Memiliki seorang anak bisa dikatakan merupakan kado terindah dari Allah Ta’ala. Dengan kehadiran anak maka rumah tangga akan terasa lengkap dan bahagia. Tentunya, sebagai orang tua, kita harus bisa mendidik anak dengan baik. Sebab karakter dan sifat anak tumbuh berdasarkan pola didikan orang tuanya.
Satu hal yang sering menjadi problematika adalah ketika anak berbuat kesalahan. Beberapa orang tua memperlakukan anaknya dengan sangat lembut. Walaupun anak bersalah namun dibiarkan saja. Namun adapula yang membentak, bahkan memberikan hukuman kekerasan kepada anak. Nah, kira-kira bagaimana islam memandang hal tersebut? Berikut ulasannya!
Menurut pendapat ulama berdasarkan dalil-dalil syar’i, baik Al-Quran ataupun As-Sunnah, mendidik anak dengan kekerasan tidaklah dianjurkan. Namun bila si anak melakukan kesalahan, orang tua memiliki hak untuk menghukum anak tersebut. Tapi dengan batasan-batasan tertentu. Yakni tidak boleh menganiaya sampai meninggalkan bekas luka dan tidak boleh memukul di wajah. Cukup pukulan ringan yang tujuannya untuk memberikan pelajaran agar kedepannya anak bisa jadi lebih baik.
Pemberian hukuman yang berlebihan pada anak tidak diperbolehkan sebab bisa menimbulkan trauma atau luka. Hal itu tentu sangat buruk untuk perkembangan mental anak. Bukannya membuat anak jera, sebaliknya justru anak malah tumbuh jadi sosok yang penakut. Maka itu, hukuman hanya boleh diberikan pada dalam kondisi darurat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan suri tauladan bagi umat muslim dikenal sebagai pribadi yang paling baik terhadap keluarganya. Cara Nabi Muhammad mendidik anak patut ditiru. Beliau sangat penyayang, bahkan tidak pernah memukul istri ataupun anaknya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan pukulan keras hanya ketika berperang membela agama Allah Ta’ala. Namun demikian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa tidak apa-apa memukul anak jika untuk mengingatkan beribadah. Tapi tetap tidak boleh memukul yang berlebihan.
“Perintahkanlah anakmu shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah dia karena (meninggalkan)nya pada usia 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Islam adalah agamanya damai, rahmatan lil alamin. Yakni membawa rahmat dan kesejahteraan bagi manusia. Islam tidak pernah mengajarkan berbuat kekerasan, sekalipun untuk mendidik anak. Ada banyak hadist yang menjelaskan tentang larangan berbuat kekerasan. Diantaranya yakni:
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian memukul saudaranya maka hendaknya dia menghindari memukul wajah.” (HR. Muslim).
“Bukanlah orang yang kuat itu diukur dengan kuatnya dia melawan, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut kerena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Baginda berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada apa yang kami siksakan terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.”
“Janganlah seseorang mendera lebih dari sepuluh kali deraan, kecuali dalam hukuman (hudud) yang ditentukan Allah Ta’ala (HR. Ibnu Taymiyyah)
“Tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan tidak boleh membahayakan (orang lain).” (HR. Imam Malik dan Ibnu Majah).
“Barangsiapa yang terhalang dari sifat lemah lembut, maka dia akan terhalang dari mendapat kebaikan.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya” (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)
“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali ‘Imran:134)
Melakukan tindakan kekerasan bukanlah cara mendidik anak yang benar. Ada banyak metode lain yang bisa dilakukan untuk membentuk pribadi anak agar lebih baik. Jadi tidak harus lewat marah-marah, bentakan ataupun pukulan. Itu semua akan mempengaruhi fisik dan psikis anak. Maka itu, sangatlah tidak dianjurkan.
Nah, berikut ini cara mendidik anak dalam islam yang benar:
Cara pertama yang bisa Anda praktekkan ketika menghadapi anak berbuat salah adalah memberikan nasehat. Cara ini memang tidak akan membuahkan hasil secara instan. Anda harus melakukannya berulang kali, jangan bosan dan cobalah bersabar.
Ajarkan nilai-nilai agama kepada anak. Tentang bagaimana seharusnya ia bersikap kepada orang lain, tentang adab, kesopanan, etikan dan sejenisnya. Selain itu juga jangan pula menyampaikan tentang kewajiban beribadah. Apapun yang Anda rasa penting maka utarakan kepada anak secara baik-baik. Bisa lewat nasehat langsung ataupun melihat video.
