẓalamnāhum wa lāking kānụ humuẓ-ẓālimīn
76. Dan tidaklah Kami menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.
wa nādau yā māliku liyaqḍi ‘alainā rabbuk, qāla innakum mākiṡụn
77. Dan mereka berseru, “Wahai (Malaikat) Malik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.” Dia menjawab, “Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”
laqad ji`nākum bil-ḥaqqi wa lākinna akṡarakum lil-ḥaqqi kārihụn
78. Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.
am abramū amran fa innā mubrimụn
79. Ataukah mereka telah merencanakan suatu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami telah berencana (mengatasi tipu daya mereka).
am yaḥsabụna annā lā nasma’u sirrahum wa najwāhum, balā wa rusulunā ladaihim yaktubụn
80. Ataukah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.
qul ing kāna lir-raḥmāni waladun fa ana awwalul-‘ābidīn
81. Katakanlah (Muhammad), “Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu).
sub-ḥāna rabbis-samāwāti wal-arḍi rabbil-‘arsyi ‘ammā yaṣifụn
82. Mahasuci Tuhan pemilik langit dan bumi, Tuhan pemilik ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu.”
fa żar-hum yakhụḍụ wa yal’abụ ḥattā yulāqụ yaumahumullażī yụ’adụn
83. Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.
wa huwallażī fis-samā`i ilāhuw wa fil-arḍi ilāh, wa huwal-ḥakīmul-‘alīm
84. Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dialah Yang Mahabijaksana, Maha Mengetahui.
wa tabārakallażī lahụ mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, wa ‘indahụ ‘ilmus-sā’ah, wa ilaihi turja’ụn
85. Dan Mahasuci (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
wa lā yamlikullażīna yad’ụna min dụnihisy-syafā’ata illā man syahida bil-ḥaqqi wa hum ya’lamụn
86. Dan orang-orang yang menyeru kepada selain Allah tidak mendapat syafaat (pertolongan di akhirat); kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini.
wa la`in sa`altahum man khalaqahum layaqụlunnallāhu fa annā yu`fakụn
87. Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, “Allah,” jadi bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah),”
wa qīlihī yā rabbi inna hā`ulā`i qaumul lā yu`minụn
88. dan (Allah mengetahui) ucapannya (Muhammad), “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman.”
faṣfaḥ ‘an-hum wa qul salām, fa saufa ya’lamụn
89. Maka berpalinglah dari mereka dan katakanlah, “Salam (selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk).
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…