Tā sīm mīm
1. Tha Sin Mim
Tilka āyātul-kitābil-mubīn
2. Inilah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas.
La’allaka bākhi’un nafsaka allā yakụnụ mu`minīn
3. Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Mekah) tidak beriman.
In nasya` nunazzil ‘alaihim minas-samā`i āyatan fa ẓallat a’nāquhum lahā khāḍi’īn
4. Jika Kami menghendaki, niscaya Kami turunkan kepada mereka mukjizat dari langit, yang akan membuat tengkuk mereka tunduk dengan rendah hati kepadanya.
Wa mā ya`tīhim min żikrim minar-raḥmāni muḥdaṡin illā kānụ ‘an-hu mu’riḍīn
5. Dan setiap kali disampaikan kepada mereka suatu peringatan baru (ayat Al-Qur’an yang diturunkan) dari Tuhan Yang Maha Pengasih, mereka selalu berpaling darinya.
Fa qad każżabụ fa saya`tīhim ambā`u mā kānụ bihī yastahzi`ụn
6. Sungguh, mereka telah mendustakan (Al-Qur’an), maka kelak akan datang kepada mereka (kebenaran) berita-berita mengenai apa (azab) yang dulu mereka perolok-olokkan.
A wa lam yarau ilal-arḍi kam ambatnā fīhā ming kulli zaujing karīm
7. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam pasangan (tumbuh-tumbuhan) yang baik?
Inna fī żālika la`āyah, wa mā kāna akṡaruhum mu`minīn
8. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
Wa inna rabbaka lahuwal-‘azīzur-raḥīm
9. Dan sungguh, Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang.
Wa iż nādā rabbuka mụsā ani`til-qaumaẓ-ẓālimīn
10. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), “Datangilah kaum yang zalim itu,
Qauma fir’aụn, alā yattaqụn
11. (yaitu) kaum Fir‘aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?”
Qāla rabbi innī akhāfu ay yukażżibụn
12. Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh, aku takut mereka akan mendustakan aku,
Wa yaḍīqu ṣadrī wa lā yanṭaliqu lisānī fa arsil ilā hārụn
13. sehingga dadaku terasa sempit dan lidahku tidak lancar, maka utuslah Harun (bersamaku).
Wa lahum ‘alayya żambun fa akhāfu ay yaqtulụn
14. Sebab aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.”
Qāla kallā, faż-habā bi`āyātinā innā ma’akum mustami’ụn
15. (Allah) berfirman, “Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu)! Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sungguh, Kami bersamamu mendengarkan (apa yang mereka katakan),
Fa`tiyā fir’auna fa qụlā innā rasụlu rabbil-‘ālamīn
16. Maka datanglah kamu berdua kepada Fir‘aun dan katakan, “Sesungguhnya kami adalah rasul-rasul Tuhan seluruh alam,
An arsil ma’anā banī isrā`īl
17. Lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama kami.”
Qāla a lam nurabbika fīnā walīdaw wa labiṡta fīnā min ‘umurika sinīn
18. Dia (Fir‘aun) menjawab, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.
Wa fa’alta fa’latakallatī fa’alta wa anta minal-kāfirīn
19. Dan engkau (Musa) telah melakukan (kesalahan dari) perbuatan yang telah engkau lakukan dan engkau termasuk orang yang tidak tahu berterima kasih.”
Qāla fa’altuhā iżaw wa ana minaḍ-ḍāllīn
20. Dia (Musa) berkata, “Aku telah melakukannya, dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf.
Fa farartu mingkum lammā khiftukum fa wahaba lī rabbī ḥukmaw wa ja’alanī minal-mursalīn
21. Lalu aku lari darimu karena aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku menganugerahkan ilmu kepadaku serta Dia menjadikan aku salah seorang di antara rasul-rasul.
Wa tilka ni’matun tamunnuhā ‘alayya an ‘abbatta banī isrā`īl
22. Dan itulah kebaikan yang telah engkau berikan kepadaku, (sementara) itu engkau telah memperbudak Bani Israil.”
Qāla fir’aunu wa mā rabbul-‘ālamīn
23. Fir‘aun bertanya, “Siapa Tuhan seluruh alam itu?”
Qāla rabbus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, ing kuntum mụqinīn
24. Dia (Musa) menjawab, “Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu mempercayai-Nya.”
Qāla liman ḥaulahū alā tastami’ụn
25. Dia (Fir‘aun) berkata kepada orang-orang di sekelilingnya, “Apakah kamu tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?”
