Salat merupakan kewajiban paling utama dan paling penting dalam Islam. Bahkan saking pentingnya, Salat diibaratkan sebagai tiang agama. Tanpa seorang muslim mendirikan salat, dia tidak punya tiang untuk menyangga keislamanya. Maka itu pula seluruh Islam dalam dirinya akan runtuh.
Salat adalah ketentuan dari Allah yang diterima Rasulullah tepat pada malam Isra’ mi’raj. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai sifat-sifat salat yang dilakukan oleh Rasulullah.
Dijelaskan dalam Hadist Ibnu Katsir,
“Pada malam isra’ mi’raj, tepatnya satu setengah tahun sebelum hijrah, Allah mewajibkan sholat lima waktu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Kemudian secara berangsur, Allah terangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta hal-hal yang berkaitan dengan sholat”
Ketentuan yang Allah berikan kala itu cukup berat, pasalnya Allah memerintahkan Rasulullah dan umatnya untuk salat 50 kali dalam sehari. Namun Rasulullah meminta keringanan (berulang-ulang) hingga Allah menguranginya menjadi 5 kali. Dijelaskan dalam Hadist :
“Aku telah berulang kali memohon keringanan kepada Rabb-ku, sampai aku merasa malu. Tetapi aku ridho dan menerima perintah tersebut“.
Hingga pada akhirnya, ketentuan dalam setiap salat yang kita lakukan hari ini adalah hasil dari sifat murah hati Rasulullah yang terus memohon kepada Allah agar diberi keringanan. Lantas bagaimanakah bentuk (sunah) dari salat yang dilakukan oleh Rasulullah? Kita akan mengkajinya dalam beberapa poin berikut. Ini merupakan sudut pandang para ulama yang didasari dari Hadist yang menjelaskan Rasulullah kala tengah melakukan ibadah Salat :
Baca juga :
1. Niat Salat
Ulama berpendapat bahwa, bersuara dalam melafalkan niat itu hukumnya tidak boleh. Dikarenakan mendatangkan dua kebathilan, yaitu menganggu jamaah lain dan riya. Hal ini merujuk kepada Rasulullah dan para Sahabatnya kala salat tidak pernah mengucapkan apapun sebelum takbir. Dalam suau Hadist, Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu’anhuma ia berkata:
“Aku melihat Nabi Shallallahu’alahi Wasallam memulai shalatnya dengan takbir, lalu mengangkat kedua tangannya” (HR. Bukhari no.738)
2. Posisi Tangan Kala Takbir
Dalam Hadist, Rasulullah dijelaskan pernah melakukan dengan beberapa versi. Dalam dua hadist yang berbeda, disebutkan :
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika shalat beliau mengangkat kedua tangannya sampai setinggi pundaknya.” (HR. Ahmad 9/28, Ahmad Syakir mengatakan: “sanad hadits ini shahih”)
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika memulai shalat beliau mengangkat kedua tangannya sampai setinggi kedua telinganya.” (HR. Al Baihaqi 2/26)
Kesimpulan dari para ulama, berdasarkan perbedaan variasi (khilaf tanawwu’ ), maka prakteknya boleh memilih salah satu dari cara yang ada. Perlu digaris bawahi bahwa adapun praktek beberapa orang yang meyakini bahwa kedua telapak tangan harus menyentuh daun telinga, itu tidak ada dasarnya sama sekali (Shifatu Shalatin Nabi, 63).
3. Dalam Membaca Al-Fatihah dan Al-Qur’an
Muncul juga beberapa pendapat, dalam hal ini akan kita bagi menjadi 4 poin :
Namun apabila kita menilik ke Hadist Rasulullah yang menjelaskan, alangkah aman apabila kita membaca saja. Baik itu dalam posisi makmum.