Bekerja untuk menafkahi kebutuhan keluarga memang penting. Tapi Anda juga jangan lupa menyisihkan waktu untuk anak-anak. Misal saat libur, cobalah mengajak anak berdiskusi. Biarkan anak menyampaikan pendapatnya, kemudian Anda bisa menimpali dengan memberikan saran. Sebisa mungkin tunjukkan sikap demokratis. Dengan demikian anak akan menjadi lebih terbuka terhadap keinginan dan masalah hidupnya.
Cara mendidik anak perempuan ataupun laki-laki terbaik tentunya lewat memberikan teladan yang baik. Jadi bukan sekedar menasehati atau berdiskusi saja. Orang tua juga harus menjadi contoh kebaikan. Sebab pendidikan pertama anak bersumber dari keluarga. Apabila keluarganya memiliki sopan satun yang baik, berbicara lembut dan rajin beribadah, maka insyaAllah anak juga akan tumbuh seperti demikian.
Sebaliknya bila anak sering melihat orang tuanya marah-marah, berbicara kasar, suka menyanyi dan jarang sholat, maka anak pun bakal mengikutinya. Intinya semua bergantung pada diri Anda sendiri.
Tidak ada sesuatu yang bisa diperoleh secara instan. Apabila Anda ingin membentuk anak dengan pribadi baik, maka Anda harus mendidiknya sedari kecil. Ajarkan anak tentang nilai-nilai tauhid, perkenalkan pada Al-Quran, ajak latihan sholat dan puasa, dan tujukkan pula cara bersikap yang baik.
Semua itu harus Anda ajarkan berulang kali semenjak dini. Jangan pernah bosan untuk menanamkan hal-hal tersebut. Apabila anak terbiasa melakukan hal-hal baik sejak kecil maka ia akan tumbuh dengan karakter baik pula.
Biasanya anak kecil akan merasa senang dan bangga jika diberikan pujian. Maka itu, saat Anda mengajarkan sesuatu kepada anak (misalnya membaca Al-Quran), Anda jangan ragu untuk memberikan pujian. Anda bisa mengatakan “wah pintar sekali anak mama!” atau bertepuk tangan, atau lainnya. Itu akan membuat anak semakin semangat melakukannya lagi dan lagi. Oleh karenanya, Anda bisa memanfaatkan cara yang terbilang efektif ini untuk mendidik anak pada kebaikan.
Anak harus dididik semenjak kecil untuk berbakti pada orang tua. Tentang cara bersikap terhadap orang tua yang benar dan hal-hal yang berkaitan dengan keutamaan berbakti kepada orang tua serta bahaya anak durhaka dalam islam . Sehingga nantinya anak tidak akan kurang ajar ataupun durhaka. Namun ingat ya, usahakan untuk mendidiknya dengan metode tanpa kekerasan.
Seorang anak yang diberikan perhatian, kasih sayang dan kelembutan maka insyaAllah dia akan menjadi pribadi yang lembut juga. Ini sebagaimana cara Rasul memperlakukan anak-anaknya dengan penuh cinta.
Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).
Dikarenakan anak adalah amanah dari Allah Ta’ala, maka sudah seharusnya orang tua mengayominya hingga ia beranjak dewasa. Mengayomi ini berarti memenuhi kebutuhan sehari-harinya, memberikan pendidikan dan juga kasih sayang. Dijelaskan dalam suatu hadist:
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim).
Untuk menghindari sikap iri hati antara anak satu dengan yang lain, maka orang tua harus bisa berlaku adil. Cara Rasulullah mendidik anak perempuan dan laki-laki tidaklah dibeda-bedakan. Dalam suatu hadist dijelaskan:
Dari Nu’man bin Basyir, beliau pernah datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu.” Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari).
Jadi kesimpulannya, mendidik anak dengan kekerasan dalam islam tidak diperbolehkan kecuali dalam kondisi darurat. Namun itupun harus dengan syarat bahwa hukuman yang diberikan harus ringan dan tidak boleh menganiaya. Sebaliknya, Islam justru mengajurkan untuk mendidik anak dengan kasih sayang dan pehamanan nilai-nilai agama semenjak dini. Dengan demikian anak pun akan tumbuh secara baik serta menjadi generasi beraklakul karimah.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…