Qāla rabbukum wa rabbu ābā`ikumul-awwalīn
26. Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu.”
Qāla inna rasụlakumullażī ursila ilaikum lamajnụn
27. Dia (Fir‘aun) berkata, “Sungguh, Rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila.”
Qāla rabbul-masyriqi wal-magribi wa mā bainahumā, ing kuntum ta’qilụn
28. Dia (Musa) berkata, “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya; jika kamu mengerti.”
Qāla la`inittakhażta ilāhan gairī la`aj’alannaka minal-masjụnīn
29. Dia (Fir‘aun) berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara.”
Qāla a walau ji`tuka bisyai`im mubīn
30. Dia (Musa) berkata, “Apakah (engkau akan melakukan itu) sekalipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (bukti) yang nyata?”
Qāla fa`ti bihī ing kunta minaṣ-ṣādiqīn
31. Dia (Fir‘aun) berkata, “Tunjukkan sesuatu (bukti yang nyata) itu, jika engkau termasuk orang yang benar!”
Fa alqā ‘aṣāhu fa iżā hiya ṡu’bānum mubīn
32. Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.
Wa naza’a yadahụ fa iżā hiya baiḍā`u lin-nāẓirīn
33. Dan dia mengeluarkan tangannya (dari dalam bajunya), tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya.
Qāla lil-mala`i ḥaulahū inna hāżā lasāḥirun ‘alīm
34. Dia (Fir‘aun) berkata kepada para pemuka di sekelilingnya, “Sesungguhnya dia (Musa) ini pasti seorang pesihir yang pandai,
Yurīdu ay yukhrijakum min arḍikum bisiḥrihī fa māżā ta`murụn
35. Dia hendak mengusir kamu dari negerimu dengan sihirnya; karena itu apakah yang kamu sarankan?”
Qālū arjih wa akhāhu wab’aṡ fil-madā`ini ḥāsyirīn
36. Mereka menjawab, “Tahanlah (untuk sementara) dia dan saudaranya, dan utuslah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (pesihir),
Ya`tụka bikulli saḥḥārin ‘alīm
37. Niscaya mereka akan mendatangkan semua pesihir yang pandai kepadamu.”
Fa jumi’as-saḥaratu limīqāti yaumim ma’lụm
38. Lalu dikumpulkanlah para pesihir pada waktu (yang ditetapkan) pada hari yang telah ditentukan,
Wa qīla lin-nāsi hal antum mujtami’ụn
39. Dan diumumkan kepada orang banyak, “Berkumpullah kamu semua,
La’allanā nattabi’us-saḥarata ing kānụ humul-gālibīn
40. Agar kita mengikuti para pesihir itu, jika mereka yang menang.”
Fa lammā jā`as-saḥaratu qālụ lifir’auna a inna lanā la`ajran ing kunnā naḥnul-gālibīn
41. Maka ketika para pesihir datang, mereka berkata kepada Fir‘aun, “Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar jika kami yang menang?”
Qāla na’am wa innakum iżal laminal-muqarrabīn
42. Dia (Fir‘aun) menjawab, “Ya, dan bahkan kamu pasti akan mendapat kedudukan yang dekat (kepadaku).”
Qāla lahum mụsā alqụ mā antum mulqụn
43. Dia (Musa) berkata kepada mereka, “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan.”
Fa alqau ḥibālahum wa ‘iṣiyyahum wa qālụ bi’izzati fir’auna innā lanaḥnul-gālibụn
44. Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka seraya berkata, “Demi kekuasaan Fir‘aun, pasti kamilah yang akan menang.”
Fa alqā mụsā ‘aṣāhu fa iżā hiya talqafu mā ya`fikụn
45. Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.
Fa ulqiyas-saḥaratu sājidīn
46. Maka menyungkurlah para pesihir itu, bersujud.
Qālū āmannā birabbil-‘ālamīn
47. Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam,
Rabbi mụsā wa hārụn
48. (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.”
Qāla āmantum lahụ qabla an āżana lakum, innahụ lakabīrukumullażī ‘allamakumus-siḥr, fa lasaufa ta’lamụn, la`uqaṭṭi’anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfiw wa la`uṣallibannakum ajma’īn
49. Dia (Fir‘aun) berkata, “Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya.”
Qālụ lā ḍaira innā ilā rabbinā mungqalibụn
50. Mereka berkata, “Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Tuhan kami.
Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…
Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…
Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…
sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…
Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…
Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…