Baca juga :
“Setiap shalat yang di dalamnya tidak dibaca Faatihatul Kitaab, maka ia cacat, maka ia cacat” (HR. Ibnu Majah 693, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
“Maka bacalah ayat-ayat yang mudah dari Al-Qur’an” (QS. Al Muzammil: 20)
4. Rukuk Rasulullah
Posisi Rukuk Rasulullah disebutkan bahwa punggungnya lurus, dan menunduk secara sempurna :
“biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika rukuk, andaikan diletakkan wadah air di atas punggungnya, tidak akan tumpah” (HR. Ahmad, Al Albani)
5. Bersedekap Setelah Ruku’
Dianjurkan oleh sebagian ulama bahwasanya setelah ruku’ maka bersedekaplah kembali alih alih berdiri tegap dengan tangan diturunkan. Merujuk pada Hadist :
“Aku Melihat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berdiri dalam shalat beliau melingkari tangan kirinya dengan tangan kanannya” (HR. An Nasa-i 886, Al Baihaqi 2/28, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i).
6. Sujud
Dalam Sujud, yang diperhatikan adalah berdasarkan kepada tujuh anggota badan. Tujuh anggota badan yang dimaksud adalah :
Dasar yang menerangkan adalah, Hadist dari Ibnu Abbasradhiallahu’anhuma:
“Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh anggota badan: kening (lalu beliau menunjuk juga pada hidungnya), kedua tangan, kedua lutut, dan kedua kaki.” (HR. Bukhari no. 812, Muslim no. 490)
7. Mengangkat Tangan Kala Duduk Diantara Dua Sujud
Rasulullah pernah mengangkat tangan kala bangun dari sujud dan saat ingin duduk diantara dua sujud. Hal ini merujuk kepada, hadist :
“Biasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengangkat tangan bersamaan dengan takbir ini (yaitu ketika bangun dari sujud)” (HR. Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi, 151)
Syaikh Husain Al Awaisyah juga menguatkan dengan mengatakan bahwa :
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengangkat tangan ketika takbir (saat bangun dari sujud) kadang-kadang” (Mausu’ah Fiqhiyyah Muyassarah, 2/70)
Baca juga :
Sedangkan Ibnu Qayyim mengatakan :
“Dinukil dari Al Atsram ketika beliau ditanya mengenai mengangkat tangan, beliau berkata: mengangkat tangan itu setiap kali merunduk dan setiap kali naik. Aku melihat Abu Abdillah (Imam Ahmad) mengangkat tangannya dalam shalat setiap kali merunduk dan setiap kali naik.” (Bada’iul Fawaid, 4/89)
8. Menengok Salam dengan Mantap
Salam yang dilakukan Rasulullah tidak kanya menggerakan kepala dan melirik, melainkan bertoleh dengan mantap ke kanan dan ke kiri, hal ini dijelaskan dala hadist, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya salam ke kanan dan ke kirinya dengan ucapan: as salaamu ‘alaikum warahmatullah (ke kanan), as salaamu ‘alaikum warahmatullah (ke kiri), hingga terlihat putihnya pipi beliau.” (HR. Abu Daud no. 996, Ibnu Majah no. 914, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
Itulah sifat-sifat salat yang dilakukan oleh Rasulullah. Perlu digaris bawahi bahwasanya sifat-sifat salat Rasulullah diatas merupakan pemahaman yang paling dasar. Pasalnya, ada beberapa Fiqih yang masih menjadi perdebatan para ulama. Dan didalamnya, masih banyak kajian perihal Hadist yang memang menimbulkan beberapa perbedaan pendapat.
Itulah kenapa dianjurkan agar tidak langsung menganggap artikel ini secara shahih. Dan apabila ingin mengkaji lebih lanjut, maka merujuklah ke beberapa sumber yang menerangkan hadist Shahih dan ilmu fiqih yang lebih dalam.
Semoga dalam penerapannya, kita merupakan umat yang selalu dituntun menuju jalan yang lurus. Dan setiap ibadah kita diterima oleh Allah SWT, amin.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…