Amalan Shaleh

17 Keutamaan Memiliki Sifat Tawadhu dalam Islam

√ Islamic Base Pass quality & checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Setiap manusia tentunya sosok yang lemah dan tidak berhak untuk sombong sedikitpun di dunia ini, hal itu pula yang menjadi makna dari Tawadhu’, yakni sifat merendahkan hati dan selalu memperbaiki diri serta tidak meremehkan orang lain. Sebagai umat muslim wajib memiliki sifat tersebut sebab terdapat 17 keutamaan memiliki sifat Tawadhu’ dalam islam yang akan membawa kebaikan di dunia dan di akherat, berikut selengkapnya.

1. Memahami Artinya

Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341). Ketika telah memahami makna dari tawadhu maka akan bisa menerapkannya walaupun secara perlahan dalam diri sehingga tercapai diri yang jauh dari kesombongan dalam islam.

2. Derajat Ditinggikan Allah

Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). Orang yang memiliki sifat tawadhu justru orang yang memiliki derajat tinggi di mata Allah sebab ia mampu menahan bahaya hawa nafsu dalam islam.

3. Akhlak Mulia

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32). Tawadhu merupakan akhlak mulia yang dimiliki oleh para nabi dan rasul yang membawa mereka kepada kebaikan dan kasih sayang penuh dari Allah, tentunya sebagai umat muslim harus mencontoh akhlak yang baik dan alasan pentingnya akhlak mulia menurut islam tersebut.

4. Sifat Para Rasul

Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865). keutamaan dan pentingnya mengenal Rasulullah SAW sebagai orang yang paling mulia tidak pernah merasa sombong terlebih kita semua yang hanya manusia biasa yang berlimpahan dosa, tentu kita wajib menjadi sseseorang yang tawadhu.

5. Teladan Orang Sholeh

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21). Tawadhu adalah contoh dari sifat sifat orang sholeh yang tentunya wajib diikuti oleh kita sebagai umat muslim sehingga turut menjadi hamba yang berusaha berada di jalan yang lurus dan memberikan kebahagiaan sehingga jauh dari penyebab depresi dalam islam.

6. Meningkatkan Kasih Sayang

Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth). Sifat tawadhu akan meruntuhkan hati smeua orang, akan emnimbulkan rasa kasih dan menimbulkan rasa solidaritas terhadap sesama.

7. Menunjukkan Kemuliaan

Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Rasul memiliki sifat tawadhu yang dalam, bahkan beliau ketika di rumah selalu membantu pekerjaan istrinya dan tidak pernah sombong atau berbangga diri, itulah yang menjadi sisi baik yang tentunya wajib untuk ditiru dan dilaksanakan oleh semua umat muslim untuk mau saling membantu tanpa memandang diri siapa yang lebih baik.

8. Menjalin Kedekatan

Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 676). Jelas bahwa dalam keluarga dan kehidupan manapun ketika tidak ada kesombongan akan menjadikan hubungan yang lebih nyaman dan lebih baik sehingga tidak ada pertengkaran dan perpecahan.

9. Memperdalam Ilmu

Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.” menjadi seorang muslim yang baik tidak dipahami siapapun hanya Allah yang tau amalan mansuia sebab itu tidak boleh memandang diri kita lebih baik dari orang lain.

10. Kedudukan Tinggi

Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304). Orang yang mulia ialah orang yang tawadhu dan tidak sombong.

11. Menghapus Perbedaan

Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu’. Jelas bahwa orang yang tawadhu ialah orang yang mau bergaul dengan semua orang tanpa rasa sombong atau tanpa rasa ia lebih baik dari orang di sekitarnya.

12. Jauh dari Sombong

‘Abdullah bin Al Mubarrok berkata, “Puncak dari tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 298). Orang yang selalu berprasangka baik pada orang lain adalah ciri orang yang tawadhu sehingga ia sama sekali tidak pernah menyombongkan diri ataupun merasa lebih baik.

13. Jauh dari Laknat Allah

Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya.”

Setiap orang tentunya pernah berbuat salah, belum tentu orang yang salah lantas menjadikan alasan untuk sombong dan merasa lebih baik darinya sebab tidak ada yang mengetahui akhir dari hidunya yang mungkin ia akan bertaubat sungguh sungguh dan menjadi manusia yang lebih baik, sebab itu wajib untuk tidak memandang buruk pada orang lain.

14. Meningkatkan Rasa Syukur

Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona’ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), dan kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’.” Orang yang mulia kedudukannya ialah orang yang tawadhu dan ia akan sellau bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki dirinya dan melakukan segala seusatu amalan dan mencari ilmu yang lebih baik.

15. Jauh dari Penyakit Hati

‘Urwah bin Al Warid berkata, “Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu’.” Tawadhu akan menjadihkan diri dari penyakit hati sebab ia merasa bahwa segala sesuatu yang diberikan oleh Allah adalah sudah cukup dan sudah menjadi yang terbaik untuknya sehingga ia terus berusaha jika menginginkan sesuatu dalam rangka untuk beribadah dan untuk emncari ridho dari Allah.

16. Jauh dari Api Neraka

Yahya bin Ma’in berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang semisal Imam Ahmad! Aku telah bersahabat dengan beliau selama 50 tahun, namun beliau sama sekali tidak pernah menyombongkan diri terhadap kebaikan yang ia miliki.” Neraka adalah untuk orang orang yang sombong sedangkan tawadhu adalah orang yang jauh dari rasa sombong sehingga ia terlindung dari azab neraka dan segala keburukan yang berada di dunia dan di akherat.

17. Dekat dengan Allah

Ziyad An Numari berkata, “Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah seperti pohon yang tidak berbuah.” “Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).

Yakni orang yang tidak menunjukkan atau menyombongkan kebaikan yang dimilikinya yang disebut dengan tawadhu sehingga ia selalu berada dalam jalan yang pasrah atas segala ketentuan Allah, jalan yang selalu melihat kebaikan orang lain, serta selalu berusaha untuk memperbaiki diri demi bisa terus mendapatkan jalan kebaikan dan ridho Allah.

Demikian artikel kali ini, tentunya sebagai umat muslim kita memang sama sekali tidak mempunyai hak untuk sombong sebab kita juga tidak mengetahui sejauh mana amalan kita diterima dan sejauh mana bekal yang kita miliki di akherat. Semoga bisa menjadi wawasan islami yang bermanfaat dan menjadi motivasi untuk memperbaiki diri dengan menerapkan sifat tawadhu dalam kehidupan sehari hari. Terima kasih sudah membaca. Salam hangat dari penulis.

 

Recent Posts

Sejarah Masuknya Islam Ke Aceh

Aceh dikenal sebagai daerah yang mendapat julukan "Serambi Mekkah" karena penduduknya mayoritas beragama Islam dan…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Myanmar

Sejarah masuknya Islam ke Myanmar cukup kompleks dan menarik, dengan beberapa teori dan periode penting:…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Andalusia

Islam masuk ke Andalusia (Spanyol) pada abad ke-7 Masehi, menandai era baru yang gemilang di…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Afrika

sejarah masuknya Islam di Afrika memiliki cerita yang menarik. Islam masuk ke Afrika dalam beberapa…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam Ke Nusantara

Masuknya Islam ke Nusantara merupakan proses yang berlangsung selama beberapa abad melalui berbagai saluran, termasuk…

6 months ago

Sejarah Masuknya Islam ke Pulau Jawa

Masuknya Islam ke Pulau Jawa adalah proses yang kompleks dan berlangsung selama beberapa abad. Islam…

6 months ago